Anda di halaman 1dari 6

.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan limpahan kenikmatan
yang tidak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita; kenikmatan yang tidak mungkin bagi
kita untuk menghitung-hitungnya; Kita bersyukur atas segala Karunia-Nya terutama nikmat
Iman, Nikmat Islam, nikmat Rezeki dan Kesehatan serta kesempatan beribadah dalam bulan
Ramadhan sampai hari ini.

Sholawat serta salam semoga Allah curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW., kepada keluarga dan sahabatnya serta kepada kita dan pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman., Amin Ya Robbal Alamin.

Jamaah sekalian Rohimakumullah


Kita sering merasakan betapa waktu cepat berlalu. Kenangan yang begitu sangat indah cepat
sekali berakhir. Betulkan cepatnya waktu berlalu karena kesibukan yang bermanfaat. Mari kita
renungkan waktu-waktu kita yang lalu, kita sibukkan untuk apa, sehingga terkadang kita
merasakan kekurangan waktu.

Waktu dalam perspektif Islam termasuk diantara perkara yang mendapat perhatian besar. Nash-
nash Al-Quran dan Sunnah banyak menjelaskan tentang keutamaan waktu. Ketika menerangkan
tentang nikmat-nikmat yang Allah SWT. tundukkan bagi manusia, waktu termasuk diantara
nikmat tersebut. Allah SWT berfirman:




.




.
Artinya: Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim: 33-34).

Allah SWT. juga seringkali bersumpah dengan bagian-bagian waktu, seperti waktu malam,
waktu siang, shubuh, dhuha, ashar, dan lainnya. Para mufassirin (ahlli tafsir) berpendapat, bahwa
jika Allah SWT. bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa penting hal tersebut,
dan berarti bahwa Allah SWT. sedang mengarahkan perhatian Umat Islam terhadapnya. Allah
SWT. berfirman:
. .

Artinya: Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang.
(QS. Al-Lail: 1-2).
.
Artinya: Demi waktu fajar. Dan malam yang sepuluh. (Al-Fajr: 1-2).
.
Artinya: Demi waktu Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik). Dan demi malam apabila
telah sunyi (gelap). (Adh-Dhuha: 1-2).

.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. (Al-Ashr: 1-2).

Rasulullah Saw. dalam sabdanya pernah menerangkan tentang empat pertanyaan inti yang
diarahkan kepada manusia nanti di Akhirat, dan dua diantara empat pertanyaan tersebut adalah
waktu.

Dari Muadz bin Jabal, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: Kedua kaki seorang hamba
tidak akan tergelincir ke dalam Neraka sampai ditanya tentang empat hal: tentang umurnya
bagaimana dia habiskan, tentang masa mudanya bagaimana dilewati, tentang hartanya darimana
dihasilkan dan kemana ia salurkan, tentang ilmunya apakah ia amalkan. (HR. Tabrani dan Bazzar
dengan redaksi serupa). Umur dan masa muda adalah dua diantara empat pertanyaan inti di
Akhirat nanti.

Waktu berjalan, tak mungkin diulang kembali lagi. Setiap waktu yang kita liwati dari detik
kedetik membawa konsekwensi. Allah Swt. mengingatkan (QS. Al-Ashr 103:1-3)


)3(
) 2(
)1(

1. demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Demi masa, demi waktu yang berjalan dari detik kedetik; apabila seseorang tidak pergunakan
waktunya dengan baik, untuk ibadah, untuk beramal sholeh, untuk melaksanakan perintah Allah,
untuk menjauhi segala larangan-Nya; untuk nasehat-menasehati dalam mentaati kebenaran;
maka kata Allah : BENAR-BENAR DALAM KERUGIAN.

Sedang waktu tak mungkin untuk diulang. Pilihan suatu perbuatan dari waktu ke waktu, benar-
benar merupakan pilihan kita. Salah mengambil keputusan berakibat kerugian, bahkan
malapetaka.
Firman Allah (QS. Asy-Syams 91:8-10)

)10(
)
) 8(
9(

8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Maasyiral Muslimin, rahimakumullah.




8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
.
Kita renungkan, waktu berjalan terus, jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan terbentang secara
bersamaan dihadapan kita. Kita yang memilih dan kita yang akan mendapat hasilnya.
Berbahagialah kita apabila kita memilih jalan ketaqwaan. dan :


Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.

Namun sebaliknya, kesalahan dan kekhilafan memilih sejak dari niat akan membawa
konsekwensi yang sangat merugikan,



10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Jangan sampai terjadi,





2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Rasulullah SAW bersabda, Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya,
yakni kesehatan dan kesempatan. (HR Bukhori). Hadits ini menjelaskan pentingnya
memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan
waktunya.

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan.
Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara
indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan
pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.

Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah
satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kedua
kalinya atau tidak pernah terulang.

Dalam pepatah Arab disebutkan : Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.
Karena itu jangan sia-siakan waktu, manfaatkanlah segera :
1. Waktu muda sebelum datangnya tua
2. Waktu sehat sebelum datang sakit
3. Waktu kaya sebelum datangnya miskin
4. Waktu luang sebelum datangnya sempit
5. Waktu hidup sebelum datangnya mati
Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan
baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek
amalannya. (HR. Ahmad)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara
: Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari
mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya. (HR.
Tirmidzi)

Dengan memperhatikan hadits diatas, dimana kelak kita akan ditanya tentang 4 perkara, tentang
umur kita selama kita hidup didunia ini, kita habiskan masa muda kita untuk apa? Alangkah
sangat menyesalnya kita, jika ternyata kita menghabiskan masa muda kita untuk hal-hal yang
tidak berguna dan berdosa.

Kita pun akan sangat menyesal apabila ternyata harta yang kita miliki di peroleh dengan cara
yang tidak halal dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak halal juga. Kita pun akan
sangat menyesal kelak, apabila ilmu yang dianugerahkannya, justru malah kita gunakan untuk
bermaksiat pada-Nya.

Misalnya dengan menggunakan ilmu dan kepandaian yang kita miliki untuk menipu,
memanipulasi dan berbuat kecurangan selama hidup kita.
Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita, marilah kita memanfaatkan
waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Marilah kita perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum
tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal
datang menjemput kita.

Dan alangkah sangat menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat ini, lebih banyak
kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di akhirat kelak. Karena waktu yang
sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali lagi.

KHUTBAH KEDUA








:
Waktu itu ibarat pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebahagiaanmu dan bisa pula
menjadi bumerang yang mendatangkan kesengsaraanmu.
Al-Imam Asy-Syafii rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan :




Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan
jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam
kebatilan (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-
Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129).
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
Waktu seseorang itulah hakekat umurnya, dialah penentu kehidupan abadinya (di kemudian
hari), apakah dalam kenikmatan abadi ataukah dalam kehidupan sengsara dalam adzab abadi
yang pedih
Waktu berlalu lebih cepat dari aliran awan. Maka siapa saja yang waktunya dihabiskan untuk
Allah dan karena Allah maka waktu itulah hakekat umur dan kehidupannya. Adapun selain itu
(jika waktunya tidak dihabiskan untuk dan karena Allah) maka waktu tersebut pada hakekatnya
bukanlah termasuk kehidupannya, akan tetapi kehidupannya laksana ibarat kehidupan hewan.
Jika ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan syahwat, serta angan-angan yang batil, dan
waktu yang terbaiknya adalah yang ia gunakan untuk tidur dan nganggur maka matinya orang
yang seperti ini lebih baik dari pada hidupnya (Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109)

Mari kita berdo`a, memohon kepada Allah Swt.

Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya
kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami
takut adzab-Mu, karena adzab-Mu sangat pedih, karena itu ya Allah Rahmatilah kami dengan
Kasih Sayang-Mu.

Ya Allah, tolonglah kami dan saudara-saudara kami yang sedang dilanda berbagai kesulitan,
kesedihan, sakit dan musibah; Lindungi kami dan Rahmati kami semua dengan Rahmat Kasih
sayang-Mu.










.
,

.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai