Tujuan :
1. Agar peserta mengetahui hakikat kehidupan
2. Agar peserta mampu mempersiapkan bekal dalam kehidupan ini
3. Agar peserta tidak dilalaikan oleh dunia untuk kehidupan akhirat
4. Agar peserta terhindar sifat hubbud dun-ya (cinta dunia)
Hakikat Kehidupan
A. Kehidupan dunia
2. Dan juga berasal dari kata: َدنِ َى – يَ ْدنِ ْي, yang artinya : hina atau rendah
ِ ِ ِ اخاًل ِمن بع ِ الس و ِق د ِ ِ
َّاس
ُ ض الْ َعاليَ ة َوالن َْ ْ َ ْ ُّ ِ َم َّر ب ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َ َأن َر ُس ْو َل اهلل َّ
َّ ب
َُأن َه َذا لَ ه ُّ ِ))َأيُّ ُك ْم حُي :ال َ ََأخ َذ بُِأذُنِ ِه مُثَّ ق ٍ َّ فَم َّر جِب ْد ٍي َأس.َكَن َفتَ ه
َ َك َميِّت َفَتنَ َاولَ هُ ف َ َ َ ُ
)) َأحُتِ ُّب ْو َن َأنَّهُ لَ ُك ْم ((:ص نَ ُع بِ ِه ق ال ٍ ُّ ِ َم ا حُن: َف َق الُْوا (( بِ ِد ْر َه ٍم
ْ َب َأنَّهُ لَنَ ا بِ َش ْيء َو َم ا ن
ِ َفو (( :ال
اهلل َ ت َف َق ِِ ِ
َ ٌ ِّف َو ُه َو َمي
َ فَ َكْي.ك ُّ َأس
َ ُ َواهلل لَ ْو َك ا َن َحيًّا َك ا َن َعْيبًا فْي ه َأِلنَّه:قَالُْوا
.)) اهلل ِم ْن َه َذا َعلَْي ُك ْم
ِ لد ْنيا َأهو ُن علَى
َ َ ْ َ ُّ َل
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar
sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya
kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu
dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa
yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang
berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena
kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
1
Tafsir: yakni siapa yg amalannya paling ikhlas (akhlasuhu) dan paling benar
(ashwabuhu) ….Allah Ta’ala memberlakukan berbagai perintah dan larangan
utk mereka dan diuji dgn berbagai keinginan hawa nafsu yg memalingkan
mereka dari perintahNya. Barangsiapa yg tunduk pd perintah Allah dan
melakukan amalan baik, maka Allah akan memberi pahala yg baik di dunia
dan di akhirat. Namun siapapun yg condong pd hawa nafsunya dan tdk
menghiraukan perintah Allah maka akan mendapatkan balasan yg buruk…
(Tafsir As-Sa’dy).
2. Fatamorgana (Qs. 14:14; Qs. 24:39)
Tafsir:
adalah tanah datar yg tdk ada pepohonan dan tumbuhannya yg disangka air
oleh orang yg sangat kehausan, padahal itu adalah halusinasi yg batil, lalu ia
bermaksud utk menghilangkan rasa hausnya… (Tafsir As-Sa’dy).
Dunia seperti fatamorgana yg bermakna sesuatu yg menipu, bukan hakiki,
nampak secara lahiriyah akan membahagiakan, namun jika tdk dituntun oleh
syariat maka dunia adalah laksana fatamorgana yg tdk akan memenuhi obsesi.
3. Dilaknat
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi ﷺbersabda :
ُون َما فِيهَا ِإاَّل ِذ ْك ُر هَّللا ِ َو َما َوااَل هُ َوعَالِ ٌم َأوْ ُمتَ َعلِّ ٌم
ٌ َأاَل ِإ َّن ال ُّد ْنيَا َم ْلعُونَةٌ َم ْلع
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan
orang yang berilmu atau orang yang belajar." (HR. At-Tirmidzi)
Penjelasan:
Dunia pada asalnya terlaknat (dimurkai oleh Allah) jika ia keluar dari
tuntunan agama (syariat)
Hadits di atas menunjukkan keutamaan zikrullah, orang yang berilmu
(agama) dan orang yang menunntut ilmu (agama).
B. Sifat-Sifat Dunia
Permainan
Sesuatu yg melalaikan QS. 57: 20
Perhiasan
Alat bermegah-megahan
Kesenangan yang menipu
2
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب ِ ُ عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عمر ر ِضي اللَّه عْنهما قَ َال َأخ َذ رس
َ ول اللَّه َُ َ َ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َْ ْ َ
َو َكا َن ]ك ِم ْن َْأه ِل الْ ُقُب ْو ِر ِ ِ ٌ ك غَ ِر
َ يب َْأو َعاب ُر َسب ٍيل
َ [وعُ َّد َن ْف َس ُّ ال ُك ْن فِي
َ َّالد ْنيَا َكَأن َ َف َق
ِ َّ ت فَاَل َت ْنتَ ِظ ْر
اء َو ُخ ْذ َس َ ت فَاَل َت ْنتَظ ْر ال َْم ْ اح َوِإ َذا
َ َأصبَ ْح َ َالصب َ س ْي ابْن عُمر ي ُق ُ ِإ
َ ول َذا َْأم َ ََ ُ
ك َ ِك َو ِم ْن َحيَات
َ ِك لِ َم ْوت َض ِ ك لِمر ِ ِ ِ
َ َ َ م ْن ص َّحت
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia
ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan
dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada
di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari,
janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu
dan hidupmu sebelum matimu.”
(Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333;
Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah,
XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-
Shahîhah, no. 1157. Kalimat di dalam tanda kurung [ ] tidak terdapat dalam
riwayat al-Bukhâri)
Penjelasan:
Hadits ini merupakan landasan agar manusia tidak memiliki angan-angan yang
panjang di dunia. Orang yang beriman tidak sepantasnya menganggap dunia ini
sebagai tempat tinggalnya yang abadi. Namun, Seyogyanya ia menganggap
hidup di dunia ini seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal bepergian
menempuh perjalanan yang teramat panjang.
3
Jika dunia bukan negeri domisili dan tempat yang abadi bagi orang Mukmin,
maka orang Mukmin harus bersikap dengan salah satu dari dua sikap:
Pertama, seperti orang asing yang menetap di negeri asing dan obsesinya
(tujuan dan cita-citanya) ialah mencari bekal untuk pulang ke tanah airnya.
Kedua, seperti orang musafir yang tidak menetap sama sekali, dia terus
melanjutkan perjalanannya siang dan malam menuju negeri abadi.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada Ibnu Umar
Radhiyallahu anhuma agar ia di dunia ini berada di antara salah satu dari kedua
sikap berikut:
Pertama, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia ini seperti
orang asing dan ia membayangkan bisa menetap, namun di negeri asing. Hatinya
tidak terpikat dengan negeri asing tersebut. Hatinya tetap bergantung dengan
tanah airnya, tempat ia akan kembali kepadanya. Ia bermukim di dunia untuk
menyelesaikan tujuan persiapannya untuk pulang ke tanah airnya (yaitu Surga).
Kedua, orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia seperti musafir yang tidak
pernah mukim di satu tempat, namun tetap berjalan melintasi tempat-tempat
perjalanan hingga perjalanannya terhenti di tempat tujuan, yaitu kematian.
Barangsiapa sikapnya seperti ini di dunia, berarti dia menyadari tujuannya yaitu
mencari bekal untuk perjalanan dan tidak disibukkan dengan memperkaya diri
dengan perhiasan dunia. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwasiat kepada sejumlah Sahabatnya agar bekal mereka dari dunia seperti
bekal pengendara atau musafir.
Kematian adalah akhir yang pasti akan dialami oleh seluruh makhluk. Kematian
adalah pemisah antara kehidupan dunia dan alam barzakh. Jika seseorang di dalam
4
hatinya sering mengingat kematian dan bersemangat dalam urusan akhirat, maka dia
akan masuk ke dalamorang-orang yang berlomba dalam kebaikan dan amalan shalih.
Sebaliknya, jika hati seseorang lalai dari mengingat kematian dan lupa kalau dirinya
pasti akan meninggalkan dunia ini, maka dia akan menjadi keras hatinya dan malas
melakukan ketaatan.
َوهَّللا ِ َما ال ُّد ْنيَا فِى اآل ِخ َر ِة ِإالَّ ِم ْث ُل َما يَجْ َع ُل َأ َح ُد ُك ْم ِإصْ بَ َعهُ هَ ِذ ِه – َوَأ َشا َر يَحْ يَى
بِال َّسبَّابَ ِة – فِى ْاليَ ِّم فَ ْليَ ْنظُرْ بِ َم يَرْ ِج ُع
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari
kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di lautan, maka
perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)
5
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ض ٍة َما َسقَى َكافِرًا ِم ْنهَا شَرْ بَةَ َما ٍء َ ت ال ُّد ْنيَا تَ ْع ِد ُل ِع ْن َد هَّللا ِ َجن
َ َاح بَعُو ِ َلَوْ َكان
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah
tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi no.
2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Abu Bakar membebaskan seorang budak yang merupakan sahabat nabi yaitu
Bilal bin Rabbah dari sang majikan yaitu Umaiyah bin Khalaf dengan nilai
tebusan sebesar 9 uqiah emas ( 1 uqiah adalah 31,7475 gram emas berarti
sekitar 7,4 dinar emas, dimana 1 dinar emas adalah 4,25 gram emas ) dan
Abu Bakar menyanggupinya tanpa menawar, saat ini 1 dinar sekitar 2,1 juta
rupiah per kepingnya maka yang harus ditebus sekitar 9*7,4*2,1 juta rupiah
>>> sekitar 140 juta rupiah..suatu harga yang fantastis untuk ukuran budak
saat itu.
2. Kisah Abu Ubaidah bin Jarrah yang merupakan gubernur Syam, namun
rumahnya kosong dari perabotan sama sekali, dan kisah zuhud beliau yang
lain.
6
memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak
melihat perabot apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya.
Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia
masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehari setelah Abu Bakar
masuk Islam
Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah
Abdullah bin Jarrah, ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak
membunuh ayahnya, tapi membunuh kemusyrikan yang bersarang dalam
pribadi ayahnya (lihat QS.58: 23)
Abu Ubaidah menjawab, "Aku tidak mau mendahului orang yang pernah
disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup—
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah
kita imamkan juga dia."
7
pertama, sedangkan Abu Ubaidah diangkat menjadi penasihat dan
pembantu utama khalifah.