Anda di halaman 1dari 11

C.

Kehidupan Dunia Dalam Perspektif Al-Quran


Dunia merupakan tempat dimana manusia berpijak, beraktivitas, beribadah juga
merupakan materi yang dibutuhkan manusia dalam hidup dan kehidupan sehari-hari seperti,
rumah, makanan, pakaian dan sebagainya. Dengan kata lain dunia di sini memiliki dua aspek
yaitu dunia tempat (alam dunia) dan dunia materi (harta benda).
Al-Qur’an sebagai kitab suci yang sekaligus menjadi pegangan bagi semua umat
Islam di dunia sampai akhir zaman banyak sekali memberikan gambaran atau pandangannya
terhadap dunia ini, baik itu tentang keburukan dunia maupun kebaikan dunia yang banyak
tersebar di beberapa surah dalam al-Qur’an. Secara keseluruhan gambaran al-Qur’an tentang
dunia dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yakni gambaran al-Qur’an tentang
keburukan dunia dan gambaran al-Qur’an tentang kebaikan dunia.
1. Ayat Al-Quran tentang kesenangan dunia

‫ب َوا ۡل ِفض َِّة َوا ۡل َخـ ۡي ِل ا ُۡمل َس َّو َم ِة‬ َّ ‫اط ۡي ِر ا ۡل ُم َق ۡنطَر ِة ِم َن‬
ِ ‫الذ َه‬ ِ ‫ت ِمن الن‬
ِ َ‫ٓاء وا ۡلبـنِ ۡين وا ۡل َقن‬ ِ ‫ب الش‬ ِ ‫ُزيِّ َن لِلن‬
َ َ َ َ َ ‫ِّس‬ َ َ ‫َّه ٰو‬ َ ُّ ‫َّاس ُح‬
‫ب‬ِ ٰ‫الدنُّيا ‌ۚ وال ٰلّهُ ِع ۡن َدهٗ ح ۡس ن ۡلاما‬ ۡ ِ ۡ ِ ‌ِ ‫وا ۡلاَ ۡنع ِام وا ۡحلـ ۡر‬
َ ‫ثؕ ٰذ ل‬
َ ُ ُ َ َ ‫ك َمتَاعُ ا لَحٰيوة‬ َ َ َ َ
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(QS. Ali-Imran: 14).

Asbabun nuzul ayat ini ada yang meriwayatkan bahwa setelah kaum muslimin
mendapat kemenangan gilang-gemilang dalam peperangan badar, Rasulullah SAW
pernah mengajak kaum Yahudi di Madinah supaya masuk Islam. Tetapi mereka tidak
mau, melainkan mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta dan
kelengkapan senjata mereka. 1

Dalam ayat ini terdapat tiga kata pertama Zuyyina, artinya diperhiaskan.
Maksudnya, segala barang yang diingini itu ada baiknya dan ada buruknya, tetapi
apabila keinginan itu telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan
buruk atau susahnya. Kata kedua ialah Hubb, artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga
ialah Syahwat, yaitu keinginan-keinginan yang menarik selera nafsu untuk
memilikinya.

1
Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Riwayat Turunnya Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an, CV Asy-Syifa’, Semarang,
1993, hal. 106
Dalam Tafsir Kemenag, terdapat perincian dari kesenangan- kesenangan dunia
yang terkandung dalam ayat ini, pertama: Perempuan (istri), istri adalah tumpuan
cinta dan kasih sayang, jiwa manusia selalu cenderung tertuju kepada istri. Karena
sudah ditakdirkan oleh Allah bahwa setiap laki-laki apabila bertambah dewasanya
bertambah pula keinginannya hendak mempunyai teman hidup.

Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia.
Dan anak merupakan hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke
generasi.

Ketiga: Harta kekayaan, menurut al-Rāzi yang mengatakan dalam tafsirnya, “emas
dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang
yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti
menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan, dan kesempurnaan itu
diinginkan oleh semua manusia.”

Keempat: Kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna
putih di bagian dahi dan kakinya, sehingga tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat
Arab, kuda yang demikian itu adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Di
zaman sekarang mundurlah kuda kendaraan yang dipingit dan naiklah kepentingan
kendaraan bermotor. Maka dihiaskanlah dalam hati manusia keinginan memakai
kendaraan.

Kelima: Binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta kambing, binatang ternak ini
termasuk harta kekayaan Arab. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan,
alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil berternak
binatang- binatang itu.

Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan
manusia kepada sawah ladang melebih kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang
disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.2

2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 3, hal. 464-466
2. Ayat Al-Qur’an tentang kesenangan yang menipu

ٍ ‫الد ْنيا لَعِب َّوهَل و َّو ِزينَةٌ َّوَت َفاخ ۢ ٌر بينَ ُكم وتَ َكاثُر ىِف ااْل َمو ِال وااْل َواَل ۗ ِد َكمثَ ِل َغي‬ ِ
‫ث‬ ْ َ ْ َ َْ ٌ َ ْ َْ ُ ْ ٌْ ٌ َ ُّ ُ‫ا ْعلَ ُْٓموا اَمَّنَا احْلَٰيوة‬
‫اب َش ِديْ ۙ ٌد َّو َم ْغ ِفَرةٌ ِّم َن ال ٰلّ ِه‬ ِ ۗ
ٌ ‫ص َفًّرا مُثَّ يَ ُك ْو ُن ُحطَ ًاما َوىِف ااْل ٰخَر ِة َع َذ‬
ْ ‫َّار َنبَاتُهٗ مُثَّ يَ ِهْي ُج َفَت ٰرىهُ ُم‬
َ ‫ب الْ ُكف‬
َ ‫اَ ْع َج‬
‫الد ْنيَٓا اِاَّل َمتَاعُ الْغُُر ْو ِر‬ ْ ‫َو ِر‬
ُّ ُ‫ض َوا ٌن ۗ َو َما احْلَٰيوة‬

Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah


permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara
kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-
Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS.
Al- Hadiid: 20).

Dalam ayat ini al-Qur’an memandang dunia sebagai suatu kehidupan yang penuh
dengan permainan dan melalaikan. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hadid
ayat 20 diatas terdapat kata yang berarti bermain-main dan tidak berfaedah sama
sekali, juga terdapat kata yang berarti senda gurau dan biasanya ini dilakukan oleh
kaum muda, dimana setelah mereka bersenda gurau yang tinggal hanya penyesalan,
harta habis dan umur pun habis.

Mengenai ayat ini al-Qurṭubī memberi perumpamaan bahwa kehidupan dunia itu
seperti tanaman yang menyejukkan pandangan orang- orang yang melihatnya, semua
tanaman itu berwarna hijau karena diairi dengan hujan yang cukup, namun tidak
berapa lama kemudian tanaman tersebut dilanda kekeringan hingga seperti tidak
pernah hijau sebelumnya. Perumpamaan ini menyajikan sebuah hikmah tentang
kehidupan dunia yang pada hakikatnya dunia ini hanya tipuan dan berlangsung hanya
sementara. Yang tetap adalah amal perbuatan manusia.

Orang yang lebih mementingkan kehidupan dunia daripada akhirat, yakni orang
yang pada hidupnya sibuk memenuhi dorongan syahwat dan mendapatkan kelezatan,
sementara ia lupa untuk taat dan menyembah kepada Allah, maka ia akan mendapat
azab yang pedih di akhirat. Sedangkan orang yang selalu taat dan menyembah
kepadanya, beramal saleh, serta menguasai nafsu dan syahwatnya, makai ia akan
memperoleh ampunan dan ridha Allah.3

3. Ayat Al-Qur’an tentang kesenangan yang sedikit bersifat sementara

‫الد ْنيَا قَلِْي ۚ ٌل َوااْل ٰ ِخَرةُ َخْيٌر لِّ َم ِن َّات ٰقىۗ َواَل تُظْلَ ُم ْو َن فَتِْي ًل‬
ُّ ُ‫قُ ْل َمتَاع‬

“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS.
al-Nisā‘/4: 77).

Dalam Tafsir Kemenag disebutkan sebuah perbandingan antara perihal akhirat


dengan dunia, disana dikatakan bahwa kelezatan dunia itu hanya sedikit sekali
dibandingkan dengan kelezatan akhirat yang abadi dan tidak terbatas, yang hanya
akan didapat oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah yaitu orang yang bersih
dari syirik dan akhlak yang rendah.4

Kemudian ayat lain yang membahas tentang kesenangan dunia terhitung sedikit
terdapat pada surat al-Ra’d ayat 26:

ِ ُّ ُ‫الد ْنيَ ۗا َو َما احْلَٰيوة‬ ِ ‫الر ْز َق لِمن يَّشاۤء وي ْق ِدر ۗوفَ ِرحوا بِاحْل ٰي‬ ُ ‫اَل ٰلّهُ َيْب ُس‬
ٌ‫الد ْنيَا ىِف ااْل ٰ ِخَر ِة ااَّل َمتَاع‬ ُّ ‫وة‬ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ِّ ‫ط‬

