ب َوا ۡل ِفض َِّة َوا ۡل َخـ ۡي ِل ا ُۡمل َس َّو َم ِة َّ اط ۡي ِر ا ۡل ُم َق ۡنطَر ِة ِم َن
ِ الذ َه ِ ت ِمن الن
ِ َٓاء وا ۡلبـنِ ۡين وا ۡل َقن ِ ب الش ِ ُزيِّ َن لِلن
َ َ َ َ َ ِّس َ َ َّه ٰو َ ُّ َّاس ُح
بِ ٰالدنُّيا ۚ وال ٰلّهُ ِع ۡن َدهٗ ح ۡس ن ۡلاما ۡ ِ ۡ ِ ِ وا ۡلاَ ۡنع ِام وا ۡحلـ ۡر
َ ثؕ ٰذ ل
َ ُ ُ َ َ ك َمتَاعُ ا لَحٰيوة َ َ َ َ
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(QS. Ali-Imran: 14).
Asbabun nuzul ayat ini ada yang meriwayatkan bahwa setelah kaum muslimin
mendapat kemenangan gilang-gemilang dalam peperangan badar, Rasulullah SAW
pernah mengajak kaum Yahudi di Madinah supaya masuk Islam. Tetapi mereka tidak
mau, melainkan mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta dan
kelengkapan senjata mereka. 1
Dalam ayat ini terdapat tiga kata pertama Zuyyina, artinya diperhiaskan.
Maksudnya, segala barang yang diingini itu ada baiknya dan ada buruknya, tetapi
apabila keinginan itu telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan
buruk atau susahnya. Kata kedua ialah Hubb, artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga
ialah Syahwat, yaitu keinginan-keinginan yang menarik selera nafsu untuk
memilikinya.
1
Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Riwayat Turunnya Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an, CV Asy-Syifa’, Semarang,
1993, hal. 106
Dalam Tafsir Kemenag, terdapat perincian dari kesenangan- kesenangan dunia
yang terkandung dalam ayat ini, pertama: Perempuan (istri), istri adalah tumpuan
cinta dan kasih sayang, jiwa manusia selalu cenderung tertuju kepada istri. Karena
sudah ditakdirkan oleh Allah bahwa setiap laki-laki apabila bertambah dewasanya
bertambah pula keinginannya hendak mempunyai teman hidup.
Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia.
Dan anak merupakan hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke
generasi.
Ketiga: Harta kekayaan, menurut al-Rāzi yang mengatakan dalam tafsirnya, “emas
dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang
yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti
menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan, dan kesempurnaan itu
diinginkan oleh semua manusia.”
Keempat: Kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna
putih di bagian dahi dan kakinya, sehingga tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat
Arab, kuda yang demikian itu adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Di
zaman sekarang mundurlah kuda kendaraan yang dipingit dan naiklah kepentingan
kendaraan bermotor. Maka dihiaskanlah dalam hati manusia keinginan memakai
kendaraan.
Kelima: Binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta kambing, binatang ternak ini
termasuk harta kekayaan Arab. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan,
alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil berternak
binatang- binatang itu.
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan
manusia kepada sawah ladang melebih kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang
disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.2
2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 3, hal. 464-466
2. Ayat Al-Qur’an tentang kesenangan yang menipu
ٍ الد ْنيا لَعِب َّوهَل و َّو ِزينَةٌ َّوَت َفاخ ۢ ٌر بينَ ُكم وتَ َكاثُر ىِف ااْل َمو ِال وااْل َواَل ۗ ِد َكمثَ ِل َغي ِ
ث ْ َ ْ َ َْ ٌ َ ْ َْ ُ ْ ٌْ ٌ َ ُّ ُا ْعلَ ُْٓموا اَمَّنَا احْلَٰيوة
اب َش ِديْ ۙ ٌد َّو َم ْغ ِفَرةٌ ِّم َن ال ٰلّ ِه ِ ۗ
ٌ ص َفًّرا مُثَّ يَ ُك ْو ُن ُحطَ ًاما َوىِف ااْل ٰخَر ِة َع َذ
ْ َّار َنبَاتُهٗ مُثَّ يَ ِهْي ُج َفَت ٰرىهُ ُم
َ ب الْ ُكف
َ اَ ْع َج
الد ْنيَٓا اِاَّل َمتَاعُ الْغُُر ْو ِر ْ َو ِر
ُّ ُض َوا ٌن ۗ َو َما احْلَٰيوة
Dalam ayat ini al-Qur’an memandang dunia sebagai suatu kehidupan yang penuh
dengan permainan dan melalaikan. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hadid
ayat 20 diatas terdapat kata yang berarti bermain-main dan tidak berfaedah sama
sekali, juga terdapat kata yang berarti senda gurau dan biasanya ini dilakukan oleh
kaum muda, dimana setelah mereka bersenda gurau yang tinggal hanya penyesalan,
harta habis dan umur pun habis.
