Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR DAN IBNU TAFSIR

Tafsir Surah An-Nahl ayat 66-67

Disusun oleh:

SALSABILA
MUTMAINNAH
SUHARTINI

MAN MAJENE

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang pertama. Didalam Al-
Qur’an banyak sekali memuat tentang kehidupan ini termasuk alam.
Banyak dari Al-Qur’an yang memberikan sebuah gambaran yang
menunjukkan keEsaan-Nya. Hal itu dibuktikan dengan kesesuaian antara
yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an dengan berbagai penemuan-penemuan
para ilmuwan, Meskipun tidak secara detail dan jelas.
Dalam Al-Quran secara jelas menjelaskan bagaimana lebah
diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat sarang dengan mengambil
makanan (getah) dari berbagai spesies tanaman harus terbuat dari madu
dan produk lebah lainnya termasuk propolis sebagai obat untuk berbagai
jenis penyakit. Lebah adalah makhluk khusus, ia adalah ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang memberikan manfaat dan kenikmatan kepada
manusia.
Lebah merupakan salah satu dari sekian banyak contoh yang
digambarkan oleh Al-Quran. Allah telah memberikan gambaran melalui
makhluk kecil ini. Didalam lebah yang kecil tersebut banyak ditemukan
manfaat-manfaat yang secara ilmu pengetahuan sangat berguna. Apa yang
Allah rencanakan ,sehingga Allah menggambarkannya melalui
lebah.untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rahasia – rahasia lebah
yang mungkin dapat dinalar oleh indera manusia.

TUJUAN DAN MASALAH


Pengertian Lebah
Lebah merupakan salah satu di antara tanda-tanda kekuasaan Allah
yang sangat memesona yang menunjukkan keagungannya. Para ilmuwan
telah menemukan sekitar 12.000 jenis lebah. Sekitar 600 jenis di
antaranya hidup secara berkelompok, ssementara sisanya hidup secara
individual. Lebah merupakan jeis serangga yang memiliki sistem sosial
yang detail dan solid, yang takkan mampu ditiru oleh komunitas sosial
manusia yang paling maju sekalipun. Individu-individu lebah hidup
secara berkelompok di dalam sarang mereka, seperti komunitas manusia.
Setiap kelompok mempunyai tugas tersendiri, seperti kelompok pekerja,
kelompok tentara, kelompok pejantan, kelompok petelur.[1]

BAB II PEMBAHASAN
Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nahl ayat 66-67

Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nahl (Lebah)


Surah Makkiyyah; surah ke 16: 128 ayat

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar


terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa
yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan
darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (QS.
16:66) Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan. (QS. 16:67)” (an-Nahl: 66-67)
Allah berfirman: wa inna lakum (“Dan sesungguhnya bagi kamu,”)
wahai sekalian umat manusia; fil an’aami (“pada binatang ternak itu,”)
yaitu unta, sapi, dan kambing; la-‘ibratan (“benar-benar terdapat
pelajaran,”) artinya, merupakan tanda sekaligus bukti atas kebijaksanaan,
kekuasaan, kasih sayang, dan kelembutan Penciptanya.

Nusqiikum mimmaa fii buthuuniHi (“Kami memberimu minum


dari apa yang berada dalam perutnya,”) Dia sendirikan hal tersebut di sini
untuk kembali pada makna nikmat, atau dhamir (kata ganti) di sini
kembali pada hewan, karena sesungguhnya binatang ternak itu adalah
hewan. Artinya, Kami memberi kalian minum dari apa yang terdapat di
dalam perut hewan tersebut. Dalam ayat yang lain, dari bagian yang
terdapat di dalam perutnya. Yang ini dan yang itu boleh. Sebagaimana
yang terdapat dalam firman Allah yang artinya: “Sekali-kali jangan
(demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Allah itu adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia
memperhatikannya.” (QS. `Abasa: 11-12)

Firman-Nya: mim baini fartsiw wadamil labanan khaalishan (“[Berupa]


susu yang bersih antara tahi dan darah,”) maksudnya, warna putihnya,
juga rasanya, dan manisnya benar-benar bersih, yang berada di antara
kotoran (tahi) dan darah dalam perut binatang. Yang masing-masing
berjalan pada alirannya jika makanan telah matang dan selesai dicerna di
dalam pencernaan. Kemudian darinya, darah mengalir ke seluruh urat,
dan susu menuju ke tetek, sedangkan urine ke kandung kemih, dan
kotoran ke rektum. Masing-masing dari semuanya itu tidak ada yang
saling mengkontaminasi satu dengan yang lainnya, tidak juga bercampur
setelah keterpisahannya, serta tidak berubah.

Firman-Nya: labanan khaalishan saa-ighal lisy-syaaribiin (“Berupa susu


yang bersih yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”)
Maksudnya, tidak ada seorang pun yang merasa tercekik karena
meminumnya. Setelah menyebutkan susu yang Dia jadikan sebagai
minuman bagi umat manusia dengan sangat mudah, maka Allah Ta’ala
menyebutkan pula minuman yang diambil oleh umat manusia dari buah
kurma dan anggur serta minuman yang mereka buat dari nabidz sebelum
diharamkan. Oleh karena itu, Dia telah limpahkan semuanya itu kepada
mereka:

Wa min tsamaraatin nakhiili wal a’naabi tattakhidzuuna minHu sakaran


(“Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang
memabukkan.”) Hal itu menunjukkan dibolehkannya minuman tersebut
oleh syari’at sebelum diharamkan. Juga menunjukkan kesamaan antara
minuman yang memabukkan, baik yang dibuat dari kurma maupun
anggur, sebagaimana yang menjadi pendapat Imam Malik, asy-Syafi’i,
Ahmad, dan jumhurul ulama.
Demikian juga hukum seluruh minuman yang dibuat dari biji hinthah, biji
gandum, jagung, dan madu, sebagaimana Sunnah Nabawi datang dengan
menjelaskan hal tersebut. Di sini bukan tempatnya untuk membahas hal
itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, mengenai firman-
Nya: sakaraw wa rizqan hasanan (“Minuman memabukkan dan rizki yang
baik,”) as-sukar adalah apa’yang diharamkan dari kedua buah tersebut.
Rizki yang baik adalah yang dihalalkan dari kedua buah tersebut, yakni
buah yang kering dari keduanya baik dari buah kurma maupun anggur
(kismis), dan segala yang sudah diolah dari kedua buah tersebut balk itu
berupa manisan, cuka, maupun minuman perasan, semuanya adalah halal
diminum sebelum disalah gunakan. Sebagaimana yang disebutkan di
dalam Sunnah mengenai hal tersebut.

Inna fii dzaalika la-aayatal liqaumiy ya’qiluun (“Sesungguhnya pada yang


demikian itu benar-benar terdapat tanda [kebesaran Allah] bagi orang
yang memikirkan.”) Penyebutan akal di sini karena ia merupakan bagian
termulia pada tubuh manusia. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
mengharamkan berbagai minuman memabukkan tersebut sebagai upaya
melindungi akal mereka.

Tinjauan al-Qur’an tentang Lebah

Di dalam al-Qur’an terdapat satu surah bernama An-Nahl yang berarti lebah.
Lebah merupakan serangga yang sangat istimewa. Ia mampu memproduksi
makanan yang bergizi dan obat untuk berbagai macam penyakit.

Allah berfirman dalam QS. An-Nahl : 68-69 , yang berbunyi :

َ
‫ِن‬‫َم‬
‫تا و‬ً‫ِ بيو‬ ‫َال‬ ْ َ
‫الجِب‬ ‫ِن‬
‫ِي م‬ َّ ِ‫َن‬
‫اتخِذ‬ ‫ِ أ‬ ‫ْل‬ ‫َِلى الن‬
‫َّح‬ ‫بكَ إ‬ َُّ
‫َى ر‬ ‫َو‬
‫ْح‬ ‫َأ‬
‫و‬
‫ِي‬‫َاسْلك‬
‫َاتِ ف‬
‫َر‬‫َّم‬
‫ِّ الث‬ ‫ْ كل‬
ِ ‫ِن‬‫ِي م‬ ‫َّ كل‬‫ن ۞ ثم‬ َ‫ِشو‬
‫ْر‬‫يع‬َ‫َّا‬
‫ِم‬ ‫َم‬‫ِ و‬ ‫َر‬‫الشَّج‬
ِ
‫ِيه‬‫َانه ف‬‫َْلو‬
‫ِفٌ أ‬‫َل‬‫ٌ مخْت‬‫َاب‬ ‫ها شَر‬ َِ‫ْ بطون‬ ‫يخْرج م‬
‫ِن‬ َ ‫ِكِ ذلال‬ ‫ب‬ ‫َ ر‬
َِّ ‫سبل‬
َ‫َّرو‬
۞‫ن‬ ‫َف‬
‫َك‬ ‫يت‬َ ‫ْم‬ ‫َو‬‫ِق‬
‫ة ل‬ً‫ي‬ ‫َل‬
َ‫ِكَ آل‬‫ِي ذ‬ َِّ
‫ن ف‬ ‫َّاسِ إ‬‫ِلن‬ ‫ء ل‬ ٌ‫َا‬ ‫ِف‬
‫ش‬

Artinya : Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di


bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia”(68) kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan(69)

Kata auha (mewahyukan) pada ayat di atas berarti bahwa Allah telah
menciptakan lebah dilengkapi insting atau karakter alamiah yang membuatnya
bertingkah laku seperti yang kita lihat.[2]

Sejauh ini kami belum menemukan asbab an-nuzul ayat ini,akan tetapi
adanya hubungan dengan ayat sebelumnya yaitu Q.S An-Nahl ayat 66 dan 67
yaitu melanjutkan pembahasan yang sebelumnya ,jika ayat sebelumnya
menerangkan tentang binatang ternak (susu) dan anggur. Pada ayat ini disebutkan
madu. Ibn ‘Asyur menilai bahwa penempatan uraian tentang susu dan perasan
buah-buahan secara bergandengan karena keduanya melibatkan tangan guna
memperolehnya. Susu diperah dan buah-buahan diperas,berbeda dengan madu
yang diperoleh tanpa perasan. Al-Baqa’i berpendapat bahwa karena pembuktian
tentang kekuasaan Allah SWT. Melalui lebah lebih mengagumkan daripada
kedua sumber minuman yang disebut sebelumnya ini,dan karena madu tidak
sebanyak kedua minuman sebelumnya.[3]

Tafsir Ayat

Tafsir ayat Q.S. An-Nahl ayat 68 dibagi menjadi tiga bahasan.

Pertama, firman ‫ْل‬


Allah ِ ‫َّح‬
‫الن‬ ‫َِلى‬
‫إ‬ َ‫بك‬
َُّ
‫ر‬ ‫ْح‬
‫َى‬ ‫َو‬
‫َأ‬‫“ و‬Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah”. Sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT didalam
hati bisa sebagai permulaan tanpa sebab yang jelas. Hal ini berasal dari
َ‫َا‬
(8)‫ها‬ ‫ْو‬ ََ
‫تق‬ ََ
‫ها و‬ ‫ها فجور‬ ََ
‫هم‬َ‫َْل‬
‫َأ‬ َ‫َّا‬
‫( ف‬7)‫ها‬ ‫ما سَو‬
ََ‫ْس و‬ ََ
‫نف‬ ‫ ”و‬dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya),(7) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya,(8)”( Asy-Syams:7-8).
Diantaranya adalah sesuatu yang diilhamkan kepada binatang ternak .baik itu
manfaat,bahayaserta mengendalikan kehidupannya. Ibrahim Al Harbi
berkata:Allah memiliki kemampuan pada benda mati yang tidak diketahui
hakikatnya. melalui hal tersebut Allah mengenalkan hal itu sebagai ilham.

Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ahli takwil tentang makna ilham
tersebut. Sedangkan Yahya bin Watstsab membacanya,‫ْل‬ ‫َِلى الن‬
‫َّح‬ ‫ إ‬,dengan
fathah pada huruf ha’ Disebut lebah karena dalam dirinya keluar madu.