“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS.
al-Ra’d/13:26)

Kenikmatan hidup dunia ini hanyalah merupakan kenikmatan yang kecil, pendek
waktunya, serta mudah dan cepat hilang, dibandingkan dengan kenikmatan akhirat
yang besar nilainya sepanjang masa. Dengan demikian tidaklah pada tempatnya bila
mereka bangga dengan kenikmatan di dunia yang mereka rasakan itu. 5 Sesuai dengan
hadis nabi Saw.

3
M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Psikologi, Aras Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 37
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 2, hal. 208-209

5
Ibid
ُّ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب َف َق َال ُك ْن يِف‬ ِ ُ ‫عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال َأخ َذ رس‬
‫الد ْنيَا‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َْ ْ َ
‫ك ِم ْن َْأه ِل الْ ُقُب ْو ِر‬
َ ‫يب َْأو َعابُِر َسبِ ٍيل َوعُ َّد َن ْف َس‬
ٌ ‫َّك َغ ِر‬
َ ‫َكَأن‬

“Perumpamaan dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah


pohon kemudian ia beristirahat sebentar dan selanjutnya pergi
meninggalkannya.”(HR. al-Tirmizi).

4. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah mewaspadai kehidupan dunia

‫ٰه َماۤ اِاَّل بِا ۡل َح ِّق َو ٰل ِك َّن اَ ۡكَثَر ُهمۡ اَل يَ ۡعلَ ُم ۡو َن‬ ۡ ِ
ُ ‫ض َو َما بَ ۡيَن ُه َما ٰلعبِ ۡي نَ َما َخلقَن‬
ۡ ِ َّ ‫وما خلَ ۡقنا‬
َ ‫الس ٰم ٰوت َوالاَ ۡر‬ َ َ ََ
Artinya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Ad-
Dukhan: 38-39)

Dalam ayat ini Allah SWT memberi jawaban bahwa terciptanya langit dan
bumi serta apa yang ada di antara keduanya bukan sekedar permainan, akan tetapi
mengandung hikmah dan tujuan tertentu. Ia berada pada garis yang benar yang
sesudahnya diikuti dengan kehidupan yang pasti dan kekal.6

Dalam mengarungi kehidupan ini, manusia diperintahkan untuk bekerja keras


untuk bekal kehidupan dunia ini, dan apa yang telah diperolehnya diperuntukkan bagi
kehidupan akhirat, tanpa melupakan posisinya dunia ini. Harta yang lebih, diinfakkan
ke jalan Allah, kedudukan yang diraihnya dipakai sarana mengabdikan diri kepada
Allah. Di sinilah sikap seorang mukmin dalam memandang dunia, ia diciptakan Allah
SWT bukan sekedar permainan dan tanpa tujuan akan tetapi ia diciptakan demi tujuan
yang hak.

Ayat yang juga memerintahkan untuk mewaspadai kehidupan dunia yakni


surat Al-Luqman ayat 33:

‫اخ َش ْوا َي ْو ًما اَّل جَيْ ِز ْي َوالِ ٌد َع ْن َّولَ ِدهٖۖ َواَل َم ْولُْو ٌد ُه َو َجا ٍز َع ْن َّوالِ ِدهٖ َشْيـًٔ ۗا اِ َّن‬ ٓ
ُ ‫ٰايَيُّ َها الن‬
ْ ‫َّاس َّات ُق ْوا َربَّ ُك ْم َو‬
‫الد ْنيَ ۗا َواَل َيغَُّرنَّ ُك ْم بِال ٰلّ ِه الْغَُر ْو ُر‬
ُّ ُ‫َو ْع َد ال ٰلّ ِه َح ٌّق فَاَل َتغَُّرنَّ ُك ُم احْلَٰيوة‬

6
Ibid, hal. 811
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada
hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak
dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah
benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”
(QS. Luqmān/31: 33).