Mengenai ayat ini al-Qurṭubī memberi perumpamaan bahwa kehidupan dunia itu
seperti tanaman yang menyejukkan pandangan orang- orang yang melihatnya, semua
tanaman itu berwarna hijau karena diairi dengan hujan yang cukup, namun tidak
berapa lama kemudian tanaman tersebut dilanda kekeringan hingga seperti tidak
pernah hijau sebelumnya. Perumpamaan ini menyajikan sebuah hikmah tentang
kehidupan dunia yang pada hakikatnya dunia ini hanya tipuan dan berlangsung hanya
sementara. Yang tetap adalah amal perbuatan manusia.
Orang yang lebih mementingkan kehidupan dunia daripada akhirat, yakni orang
yang pada hidupnya sibuk memenuhi dorongan syahwat dan mendapatkan kelezatan,
sementara ia lupa untuk taat dan menyembah kepada Allah, maka ia akan mendapat
azab yang pedih di akhirat. Sedangkan orang yang selalu taat dan menyembah
kepadanya, beramal saleh, serta menguasai nafsu dan syahwatnya, makai ia akan
memperoleh ampunan dan ridha Allah.3
الد ْنيَا قَلِْي ۚ ٌل َوااْل ٰ ِخَرةُ َخْيٌر لِّ َم ِن َّات ٰقىۗ َواَل تُظْلَ ُم ْو َن فَتِْي ًل
ُّ ُقُ ْل َمتَاع
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS.
al-Nisā‘/4: 77).
Kemudian ayat lain yang membahas tentang kesenangan dunia terhitung sedikit
terdapat pada surat al-Ra’d ayat 26:
ِ ُّ ُالد ْنيَ ۗا َو َما احْلَٰيوة ِ الر ْز َق لِمن يَّشاۤء وي ْق ِدر ۗوفَ ِرحوا بِاحْل ٰي ُ اَل ٰلّهُ َيْب ُس
ٌالد ْنيَا ىِف ااْل ٰ ِخَر ِة ااَّل َمتَاع ُّ وة َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ِّ ط
“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS.
al-Ra’d/13:26)
Kenikmatan hidup dunia ini hanyalah merupakan kenikmatan yang kecil, pendek
waktunya, serta mudah dan cepat hilang, dibandingkan dengan kenikmatan akhirat
yang besar nilainya sepanjang masa. Dengan demikian tidaklah pada tempatnya bila
mereka bangga dengan kenikmatan di dunia yang mereka rasakan itu. 5 Sesuai dengan
hadis nabi Saw.
3
M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Psikologi, Aras Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 37
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 2, hal. 208-209
5
Ibid
ُّ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب َف َق َال ُك ْن يِف ِ ُ عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال َأخ َذ رس
الد ْنيَا َ ول اللَّه َُ َ َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َْ ْ َ
ك ِم ْن َْأه ِل الْ ُقُب ْو ِر
َ يب َْأو َعابُِر َسبِ ٍيل َوعُ َّد َن ْف َس
ٌ َّك َغ ِر
َ َكَأن
ٰه َماۤ اِاَّل بِا ۡل َح ِّق َو ٰل ِك َّن اَ ۡكَثَر ُهمۡ اَل يَ ۡعلَ ُم ۡو َن ۡ ِ
ُ ض َو َما بَ ۡيَن ُه َما ٰلعبِ ۡي نَ َما َخلقَن
ۡ ِ َّ وما خلَ ۡقنا
َ الس ٰم ٰوت َوالاَ ۡر َ َ ََ
Artinya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Ad-
Dukhan: 38-39)
Dalam ayat ini Allah SWT memberi jawaban bahwa terciptanya langit dan
bumi serta apa yang ada di antara keduanya bukan sekedar permainan, akan tetapi
mengandung hikmah dan tujuan tertentu. Ia berada pada garis yang benar yang
sesudahnya diikuti dengan kehidupan yang pasti dan kekal.6
اخ َش ْوا َي ْو ًما اَّل جَيْ ِز ْي َوالِ ٌد َع ْن َّولَ ِدهٖۖ َواَل َم ْولُْو ٌد ُه َو َجا ٍز َع ْن َّوالِ ِدهٖ َشْيـًٔ ۗا اِ َّن ٓ
ُ ٰايَيُّ َها الن
ْ َّاس َّات ُق ْوا َربَّ ُك ْم َو
الد ْنيَ ۗا َواَل َيغَُّرنَّ ُك ْم بِال ٰلّ ِه الْغَُر ْو ُر
ُّ َُو ْع َد ال ٰلّ ِه َح ٌّق فَاَل َتغَُّرنَّ ُك ُم احْلَٰيوة
6
Ibid, hal. 811
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada
hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak
dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah
benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”
(QS. Luqmān/31: 33).
