Anda di halaman 1dari 77

[Edisi 1] Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan

Sifat Manusia dalam Al-Qur’an

Materi Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan Sifat Manusia dalam Al-Qur’an

‫السالم عليكم ورحمة الله وبركاته‬

‫الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون‬
‫اشهد أن محمدا عبده ورسوله‬, ‫أشهد أن ال إله غال الله الواحد الصمد إياه نعبد وإياه نستعين‬
‫ فيا أيها المسلمون رحمكم‬:‫بشيرا ونذيرا وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيراز أما بعد‬
‫ فقد قال الله سبحانه وتعالى فى‬.‫الله أصيكم بنفسى بتقوى الله فقد فاز فوزا عظيما‬
‫ َوَأْوَحى َرُّبَك ِإَلى الَّنْحِل َأِن اَّتِخِذي ِمَن اْلِجَباِل ُبُيوًتا َوِمَن الَّشَجِر َوِمَّما َيْعِرُشوَن‬: ‫كتابه العزيز‬
Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi nama surah, yaitu al-Naml (
semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter
dan sifat, sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon,
binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu
tahun. Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari
badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.

Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah!

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-laba adalah
tempat yang paling rapuh,

‫َمَثُل اَّلِذيَن اَّتَخُذوا ِمْن ُدوِن الَّلِه َأْوِلَياَء َكَمَثِل اْلَعْنَكُبوِت اَّتَخَذْت َبْيًتا َوِإَّن َأْوَهَن اْلُبُيوِت َلَبْيُت‬
‫اْلَعْنَكُبوِت َلْو َكاُنوا َيْعَلُموَن‬
ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan
serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya untuk dimusnahkan
oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang keadaannya
seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang
baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling
curiga.

Sidang Jum’at Yang Dimuliakan oleh Allah

Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an digambarkan sebagimana
dalam Firmannya :

‫)ُثَّم ُكِلي ِمْن ُكِّل‬68(‫َوَأْوَحى َرُّبَك ِإَلى الَّنْحِل َأِن اَّتِخِذي ِمَن اْلِجَباِل ُبُيوًتا َوِمَن الَّشَجِر َوِمَّما َيْعِرُشوَن‬
‫الَّثَمَراِت َفاْسُلِكي ُسُبَل َرِّبِك ُذُلًلا َيْخُرُج ِمْن ُبُطوِنَها َشَراٌب ُمْخَتِلٌف َأْلَواُنُه ِفيِه ِشَفاٌء ِللَّناِس ِإَّن ِفي‬
‫َذِلَك َلآَيًة ِلَقْوٍم َيَتَفَّكُروَن‬
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan
di tempat-tempat yang dibikin manusia”. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan.

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam
lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk
makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin dan madu yang
sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah sangat disiplin,
mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak
mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat)
sengatannya dapat menjadi obat.

Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang baik seperti lebah, sebagaimana
dalam sabdanya:

‫ مثل المؤمن مثل النحلة ال تأكل إال طيبا وال تضع إال طيبا وإن وقعت فى شئ ال‬: ‫قال رسول الله صم‬
‫تكسر‬.

Rasulullah bersabda: Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik,
tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak merusak”

Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah

Dalam kehidupan kita di dunia ini contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis
binatang. Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan
dalam hal ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah dari binatang bahkan
lebih sesat dari binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta
(tanpa disesuaikan dengan kebutuhan. Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama
(dalam bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut.
Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak
dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk dipandang dan
bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang
berkeliaran.

Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat, karena mereka
bekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya:

‫)ُتْسَقى ِمْن َعْيٍن َءاِنَيٍة‬4(‫)َتْصَلى َناًرا َحاِمَيًة‬3(‫)َعاِمَلٌة َناِصَبٌة‬2(‫ُوُجوٌه َيْوَمِئٍذ َخاِشَعٌة‬

“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas
diberi minum (dengan air) dari sumer yang sangat panas”

Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan dunia
melakukan kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka tidak sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam, yaitu yang bersangkutan lengah dari kewajiban keagamaannya. Mereka
menjadi budak harta, tergila-gila dengannya sehingga melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat
mereka masuk ke dalam neraka.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh
berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka
jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.

Hadirin Sidang Jum’at

Demikian pula di dalam masyarakat kita berapa banyak manusia-manusia lebah, tidakkah lebih banyak
manusia-manusia semut atau manusia laba-laba. Manusia lebah itu adalah mereka yang tidak boros, tidak
suka makan atau mengambil haknya orang, yang dimakannya adalah saripati bunga, dan ketika
mengambil saripati itu tidak menjadikan bungan itu rusak atau tidak menjadi buah.

Itulah gambaran orang mukmin yang baik tidak memakan makanan yang haram, mengambil uang
negara untuk kepentingan diri sendiri. Kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan sesuatu yang
menyakiti persaaan tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila berada pada suatu
tempat atau daerah tidak menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadirannya sangat
diharapkan oleh orang banyak.
Oleh karenanya, dalam kesempatan ini marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat yang dimiliki
oleh lebah itu, tidak menconoth sifat-sifat semut dan laba-laba, sehingga kita dapat mendapatkan
nikmatnya kehidupan di dunia ini, lebih-lebih nikmatnya kehidupan yang abadi di akhirat nanti yaitu
surga. Amin.

‫أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم‬

‫وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات واألرض أعدت للمتقين‬

‫بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم من اآليات والذكر الحكيم وتقبل منى‬
‫ومنكم إله هو الغفور الرحيم‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/khutbah-jumat-terbaru-3-perumpamaan-Sifat-manusia/

Edisi 2 Khutbah Jumat Terbaru Nasihat Agung


Manusia
Edisi 2 Khutbah Jumat Terbaru 2017 Nasihat Agung Bagi Seluruh Manusia
Oleh: Syahrul Ramadhon

،‫الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأظهره على الدين كله ولو كره المشركون‬
‫ أحمده حمدًا كثيرًا كما هو أهله وأشكره‬،‫هدانا لإليمان وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا الله‬
‫ وأشهد أن ال إله إال الله وحده ال شريك له في ربوبيته‬،‫شكر من يستزيده ويتضرع إليه وحده‬
‫وألوهيته وكمال ذاته وصفاته وأشهد أن محمدًا عبد الله ورسوله صلى الله عليه وعلى آله‬
‫وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهديهم واستن بسنتهم إلى يوم الدين وبعدالحمد لله الذي {َيا‬
‫َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُموُتَّن ِإَّال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن} { َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا‬
‫َرَّبُكُم اَّلِذي َخَلَقُكم ِّمن َّنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاًال َكِثيًرا َوِنَساء َواَّتُقوا الَّلَه‬
‫اَّلِذي َتَساءُلوَن ِبِه َواَألْرَحاَم ِإَّن الَّلَه َكاَن َعَلْيُكْم َرِقيًبا} {َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه‬
‫ َوَمْن ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز‬، ‫َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم‬
‫َفْوًزا َعِظيًما‬

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat-Nya
kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa memenuhi undangan-Nya untuk menghadiri sholat
jumat berjama’ah di masjid ini.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beliaulah sang
penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta suri tauladan bagi seluruh umat
manusia

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id bahwasannya jibril as pernah datang kepada Rasulullah SAW kemudian
berkata:

‫ َواْعَمْل َما ِشْئَت َفِإَّنَك َمْجِزٌّي ِبِه‬، ‫ َوَأْحِبْب َمْن َأْحَبْبَت َفِإَّنَك ُمَفاِرُقُه‬، ‫ ِعْش َما ِشْئَت َفِإَّنَك َمِّيٌت‬، ‫َيا ُمَحَّمُد‬

“Ya Muhammad hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah siapapun yang
engkau mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan bekerjalah sesukamu tapi sesungguhnya engkau
akan dibalas dengannya”

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Hadits di atas mengandung tiga nasihat agung, yaitu: Yang Pertama adalah: ‫ِعْش َما ِشْئَت َفِإَّنَك َمِّيٌت‬
(hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati) sebagian ulama’ berkata bahwasannya kalimat
ini merupakan ancaman, penakut-nakutan, serta peringatan bahwasannya kita semua akan mati, hal ini
sudah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya yang berbunyi:
‫…ُكُّل َنْفٍس َذاِئَقُت الَمْوت‬.

“Setiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”

Sekarang setelah kita tahu bahwasannya setiap kita pasti akan mati, maka yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah sudah siapkah kita untuk menghadap Dzat yang Maha kuasa? Bekal apakah yang telah
kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-Nya? Apakah harta, pangkat dan kekuasaan, anak-anak
kita yang sukses, istri kita yang cantik, atau gelar kesarjanaan yang menempel di nama kita? Apakah itu
yang kita persiapkan untuk menghadapi persidangan Dzat yang Maha adil? Sungguh kita akan rugi besar
jika hanya itu yang kita persiapkan untuk menghadapi pengadilan-Nya, bahkan kita akan celaka
karenanya. Karena di akhirat kelak manusia akan ditanyai tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana
dia belanjakan?
3. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?
4. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?

Itulah pertanyaan-prtanyaan yang akan dilontarkan kepada kita kelak, bukan berapa kekayaanmu?
Bukan apa pangkatmu di tempat kerja atau organisasimu? Apakah kamu seorang Sarjana, master, doctor,
ataukah professor? Oleh karena itu mumpung kita masih hidup di dunia ini dan masih diberikan
kesempatan untuk memperbaiki diri marilah kita mempersiapkan bekal yang terbaik untuk bekal kita di
akhirat kelak. Apa bekal yang terbaik itu? Bekal terbaik bagi manusia untuk menghadapi persidangan
Allah SWT ialah hanya taqwa. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah: 197

‫َوَتَزاَوُدْوا َفِإَّن َخْيَر َزاِد الَتْقَوى‬

“Berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”

Pesan yang kedua adalah ‫( َوَأْحِبْب َمْن َأْحَبْبَت َفِإَّنَك ُمَفاِرُقُه‬dan cintailah siapapun yang engkau mau
karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya) di sini kita diperbolehkan mencintai
siapapun yang kita mau namun perlu kita ingat juga bahwasannya kita akan berpisah dengannya. Baik itu
perpisahan yang bersifat selamanya yang berupa kematian atau yang bersifat sementara seperti
perpisahan kita dengan rekan kerja kita yang mendapat tugas untuk bekerja di tempat lain.

Oleh karena itu hendaknya kita didalam mencintai seseorang itu sewajarnya saja jangan sampai kecintaan
kita kepada seseorang itu melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT. Karena salah satu ciri orang yang
beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya, dan yang lainnya. Allah SWT berfirman

‫َوِمَن الَّناِس َمْن َيَّتِخُذ ِمْن ُدوِن الَّلِه َأْنَداًدا ُيِحُّبوَنُهْم َكُحِّب الَّلِه َواَّلِذيَن آَمُنوا َأَشُّد ُحًّبا ِلَّلِه‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS. Al-Baqarah: 165)

Karena dengan mencintai Allah SWT melebihi selain-Nya kita akan merasakan nikmatnya Iman
sebagaimana sabda Rasulullah SAW

‫ َثَالٌث َمْن ُكَّن ِفيِه َوَجَد َحَالَوَة اِإليَماِن َأْن‬: ‫َعْن َأِبى ِقَالَبَة َعْن َأَنٍس َعِن الَّنِبِّى صلى الله عليه وسلم َقاَل‬
‫ َوَأْن َيْكَرَه َأْن َيُع َد‬، ‫ َوَأْن ُيِحَّب اْلَمْرَء َال ُيِحُّبُه ِإَّال ِلَّلِه‬، ‫َيُكوَن الَّلُه َوَرُسوُلُه َأَحَّب ِإَلْيِه ِمَّما ِسَواُهَما‬
‫و‬
‫في اْلُكْفِر َكَما َيْكَرُه َأْن ُيْقَذَف في الَّنار‬

“Tiga hal yang apabila seseorang itu memilikinya maka dia akan merasakan nikmtnya iman: hendaknya
dia mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada selain keduanya, hendaknya dia
tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, hendaknya dia tidak kembali kepada kekufuran
(setelah dia beriman) seperti dia benci dilemparkan ke neraka”.

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Dan nasihat Jibril yang ketiga adalah ‫( َواْعَمْل َما ِشْئَت َفِإَّنَك ُمْجِزٌّي ِبِه‬dan bekerjalah sesukamu tapi
sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya) ini merupakan sebuah peringatan yang besar bagi kita
‫‪bahwasannya kita semua sebagai manusia pasti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas‬‬
‫‪segala apa yang telah kita lakukan di dunia ini, Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang‬‬
‫‪diciptakan Allah SWT sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk Allah SWT‬‬
‫‪yang lain, karena manusia dianugerahi otak yang mampu berfikir sehingga manusia mampu membedakan‬‬
‫‪mana yang baik dan mana yang buruk.‬‬

‫‪Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Karena manusia adalah makhluk yang berakal‬‬
‫‪sehingga manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan suatu amalan atau perbuatan,‬‬
‫?‪apakah amalan ini bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT atau tidak‬‬

‫‪Atau bahkan amalan tersebut termasuk amalan yang dilarang oleh Allah? Oleh karena itu hendaknya kita‬‬
‫‪senantiasa untuk mengerjakan amal sholih agar kita tidak dikembalikan Allah SWT kepada tempat yang‬‬
‫‪paling rendah yaitu neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat At-Tin ayat 4-6. ô‬‬

‫َلَقْد َخَلْقَنا اْلِإْنَساَن ِفي َأْحَسِن َتْقِويم ُثَّم َرَدْدَناُه َأْسَفَل َساِفِليَن ِإَّلا اَّلِذيَن آَمُنوا َوَعِمُلوا‬
‫الَّصاِلَحاِت َفَلُهْم َأْجٌر َغْيُر َمْمُنوٍن‬
‫‪“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (5) Kemudian‬‬
‫‪Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (6) Kecuali orang-orang yang‬‬
‫”‪beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.‬‬

‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‪َ ,‬وَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم‬
‫َوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرْه َوَنُعوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‪،‬‬
‫َمْن َيْهِدِه اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‪َ .‬وَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد‬
‫َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‪َ .‬والَّصَالُة َوالَّسَالُم َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه‪َ .‬أَّما َبْعُد؛ِإَّن اللَه َوَمَالِئَكَتُه‬
‫ُيَصُّلْوَن َعَلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َصُّلْوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‪َ .‬الَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد‬
‫َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‪َ .‬وَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد‬
‫َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‪َ.‬الَّلُهَّم اْغِفْر‬
‫َن‬ ‫ِم‬ ‫َك‬ ‫ُل‬ ‫ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ْاَألْحَياِء ِمْنُهْم َوْاَألْمَواِت‪َ .‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَأ‬
‫‪.‬اْلَخْيِر ُكِّلِه َما َعِلْمَنا ِمْنُه َوَما َلْم َنْعَلْم‬

‫َالَّلُهَم َأْصِلْح َأْحَواَل اْلُمْسِلِمْيَن َوَأْرِخْص َأْسَعاَرُهْم َوآِمْنُهْم ِفْي َأْوَط اِنِهْم‪َ .‬رَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة‬
‫‪َ.‬وِفي اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬

‫ِعَباَد اللِه‪ِ ،‬إَّن اللَه َيْأُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َوْاِإلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُقْرَبى َوَيْنَهى َعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَكِر‬
‫َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَذَّكُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َواْسَأُلْوُه ِمْن َفْضِلِه ُيْعِطُكْم َوَلِذْكُر‬
‫اللِه َأْكَبُر‬

‫‪Sumber:‬‬
‫‪https://www.tongkronganislami.net/edisi-2-khutbah-terbaru-nasihat-agung-manusia/‬‬

‫‪Edisi 3 Khutbah Jumat terbaru Menuju Manusia Terbaik‬‬


‫‪Edisi 3 Naskah Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬
‫‪Menuju Manusia Terbaik‬‬
‫‪Oleh: Atin‬‬

‫الحمد لله الذي هدانا لهذا‪ ,‬وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا الله‪ ،‬و الحمد لله المنزه عن أن‬
‫يكون له نظراء وأشباه‪ ،‬المقدس فال تقرب الحوادث حماه‪ ،‬الذي اختار اإلسالم دينًا وارتضاه‪،‬‬
‫فأرسل به محمد – صلى الله عليه وسلم – واصطفاه‪ ،‬وجعل له أصحابًا فاختار كًال منهم لصحبته‬
‫واجتباه‪ ،‬وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‪ ،‬فصلى الله عليه‬
‫وعلى آله وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‪ ،‬أحمده على نعمه كلها حمدًا يقتضي الزيادة من نعمه‪،‬‬
‫ويجزل لنا النصيب من قسمه }َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا (‪ُ )۷٠‬يْصِلْح َلُكْم‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َوَمن ُيِطْع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما } { َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا‬
‫اَّتُقوا الَّلَه َوآِمُنوا ِبَرُسوِلِه ُيْؤِتُكْم ِكْفَلْيِن ِمن َّرْحَمِتِه َوَيْجَعل َّلُكْم ُنوًرا َتْمُشوَن ِبِه َوَيْغِفْر َلُكْم َوالَّلُه‬
‫َغُفوٌر َّرِحيٌم} { َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَهَوْلَتنُظ ْر َنْفٌس َّما َقَّدَمْت ِلَغٍد َواَّتُقواالَّلَه ِإَّن الَّلَه‬
‫َخِبيٌر ِبَما َتْعَمُلوَن‬

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang
berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan
berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan
sehat wal ‘afiyat. Dan marilah kita merealisasikan rasa syukur kita dengan menjalankan segala perintah-Nya
serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang
senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau. Amin.

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Sebelum khatib menyampaikan khutbahnya, sudah barang tentu menjadi kewajiban seorang khatib untuk
menyampaikan wasiat taqwa. Marilah senantiasa kita tingkatkan mutu kualitas iman dan taqwa kita kepada
Allah SWT, karena iman dan taqwa itulah satu-satunya bekal bagi kita untuk menuju kehidupan yang kekal dan
abadi yakni kehidupan akhirat.

‫َوَتَزَّوُدوْا َفِإَّن َخْيَر الَّزاِد الَّتْقَوى َواَّتُقوِن َيا ُأْوِلي اَألْلَباب‬

“Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-
orang yang berakal”. (QS. Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:

‫َلَقْد َخَلْقَنا اِإلنَساَن ِفي َأْحَسِن َتْقِويٍم ُثَّم َرَدْدَناُه َأْسَفَل َساِفِليَن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan manusia, yang pertama yakni
manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik) kemudian yang kedua yakni manusia Asfala safilin (manusia
yang paling rendah).

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang memilki bentuk yang paling baik
dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan Asfal safilin adalah gambaran manusia pada saat usia
tuanya yang tidak lagi mampu untuk mengerjakan aktifitas sehari-hari sebagaimana yang dilakukan pada waktu
mudanya. Kemudian tafsir ini melanjutkan bahwa pahala dan dosa itu diberikan oleh Allah SWT pada saat
seseorang itu mulai aqil balig lebih-lebih pada waktu mudanya.

Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah sama pengertiannya dalam tafsir
Jalalain yakni manusia memiliki bentuk paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan
pengertian Asfala safilin sendiri adalah manusia yang tidak taat pada Allah SWT dan rasul-Nya, kelak akan
dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari pada tempat yang lain yakni neraka jahannam yang panas lagi
berkobar-kobar apinya.

Dan sebaliknya manusia yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta menjauhi segala larangannya,
akan ditempatkan pada tempat yang paling indah yakni surga yang didalamnya penuh dengan kenikmatan-
kenikmatan yang abadi.
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan sejauh-jauhnya Asfala safilin?

Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua telinga, dua tangan, dan dua kaki
yang masih sempurna ini dengan syukur yang sebenar-benarnya.

‫ُقْل ُهَو اَّلِذي َأنَشَأُكْم َوَجَعَل َلُكُم الَّسْمَع َواَألْبَصاَر َواَألْفِئَدَة َقِليًال َّما َتْشُكُروَن‬

“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”.
(tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-Mulk: 23)

Dan Allah SWT juga berfirman:

‫َوِإْذ َتَأَّذَن َرُّبُكْم َلِئن َشَكْرُتْم َألِزيَدَّنُكْم َوَلِئن َكَفْرُتْم ِإَّن َعَذاِبي َلَشِديٌد‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan menggunakannya sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan meminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak.

‫َوَال َتْقُف َما َلْيَس َلَك ِبِه ِعْلٌم ِإَّن الَّسْمَع َواْلَبَصَرَواْلُفَؤاَد ُكُّل ُأولِئَك َكاَن َعْنُه َمْسُؤوًال‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang kita lakukan baik itu dari mata,
telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di mintai pertanggung jawabannya. Maka jangan sampai tangan yang
seharusnya kita gunakan untuk membantu serta memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, malah
kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh orang lain hanya karena hal yang sepele. Dan
jangan sampai tangan yang kita miliki ini kita biarkan untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang
seharusnya menjadi hak orang lain, lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat merugikan orang lain.

Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat hal-hal yang di larang oleh agama
bahkan hal-hal yang jelas-jelas di laknat oleh Allah SWT. Begitu juga telinga mulut dan kaki, jangan sampai
telinga dan mulut kita, kita gunakan untuk mendengar dan mengucapkan hal-hal yang tidak sewajarnya, tetapi
marilah kita gunakan mulut dan telinga ini dengan memperbanyak membaca al-qur’an, berzikir kepada Allah
SWT serta membaca kalimat-kalimat Thoyyibah. Karena tangan, kaki, serta mulut kita ini akan menjadi saksi di
akhirat kelak.

‫اْلَيْوَم َنْخِتُم َعَلى َأْفَواِهِهْم َوُتَكِّلُمَنا َأْيِديِهْم َوَتْشَهُد َأْرُجُلُهْم ِبَما َكاُنوا َيْكِسُبون‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah
kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka usahakan”. (QS. Yasin: 65)

Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia menginjak masa muda inilah, yang
seharusnya diperhatikan oleh semua orang. Ada pepatah mengatakan ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati
masuk surga’, pepatah ini sangat salah dan keliru, tidak mungkin seseorang yang tanpa berusaha payah ketika
masa mudanya dengan banyak menggali ilmu agama, begitu saja masuk surga.

Mustahil sungguh-sungguh mustahil, nabi Muhammad SAW saja orang yang kita kenal sebagai orang yang
nomor satu dalam agama, ketika hendak wafatnya beliau merasakan sakaratul maut yang benar-benar
menyakitkan. Oleh karena itu, mari kita gunakan masa-masa emas ini yakni masa-masa muda ini dengan banyak
menuntut ilmu agama dan pastinya tidak begitu saja mengabaikan kehidupan dunia ini.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran ini sebagai anugrah terbesar yang di berikan oleh Allah SWT kepada
kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah yang menjadi motor atau penggerak bagi seluruh anggota tubuh kita,
hati ini pula yang menjadi raja bagi seluruh anggota tubuh kita ini, sebagaimana termaktub dalam hadits
Rasulullah SAW yang artinya “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah, manakala ia baik maka
baiklah seluruhnya tapi manakala ia buruk maka buruklah seluruhnya, ia adalah hati” (HR. Muslim).

Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36

‫َوَال َتْقُف َما َلْيَس َلَك ِبِه ِعْلٌم ِإَّن الَّسْمَع َواْلَبَصَرَواْلُفَؤاَد ُكُّل ُأولِئَك َكاَن َعْنُه َمْسُؤوًال‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.

Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala apa yang kita kerjakan dan
lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama Islam. Karena agama Islam inilah satu-satunya
agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman di dalam surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:

‫ِإَّن الِّديَن ِعنَد الَّلِه اِإلْسَالُم َوَما اْخَتَلَف اَّلِذيَن ُأْوُتوْا اْلِكَتاَب ِإَّال ِمن َبْعِد َما َجاَءُهُم اْلِعْلُم َبْغًيا‬
‫َبْيَنُهْم َوَمن َيْكُفْر ِبآَياِت الَّلِه َفِإَّن الَّلَه َسِريُع اْلِحَساِب‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat
hisab-Nya.”

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur dan komponen yang telah kami
sebutkan di atas yakni antara anggota badan jasmani dan rohani haruslah senantiasa di bingkai dengan nilai-
nilai agama Islam.

‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوْا اَّتُقوْا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُموُتَّن ِإَّال َوَأنُتم ُّمْسِلُموَن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imron: 102)

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم َوَتَقَّبَل‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬

Bagian 2 Khutbah Jumat terbaru 2017

،‫ِإَّن اْلَحْمَد للِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرُه َوَنُعْوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َوَأْشَهُد َأَّن‬،‫َمْن َيْهِد اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُّيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه‬
‫ ِإَّن اللَه َوَمالِئَكَتُه ُيَصَّلوَن َعَلى اَّلِنْبِّي َيا‬:‫ َأَّما َبْعُد‬.‫ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصَّلى اللُه َعَلْيِه َوَسَّلَم َتْسِلًما‬
‫ َألَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى‬.‫َأُّيَها اَّلِذْيَن آَمُنوا َصُّلوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬
‫ َكَما َباَرْكَت َعَلى‬،‫ َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫ِإْبَراِهيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهيَم‬
‫ َاَألْحَياِء ِمْنُهْم‬،‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت‬.‫ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬
‫َواَألْمَواِت‬.

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِباِإلْيَماِن َوَال َتْجَعْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغًّال ِلَّلِذْيَن آَمُنوْا َرَّبَنا ِإَّنّك‬
‫َرُؤْوُف َّرِحْيٌم‬.
‫َالَّلُهَّم اْفَتْح َبْيَنَنا َوَبْيَن َقْوِمَنا ِباْلَحِّق َوَأْنَت َخْيُر اْلَفاِتِحْيَن‪َ .‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَأُلَك ِعْلًما ًناِفًعا َوِرْزًقا‬
‫‪َ.‬طِّيًبا َوَعَمًال ُمَتَقِبًال‬

‫‪َ.‬رَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفى اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬

‫َوَصَّلى اللُه َعَلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِبِإْحَساٍن ِإَلى ِيْوِم الِّدْيِن‬

‫‪Sumber:‬‬
‫‪https://www.tongkronganislami.net/edisi-3-khutbah-jumat-terbaru-menuju-manusia-terbaik/‬‬