Menurut Tafsir Kemenag, terdapat dua peringatan yang terkandung dalam ayat
ini, pertama peringatan kepada manusia jangan sampai tertipu dengan kesenangan
dunia dan segala kenikmatannya, sehingga manusia menghabiskan seluruh waktunya
untuk memperoleh dan menikmati kesenagan-kesenangan duniawi. Akibatnya tidak
ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah serta mengerjakan amal saleh. Kedua,
peringatan untuk jangan teperdaya oleh setan yang selalu mencari-cari kesempatan
untuk memperdaya manusia. Karena setan menjadikan kehidupan dunia indah dalam
pandangan matanya, sehingga manusia lupa kepada tugas yang diamanahkan Allah
sebagai khalīfah fī al-Arḍi.

5. Perumpamaan kehidupan dunia seperti air hujan

ٓ
‫َّاس َوااْل َْن َع ُام ۗ َح ٰتّى اِ َذٓا‬
ُ ‫ض َّا يَْأ ُك ُل الن‬
‫ط بِهٖ نبات ااْل َر ِ مِم‬
ْ ُ ََ َ َ‫اخَتل‬
ِ َّ ‫الد ْنيا َكماٍۤء اَْنزلْنٰه ِمن‬
ْ َ‫الس َماۤء ف‬ َ ُ َ َ َ ُّ ‫ا َا َمثَ ُل احْلَٰيوة‬
ِ ‫ِمَّن‬
ِ ِ
َ ‫ت َوظَ َّن اَ ْهلُ َهٓا اَن َُّه ْم ٰقد ُر ْو َن َعلَْي َهٓا اَت‬
‫ٰىهٓا اَْمُرنَا لَْياًل اَْو َن َه ًارا فَ َج َع ْلن َٰها‬ ْ َ‫ض ُز ْخُر َف َها َوازَّيَّن‬
ُ ‫اَ َخ َذت ااْل َْر‬
‫ت لَِق ْوٍم يََّت َف َّكُر ْو َن‬
ِ ٰ‫صل ااْل ٰي‬
ُ ِّ ‫ك نُ َف‬
ِ ۗ ‫صي ًدا َكاَ ْن مَّل َت ْغن بِااْل َم‬
َ ‫س َك ٰذل‬ِ ْ َ ْ ِ
ْ ‫َح‬
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai
(pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya, tiba- tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau
siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang
sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS.
Yūnus/10: 24)

Ayat ini menerangkan sifat kehidupan dunia dan perumpamaan yang ditijinjau
dari segi kefanaannya, bahwa kehidupan dan kesenangan duniawi dapat sirna
seketika.7 Kefanaan hidup di dunia ini ditegaskan dengan firman Allah:

7
Ibid, Jilid 4, hal. 296
ۡ ِۡ ٓ ۡ ِ ۡ ِۡ ٓ ۡ ِ
ُ ‫اَفَاَم َن اَ ۡه ُل الـ ُق ٰرى اَ ۡن ياَّتَي ُهمۡ بَ ُسانَا َبيَاتًا َّو ُهمۡ نَٓا ِٕٮ ُم ۡونَؕاََواَم َن اَ ۡه ُل ال ُق ٰرى اَ ۡن ياَّتَي ُهمۡ بَ ُسانَا‬
ۡ‫ض ًحى َّو ُهم‬
‫يَ ۡل َعبُ ۡو َن‬

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur. Atau apakah
penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain.”
(al-A’rāf/7: 97- )98

Sejalan dengan ini, Mutawallī al-Sya’rāwī mengungkapkan bahwa


perumpamaan ayat ini adalah penyerupaan kehidupan dunia seperti air yang diturunkan
Allah dari langit hingga tumbuhan bias bercampur karenanya. Setiap tumbuhan
mengambil bagiannya dalam berkembang dan menjadi indah kemudian berakhir, begitu
pula dunia. Kemudian “hiasan” adalah sesuatu yang indah yang disukai jiwa ketika
melihatnya. Dunia berhias diri dengan beragam warna yang indah, kemudian semuanya
menjadi punah. Begitulah yang kita lihat dalam kehidupan dunia. Jadi, dunia dengan
segala keindahannya akan punah, dan keindahan warnanya akan layu, maka tidak
sepantasnya manusia melampaui batas untuk meraih kesenangan duniawi yang hina dan
sementara.8

Dengan penjelasan perumpamaan ini, terdapat peringatan bagi manusia untuk


tidak tertipu dan teperdaya dengan beragam kesenangan dunia yang pada hakikatnya
hanya sementara dan tidak kekal sehingga berlomba- lomba dan melampaui batas
untuk mendapatkannya.

