Anda di halaman 1dari 3

Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, rezki, lebih-lebih nikmat
hidup serta Iman pada diri kita, agar kita dapat melaksanakan segala kewajiban-kewajiban kita sebagai hambanya Allah
SWT.
Sholawat serta salam mari kita sama-sama sampaikan untuk nabi sekaligus rasul pilihan Allah SWT, sebagai panutan,
tauladan, serta contoh yang baik untuk kita umat diakhir jaman yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah
memperjuangkan Agama Islam sampai ke penjuru Dunia.

Judul khutbah yang akan mada sampaikan pada kesempatan khutbah kali ini yaitu tentang PERINGATAN AGAR
TIDAK TERTIPU DENGAN KENIKMATAN DUNIA.

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya telah datang bagi manusia suatu masa, di mana pada waktu itu dia merupakan
sesuatu yang belum bisa disebut. Kemudian Allah Subahanahu wa Ta’ala menciptakan kita, menyempurnakan nikmat-
nikmatnya, menghindarkan bencana, dan memberikan kemudahan, serta menjelaskan semua yang bermanfaat dan
berbahaya bagi kita. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa manusia itu memiliki dua negeri, yaitu negeri
tempat berjalan dan menyeberang, dan negeri tempat menetap dan hidup abadi. Negeri tempat menyeberang adalah
alam dunia ini. Negeri yang segala sesuatunya terdapat kekurangan, kecuali yang bisa mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Angan-angan dunia adalah suatu penyesalan, kejernihannya adalah suatu kekotoran. Sekiranya
orang yang berakal melihat sedikit saja, pasti dia akan mengetahui kadar dan kehinaannya serta tipudayanya. Dunia itu
terlihat seperti fatamorgana. Orang yang kehausan mengira itu adalah air, padahal apabila dia mendekatinya, dia tidak
akan memperoleh apa-apa. Dunia juga dihiasi dengan berbagai macam kemegahan dan sesuatu yang menggiurkan.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,


“Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu
kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir.”
(Q.s. Yûnus/10: 24)
Jadi, akhir dunia ini adalah ketiadaan dan kebinasaan. Keindahannya adalah petaka dan penyesalan. Inilah dunia. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning,
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.s. Al-Hadîd/57:20).

Wahai kaum muslimin, sedangkan akhirat adalah negeri dan kehidupan yang hakiki.
Kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kehidupan, seperti keabadian, kesenangan dan kedamaian. Dan
kesenangan di sana adalah hakiki. Apabila manusia melihat hakikat sebenarnya. Ia akan mengatakan, “Aduhai baiknya
sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidup ini.” Jadi, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan
akhirat, tempat manusia hidup dan mereka tidak akan mati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan
barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal
di dalam neraka jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.”
(Q.s. al-Mukminûn/23: 102-1032).

Wahai kaum muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, melihat dunia ini dengan pandangan
orang yang berakal, membandingkan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, agar kita mengetahui perbedaan kedua
negeri tersebut. Di negeri akhirat terdapat semua yang diinginkan oleh manusia dan nikmati oleh mata. Surga adalah
darus salâm (kampung kedamaian), yang terlepas dari berbagai kekurangan, bala`, penyakit, kematian, kesusahan
maupun usia yang tua.

Sesungguhnya orang yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, dia akan mendapatkan kenikmatan dunia dan
akhirat. Karena amalan akhirat itu mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dan dia tidak
melewatkan dunia ini sedikitpun. Sesungguhnya siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta’ala, pasti Allah
Ta’ala akan memberikan ganti yang lebih baik darinya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(Q.s. An-Nahl/16: 97)

Sebaliknya, orang yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka dia terkadang diberikan dunia, akan tetapi
dia tidak mendapat bagian di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs.. Hûd/11: 15-16).

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunai, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan dia akhirat serta jagalah kami dari api neraka.
‫الش ْك ُر لَ هُ َعلَى َت ْوفِْي ِق ِه َو ْامتِنَانِ ِه‪ْ .‬‬
‫َأش َه ُد َأ ْن الَ ِإلَ هَ ِإالَّاهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَ هُ‪,‬‬ ‫هلل َعلَى ِإ ْح َس انِِه‪َ ,‬و ُّ‬ ‫اَحْل م ُد ِ‬
‫َْ‬
‫َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ‬

‫آء ِذي الْ ُق ر ويْنهى ع ِن الْ َفحش ِ‬


‫آء َوالْ ُمْن َك ِر َوالَْب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم‬ ‫ان وِإيت ِ‬ ‫ِعباد ِ‬
‫َْ‬ ‫ْ ىَب َ َ َ َ‬ ‫اهلل! ِإنَّاهللَ يَْأ ُم ُر بِالْ َع ْد ِل َواِإل ْح َس ِ َ َْ‬ ‫ََ‬
‫ضلِ ِه يُ ْع ِطكم‪,‬‬ ‫اسَئ لُ ْوهُ ِم ْن فَ ْ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪َ ,‬واذْ ُك ُروا اهللَ الْ َعظْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َعلَى ن َعمه يَِز ْد ُك ْم َو ْ‬
‫‪.‬ولَ ِذكر ِ‬
‫اهلل َأ ْكَب ُر‬ ‫َ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai