Anda di halaman 1dari 7

Mewujudkan Negeri Impian

KhotbahJumat.com
March 21, 2016
Artikel Khutbah Jumat
Khutbah Pertama:
‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن اَلَّ ِذيْ َأ ْك َم َل لَنَا ال ِّدي َْن َوَأتَ َّم َعلَ ْينَا النِ ْع َمةَ َو َج َع ْلنَا ُم ْسلِ ِمي َْن َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن‬
ً‫صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن َو َأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدا‬ِ ِ‫ْك لَهُ َواَل نَ ْعبُ ُد ِإاَّل ِإيَّاهُ ُم ْخل‬ َ ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َوالتَّابِ ِعي َْن‬ َ ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن‬ ُ ‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ اَ ْل َم ْبع ُْو‬
ً‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي َْن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِيْرا‬ ٍ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬،
‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
ْ ُ‫َأيُّهَا النَّاسُ اِتَّق‬
‫وا هللاَ تَ َعالَى‬
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ada ungkapan yang cukup terkenal di negeri kita ini yaitu
gemah ripah loh jinawi, negeri makmur aman sentausa! Itulah
harapan yang sering diungkapkan banyak orang. Bahwa segala
kebutuhan hidup bisa terpenuhi dengan mudah dan merasa aman
dalam menjalani kehidupan.  Ini sebagian potret apa yang
disebut dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah
istilah yang selalu dicitakan.
Dalam al-Qur’an al-Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyematkan predikat Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur itu untuk Negeri Saba’. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

