Tujuan:
A. KEHIDUPAN DUNIA
ََ
1. دناyang artinya : dekat (Qs. 8 : 42; Qs. 53 : 8, 67: 5)
ْ َ
2. Dan juga berasal dari kata: ْ دىِن َ – يَديِن, yang artinya : hina atau rendah
ِ ض الْعالِي ِ ِ ِ ُّ ِم َّر ب ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم اهلل ِ َن رس و َل
َّاس
ُ ن ال و
َ ة َ َ ِ الس ْوق َداخاًل م ْن َب ْع َ َ َ َ َْ ُ َ ْ ُ َ َّ أ
َّ ب أ
َُن َه َذا لَ ه ُّ ِ))أَيُّ ُك ْم حُي :ال َ ََخ َذ بِأُذُنِ ِه مُثَّ ق ٍ َّ فَم َّر جِب ْد ٍي أَس.َكَن َفتَ ه
َ ك َميِّت َفَتنَ َاولَ هُ فَأ َ َ َ ُ
)) أَحُتِ ُّب ْو َن أَنَّهُ لَ ُك ْم ((:ص نَ ُع بِ ِه ق ال ٍ ُّ ِ َم ا حُن: َف َق الُْوا (( بِ ِد ْر َه ٍم
ْ َب أَنَّهُ لَنَ ا بِ َش ْيء َو َم ا ن
ِ َفو (( :ال
اهلل َ ت َف َق ِ ِ أِل ِ
َ ٌ ِّف َو ُه َو َمي
َ فَ َكْي.ك ُّ َسَ َواهلل لَ ْو َك ا َن َحيًّا َك ا َن َعْيبًا فْي ه َنَّهُ أ:قَالُْوا
.)) اهلل ِم ْن َه َذا َعلَْي ُك ْم
ِ لد ْنيا أَهو ُن علَى
َ َ ْ َ ُّ َل
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar
sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya
kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu
dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa
yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang
berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena
kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
1
Penjelasan: jika dunia sifat asalnya adalah hina atau rendah, maka tdklah pantas
bagi orang yg beriman atau manusia yg berakal sehat berlomba-lomba
memperebutkan sesuatu yang hina dan rendah.
1. Ujian (Qs. 67 : 2)
Tafsir: yakni siapa yg amalannya paling ikhlas (akhlasuhu) dan paling benar
(ashwabuhu) ….Allah Ta’ala memberlakukan berbagai perintah dan larangan
utk mereka dan diuji dgn berbagai keinginan hawa nafsu yg memalingkan
mereka dari perintahNya. Barangsiapa yg tunduk pd perintah Allah dan
melakukan amalan baik, maka Allah akan memberi pahala yg baik di dunia
dan di akhirat. Namun siapapun yg condong pd hawa nafsunya dan tdk
menghiraukan perintah Allah maka akan mendapatkan balasan yg buruk…
(Tafsir As-Sa’dy).
Tafsir:
adalah tanah datar yg tdk ada pepohonan dan tumbuhannya yg disangka air
oleh orang yg sangat kehausan, padahal itu adalah halusinasi yg batil, lalu ia
bermaksud utk menghilangkan rasa hausnya… (Tafsir As-Sa’dy).
Dunia seperti fatamorgana yg bermakna sesuatu yg menipu, bukan hakiki,
nampak secara lahiriyah akan membahagiakan, namun jika tdk dituntun oleh
syariat maka dunia adalah laksana fatamorgana yg tdk akan memenuhi obsesi.
2
4. Dunia Dilaknat
َ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi ﷺbersabda :
ٌ ُ ْ َ ٌ َ ُ ْ َ َ ْ ُّ َّ َاَل
ٌِيها إاَّل ذ ِْك ُر اهَّلل ِ َو َما َوااَل هُ َواَع ل ٌِم أ ْو ُم َت َع ّل ِم
َ ون َما فأ إِن ادلنيا ملعونة ملع
ِ
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan
orang yang berilmu atau orang yang belajar." (HR. At-Tirmidzi).
Penjelasan:
Dunia pada asalnya terlaknat (dimurkai oleh Allah) jika ia keluar dari
tuntunan agama (syariat)
Hadits di atas menunjukkan keutamaan zikrullah, orang yang berilmu
(agama) dan orang yang menuntut ilmu (agama).
Para Salaf berkata: “Sesungguhnya cinta terhadap dunia merupakan pokok dari
segala kesalahan dan merusak dapat agama. Hal tersebut dinilai dari berbagai segi:
Kedua: sesungguhnya Allah melaknat, membenci, dan memurkainya, kecuali apa Allah
kecualikan (sebagaimana dalam hadis di atas), maka siapa yang mencintai apa yang
Allah laknat, benci dan murkai sungguh ia telah menceburkan dirinya ke dalam fitnah,
kebencian dan kemurkaannya.
Ketiga: sesungguhnya jika seorang hamba mencintainya dan menjadikan akhir dari
tujuannya dan menjadikannya wasilah (sarana) dengan amalan-amalan yang mana Allah
menjadikan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan ke negeri
akhirat, ketika perkaranya menjadi terbalik dan membalikkan hikmah maka hatinya pun
menjadi terbalik dan langkahnya pun berjalan menuju ke belakang (Lihat: ‘Uddah ash-
Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim hal. 222)
B. KEHIDUPAN AKHIRAT
Akhirat dari asal kata akhir yang berarti tidak ada sesudahnya (finish).
Akhirat adalah kehidupan sesudah dunia yang tidak ada lagi kehidupan
sesudahnya, ia kekal dan abadi (QS. 40: 39).
Mengimani kehidupan Akhirat merupakan salah satu rukun Iman.
3
2. Sifat-sifat kehidupan akhirat
َّ ٌ َ َ َ ْ ُّ ُ َ َ َ َ ْ ِ َّ َ َ حْل
َ ِإَون اآْل خ َِرةَ يِه َ َد ُار الْ َق
ِ ارر ياقوم إِنما ه ِذه ِ ا ياة ادلنيا متاع
"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS Ghafir
[40]: 39).
Keempat, dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa).
4
Setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka
akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang
kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini, sebab ada firman Allah:
َ َآْل َ ُ َ رْي ٌ َ َ َ أْل ُ ىَل
ول خِرة خ لك مِن ا و
"Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang."
(QS ad-Dhuha [93]: 4).
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب ِ ُ عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال أَخ َذ رس
َ ول اللَّه َُ َ َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َْ ْ َ
َو َكا َن ]ك ِم ْن أ َْه ِل الْ ُقُب ْو ِر ِ ِ ٌ ك غَ ِر
َ يب أ َْو َعاب ُر َسب ٍيل
َ [وعُ َّد َن ْف َس ُّ ال ُك ْن فِي
َ َّالد ْنيَا َكأَن َ َف َق
ِ َّ ت فَاَل َت ْنتَ ِظ ْر
اء َو ُخ ْذ َس َ ت فَاَل َت ْنتَظ ْر ال َْم َ َصبَ ْحْ اح َوإِ َذا أ
َ َالصب َ س ْي ِ ُ ابْن عُمر ي ُق
َ ول إ َذا أ َْم َ ََ ُ
َ ِك لِ َم ْوت
ك َ ِك َو ِم ْن َحيَات َض ِ ك لِمر ِ ِ ِ
َ َ َ م ْن ص َّحت
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia
ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu
termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada
di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari,
janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu
dan hidupmu sebelum matimu.”
(Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333;
Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah,
XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-
Shahîhah, no. 1157. Kalimat di dalam tanda kurung [ ] tidak terdapat dalam
riwayat al-Bukhâri)
Penjelasan:
Hadits ini merupakan landasan agar manusia tidak memiliki angan-angan yang
panjang di dunia. Orang yang beriman tidak sepantasnya menganggap dunia ini
sebagai tempat tinggalnya yang abadi. Namun, Seyogyanya ia menganggap
hidup di dunia ini seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian
menempuh perjalanan yang teramat panjang.
5
: Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata‘
Jika dunia bukan negeri domisili dan tempat yang abadi bagi orang Mukmin,
maka orang Mukmin harus bersikap dengan salah satu dari dua sikap:
Pertama, seperti orang asing yang menetap di negeri asing dan obsesinya (tujuan
dan cita-citanya) ialah mencari bekal untuk pulang ke tanah airnya.
Kedua, seperti orang musafir yang tidak menetap sama sekali, dia terus
melanjutkan perjalanannya siang dan malam menuju negeri abadi.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada Ibnu Umar
Radhiyallahu anhuma agar ia di dunia ini berada di antara salah satu dari kedua
sikap berikut:
Pertama, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia ini seperti
orang asing dan ia membayangkan bisa menetap, namun di negeri asing. Hatinya
tidak terpikat dengan negeri asing tersebut. Hatinya tetap bergantung dengan
tanah airnya, tempat ia akan kembali kepadanya. Ia bermukim di dunia untuk
menyelesaikan tujuan persiapannya untuk pulang ke tanah airnya (yaitu Surga).
Kedua, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia seperti musafir yang tidak
pernah mukim di satu tempat, namun tetap berjalan melintasi tempat-tempat
perjalanan hingga perjalanannya terhenti di tempat tujuan, yaitu kematian.
Barangsiapa sikapnya seperti ini di dunia, berarti dia menyadari tujuannya yaitu
mencari bekal untuk perjalanan dan tidak disibukkan dengan memperkaya diri
dengan perhiasan dunia. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
6
berwasiat kepada sejumlah Sahabatnya agar bekal mereka dari dunia seperti bekal
pengendara atau musafir.
ْ َِن َك َما أ
ُ ح َس َن اهَّلل ْ َادلنْ َيا َوأ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ هَّلل ُ َّ َ آْل َ َ َ اَل
ْ حس ُّ ك م َِن َوابْ َتغِ فِيما آتاك ا ادلار ا خِرة و تنس ن ِصيب
َ
َاد اأْل ْر ِض إ َّن اهَّلل َ اَل حُي ُِّب ال ْ ُم ْفسِ دِين َ َ َ ْ ْ َ يَل َ َ اَل
ِ إ ِ ْك و تبغِ الفس يِف
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
yaitu gunakanlah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa harta
yang melimpah dan kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat kepada
Rabbmu serta bertaqarrub kepada-Nya dengan berbagai amal-amal yang dapat
menghasilkan pahala di dunia dan di akhirat.
7
2. Wa laa tansa nashiibaka minad dun-yaa (“janganlah kamu melupakan
bagianmu dari [keselamatan] dunia ini”)
َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ
ِأن الزهد يِف تركِ ما يشغِلك ع ِن اهلل
8
َاس حُي ُِّبوك َ َ از َه ْد ف َ َّ ُّ ْ َ حُي
ْ ك اهَّلل ُ َو َْ
َّ ْ
ِ ِيما ىِف أيدِى انل ازه ْد ىِف ادلنيا ِب « -صىل اهلل عليه وسلم-
.»
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah,
tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah
akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada
apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah
dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang
hasan)
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah
seorang dari kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di
lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu
Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR.
Tirmidzi no. 2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Abu Bakar membebaskan seorang budak yang merupakan sahabat nabi yaitu
Bilal bin Rabbah dari sang majikan yaitu Umaiyah bin Khalaf dengan nilai
tebusan sebesar 9 uqiah emas ( 1 uqiah adalah 31,7475 gram emas berarti
sekitar 7,4 dinar emas, dimana 1 dinar emas adalah 4,25 gram emas ) dan
Abu Bakar menyanggupinya tanpa menawar, saat ini 1 dinar sekitar 2,1 juta
rupiah per kepingnya maka yang harus ditebus sekitar 9*7,4*2,1 juta rupiah
9
>>> sekitar 140 juta rupiah..suatu harga yang fantastis untuk ukuran budak
saat itu.
Ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi membuat seseorang dapat berbuat
lebih untuk membela agama Allah SWT, selain itu banyak sekali kisah dari
abu bakar yang digunakan untuk membebaskan budak-budak..bahkan di awal
keislaman dikisahkan bahwa Abu Bakar RA pernah menghabiskan 40.000
dirham untuk memerdekakan budak, dengan perhitungan 1 dirham saat ini
sekitar 70 ribu rupiah maka dana itu sekitar 2,8 Milyar rupiah.
2. Kisah Abu Ubaidah bin Jarrah yang merupakan gubernur Syam, namun
rumahnya kosong dari perabotan sama sekali, dan kisah zuhud beliau yang
lain.
Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia
masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehari setelah Abu
Bakar masuk Islam
Abdullah bin Umar pernah berkata tentang orang-orang yang mulia. "Ada
tiga orang Quraiys yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlaknya
dan sangat pemalu. Bila berbicara mereka tidak pernah dusta. Dan
apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka
itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah
bin Jarrah."
Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah
10
Abdullah bin Jarrah, ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak
membunuh ayahnya, tapi membunuh kemusyrikan yang bersarang dalam
pribadi ayahnya (lihat QS.58: 23)
Abu Ubaidah menjawab, "Aku tidak mau mendahului orang yang pernah
disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup—
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah
kita imamkan juga dia."
11