Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT KEHIDUPAN

Tujuan:

1. Agar peserta mengetahui hakikat kehidupan


2. Agar peserta mampu mempersiapkan bekal dalam kehidupan ini
3. Agar peserta tidak dilalaikan oleh dunia untuk kehidupan akhirat
4. Agar peserta terhindar sifat hubbud dun-ya (cinta dunia)

A. KEHIDUPAN DUNIA

1. Makna dunia dari segi bahasa:

ََ
1. ‫ دنا‬yang artinya : dekat (Qs. 8 : 42; Qs. 53 : 8, 67: 5)

Penjelasan: Dekat bermakna:

1. Sesuatu yg dekat tdk memerlukan tenaga, waktu dan fikiran yg habis-habisan


Singkat dan cepat (lihat QS. 23: 112-114).

ْ َ
2. Dan juga berasal dari kata: ْ ‫ دىِن َ – يَديِن‬, yang artinya : hina atau rendah
ِ ‫ض الْعالِي‬ ِ ِ ِ ُّ ِ‫م َّر ب‬  ‫ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم‬ ‫اهلل‬ ِ ‫َن رس و َل‬
‫َّاس‬
ُ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫و‬
َ ‫ة‬ َ َ ِ ‫الس ْوق َداخاًل م ْن َب ْع‬ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ ُ َ َّ ‫أ‬
َّ ‫ب أ‬
ُ‫َن َه َذا لَ ه‬ ُّ ِ‫))أَيُّ ُك ْم حُي‬ :‫ال‬ َ َ‫َخ َذ بِأُذُنِ ِه مُثَّ ق‬ ٍ َّ ‫ فَم َّر جِب ْد ٍي أَس‬.‫َكَن َفتَ ه‬
َ ‫ك َميِّت َفَتنَ َاولَ هُ فَأ‬ َ َ َ ُ
)) ‫أَحُتِ ُّب ْو َن أَنَّهُ لَ ُك ْم‬ ((:‫ص نَ ُع بِ ِه ق ال‬ ٍ ُّ ِ‫ َم ا حُن‬:‫ َف َق الُْوا‬ (( ‫بِ ِد ْر َه ٍم‬
ْ َ‫ب أَنَّهُ لَنَ ا بِ َش ْيء َو َم ا ن‬
ِ ‫ َفو‬ (( :‫ال‬
‫اهلل‬ َ ‫ت َف َق‬ ‫ِ ِ أِل‬ ِ
َ ٌ ِّ‫ف َو ُه َو َمي‬
َ ‫ فَ َكْي‬.‫ك‬ ُّ ‫َس‬َ ‫ َواهلل لَ ْو َك ا َن َحيًّا َك ا َن َعْيبًا فْي ه َنَّهُ أ‬:‫قَالُْوا‬
.)) ‫اهلل ِم ْن َه َذا َعلَْي ُك ْم‬
ِ ‫لد ْنيا أَهو ُن علَى‬
َ َ ْ َ ُّ َ‫ل‬
 Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar
sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya
kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu
dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa
yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang
berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena
kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫اهلل ِم ْن َه َذا َعلَْي ُك ْم‬


ِ ‫لد ْنيا أَهو ُن علَى‬ ِ
َ َ ْ َ ُّ َ‫َف َواهلل ل‬
“Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak
kambing ini bagi kalian.” (HR. Muslim)

1
Penjelasan: jika dunia sifat asalnya adalah hina atau rendah, maka tdklah pantas
bagi orang yg beriman atau manusia yg berakal sehat berlomba-lomba
memperebutkan sesuatu yang hina dan rendah.

2. Hakikat Kehidupan Dunia

1. Ujian (Qs. 67 : 2)

Tafsir: yakni siapa yg amalannya paling ikhlas (akhlasuhu) dan paling benar
(ashwabuhu) ….Allah Ta’ala memberlakukan berbagai perintah dan larangan
utk mereka dan diuji dgn berbagai keinginan hawa nafsu yg memalingkan
mereka dari perintahNya. Barangsiapa yg tunduk pd perintah Allah dan
melakukan amalan baik, maka Allah akan memberi pahala yg baik di dunia
dan di akhirat. Namun siapapun yg condong pd hawa nafsunya dan tdk
menghiraukan perintah Allah maka akan mendapatkan balasan yg buruk…
(Tafsir As-Sa’dy).

2. Fatamorgana (Qs. 24:39)

Tafsir:
adalah tanah datar yg tdk ada pepohonan dan tumbuhannya yg disangka air
oleh orang yg sangat kehausan, padahal itu adalah halusinasi yg batil, lalu ia
bermaksud utk menghilangkan rasa hausnya… (Tafsir As-Sa’dy).
Dunia seperti fatamorgana yg bermakna sesuatu yg menipu, bukan hakiki,
nampak secara lahiriyah akan membahagiakan, namun jika tdk dituntun oleh
syariat maka dunia adalah laksana fatamorgana yg tdk akan memenuhi obsesi.

3. Sifat-Sifat Dunia (QS.57: 20)

 Permainan (la’ibun); kadang menang (senang) dan kadang kalah (susah),


sesuatu yg tdk tetap dan sulit diprediksi. Senda gurau dan main-main
(QS.29: 64)
 Sesuatu yg melalaikan (lahwun); banyak melalaikan dari kewajiban
(pelaksanaan syariat)

Tafsir: Imam al-Qurthubi berkata: “Dikatakan perhiasan dunia adalah


main-main dan senda gurau yaitu yang berhasrat terhadap kehidupan
dunia maka tidak ada balasan baginya ia kedudukannya seperti main-main
dan senda gurau, dan dikatakan juga laib wa lahwun yaitu kebatilan dan
tipuan.” (al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, jilid 3 hal. 322-323)

 Perhiasan (ziinatun): berupa pakaian, makanan, minuman, kendaraan,


rumah, istana, penampilan, dll sehingga menarik
 Alat bermegah-megahan (tafakhurun bainakum); dengan perhiasan-
perhiasan di atas. Allah mengingatkan sifat bermegah-megahan dengan
kubur (kematian) QS.102: 1- 2.
 Alat berbangga-bangga dgn banyak harta dan anak (takaatsurun fil
amwaali wal awlaad); penyebab bangga dan sombong.
 Kesenangan yang menipu- Qs.3:185 (mataa’ul ghurur); bukan
kesenangan yang hakiki
 Dunia adalah kesenangan sementara (QS. 40: 39); semua kesenangan di
dunia pasti akan berakhir

2
4. Dunia Dilaknat

َ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :
ٌ ُ ْ َ ٌ َ ُ ْ َ َ ْ ُّ َّ ‫َاَل‬
ٌ‫ِيها إاَّل ذ ِْك ُر اهَّلل ِ َو َما َوااَل هُ َواَع ل ٌِم أ ْو ُم َت َع ّل ِم‬
َ ‫ون َما ف‬‫أ إِن ادلنيا ملعونة ملع‬
ِ
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan
orang yang berilmu atau orang yang belajar." (HR. At-Tirmidzi).

Syarh Ulama: Syaikh as-Sindi rahimahullah berkata: “Dunia terlaknat; yang


dimaksud dengan dunia ialah segala hal yang dapat menyibukkan diri dari
Allah ta’ala dan menjauhkannya, Allah melaknatnya dan menjauhkan dari
pandangan-Nya. (Syarah Sunan Ibni Majah hal. 428)

Penjelasan:
 Dunia pada asalnya terlaknat (dimurkai oleh Allah) jika ia keluar dari
tuntunan agama (syariat)
 Hadits di atas menunjukkan keutamaan zikrullah, orang yang berilmu
(agama) dan orang yang menuntut ilmu (agama).

Waspada dengan hubbud dunya (terlalu cinta dunia)

Para Salaf berkata: “Sesungguhnya cinta terhadap dunia merupakan pokok dari
segala kesalahan dan merusak dapat agama. Hal tersebut dinilai dari berbagai segi: 

Pertama: sesungguhnya mencintainya tanda dari mengagungkannya, padahal ia hina di


sisi Allah, dan diantara dosa yang paling besar adalah mengagungkan apa yang Allah
anggap hina. 

Kedua: sesungguhnya Allah melaknat, membenci, dan memurkainya, kecuali apa Allah
kecualikan (sebagaimana dalam hadis di atas), maka siapa yang mencintai apa yang
Allah laknat, benci dan murkai sungguh ia telah menceburkan dirinya ke dalam fitnah,
kebencian dan kemurkaannya. 

Ketiga: sesungguhnya jika seorang hamba mencintainya dan menjadikan akhir dari
tujuannya dan menjadikannya wasilah (sarana) dengan amalan-amalan yang mana Allah
menjadikan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan ke negeri
akhirat, ketika perkaranya menjadi terbalik dan membalikkan hikmah maka hatinya pun
menjadi terbalik dan langkahnya pun berjalan menuju ke belakang (Lihat: ‘Uddah ash-
Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim hal. 222)

B. KEHIDUPAN AKHIRAT

1. Makna Akhirat dari segi bahasa dan Kedudukannya

 Akhirat dari asal kata akhir yang berarti tidak ada sesudahnya (finish).
Akhirat adalah kehidupan sesudah dunia yang tidak ada lagi kehidupan
sesudahnya, ia kekal dan abadi (QS. 40: 39).
 Mengimani kehidupan Akhirat merupakan salah satu rukun Iman.

3
2. Sifat-sifat kehidupan akhirat

 Merupakan hakikat dari kehidupan atau kehidupan yg sesungguhnya (Qs.


29: 64)

Al-Quran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat


kehidupan yang sebenarnya:

Pertama, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya).


َ ُ َ ْ َ ُ ‫َ َ َ حْل َ َ ُ ُّ ْ َ اَّل َ ْ ٌ َ َ ٌ َّ َّ َ آْل َ َ َ َ حْل َ َ َ ُ َ ْ اَك‬
‫وما ه ِذه ِ ا ياة ادلنيا إ ِ لهو ولعِب ِإَون ادلار ا خِرة ليِه ا يوان لو نوا يعلمون‬
"Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka
mengetahui." (QS al-Ankabut [29]: 64).

Kedua, dar al-qarar (tempat yang kekal).

َّ ٌ َ َ َ ْ ُّ ُ َ َ ‫َ َ ْ ِ َّ َ َ حْل‬
َ ‫ِإَون اآْل خ َِرةَ يِه َ َد ُار الْ َق‬
ِ ‫ار‬‫ر‬ ‫ياقوم إِنما ه ِذه ِ ا ياة ادلنيا متاع‬
"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS Ghafir
[40]: 39).

Ketiga, dar al-jaza' (tempat pembalasan).

ُ ‫ون أَ َّن اهَّلل َ ُه َو احْل َ ُّق ال ْ ُمب‬


‫ني‬
َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ‫َ ْ َ ُ َ ّ ُ هَّلل ُ َ ُ ُ حْل‬
‫يومئ ِ ٍذ يوف ِي ِهم ا دِينهم ا ق ويعلم‬
ِ
"Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut
semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang
menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)." (QS an-Nur
[24]: 25).

Keempat, dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa).

ٌ َ َ َ َ ْ ُّ َ ُ َ ْ َ ‫َ َ ذَّل َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُّ ُ ْ َ ُ َرْي ً ذَّل‬


َ
‫وقِيل ل ِ ِين اتقوا ماذا أنزل ربكم قالوا خ ا ل ِ ِين أحسنوا يِف ه ِذه ِ ادلنيا حسنة‬
َ ‫َودَل َ ُار اآْل خ َِرة ِ َخرْي ٌ َونَل ِْع َم َد ُار ال ْ ُم َّتق‬
‫ني‬ ِ

"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: 'Apakah yang telah


diturunkan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab: '(Allah telah menurunkan)
kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan)
yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah
sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS an-Nahl [16]: 30).

 Kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia

4
Setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka
akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang
kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini, sebab ada firman Allah:
‫َ َآْل َ ُ َ رْي ٌ َ َ َ أْل ُ ىَل‬
‫ول خِرة خ لك مِن ا و‬
"Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang."
(QS ad-Dhuha [93]: 4).

 Kehidupan akhirat membagi dua golongan manusia (QS. 11: 105)

1. Syaqiy (Golongan yg celaka) lihat QS. 11: 106-107 tempat mereka di


neraka dan kekal.
2. Sa’iid (Golongan yg bahagia) lihat QS. 11: 108 tempat mereka di syurga
dan kekal.

C. SIKAP YANG BENAR DAN SELAMAT TERHADAP KEHIDUPAN DUNIA

1. Hiduplah di dunia seperti orang asing (musafir)

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب‬ ِ ُ ‫عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال أَخ َذ رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َْ ْ َ
‫ َو َكا َن‬ ]‫ك ِم ْن أ َْه ِل الْ ُقُب ْو ِر‬ ِ ِ ٌ ‫ك غَ ِر‬
َ  ‫يب أ َْو َعاب ُر َسب ٍيل‬
َ ‫[وعُ َّد َن ْف َس‬ ُّ ‫ال ُك ْن فِي‬
َ َّ‫الد ْنيَا َكأَن‬ َ ‫َف َق‬
ِ َّ ‫ت فَاَل َت ْنتَ ِظ ْر‬
‫اء َو ُخ ْذ‬ َ‫س‬ َ ‫ت فَاَل َت ْنتَظ ْر ال َْم‬ َ ‫َصبَ ْح‬ْ ‫اح َوإِ َذا أ‬
َ َ‫الصب‬ َ ‫س ْي‬ ِ ُ ‫ابْن عُمر ي ُق‬
َ ‫ول إ َذا أ َْم‬ َ ََ ُ
َ ِ‫ك لِ َم ْوت‬
‫ك‬ َ ِ‫ك َو ِم ْن َحيَات‬ َ‫ض‬ ِ ‫ك لِمر‬ ِ ِ ِ
َ َ َ ‫م ْن ص َّحت‬
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia
ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu
termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada
di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari,
janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu
dan hidupmu sebelum matimu.”

(Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333;
Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah,
XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-
Shahîhah, no. 1157. Kalimat di dalam tanda kurung [ ] tidak terdapat dalam
riwayat al-Bukhâri)

Penjelasan:
Hadits ini merupakan landasan agar manusia tidak memiliki angan-angan yang
panjang di dunia. Orang yang beriman tidak sepantasnya menganggap dunia ini
sebagai tempat tinggalnya yang abadi. Namun, Seyogyanya ia menganggap
hidup di dunia ini seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian
menempuh perjalanan yang teramat panjang.

5
: Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata‘

ِ ‫ ولِ ُك ِّل و‬،ً‫ت اآْل ِخرةُ م ْقبِلَة‬


‫ فَ ُك ْونُ ْوا ِم ْن‬،‫اح َد ٍة ِمْن ُه َما َبُن ْو ٌن‬ ِ َ‫ وارحَت ل‬،ً‫الد ْنيا م ْدبِرة‬ ِ ِ
َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ُّ ‫ا ْرحَتَلَت‬
‫اب‬ ِ
ٌ ‫اب َو َغ ًدا ح َس‬
ِ
ٌ ‫ فَِإ َّن الَْي ْو َم َع َم ٌل َواَل ح َس‬،‫الد ْنيَا‬ُّ ‫ َواَل تَ ُك ْونُ ْوا ِم ْن أ َْبنَ ِاء‬،‫أ َْبنَ ِاء اآْل ِخَر ِة‬
‫َواَل َع َم ٌل‬
Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan
datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya,
hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia,
karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab
bukan amal.
(Shahîhul Bukhâri, kitab: ar-Riqâq, bab: fil Amali wa Thûlihi, Fat-hul
Bâri XI/235. Lihat juga Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, II/378)

Jika dunia bukan negeri domisili dan tempat yang abadi bagi orang Mukmin,
maka orang Mukmin harus bersikap dengan salah satu dari dua sikap: 
Pertama, seperti orang asing yang menetap di negeri asing dan obsesinya (tujuan
dan cita-citanya) ialah mencari bekal untuk pulang ke tanah airnya. 

Kedua, seperti orang musafir yang tidak menetap sama sekali, dia terus
melanjutkan perjalanannya siang dan malam menuju negeri abadi.

Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada Ibnu Umar
Radhiyallahu anhuma agar ia di dunia ini berada di antara salah satu dari kedua
sikap berikut:
Pertama, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia ini seperti
orang asing dan ia membayangkan bisa menetap, namun di negeri asing. Hatinya
tidak terpikat dengan negeri asing tersebut. Hatinya tetap bergantung dengan
tanah airnya, tempat ia akan kembali kepadanya. Ia bermukim di dunia untuk
menyelesaikan tujuan persiapannya untuk pulang ke tanah airnya (yaitu Surga).
Kedua, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia seperti musafir yang tidak
pernah mukim di satu tempat, namun tetap berjalan melintasi tempat-tempat
perjalanan hingga perjalanannya terhenti di tempat tujuan, yaitu kematian.
Barangsiapa sikapnya seperti ini di dunia, berarti dia menyadari tujuannya yaitu
mencari bekal untuk perjalanan dan tidak disibukkan dengan memperkaya diri
dengan perhiasan dunia. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

6
berwasiat kepada sejumlah Sahabatnya agar bekal mereka dari dunia seperti bekal
pengendara atau musafir.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ك ِم ْن أ َْه ِل الْ ُقُب ْور‬


َ ‫َوعُ َّد َن ْف َس‬
Dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur [pasti akan
mati)
Kematian adalah akhir yang pasti akan dialami oleh seluruh makhluk. Kematian
adalah pemisah antara kehidupan dunia dan alam barzakh. Jika seseorang di dalam
hatinya sering mengingat kematian dan bersemangat dalam urusan akhirat, maka dia
akan masuk ke dalamorang-orang yang berlomba dalam kebaikan dan amalan shalih.
Sebaliknya, jika hati seseorang lalai dari mengingat kematian dan lupa kalau dirinya
pasti akan meninggalkan dunia ini, maka dia akan menjadi keras hatinya dan malas
melakukan ketaatan.

2. Berusaha memperoleh kebahagiaan hakiki di akhirat, namun jangan


melupakan bagianmu di dunia (QS. 28: 77)

ْ َ‫ِن َك َما أ‬
ُ ‫ح َس َن اهَّلل‬ ْ َ‫ادلنْ َيا َوأ‬ َ َ َ َ ْ َ ‫َ َ َ هَّلل ُ َّ َ آْل َ َ َ اَل‬
ْ ‫حس‬ ُّ ‫ك م َِن‬ ‫َوابْ َتغِ فِيما آتاك ا ادلار ا خِرة و تنس ن ِصيب‬
َ
َ‫اد اأْل ْر ِض إ َّن اهَّلل َ اَل حُي ُِّب ال ْ ُم ْفسِ دِين‬ َ َ َ ْ ْ َ ‫يَل َ َ اَل‬
ِ ‫إ ِ ْك و تبغِ الفس يِف‬

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Tafsir Ibn Katsir:


1. firman-Nya: wabtaghi fiimaa aataakallaaHud daaral aakhirata walaa tansa
nashiibaka minad dun-yaa (“Dan carilah dari apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari [keselamatan] dunia ini.”)

yaitu gunakanlah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa harta
yang melimpah dan kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat kepada
Rabbmu serta bertaqarrub kepada-Nya dengan berbagai amal-amal yang dapat
menghasilkan pahala di dunia dan di akhirat.

7
2. Wa laa tansa nashiibaka minad dun-yaa (“janganlah kamu melupakan
bagianmu dari [keselamatan] dunia ini”)

yaitu apa-apa yang dibolehkan Allah di dalamnya berupa makanan, minuman,


pakaian, tempat tinggal dan pernikahan. Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak,
dirimu memiliki hak, keluargamu memiliki hak serta orang yang berziarah
kepadamu pun memiliki hak. Maka berikanlah setiap sesuatu dengan haknya.

3. Wa ahsin kamaa ahsanallaaHu ilaikum (“Dan berbuat baiklah


sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”)

yaitu berbuat baiklah kepada makhluk-Nya sebagaimana Dia telah


berbuat baik kepadamu.

4. Wa laa tabghil fasaada fil ardli


(“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.”)

yaitu janganlah semangatmu hanya menjadi perusak di muka bumi dan


berbuat buruk kepada makhluk Allah. innallaaHa laa yuhibbul mufsidiin
(“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”)

3. Bersifat Zuhud dengan Dunia

Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa :

“Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat terhadap kehidupan


akhirat.” (dikutip oleh Ibnul Qayyim di dalam madarijussalikin).

Abu Sulaiman Ad Daroni mengatakan:

َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ
ِ‫أن الزهد يِف تركِ ما يشغِلك ع ِن اهلل‬

“Zuhud adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari


mengingat Allah.
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Definisi zuhud dari Abu Sulaiman ini
amatlah bagus. Definisi telah mencakup seluruh definisi, pembagian dan macam-
macam zuhud.”
(Abu Sulaiman Ad Daroni dalam Jaamiul Ulum Wal Hikam)

a. Ayat-ayat tentang Zuhud. (40 : 38-39, 87: 16-17)

َ‫ َر ُج ٌل َف َق َال يا‬-‫صىل اهلل عليه وسلم‬- َّ َّ‫ِى قَ َال َأىَت انل‬


b. Hadits-hadits tentang zuhud
َّ ‫َع ْن َس ْهل بْن َس ْعد‬
ّ ‫السا ِعد‬
‫ىِب‬ ِ ٍ ِ ِ
‫هَّلل‬ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ
ُ َّ‫َع َمل إذا أنا َعمل ُت ُه أ َح َّب َ اهَّلل ُ َوأ َح َّب َ انل‬ ‫ىَلَع‬ َّ ُ ‫َ ُ َ هَّلل‬
ِ ‫اس فقال َر ُسول ا‬ ‫ىِن‬ ‫ىِن‬ ِ ِ ٍ ‫رسول ا ِ ىِن‬
‫ل‬ ‫د‬

8
َ‫اس حُي ُِّبوك‬ َ َ ‫از َه ْد ف‬ َ َّ ‫ُّ ْ َ حُي‬
ْ ‫ك اهَّلل ُ َو‬ َْ
َّ ْ
ِ ‫ِيما ىِف أيدِى انل‬ ‫ازه ْد ىِف ادلنيا ِب‬ « -‫صىل اهلل عليه وسلم‬-

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah,
tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah
akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada
apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah
dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang
hasan)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ص َب َع ُه َه ِذه ِ – َوأَ َش‬


‫ار حَي ْىَي‬ ُ ُ َ َ ُ َ ْ ‫َ ِ َّ ْ ُ َ جَي‬
ْ ‫ك ْم إ‬ ‫ادلن َيا ىِف اآلخِرة إِال مِثل ما عل أحد‬
ْ ُّ َ ‫َ هَّلل‬
‫وا ِ ما‬
ِ
‫ج ُع‬ ْ َ‫الس َّبابَةِ – ايْل َ ِّم َفلْ َينْ ُظ ْر ب َم ي‬
‫ر‬ َّ ‫ب‬
ِ ِ ‫ىِف‬ ِ

“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah
seorang dari kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di
lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)

Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ ‫ْ رَش‬ ‫ُّ ْ َ َ ْ ُ ْ َ هَّلل َ َ َ َ ُ َ َ َ ىَق اَك‬ َ ‫َ اَك‬
‫ف ًِرا مِن َها ْ َبة َما ٍء‬ ِ ‫ل ْو ن‬
‫ت ادلنيا تعدِل عِند ا ِ جناح بعوض ٍة ما س‬

“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu
Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR.
Tirmidzi no. 2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

c. Kisah salaf tentang zuhud

1. Kezuhudan Abu Bakar Ash Shiddiq Radiyallahu Anhu

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah radiyallahu anha, dia berkata,


"Abu Bakar meninggal dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu
dirham pun. Sebelum itu dia masih memilikinya, namun kemudian dia
mengambilnya dan menyerahkannya ke Baitul-mal." Begitulah yang
disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3/132.

Abu Bakar membebaskan seorang budak yang merupakan sahabat nabi yaitu
Bilal bin Rabbah dari sang majikan yaitu Umaiyah bin Khalaf dengan nilai
tebusan sebesar 9 uqiah emas ( 1 uqiah adalah 31,7475 gram emas berarti
sekitar 7,4 dinar emas, dimana 1 dinar emas adalah 4,25 gram emas ) dan
Abu Bakar menyanggupinya tanpa menawar, saat ini 1 dinar sekitar 2,1 juta
rupiah per kepingnya maka yang harus ditebus sekitar 9*7,4*2,1 juta rupiah

9
>>> sekitar 140 juta rupiah..suatu harga yang fantastis untuk ukuran budak
saat itu.
Ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi membuat seseorang dapat berbuat
lebih untuk membela agama Allah SWT, selain itu banyak sekali kisah dari
abu bakar yang digunakan untuk membebaskan budak-budak..bahkan di awal
keislaman dikisahkan bahwa Abu Bakar RA pernah menghabiskan 40.000
dirham untuk memerdekakan budak, dengan perhitungan 1 dirham saat ini
sekitar 70 ribu rupiah maka dana itu sekitar 2,8 Milyar rupiah.

2. Kisah Abu Ubaidah bin Jarrah yang merupakan gubernur Syam, namun
rumahnya kosong dari perabotan sama sekali, dan kisah zuhud beliau yang
lain.

Abu Nu'aim meriwayatkan dari Abu Ma'mar, bahwa tatkala Umar


mengadakan lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin
masyarakat di sana. "Mana saudaraku?" tanya Umar. "Siapa yang engkau
maksudkan?' tanya orang-orang. "Abu Ubaidah. " "Sekarang dia baru menuju
ke sini. Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu
memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak
melihat perabot apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya.

(Ahmad mengeluarkan hadits yang serupa seperti yang disebutkan di dalam


Shifatush-Shafwah, 1/143. Ibnul-Mubarak juga meriwayatkannya di dalam
Az-Zuhd, dari jalan Ma'mar, serupa dengan ini, seperti yang disebutkan di
dalam Al-Ishabah, 2/253).

Siapa Abu Ubaidah bin Jarrah?

 Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia
masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehari setelah Abu
Bakar masuk Islam

 Abdullah bin Umar pernah berkata tentang orang-orang yang mulia. "Ada
tiga orang Quraiys yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlaknya
dan sangat pemalu. Bila berbicara mereka tidak pernah dusta. Dan
apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka
itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah
bin Jarrah."

 Dalam Perang Badar, Abu Ubaidah berhasil menyusup ke barisan musuh


tanpa takut mati. Namun tentara berkuda kaum musyrikin menghadang
dan mengejarnya. Kemana pun ia lari, tentara itu terus mengejarnya
dengan beringas. Abu Ubaidah menghindar dan menjauhkan diri untuk
bertarung dengan pengejarnya. Ketika si pengejar bertambah dekat, dan
merasa posisinya strategis, Abu Ubaidah mengayunkan pedang ke arah
kepala lawan. Sang lawan tewas seketika dengan kepala terbelah. 

Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah

10
Abdullah bin Jarrah, ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak
membunuh ayahnya, tapi membunuh kemusyrikan yang bersarang dalam
pribadi ayahnya (lihat QS.58: 23)

 Dalam musyawarah pemilihan khalifah yang pertama (Al-Yaum Ats-


Tsaqifah), Umar bin Al-Khathab mengulurkan tangannya kepada Abu
Ubaidah seraya berkata, "Aku memilihmu dan bersumpah setia, karena
aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya tiap-tiap
umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang paling dipercaya dari
umat ini adalah engkau."

Abu Ubaidah menjawab, "Aku tidak mau mendahului orang yang pernah
disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup—
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah
kita imamkan juga dia."

Akhirnya mereka sepakat untuk memilih Abu Bakar menjadi khalifah


pertama, sedangkan Abu Ubaidah diangkat menjadi penasihat dan
pembantu utama khalifah.

 Pada masa pemerintahan Umar, Abu Ubaidah memimpin tentara


Muslimin menaklukkan wilayah Syam (Suriah). Dia berhasil
memperoleh kemenangan berturut-turut, sehingga seluruh wilayah Syam
takluk di bawah kekuasaan Islam, dari tepi sungai Furat di sebelah timur
hingga Asia kecil di sebelah utara.

3. Kisah Muhammad bin Wasi’ Al Azdi yang dipaksa menerima harta


rampasan perang berupa mahkota namun ia memberikan mahkota tersebut
kepada faqir miskin yang ia temui di jalan.

4. Dan kisah-kisah salaf yang lain.

11

Anda mungkin juga menyukai