Menurut Tafsir Kemenag, terdapat dua peringatan yang terkandung dalam ayat
ini, pertama peringatan kepada manusia jangan sampai tertipu dengan kesenangan
dunia dan segala kenikmatannya, sehingga manusia menghabiskan seluruh waktunya
untuk memperoleh dan menikmati kesenagan-kesenangan duniawi. Akibatnya tidak
ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah serta mengerjakan amal saleh. Kedua,
peringatan untuk jangan teperdaya oleh setan yang selalu mencari-cari kesempatan
untuk memperdaya manusia. Karena setan menjadikan kehidupan dunia indah dalam
pandangan matanya, sehingga manusia lupa kepada tugas yang diamanahkan Allah
sebagai khalīfah fī al-Arḍi.
ٓ
َّاس َوااْل َْن َع ُام ۗ َح ٰتّى اِ َذٓا
ُ ض َّا يَْأ ُك ُل الن
ط بِهٖ نبات ااْل َر ِ مِم
ْ ُ ََ َ َاخَتل
ِ َّ الد ْنيا َكماٍۤء اَْنزلْنٰه ِمن
ْ َالس َماۤء ف َ ُ َ َ َ ُّ ا َا َمثَ ُل احْلَٰيوة
ِ ِمَّن
ِ ِ
َ ت َوظَ َّن اَ ْهلُ َهٓا اَن َُّه ْم ٰقد ُر ْو َن َعلَْي َهٓا اَت
ٰىهٓا اَْمُرنَا لَْياًل اَْو َن َه ًارا فَ َج َع ْلن َٰها ْ َض ُز ْخُر َف َها َوازَّيَّن
ُ اَ َخ َذت ااْل َْر
ت لَِق ْوٍم يََّت َف َّكُر ْو َن
ِ ٰصل ااْل ٰي
ُ ِّ ك نُ َف
ِ ۗ صي ًدا َكاَ ْن مَّل َت ْغن بِااْل َم
َ س َك ٰذلِ ْ َ ْ ِ
ْ َح
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai
(pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya, tiba- tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau
siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang
sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS.
Yūnus/10: 24)
Ayat ini menerangkan sifat kehidupan dunia dan perumpamaan yang ditijinjau
dari segi kefanaannya, bahwa kehidupan dan kesenangan duniawi dapat sirna
seketika.7 Kefanaan hidup di dunia ini ditegaskan dengan firman Allah:
7
Ibid, Jilid 4, hal. 296
ۡ ِۡ ٓ ۡ ِ ۡ ِۡ ٓ ۡ ِ
ُ اَفَاَم َن اَ ۡه ُل الـ ُق ٰرى اَ ۡن ياَّتَي ُهمۡ بَ ُسانَا َبيَاتًا َّو ُهمۡ نَٓا ِٕٮ ُم ۡونَؕاََواَم َن اَ ۡه ُل ال ُق ٰرى اَ ۡن ياَّتَي ُهمۡ بَ ُسانَا
ۡض ًحى َّو ُهم
يَ ۡل َعبُ ۡو َن
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur. Atau apakah
penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain.”
(al-A’rāf/7: 97- )98
9
Ibid, hal 6368
10
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 4, hal. 395-396
“Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (Yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat,
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan
Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS.
Ibrāhīm/14: 2-3)
Dijelaskan dalam Tafsir Kemenag, bahwa dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang yang lebih menyukai kehidupan duniawi daripada kehidupan
ukhrawi, menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan menginginkan agar orang-
orang menjauhi jalan lurus yang diberikan Allah kepada manusia, mereka itu sesat
sejauh-jauhnya.
Seseorang yang pada hatinya terdapat sifat ḥubbu al-dunia (cinta dunia), selain
bisa menyebabkan lupa kepada Allah Swt., juga bisa menyebabkan dirinya terjerumus
dalam kesesatan dan kepayahan. Karena seseorang yang cinta dunia akan melakukan
segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan di dunia, juga dikarenakan jika ia
telah mendapatkan sebagian dari duniawi maka nafsunya terus berambisi mengejar
yang lebih daripada itu.
11
Ibid, Jilid 5, hal. 125-126
itulah ia akan terlepas dari konflik kejiwaan yang menimbulkan rasa gelisah dan
tidak dapat menikmati rasa aman, tenteram dan bahagia.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.
Al-Qoshosh: 77).
Di surat lain juga diajarkan agar bermohon kebaikan dunia dan kebaikan akhirat:
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka". (QS. Al-Baqoroh: 201).