‫ْل‬
ِ ‫َّح‬
‫ الن‬dan ‫ النحلة‬adalah ‫الدبر‬ yang berlaku untuk laki-laki dan
perempuan. Hingga dikatakan “Raja lebah” Lebah di-mu’annats-kan menurut
bahasa hijaz. Dalam hadits Abu Hurairah “Semua lalat masuk ke dalam neraka
dan dijadikan azab bagi para penghuni neraka kecuali lebah”

َ
‫ِن‬‫َم‬
‫و‬ ً‫بيو‬
‫تا‬ ‫َال‬ ْ
‫الجِب‬ َ
‫ِن‬‫م‬ َّ
‫اتخِذ‬
‫ِي‬ َ
Kedua, Firmannya, ِ ِ‫أن‬
‫َر‬
ِ ‫“ الشَّج‬Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu”.ini berlaku
jika tidak ada yang memilikinya. ‫ن‬ َ‫ِشو‬‫ْر‬ َ ‫َّا‬
‫يع‬ ‫َم‬
‫ِم‬ ‫“ و‬dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia”. Allah menjadikan rumah-rumah lebah di tiga tempat itu.bisa
digunung-gunung,lubang-lubang pohon, dan bangunan yang dibuat oleh manusia.

Ketiga ,Ibnu Al-Arabi berkata,”Diantara yang diciptakan Allah yang paling


mencengan dalam surat An-Nahl adalah ketika mengilhamkan kepada lebah agar
membuat rumah yang saling menopang, seakan-akan satu potong saja,Karena
bentuk segitiga jika digabungkan masing-masing kepada bentuk semacamnya
maka akan menjadi persepuluhan dan tidak berkaitan antara keduanya serta ada
celah,kecuali bentuk seperenam jika digabungkan dengan semacamnya maka ia
akan bersambung sehingga menjadi seperti satu potongan saja.[4]

Tafsir Q.S. An Nahl ayat 69,firman-Nya ِ‫َات‬


‫َر‬‫َّم‬ ‫ْ كل‬
‫ِّ الث‬
ِ ‫ِن‬ ‫َّ كل‬
‫ِي م‬ ‫ثم‬
“kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan”.Demikianlah karena
َِّ
engkau makan sari bungan pepohonan. ‫ِكِ ذلال‬
‫ب‬ ‫ر‬ َ
‫سبل‬ ‫َاسْلك‬
‫ِي‬ ‫“ ف‬dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Maksudnya jalan-
jalan Rabbmu. Subul adalah jalan-jalan. Lalu disandarkan kepada
kata Tuhanmu karena dia adalah penciptanya.Maksudnya ,masukklah kejalan
Rabbmu untuk memohon rezeki digunung-gunung dan sela-sela pepohonan.

1. َِ
‫ها‬ ‫ْ بطون‬
‫ِن‬‫يخْرج م‬
َ “Dari perut lebah itu keluar”.Pesan ini kembli kepada
khabar dalam wujud penyebutan nikmat dan peringatan adanya pelajaran,
Sehingga berfirman ٌ ‫شَر‬
‫َاب‬ َِ
‫ها‬ ‫بطون‬ ْ
‫ِن‬‫م‬ ‫يخْرج‬
َ ,yang dimaksud adalah
“Madu”.Kebanyakan manusia berpendapat bahwa madu keluar dari mulut
lebah.sedangkan menurut Al ghaznawi bahwa lebah mengeluarkan madu dari
perutnya,karena didalam perutlah makanan diproses.

2. ‫َْلو‬
‫َانه‬ ‫َل‬
‫ِفٌ أ‬ ‫“ مخْت‬yang bermacam-macam warnanya,”. Yang dimaksud
adalah macamnya seperti merah, putih, kuning, padat, dan cair.Induknya adalah
satu akan tetapi anaknya bermacam-macam,keragaman tersebut sesuai yang
dimakannya, sehingga rasanya juga beragam.

3. ِ‫َّاس‬
‫ِلن‬ ٌ‫َا‬
‫ء ل‬ ‫ِف‬‫ِ ش‬ ‫“ ف‬di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
‫ِيه‬
manusia”.Kta ganti (hi yang berarti nya) kembali kepada madu. Menurut jumhur
didalam madu terdapat kesembuhan bagi manusia . Para ulama berbeda pendapat
mengenai ِ‫َّاس‬
‫ِلن‬ ٌ‫َا‬
‫ء ل‬ ‫ِف‬‫ِ ش‬
‫ِيه‬
‫ ف‬Apakah berlaku pada umumnya atau tidak ?. Ada
yang mengatakan bahwa madu hanya berlaku untuk satu kasus penyakit dan tidak
berlaku secara umum hal itu dikarenakan lafal Syifa dalam
bentuk Nakirah ,sehingga tidak ada makna umum(pakar bahasa dan para
peneliti),Akan tetapi secara umum madu sangat banyak manfaatnya dalam segala
keadaan dan dari segala macam penyakit. Ini juga merupakan dalil yang
menunjukkan bolehnya melakukan penyembuhan dengan minum obat dan lain-
lainnya.

4. َ‫َّرو‬
‫ن‬ ‫َك‬ ‫َف‬
‫يت‬ ‫َو‬
َ ‫ْم‬ ‫ِق‬ ً‫ي‬
‫ة ل‬ ‫َل‬
َ‫ِكَ آل‬‫ِي ذ‬ َِّ
‫ن ف‬ ‫“ إ‬Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan”. Maksudnya mengambil pelajaran. Diantara ibrah yang ada pada
lebah yaitu dengan cara pandang yang tulus dan penuh kelembutan berfikir
berkenaan dengan hal yang sangat menakjubkan semua itu berasal dari Allah.[5]
BAB III

PENUTUP

III. KESIMPULAN

Al-Qur’an tidak pernah mencantumkan hal-hal yang salah. Jika saja al-

Qur’an adalah hasil imajinasi manusia, mungkin saja akan memuat sekurang-

kurangnya satu kepercayaaan keliru. Pembagian tugas para lebah di dalam sarang

dan aneka tugas yang mereka lakukan sangatlah rumit untuk dijelaskan disini.

Pertukaran udara di dalam sarang, pengaturan kelembapan dan suhu,

pemeliharaan kebersihan dan keamanan sarang, pembuatan malam dan propolis

(semacam resin yang dikumpulkan lebah dari kuncup tanaman dan digunakan

untuk memperkuat sarang serta menutupi retakan dari celah), tarian lebah,

perhatian lebah terhadap anaknya, pengorbanan lebah untuk mempertahankan

hidup dan lain-lain, sungguh merupakan tugas yang menajubkan. Bagaimana

mungkin seekor lebah yang usianya hanya enam pekan mengetahui dan

melakukan keterampilan luar biasa ini? Tanpa Pencipta genius, semua kebetulan

ini tentu tak terbayangkan. Setiap peneliti perilaku lebah yang sifat-sifatnya

tercantum dalam al-Qur’an akan mengamati mahakarya Allah dalam entitas

seekor serangga.

IV. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat

bagi pembaca ataupun penulis. Kami telah membuat tugas ini dengan segala

keterbatasan kami, kami menyadari bahwa makalah kami masih harus diperbaiki

lagi kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun dalam

teknis. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA

Ary Nilandari. Miracle Of The Qur’an. Penerbit Mizan: Bandung. 2010


Abd Al-Mun’im AI-Hefni. “Mukjizat Al- Qur’an tentang Lebah dan Madu”. PDF
version
Nadiah Thayyarah. Buku Pintar SAINS dalam Al-Quran Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah. Penerbit Zaman
Syaikh Imam al Qurthubi. Tafsir al Quethubi. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008

Quraish Shihab. Tafsir AL-Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur’an.Jakarta:


Lentera Hati. 2006
http://agengrosir.com/informasi-herbal/madu-lebah-menurut-kajuan-
saintifik.htmltanggal 25 Sep. 14 pukul 20:14 WIB

https://alquranmulia.wordpress.com/2015/09/18/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-
nahl-ayat-66-67/

Anda mungkin juga menyukai