ِ ‫ين َو ِش َما ٍل ۖ ُكلُوا ِم ْن ِر ْز‬


‫ق َربِّ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا‬ ِ َ‫ان لِ َسبٍَإ فِي َم ْس َكنِ ِه ْم آيَةٌ ۖ َجنَّت‬
ٍ ‫ان َع ْن يَ ِم‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫لَهُ ۚ بَ ْل َدةٌ طَيِّبَةٌ َو َربٌّ َغفُو ٌر‬
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah
olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Rabbmu) adalah Rabb yang Maha Pengampun”.
(Saba’/34:15).
Keadaan Negeri Saba’ digambarkan oleh Imam Ibnu Katsir
rahimahullah saat menafsirkan ayat ini, sebagai sebuah negeri
yang penduduknya hidup dalam kenikmatan dan kebahagiaan.
Mereka dianugerahi rezeki berlimpah dan kehidupan yang aman.
Allah mengutus kepada mereka beberapa rasul, yang menyeru
agar memakan rezeki yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada
mereka dan agar mereka bersyukur kepada-Nya dengan
mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya.
Kehidupan sentausa yang mereka rasakan terus berlangsung
hingga (waktu) yang dikehendaki Allah, lalu mereka berpaling
dari apa yang diserukan kepada mereka, sehingga mereka
dihukum dengan datangnya banjir bandang yang meluluh
lantakkan negeri.
Ahli tafsir di kalangan tabi’in, seperti Qatadah, dan yang lain
menggambarkan betapa subur dan makmur Negeri Saba’ itu ;
digambarkan, seorang wanita berjalan di bawah pepohonan
dengan memanggul keranjang di atas kepalanya  untuk
mewadahi buah-buahan yang berjatuhan, maka keranjang itu
penuh tanpa harus susah payah memanjat atau memetiknya.
Air di Negeri Saba’ mengalir dan memancar di mana-mana. Air
tersebut, bersumber dari bendungan Ma’arib. Sebuah bendungan
besar yang mampu menampung curahan air hujan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan selama dua atau tiga tahun musim
kemarau.
Imam asy-Syaukani menyebutkan dari Imam Abdurrahman bin
Zaid tentang firman-Nya
ٌ‫ان لِ َسبٍَإ فِي َم ْس َكنِ ِه ْم آيَة‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
(Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di
tempat kediaman mereka…)   “Sungguh merupakan tanda
kekuasan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada kaum Saba’ berupa
anugerah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada
mereka di tempat kediaman mereka. Mereka tidak pernah
melihat hewan-hewan yang berbahaya seperti nyamuk, lalat,
kutu, kalajengking, ular dan hewan (pengganggu) lainnya.”
Keberkahan inilah yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala 
kepada Negeri Saba’. Sebuah negeri yang kaumnya tercatat
dalam sejarah, sebagai penduduk yang senantiasa tunduk dan
patuh dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
terbebas dari perbuatan syirik dan zhalim serta selalu
mensyukuri nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan.
Sungguh mereka mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala  dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai mereka.
Keadaan seperti itu sangat mungkin dapat terwujud di tempat
kita. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan
dalam firman-Nya:
‫ض َو ٰلَ ِك ْن َك َّذبُوا‬
ِ ْ‫ت ِم َن ال َّس َما ِء َواَأْلر‬
ٍ ‫َولَ ْو َأ َّن َأ ْه َل ْالقُ َر ٰى آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َكا‬
َ ‫فََأ َخ ْذنَاهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسب‬
‫ُون‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (al-A’raf/7:96).
Memang terkadang kita melihat orang yang tidak beriman dan
tidak bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla nampak sangat
bahagia kehidupannya, penuh canda ria, kekayaannya melimpah
dan semua kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan mudah.
Namun Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita agar tidak
terkecoh. Allah Azza wa Jalla berfirman.
‫ق َأ ْنفُ ُسهُ ْم‬
َ َ‫ك َأ ْم َوالُهُ ْم َوَأ ْواَل ُدهُ ْم ۚ ِإنَّ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ َأ ْن يُ َع ِّذبَهُ ْم بِهَا فِي ال ُّد ْنيَا َوتَ ْزه‬ ِ ‫َواَل تُع‬
َ ‫ْج ْب‬
َ ‫َوهُ ْم َكافِر‬
‫ُون‬
“Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik
hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab
mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar
melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.” (at-Taubah/9:
85).
‫ َأقُ ْو ُل‬،‫الح ِكي ِْم‬
َ ‫ان َوال ِّذ ْك ِر‬ ِ َ‫ َونَفَ ْعنَا بِ َما فِ ْي ِه ِم َن البَي‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي القُر‬
َ ‫بَا َر‬
‫قَ ْولِي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َج ِمي ِْع ال ُم ْسلِ ِمي َْن فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر ال َر ِح ْي ُم‬.
Khutbah Kedua:
ُ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َعلَى فَضْ لِ ِه َوِإحْ َسانِ ِه َو َأ ْش ُك ُرهُ َعلَى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َوا ْمتِنَانِ ِه َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى‬ َ ُ‫ْك لَهُ تَ ْع ِظيْما ً لِ َشْأنِ ِه َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬َ ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
َ ‫آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ِن ا ْهتَ َدى بِهُ َداهُ َوتَ َمس‬.
ً‫َّك بِ ُسنَّتِ ِه َو َسلَّ َم تَ ْسلِيْما ً َكثِيْرا‬

ُ‫َأ َّما بَ ْع ُد َأيُّهَا النَّاس‬،


Ibadallah,
Sering kita terkecoh. Kita menjadikan parameter utama negeri
yang impian adalah negeri yang modern serba kemajuan, tapi
kita tidak memperhatikan sisi akhlak. Karena hal inilah para
orang tua membekali anak-anak mereka dengan ilmu dunia di
usia dini. Diajarkan Bahasa Inggris, kursus, matematika,
komputer, dan lain-lain. Sadarkah kita? Peradaban tidak bisa
dibangun hanya semata-mata kecerdasan. Kita juga butuh
kecerdasan spiritual dan emosional.
Anak-anak usia dini belum butuh untuk belajar teknologi yang
tinggi. Bahasa Inggris bukanlah bekal utama mereka untuk jadi
generasi yang kompetitif. Mereka butuh pendidikan moral. Dan
pendidikan moral diajakarkan oleh agama.
Kita sering memandang kemajuan Jepang misalnya dengan kaca
mata awam. Apa yang mereka peroleh itu dari kecerdasan dan
ilmu pengetahuan. Padahal sekolah-sekolah di sana
menanamkan pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan moral
dan sosial. Dan generasi terbaik Islam telah mengajarkan
demikian.
Anak-anak Islam dahulu, pertama kali pendidikan yang mereka
terima adalah pendidikan Alquran. Membaca dan menulis
Alquran. Juga menghafalkannya. Kemudian pendidikan agama
dan akhlak. Setelah itu barulah mereka belajar ilmu-ilmu pasti
sesuai minat masing-masing. Dari sanalah kita lihat Islam jaya,
umat Islam menjadi umat terdepan. Hingga umat dari berbagai
penjuru dunia datang ke negeri-negeri Islam.
Ibadallah,
‫‪Inilah yang disebut keberkahan. Berkah mempelajari ilmu‬‬
‫‪agama, kemudian menjadi orang pintar yang beradab dan‬‬
‫‪berakhlak. Dengan inilah kita bisa mewujudkan negeri impian.‬‬
‫‪Negeri yang aman dan makmur.‬‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪،‬‬ ‫ث كَاَل ُم هللاِ‪َ ،‬و َخ ْي َر الهُ َدى هُ َدى ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫الح ِد ْي ِ‬
‫ق َ‬ ‫َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن َأصْ َد َ‬
‫ضاَل لَةٌ‪َ ،‬و َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال َج َما َع ِة فَِإ َّن‬‫َو َش َّر اُأل ُم ْو ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‪َ ،‬و ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد ُعةٌ‪َ ،‬و ُك َّل بِ ْد َع ٍة َ‬
‫‪ .‬يَ َد هللاِ َعلَى َ‬
‫الج َما َع ِة‬
‫ك فِي ِكتَابِ ِه فَقَا َل‪﴿ :‬‬ ‫صلُّ ْوا َو َسلِّ ُم ْوا َر َعا ُك ُم هللاُ َعلَى ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللاِ َك َما َأ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬
‫َو َ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً ﴾‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫ُصلُّ َ‬ ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
‫صالةً َ‬ ‫ي َ‬ ‫صلَّى َعلَ َّ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ (( :‬م ْن َ‬ ‫[األحزاب‪َ ، ]٥٦:‬وقَ َ‬
‫ال َ‬
‫‪ .‬بِهَا َع ْشرًا))‬
‫ك‬‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬
‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّي َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ ‫ار ْك َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬
‫َّاش ِدي َْن اََأْلِئ َّمةَ ال َم ْه ِديِي َْن؛ َأبِ ْي بَ ْك ِر‬
‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِ‪³‬ء الر ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وارْ َ‬ ‫ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬
‫ض اللَّهُ َّم‬ ‫الح َسنَي ِْن َعلِ ٍّي‪َ ,‬وارْ َ‬ ‫ان ِذيْ النُ ْو َر ْي ِن‪َ ،‬وَأبِ ْي َ‬ ‫ق‪َ ،‬و ُع ْث َم َ‬ ‫ْق‪َ ،‬و ُع َم َر الفَار ُْو ِ‬ ‫ص ِّدي ِ‬ ‫ال ِّ‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي َْن‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم‬‫َّحابَ ِة َأجْ َم ِعي َْن َو َع ِن التَّابِ ِعي َْن َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬‫َع ِن الص َ‬
‫ك يَا َأ ْك َر َم اَأل ْك َر ِمي َْن‬
‫ك َوِإحْ َسانِ َ‬ ‫ك َو َك َر ِم َ‬ ‫‪.‬بِ َمنِّ َ‬
‫اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِمي َْن‪ ،‬اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِمي َْن‪ ،‬اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ‫ك ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ك َو ُسنَّةَ نَبِيِّ َ‬ ‫ك َو ِكتَابَ َ‬ ‫َوال ُم ْسلِ ِمي َْن‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬
‫ص َر ِد ْينَ َ‬
‫ان‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ هُ ْم فِي‬ ‫َو َسلَّ َم‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ ِإ ْخ َوانَنَا ال ُم ْسلِ ِمي َْن ال ُم ْستَضْ َعفِي َْن فِي ُكلِّ َم َك ٍ‬
‫ان‪ ،‬اَللَّهُ َّم ُك ْن لَنَا َولَهُ ْم َحافِظا ً َو ُم ِع ْينًا َو ُم َسدِّداً َو ُمَؤ يِّدًا‬ ‫ض ال َش ِام َوفِي ُك ِّل َم َك ٍ‬ ‫‪َ،‬أرْ ِ‬
‫آخ َرهُ‪ِ ،‬س َّرهُ َو َعلَّنَهُ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ َد ْينَا‬ ‫اَللَّهُ َّم َوا ْغفِرْ لَنَا ُذنُبَنَا ُكلَّهُ؛ ِدقَّهُ َو ِجلَّهُ‪َ ،‬أ َّولَهُ َو ِ‬
‫ت‪ .‬اَللَّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَألُ َ‬
‫ك‬ ‫ت اََأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫ت َوال ُمْؤ ِمنِي َْن َوال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫َولِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ك‪ .‬اَللَّهُ َّم َزيِّنَّا بِ ِز ْينَ ِة اِإل ْي َما ِن‬ ‫ك‪َ ،‬وحُبَّ َم ْن ي ُِحب َُّك‪َ ،‬وحُبَّ ال َع َم َل الَّ ِذيْ يُقَرِّ بُنَا ِإلَى ُحبِّ َ‬ ‫ُحبَّ َ‬
‫ف بَي َْن قُلُ ْوبِنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُسب َُل ال َّساَل ِم‪،‬‬ ‫ات بَ ْينِنَا َوَألِّ ْ‬‫َواجْ َع ْلنَا هُ َداةَ ُم ْهتَ ِدي َْن‪ .‬اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ َذ َ‬
‫ت َخي َْر َم ْن َز َّكاهَا‪،‬‬ ‫ت نُفُ ْو َسنَا تَ ْق َواهَا‪َ ،‬و َز ِّكهَا َأ ْن َ‬ ‫ت ِإلَى النُّ ْو ِر‪ .‬اَللَّهُ َّم آ ِ‬ ‫َوَأ ْخ ِرجْ نَا ِم َن الظُلُ َما ِ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ت َولِيُّهَا َو َم ْواَل هَا‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬ ‫‪َ.‬أ ْن َ‬
‫ان َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ْن ْالفَحْ َشا ِء‬ ‫عباد هللا‪ِ( ،‬إ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإل حْ َس ِ‬
‫ُون* َوَأ ْوفُوا بِ َع ْه ِد هَّللا ِ ِإ َذا َعاهَ ْدتُ ْم َوال تَنقُضُوا‬ ‫َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر َ‬
‫ون) [النحل‪-90:‬‬ ‫ان بَ ْع َد تَ ْو ِكي ِدهَا َوقَ ْد َج َع ْلتُ ْم هَّللا َ َعلَ ْي ُك ْم َكفِيالً ِإ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما تَ ْف َعلُ َ‬
‫اَأل ْي َم َ‬
‫يز ْدكم‪ ،‬ول ِذ ْك ُر هللاِ أكبرُ‪ ،‬وهللاُ يعل ُم ما‬ ‫‪ ،]91‬فاذكروا هللاَ يذكرْ كم‪ ،‬واش ُكروه على نع ِمه ِ‬
‫‪.‬تصنعون‬
‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬
‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

Anda mungkin juga menyukai