Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Jumat

Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan


Akhirat dan Kebahagiaan Dunia
Beranda Download Khutbah Jumat Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan
Kebahagiaan Dunia

By Radio Rodja | Kamis, 03 Januari 2019 pukul 5:55 am

Terakhir diperbaharui: Jumat, 04 September 2020 pukul 2:58 pm

Tautan: https://rodja.id/28i

Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan Kebahagiaan Dunia ini merupakan


rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh:  Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid
Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at,  22 Rabbi’ul Awwal
1440 H / 30 November 2018 M.

Daftar Isi [sembunyikan]

 Khutbah Jum’at Pertama Tentang Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan


Kebahagiaan Dunia
o Khutbah Kedua Tentang Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan
Kebahagiaan Dunia
o Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Tentang Orang Yang Menginginkan
Kebahagiaan Akhirat dan Kebahagiaan Dunia

Khutbah Jum’at Pertama Tentang Orang Yang


Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan Kebahagiaan
Dunia
ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
‫ َو َم ْن‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬ ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫إن الـ َح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬ َّ
‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُمـ َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬ ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ي لَه‬ َ ِ‫د‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫اَل‬َ ‫ف‬ ْ‫ل‬ِ ‫ي‬
‫ل‬ ْ‫ُض‬
ُ ْ ‫َأ‬ ‫اَّل‬ ُ
َ‫ق تقاتِ ِه َواَل تَ ُموت َّن ِإ َو نت ْم ُم ْسلِ ُمون‬ َ ُ ‫هَّللا‬ ُ َّ ُ َّ ‫َأ‬
َّ ‫ يَا يُّهَا ال ِذينَ آ َمنوا اتقوا َ َح‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬ ،‫وقال تعالى‬
‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولهُ فقد فا َز فوْ زا َع ِظي ًما‬
ً َ َ ْ َ َ َ
‫ُأل‬
ِ ‫ َو َش َّر ا ُم‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬
‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة‬، ‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا‬ َّ َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫ي هَ ْد‬ ِ ‫ َوَأحْ َسنَ ْالهَ ْد‬، ِ ‫ث ِكتَابُ هَّللا‬
ِ ‫ق ْال َح ِدي‬ َ ‫ص َد‬َ ‫ـ فِإ َّن َأ‬،‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضاللَة‬
ِ َّ‫ضاللَ ٍة فِي الن‬
‫ار‬ َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬، ٌ‫بِ ْد َعة‬

Ummatal Islam,
Sesungguhnya seseorang manusia hidup diatas keinginannya. Ketika keinginan terbesarnya
adalah kehidupan akhirat, maka ia akan berusaha untuk meraih kehidupan akhirat. Tetapi ketika
ia keinginannya adalah kehidupan dunia, maka ia pun akan terus berselancar di atas dunia dan ia
pun kemudian berat untuk menuju kehidupan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam hadits riwayat Tirmidzi:

Baca Juga:
Masa Iddah Wanita Ditinggal Mati Suami

ُ‫ت ال ُّد ْنيَا هَ َّمه‬


ِ َ‫َم ْن َكان‬

“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia“

ُ‫ق علي ِه شملَه‬


َ ‫ف َّر‬

“Allah akan cerai beraikan urusannya”

‫َج َع َل هَّللا ُ فَ ْق َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه‬

“Dan Allah akan jadikan kefakiran itu di pelupuk matanya.”

َ ِ‫َولَ ْم يَْأتِ ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا ِإالَّ َما ُكت‬


ُ‫ب لَه‬

“Dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja
untuknya.”

ُ‫ت اآْل ِخ َرةُ هَ َّمه‬


ِ َ‫َم ْن َكان‬

“Tapi siapa yang keinginan terbesarnya adalah kehidupan akhirat”

ُ‫َج َم َع هَّللا ُ لَهُ َأ ْم َره‬

“Allah akan kokohkan urusannya.”

‫َو َج َع َل ِغنَاهُ فِي قَ ْلبِ ِه‬

“Dan Allah akan jadikan kekayaan itu di hatinya.”