6. Dunia bukan tujuan hakiki

‫ك الَّ ِذ ۡي َن‬ ٓ ِ ِ ِ ِّ ‫الدن يا و ِۡزينتها نو‬ ۡ


َ ‫ف الَ ۡي ِهمۡ اَ ۡع َماهَلُمۡ ف ۡي َها َو ُهمۡ ف ۡي َها اَل يُ ۡب َخ ُس ۡو َن اُو ٰل ِٕٮ‬ ۡ ِ ۡ
َ ُ َ ََ َ َ ُّ َ‫َمن َكا َن يُر ۡي ُد ا لَحٰيوة‬
‫صَنعُ ۡوا فِ ۡي َها َوبٰ ِط ٌل َّما َكانُ ۡوا يَ ۡع َملُ ۡو َن‬
َ ‫ط َما‬ ‌ُ ‫س هَلُمۡ ىِف ۡى ا ۡالٰ ِخَر ِة اِاَّل الن‬
َ ِ‫َّار‌ۖ َو َحب‬ ۡ
َ ‫لَـي‬

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya


Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Hūd/11: 15-16).
8
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān al-Karīm )t.t: al-Azhar,
1991), Jilid 10, hal. 5859-5860.
Mutawallī Sya’rāwī dalam tafsirnya menjelaskan, apabila manusia telah
melakukan usaha sesuai dengan sebab, maka Allah mewajibkan diri- Nya untuk
memberi hasil usaha secara lengkap tanpa pengurangan. Dalam kehidupan dunia ini
hak-hak mereka tidak akan dikurangi. Prinsipnya, barangsiapa yang tekun bekerja, dia
akan memetik hasilnya.9

Menurut Tafsir Kemenag, orang-orang yang amalnya hanya diniatkan sekadar


mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan tidak diniatkan sebagai persiapan untuk
menghadapi akhirat, tidak memperoleh apa pun kecuali neraka. Hal ini sejalan dengan
Mutawallī Sya’rāwī yang mengatakan neraka adalah tempat kembali bagi mereka
yang bekerja hanya demi dunia, tanpa iman kepada Allah. Mereka akan mengambil
bagian mereka di dunia, sedangkan akhirat pekerjaan mereka seperti hanya binatang
ternak yang gemuk karena memakan sesuatu yang belum matang. Maksudnya, di
perutnya terdapat angin hingga orang yang tidak tahu menyangka bahwa binatang itu
gemuk, padahal kegemukan ini akan hilang. Demikian halnya dengan pekerjaan orang
kafir akan sia-sia di akhirat, karena pekerjaan tersebut tanpa di dasari iman kepada-
Nya. Dalam Tafsir Kemenag juga dikatakan, mereka berusaha di dunia bukan karena
dorongan iman pada Allah dan bukan untuk membersihkan diri dari dosa dan
kejahatan dan bukan pula untuk mengejar keutamaan dan takwa, akan tetapi semata-
mata untuk memenuhi keinginan hawa nafsu sepuas- puasnya. Itulah sebabnya Allah
menjadikan apa yang telah mereka kerjakan di dunia sia-sia belaka.10

7. Mencintai dunia dapat tersesat

َ‫اب َش ِديْ ۙ ٍد الَّ ِذيْ َن يَ ْستَ ِحُّب ْو َن احْلَٰيوة‬


ٍ ‫ض وويْل لِّْل ٰك ِف ِريْن ِمن َع َذ‬
ْ َ ‫ىِف‬ ِ َّ ‫ال ٰلّ ِه الَّ ِذي لَهٗ ما ىِف‬
ٌ َ َ ِ ۗ ‫الس ٰم ٰوت َو َما ااْل َْر‬ َ ْ
‫ض ٰل ۢ ٍل بَعِْي ٍد‬ ۤ ٰ
َ ‫صد ُّْو َن َع ْن َسبِْي ِل اللّ ِه َو َيْبغُ ْونَ َها ِع َو ًجا ۗ اُو ٰل ِٕى‬
َ ْ ‫ك يِف‬
ِ
ُ َ‫الد ْنيَا َعلَى ااْل ٰخَر ِة َوي‬
ُّ

9
Ibid, hal 6368
10
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Jakarta: Lembaga percetakan Al-Qur’an Kementrian agama,
2010) Jilid 4, hal. 395-396
“Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (Yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat,
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan
Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS.
Ibrāhīm/14: 2-3)

Dijelaskan dalam Tafsir Kemenag, bahwa dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang yang lebih menyukai kehidupan duniawi daripada kehidupan
ukhrawi, menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan menginginkan agar orang-
orang menjauhi jalan lurus yang diberikan Allah kepada manusia, mereka itu sesat
sejauh-jauhnya.

Orang kafir tidak hanya mengingkari al-Qur’an, tetapi juga menghalang-


halangi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar. Mereka juga berusaha dengan
berbagai tipu daya agar jalan lurus yang ditunjukkan Allah itu menjadi bengkok.
Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan apa yang sesuai dengan kehendak hawa
nafsu mereka. Dengan demikian mereka adalah orang-orang yang sesat dan
menyesatkan orang lain.11

Seseorang yang pada hatinya terdapat sifat ḥubbu al-dunia (cinta dunia), selain
bisa menyebabkan lupa kepada Allah Swt., juga bisa menyebabkan dirinya terjerumus
dalam kesesatan dan kepayahan. Karena seseorang yang cinta dunia akan melakukan
segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan di dunia, juga dikarenakan jika ia
telah mendapatkan sebagian dari duniawi maka nafsunya terus berambisi mengejar
yang lebih daripada itu.

D. Sikap Terhadap Dunia

Manusia dituntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam


merealisasikan keseimbangan antara tuntutan jasmani dengan tuntutan rohaninya,
dan antara tuntutan kehidupan duniawi dengan tuntutan ukhrawi. Sebab dengan cara

11
Ibid, Jilid 5, hal. 125-126
itulah ia akan terlepas dari konflik kejiwaan yang menimbulkan rasa gelisah dan
tidak dapat menikmati rasa aman, tenteram dan bahagia.

Allah SWT menghendaki keseimbangan antara dunia dan akhirat sebagaimana


firmanNya:

ِ ٰ ِ َ‫ٰىك ال ٰلّه الدَّار ااْل ٰ ِخر َة واَل َتْنس ن‬ ِ


َ ‫الد ْنيَا َواَ ْح ِس ْن َك َمٓا اَ ْح َس َن اللّهُ الَْي‬
‫ك َواَل‬ ُّ ‫ك ِم َن‬
َ َ‫صْيب‬ َ َ َ َ ُ َ ‫َو ْابتَ ِغ فْي َمٓا اٰت‬

ُّ ِ‫ضۗاِ َّن ال ٰلّهَ اَل حُي‬


‫ب الْ ُم ْف ِس ِديْ َن‬ ِ ‫َتْب ِغ الْ َف َس َاد ىِف ااْل َْر‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.
Al-Qoshosh: 77).

Di surat lain juga diajarkan agar bermohon kebaikan dunia dan kebaikan akhirat:

ِ ِ ۡ ۡ ُّ ‫و ِم ۡنهمۡ َّم ۡن يَّ ُق ۡو ُل ربَّنَٓا اٰتِنَا ىِف‬


َ ‫الدنيَا َح َسنَةً َّوىِف الاٰخَر ِة َح َسنَةً َّو قنَا َع َذ‬
‫اب النَّا ِر‬ َ ُ َ

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka". (QS. Al-Baqoroh: 201).

Ayat-ayat tersebut menerangkan dengan jelas, bahwa perhiasan (kehidupan


dunia) dapat dinikmati oleh orang beriman maupun yang tidak beriman. Sedang
diakhirat nanti kenikmatan yang lebih baik dan lebih abadi disediakan khusus bagi
orang yang beriman. Oleh karena itu, Allah memperingatkan agar orang beriman
jangan larut pada kehidupan dunia, tertipu, sehingga lupa kepada kehidupan yang
sebenarnya diakhirat nanti.

Al-Qur’an menyeru manusia agar menyeimbangkan antara tuntutan-tuntutan


fisiknya dalam kehidupan sehari-hari yang senantiasa mendorong mereka untuk
memenuhinya, dengan tuntutan-tuntutan rohaninya yang rindu kepada Allah dan
mengharapkan kenikmatan dalam kehidupan akhirat. Oleh karena itu, manusia harus
memenuhi kebutuhan jasmani dan dorongan-dorongan alamiahnya agar ia bisa hidup
dan memakmurkan bumi serta risalahnya dalam kehidupan yang telah diciptakan
Allah untuknya. Namun manusia juga berkewajiban memenuhi tuntutan rohaninya,
antara lain seperti pengakuan terhadap Allah sebagai Tuhan, menyembahNya dan
mengikuti jalan yang telah digariskan Allah dalam kehidupan, agar ia memperoleh
ampunan dan ridhaNya di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai