Anda di halaman 1dari 6

Khotbah jum’at 2018

Materi Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan Sifat Manusia dalam Al-Qur’an

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan oleh Allah menjadi nama surah, yaitu al-
Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing
memiliki karakter dan sifat, sebagaimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut
dijadikan pelajaran oleh manusia

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya.
Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak
lebih dari satu tahun. Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang
lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu itu tidak berguna baginya.

Hadirin Sidang Jum’at  yang dimuliakan oleh Allah!

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-
laba adalah tempat yang paling rapuh,

ِ ‫ْت ْال َع ْن َكبُو‬


َ‫ت لَوْ َكانُوا يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ت بَ ْيتًا َوِإ َّن َأوْ هَنَ ْالبُيُو‬
ُ ‫ت لَبَي‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ اتَّ َخ ُذوا ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َأوْ لِيَا َء َك َمثَ ِل ْال َع ْن َكبُو‬
ْ ‫ت اتَّ َخ َذ‬

ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa.
Jangankan serangga  yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya
untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat
saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang
keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti
anak laba-laba yang baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara
pimpinan dan bawahan saling curiga.

Sidang Jum’at Yang Dimuliakan oleh Allah

Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an digambarkan
sebagimana dalam Firmannya :

ِ ‫)ثُ َّم ُكلِي ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم َرا‬68( َ‫ْر ُشون‬


‫ت فَا ْسلُ ِكي ُسبُ َل َرب ِِّك‬ ِ ‫ك ِإلَى النَّحْ ِل َأ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ ُّ‫َوَأوْ َحى َرب‬
َّ ً َ ِ‫اس ِإ َّن فِي َذل‬
َ‫ك آَل يَة لِقَوْ ٍم يَتَفَكرُون‬ َّ ْ
ِ ‫ف ل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء لِلن‬ ‫َأ‬ ْ ُ
ٌ ِ‫ُذلُاًل يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بُطونِهَا َش َرابٌ ُمختَل‬

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-


pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan
dalam lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang
menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah
menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang
dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna
disingkirkan dari sarangnya.  Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya,
bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya dapat menjadi obat.

Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang baik seperti lebah,
sebagaimana dalam sabdanya:

‫ مثل المؤمن مثل النحلة ال تأكل إال طيبا وال تضع إال طيبا وإن وقعت فى شئ ال تكسر‬: ‫قال رسول هللا صم‬.

Rasulullah bersabda: Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali
yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak
merusak”

Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah

Dalam kehidupan kita di dunia ini  contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai
jenis binatang. Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang
memiliki aturan dalam hal ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah
dari binatang bahkan lebih sesat dari binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau
harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan. Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan
dalam agama (dalam bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari
budaya tersebut. Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi
benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus
untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan  bahwa dalam masyarakat
kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.

Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat, karena
mereka bekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya:

‫)تُ ْسقَى ِم ْن َع ْي ٍن َءانِيَ ٍة‬4(ً‫)تَصْ لَى نَارًا َحا ِميَة‬3(ٌ‫صبَة‬


ِ ‫)عَا ِملَةٌ نَا‬2(ٌ‫َاش َعة‬
ِ ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمِئ ٍذ خ‬

“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang
sangat panas diberi minum  (dengan air) dari sumber yang sangat panas”

Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan
dunia melakukan kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan
mereka tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yaitu yang bersangkutan lengah dari
kewajiban keagamaannya. Mereka menjadi budak harta, tergila-gila dengannya sehingga
melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat mereka masuk ke dalam neraka.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi
butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang
mereka jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.

Hadirin Sidang Jum’at

Demikian pula di dalam masyarakat kita berapa banyak manusia-manusia lebah, tidakkah lebih
banyak manusia-manusia semut atau manusia laba-laba. Manusia lebah itu adalah mereka yang
tidak boros, tidak suka makan atau mengambil haknya orang, yang dimakannya adalah saripati
bunga, dan ketika mengambil saripati itu tidak menjadikan bungan itu rusak atau tidak menjadi
buah.

Itulah gambaran orang mukmin yang baik tidak memakan makanan yang haram, mengambil
uang negara untuk kepentingan diri sendiri. Kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan
sesuatu yang menyakiti persaaan tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila
berada pada suatu tempat atau daerah tidak menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi
justru kehadirannya sangat diharapkan oleh orang banyak.

Oleh karenanya, dalam kesempatan ini marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat yang
dimiliki oleh lebah itu, tidak mencontoh sifat-sifat semut dan laba-laba, sehingga kita dapat
mendapatkan nikmatnya kehidupan di dunia ini, lebih-lebih nikmatnya kehidupan yang abadi di
akhirat nanti yaitu surga. Amin.

Edisi 6 Jumat Jumat Terbaru tentang Kehidupan Kedua


Oleh: Aiman Said Ali Nahdi

Mungkin sebagian dari kita masih meragukan tentang adanya kehidupan setelah kematian,
bagaimana caranya Allah SWT mengembalikan tubuh kita yang telah hancur didalam tanah.
Serta mengembalikan ruh kita, bersatu kembali dengan tubuh kita.

Begitu juga, betapa banyak manusia sangat ketakutan dalam menghadapi kematian dan berharap
untuk hidup selamanya agar bisa menikmati dunia dan seisinya.Kehidupan setelah kematian
adalah hal yang mudah bagi Allah SWT, semudah Allah SWT menciptakan dari tiada menjadi
ada.

Dalam kehidupan dunia-pun kita bisa membuktikan adanya kebangkitan. Jika kita hidup
dinegara yang mengalami pergantian musim, maka kita dapat menyaksikan tumbuh-tumbuhan
yang tadinya subur menjadi layu, berguguran, dan pada akhirnya membeku selama musim dingin
(bagaikan pohon yang mati). Lalu tibalah musim semi, udara menjadi hangat, dedaunan mulai
tumbuh, kuncup bunga berkembang dan rerumputan tumbuh subur kembali.

Mari kita cermati sejenak firman Allah SWT :

َ ْ‫ت فََأحْ يَ ْينَا بِ ِه اَأْلر‬


‫ض بَ ْع َد َموْ تِهَا َك َذلِكَ النُّ ُشو ُر‬ ٍ ِّ‫َوهَّللا ُ الَّ ِذي َأرْ َس َل ال ِّريَا َح فَتُثِي ُ–ر َس َحابًا فَ ُس ْقنَاهُ ِإلَى بَلَ ٍد َمي‬
“Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu
ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu.
Demikianlah kebangkitan itu”. (QS. Faathir: 9).

Allah SWT juga berfirman :

‫ت ِإ َّن الَّ ِذي َأحْ يَاهَا لَ ُمحْ يِي ْال َموْ تَى ِإنَّهُ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ْ ‫َاش َعةً فَِإ َذا َأ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َما َء ا ْهتَ َّز‬
ْ َ‫ت َو َرب‬ ِ ‫ضخ‬َ ْ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه َأنَّكَ تَ َرى اَأْلر‬

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, kamu melihat bumi itu kering tandus. Maka
apabila Kami turunkan hujan pada permukaannya ia berubah menjadi subur. Sesungguhnya
Tuhan yang Maha menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Sesungguhnya Dia
Maha berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Fushshilat: 39).

Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang Badui memungut sekerat tulang, dan menantang Nabi Muhammad SAW: “Wahai
Muhammad, siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”.
Allah SWT menjawab dengan firmannya: (Dan) Dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia
lupa kejadiannya. Ia katakan: “Siapa pula yang sanggup menghidupkan tulang-belulang yang
telah hancur luluh itu?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Allah SWT yang menciptakannya
kali yang pertama. Dan Dia Maha Tahu tentang segala makhluk”. (Qs. Yaasiin: 78-79).”

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Sangat mudah bagi Allah SWT menggabungkan kembali ciptaannya yang telah hancur,
sedangkan dari yang tiada bisa ia ciptakan menjadi ada yakni bumi, langit dan seisinya. Saat
jabang bayi dalam kandungan lebih kurang selama 9 bulan, ia akan mengalami masa kegelapan,
hidup didalam air dan tempat yang sempit didalam perut ibunya. Jika ia bisa berfikir dan
berbicara, maka manusia diluar (perut ibunya) dapat memberikan informasi kepadanya tentang
kehidupan dunia yang penuh cahaya, tumbuh-tumbuhan hijau, interaksi sesama makhluk dan
kenikmatan lainnya.

Maka ia tentu akan bertanya: “Untuk apa aku didalam perut yang gelap dan sempit ini, kenapa
aku tidak segera dikeluarkan?”

Manusia diluar akan menjelaskan: “Anda harus menjalani proses disana (dalam perut) agar
tubuhmu sempurna dan siap untuk menghadapi kehidupan dunia.”
Sang jabang bayi kemudian mengerti, dan berkata: “Baiklah, saya akan mempersiapkan diri
sebaik mungkin menghadapi dunia yang penuh kenikmatan dan tantangan itu.”

Jika dialog diatas dianalogikan (disamakan) dengan kehidupan manusia (alam kehidupan) dan
alam setelah kematian (kebangkitan), maka seharusnya dunia ini (alam kehidupan) merupakan
persiapan yang matang untuk kita dalam menghadapi alam kebangkitan yang abadi.

Jika kita memahami hakikat hidup ini yang sementara saja dan ada kehidupan yang abadi setelah
kematian, maka kita akan berkata persis seperti sijabang bayi: “Baiklah, saya akan
mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan
meninggalkan semua larangan-Nya, agar saya siap menghadapi kehidupan setelah kematian,
sehingga saya mengalami kebahagiaan yang abadi.”

Masalahnya adalah, kadang-kadang kita melupakan informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an dan
sunnah tentang kehidupan setelah kematian atau tidak ada manusia yang telah mati yang dapat
memberikan informasi kepada kita tentang kehidupan setelah mati itu. Jika kita selalu mengingat
kematian dan kehidupan setelahnya, tentu kita akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan
selalu berjalan dalam “rel” yang telah ditentukan-Nya.

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Orang yang selalu ingat akan kematian adalah orang-orang yang cerdas, karena ia selalu
mempersiapkan diri menghadapi kematian itu. Dan ia tidak akan merasa takut terhadap
kematian, karena kematian adalah gerbang kehidupan berikutnya yang indah dan abadi. Hanya
manusia yang tidak punya bekal saja yang takut menghadapi kematian. Seseorang yang sangat
mendambakan kematian akan berucap seperti Rasulullah SAW saat menghadapi sakratul maut:
“Aku hanya ingin kembali keharibaan Allah,” hal ini menunjukkan kerinduan yang sangat untuk
bertemu Rabbnya.

Untuk itu, tidak perlu takut akan kematian karena hanya sekali saja dalam kehidupan kita,
lakukanlah persiapan yang matang menghadapinya. Dan berharaplah malaikat maut berkata
kepada kita disaat ajal menjelang:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-
Nya . Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam syurga-Ku”.
(QS. Al-Fajr: 27-30).

‫الح ِكي ِْم َوتَقَب ََّل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر‬
َ ‫ت َو ال ِذ ْك ِر‬ ِ ْ‫ار َكاهللُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي القُر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي وَِإيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا‬,‫آن ال َع ِظي ِْم‬ َ َ‫ب‬
‫الر ِح ْي ُم‬
َ

Anda mungkin juga menyukai