ِ ‫َوَأتَ ْتهُ ال ُّد ْنيَا َو ِه َي َر‬


ٌ‫اغ َمة‬

“Dan dunia pun akan mendatanginya dalam keadaan hina di matanya.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini menyebutkan tentang keinginan dua
orang. Yang satu keinginan terbesarnya adalah kehidupan dunia dan yang satu keinginan
terbesarnya ialah kehidupan akhirat. Sementara Akhirat jauh lebih kekal, jauh lebih baik
daripada kehidupan dunia. Namun itu sangat memberikan pengaruh dalam kehidupan seorang
manusia.

Ketika seseorang keinginan terbesarnya adalah dunia, dia menginginkan dunia berupa harta,
berupa kedudukan, maka pada waktu itulah dia kan bersungguh-sungguh mencari dunia. Namun
dunia itu menipu, namun dunia itu awalnya adalah kelelahan dan akhirnya adalah penyesalan dan
kekhawatiran. Namun dunia itu hanyalah memberikan kepadanya iming-iming. Dia lelah, dia
banting tulang untuk mencari dunia, ternyata ia tidak mendapatkan kecuali apa yang Allah
takdirkan saja untuknya.

Para pencari dunia seringkali kehilangan keikhlasan disaat ia ibadah. Ternyata keinginan
terbesarnya ialah kehidupan dunia, sehingga AllAh tidak memberikan pahala apa-apa untuknya.
Allah berfirman dalam surat Hud:

Baca Juga:
Gelar Bulan Ramadhan

َ ‫﴾ ُأولَـِٰئ‬١٥﴿ َ‫َمن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا اَل يُبْخَ سُون‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ لَي‬
ۖ ‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل النَّا ُر‬
١٦﴿ َ‫اط ٌل َّما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ ِ َ‫صنَعُوا فِيهَا َوب‬ َ ‫﴾ َو َحبِطَ َما‬

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan.Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Hud[11]: 15-16)

Ketika dunia itu menjadi keinginan terbesar, maka dia menginginkan dunia dan itu yang terbesar
di hatinya. Sehingga akhirnya untuk ikhlas karena Allah adalah sesuatu yang paling berat bagi
dia. Ketika seseorang pergi ke masjid misalnya, ternyata motivasi dia adalah hanya sebatas
dunia. Ketika seseorang shalat dhuha misalnya, ternyata motivasi terbesar dia agar dimudahkan
rezekinya. Ketika dunia tidak mendatanginya, maka ia pun kemudian menjadi orang yang paling
malas menuju kehidupan akhirat. Karena keinginannya tak tercapai dari kehidupan dunia ini.

Akibat dari pada hatinya yang begitu sangat besar keinginannya terhadap dunia, terkadang sama
sekali tidak peduli dengan halal dan haramnya yang Allah telah bataskan kepada dirinya. Mereka
menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan kehidupan dunia, mendapatkan harta,
mendapatkan kedudukan, maka yang seperti ini sangatlah membahayakan seseorang. Bahkan
lebih berbahaya daripada serigala lapar yang dikirim kepada sekelompok domba. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Baca Juga:
Biografi Ibnu Baththah
‫ف لِ ِدينِ ِه‬ ِ ْ‫ان َجاِئ َعا ِن ُأرْ ِساَل فِي َغن ٍَم بَِأ ْف َس َد لَهَا ِم ْن ِحر‬
ِ ‫ص ْال َمرْ ِء َعلَى ْال َما ِل َوال َّش َر‬ ِ َ‫َما ِذْئب‬

“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepaskan pada sekelompok domba, lebih berbahaya
dari orang yang sangat tamak dan rakus terhadap harta, lebih berbahaya untuk agamanya”
(HR. Tirmidzi)

Orang yang harapan yang hanya dunia saja, ia akan menjadi hamba yang mudah untuk  putus
asa. Orang yang harapannya hanya dunia saja, akan menjadi orang yang apabila ia berusaha
didalam kehidupannya, usahanya tiada lain adalah untuk dunia. Sehingga akhirnya,
pengetahuannya yang terbesar adalah dunia, keilmuan dan puncak keilmuannya adalah dunia.
Dan inilah orang yang dicela oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firmanNya:

٧﴿ َ‫﴾يَ ْعلَ ُمونَ ظَا ِهرًا ِّمنَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم ع َِن اآْل ِخ َر ِة هُ ْم غَافِلُون‬

“Mereka hanya berilmu tentang kehidupan dunia, sementara mereka lalai tentang kehidupan
akhirat” (QS. Ar-Rum[30]: 7)

Dan dalam hadits yang dihasilkan oleh Syaikh Salim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan:

ِ ‫ َجا ِه ٍل بَِأ ْم ِر‬،‫ عَالِ ٍم بَِأ ْم ِر ال ُّد ْنيَا‬،‫ار‬


‫اآلخ َر ِة‬ ِ َ‫ار بِالنَّه‬ ِ ‫ب بِاَأل ْس َو‬
ٍ ‫ ِح َم‬،‫ ِجيفَ ٍة بِاللَّي ِْل‬،‫اق‬ ٍّ ‫ِإ َّن هَّللا َ يُ ْب ِغضُ ُك َّل َج ْعظَ ِر‬
ٍ ‫ي َجوَّا ٍظ َس َّخا‬

“Sesungguhnya Allah membenci tiap-tiap orang yang keras hati lagi kasar, rakus serta
sombong, suka berteriak-teriak di pasar-pasar, bagai bangkai di malam hari dan bagai keledai
di siang hari, pintar urusan dunia namun bodoh akan urusan akhirat.”

Semua itu akibat keinginan dia yang terbesar adalah dunia. Dia menganggap dunia segala-
galanya sehingga akhirnya hatinya tidak diberikan oleh Allah kekayaan, hatinya penuh dengan
kerakusan, hatinya penuh dengan kepelitan, hatinya merasa dirinya paling fakir di dunia, tak
pernah puas dengan yang Allah berikan kepadanya, tidak memiliki qana’ah.

Berbeda dengan orang yang menginginkan kehidupan akhirat. Ketika akhirat itu yang terbesar
dihatinya, dia menginginkan kebahagiaannya yang terakhir adalah akhiratnya. Maka ia akan
menjadi hamba yang senantiasa ikhlas, hatinya lapang dalam menghadapi berbagai macam ujian
dan musibah. Ketika kehidupan akhirat itu yang terbesar di hatinya, ia menjadi orang yang paling
tabah dan paling sabar dalam menghadapi berbagai macam ujian yang menerpa dalam kehidupan
dunia. Karena ia sadar bahwa ujian-ujian itu hakikatnya menambah pahala di sisi Allah dan
menggugurkan dosa-dosa. Ia beriman kepada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ‫ب َواَل هَ ٍّم َواَل ح ُْز ٍن َواَل َأ ًذى َواَل َغ ٍّم َحتَّى ال َّشوْ َك ِة يُ َشا ُكهَا ِإاَّل َكفَّ َر هَّللا ُ بِهَا ِم ْن خَ طَايَاه‬ َ ‫ب َواَل َو‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫صيبُ ْال ُم ْسلِ َم ِم ْن ن‬
ٍ ‫ص‬ ِ ُ‫َما ي‬

Baca Juga:
Peperangan Dalam Islam - Surat Al-Baqarah ayat 190-195
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan,
dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan
gugurkan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari no. 5210)

Bagaimana ia tidak akan sabar? Sementara keinginan terbesarnya adalah keridhaan Allah dan
kehidupan akhirat. Bagaimana aa tidak akan tegar? Sementara yang diharapkan paling besar
Allah surga Allah yang akan kekal. Dia sadar, bahwasanya kesenangan dunia tak akan lama. Ia
sadar, bahwasanya kesenangan dunia itu fana, sebentar saja ia akan habis dan hancur. Lalu ia
akan meninggal menuju kehidupan akhirat. Tentu ketika orang yang seperti ini, keinginan
terbesarnya adalah kehidupan akhirat, maka ia menjadi orang yang paling takut apabila
agamanya yang rusak.

Berbeda dengan para pecinta dunia yang keinginan terbesar dia adalah dunia. Dia tidak peduli
apakah agamanya akan rusak? Apakah imannya akan rusak? Dia tidak peduli, yang terpenting ia
mendapatkan harta dan kedudukan yang ia inginkan.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬

Khutbah Kedua Tentang Orang Yang Menginginkan Kebahagiaan Akhirat dan


Kebahagiaan Dunia

‫وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫أن مح ّمداً عبده ورسوله‬
َّ ‫وأشهد‬ ،‫له‬

Ummatal Islam,

Orang yang hatinya penuh berharap kepada kehidupan akhirat, yang menjadikan akhirat
keinginan terbesar dalam dadanya, dia akan menjadi hamba-hamba yang senantiasa
menginginkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Allah berfirman:

Baca Juga:
Menggabungkan Beberapa Niat Dalam Satu Ibadah - Ushul Fiqih

٨﴿ ‫﴾وَِإلَ ٰى َربِّكَ فَارْ غَب‬

“Dan kepada Rabbmu handaklah kamu berharap” (QS. Asy-Syarh[94]: 8)

Maka hatinya pun penuh dengan qana’ah. Ia merasa puas dengan yang Allah berikan kepadanya.
Sehingga ia diberikan kekayaan hati. Dan sungguh kekayaan hati itu tidak bisa dibandingkan
dengan kekayaan harta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ َولَ ِك َّن ْال ِغنَى ِغنَى النَّ ْف‬، ‫ض‬


‫س‬ ِ ‫ْس ْال ِغنَى ع َْن َك ْث َر ِة ْال َع َر‬
َ ‫لَي‬
“Bukanlah kekayaan itu hakikatnya dengan banyaknya harta benda, akan tetapi hakikat
kekayaan itu kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari no. 6446 & Muslim no. 1051)

Imam Syafi’i berkata:

‫ فأنـت ومـالـك الـدنيا ســواء‬،‫إذا ما كنـت ذا قلـب قنــوع‬

“Apabila kamu memiliki hati yang penuh qana’ah, maka engkau dan raja-raja dunia pun
setara”

Orang yang menginginkan kehidupan akhirat tidak berharap terkenal dalam kehidupan dunia.
Yang ia inginkan adalah terkenal di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia kenal atau tidak
kenal itu tidak penting bagi dia. Orang yang menginginkan kehidupan akhirat, tidak peduli
dengan cacian manusia bila ia tahu ia berada diatas kebenaran dan keridhaan Allah. Pujian
manusia ataupun cacian manusia sama sekali tidak memberikan pengaruh dalam hatinya. Karena
ia tidak mengharapkan pujian mereka, ia juga tidak terpengaruh oleh cacian mereka. Karena ia
sadar bahwa cacian manusia tidak akan memberikan bahaya apa-apa untuk akhiratnya. Karena
keinginan terbesarnya adalah kehidupan akhirat.

Baca Juga:
Tawakal Kepada Allah Ketika Mendidik Anak

Ummatal Islam,

Maka ia berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Orang yang pengharapan
terbesarnya akhirat, menjadi orang yang kuat dalam beribadah kepada Allah, menjadi orang yang
kuat dalam istiqomah dalam kehidupannya, menjadi orang yang kuat menjauhi berbagai macam
maksiat kepada Allah. Karena keinginan terbesar ialah kehidupan akhirat.

َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي ۚ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


٥٦﴿ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ُ‫﴾ِإ َّن اللَّـهَ َو َماَل ِئ َكتَهُـ ي‬

ِ َ‫ َوب‬.‫ ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬


ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل‬ َ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ْ
َ َّ‫ ِإن‬،‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َركتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌـد َم ِج ْي ٌد‬

ِ ‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا‬


‫ت‬ ِ ‫ت َوالمْؤ ِمنِ ْينَ َوالمْؤ ِمنَا‬ ِ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالم ْسلِ َما‬
‫الحا َجات‬َ ‫ض َي‬ ِ ‫ فَيَا قَا‬،‫إنك َس ِمي ٌع قَ ِريبٌ ُم ِجيبُ ال َّدع َوات‬
‫اللهُ َّم َوتُبْ َعلَ ْينَا اِنَّكَ اَ ْنتَ التَّوابُ ال َّر ِحيم‬
‫اللهُ َّم تَقَبَّل اَ ْع َمالُنَا يَا َربَّ ال َعالَ ِمين‬
‫اللهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِمنَ تَّ َّوبِين‬
‫اللهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِمنَ َّشا ِك ِرين‬
‫اللهُ َّم َوتُبْ َعلَ ْينَا اِنَّكَ اَ ْنتَ التَّوابُ ال َّر ِحيم‬

‫عباد هللا‬:
‫﴾ِإ َّن اللَّـهَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬
‫ان َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونَ ﴿‪٩٠‬‬
‫‪.‬فَ ْاذ ُكرُوا هللا ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُكم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُكم‪ ،‬ول ِذك ُر هللا أكبَر‬

Anda mungkin juga menyukai