‫‪Edisi 4 Khutbah Jumat terbaru Menyeru kepada Allah‬‬


‫‪SWT‬‬
‫‪By‬‬

‫‪Tongkrongan Islami‬‬

‫‪3405‬‬

‫‪Edisi 4 Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬


‫‪Menyeru kepada Allah SWT‬‬
‫‪Oleh: M. Faiz Rofdli‬‬

‫الحمد لله الذي هدانا لهذا‪ ,‬وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا الله‪ ،‬و الحمد لله المنزه عن أن‬
‫يكون له نظراء وأشباه‪ ،‬المقدس فال تقرب الحوادث حماه‪ ،‬الذي اختار اإلسالم دينًا وارتضاه‪،‬‬
‫فأرسل به محمد – صلى الله عليه وسلم – واصطفاه‪ ،‬وجعل له أصحابًا فاختار كًال منهم لصحبته‬
‫واجتباه‪ ،‬وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‪ ،‬فصلى الله عليه‬
‫وعلى آله وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‪ ،‬أحمده على نعمه كلها حمدًا يقتضي الزيادة من نعمه‪،‬‬
‫ويجزل لنا النصيب من قسمه }َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا (‪ُ )۷٠‬يْصِلْح‬
‫َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َوَمن ُيِطْع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما } { َيا َأُّيَها اَّلِذ َن‬
‫ي‬
‫آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوآِمُنوا ِبَرُسوِلِه ُيْؤِتُكْم ِكْفَلْيِن ِمن َّرْحَمِتِه َوَيْجَعل َّلُكْم ُنوًرا َتْمُشوَن ِبِه َوَيْغِفْر‬
‫َلُكْم َوالَّلُه َغُفوٌر َّرِحيٌم} { َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوْلَتنُظ ْر َنْفٌس َّما َقَّدَمْت ِلَغٍد‬
‫َواَّتُقواالَّلَه ِإَّن الَّلَه َخِبيٌر ِبَما َتْعَمُلوَن‬
‫‪Jamaah jumat rakhimakumullah‬‬

‫‪Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, karena Allah SWT hanya‬‬
‫‪menyayangi orang-orang yang bertaqwa dan beramal berdasarkan taqwa kepada-Nya. Allah SWT‬‬
‫‪mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar bagi seluruh manusia dengan‬‬
‫‪tujuan agar seluruh makhluk mendapatkan hidayah dan merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah‬‬
‫‪SWT berfirman, dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107,‬‬

‫َوَما َأْرَسْلَناَك ِإَّال َرْحَمًة ِّلْلَعاَلِميَن‬


‫”‪“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.‬‬

‫‪Diantara sifat yang Allah SWT berikan untuk makhluk-Nya yang terbaik yaitu nabi kita Muhammad‬‬
‫‪SAW. adalah dakwah. Allah SWT ta’ala berfirman,‬‬

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَّنا َأْرَسْلَناَك َشاِهًدا َوُمَبِّشًرا َوَنِذيًرا‬

‫‪“Wahai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan‬‬
‫)‪pemberi peringatan” (QS. Al-Ahzab: 45‬‬
Bahkan dakwah adalah wasiat para Rasul untuk pengikut-pengikut mereka, Nabi Muhammad SAW.
bersabda kepada Muadz bin Jabal, “Sungguh engkau akan mendatangi sekelompok ahli kitab, maka
hendaknya yang pertama kali kau dakwahkan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku adalah utusan Allah SWT.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Jamaah jumat rakhimakumullah

Berikut ini ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan masalah dakwah:

Pertama, amal yang baik di sisi Allah SWT adalah usaha keras untuk menyelamatkan manusia dari
kegelapan menuju hidayah. Karena ucapan seorang da‘i adalah sebaik-baik ucapan dalam timbangan
Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushilat: 33)

Setiap amal yang dilakukan oleh orang yang mendapatkan hidayah di tangan kita, maka kita pun akan
mendapatkan bagian pahalanya. Sebagai contoh, adalah Abu Bakar menjadi sebab Utsman bin Affan ra.
masuk Islam dan Utsman mempersiapkan kebutuhan seluruh pasukan dalam perang Tabuk, dan orang-
orang yang mengikuti perang Tabuk mendapatkan kedudukan yang berlipat-lipat, Nabi Muhammad
SAW. Bersabda

‫َمْن َدَعا ِإَلى ُهًدى َكاَن َلُه ِمَن اَألْجِر ِمْثُل ُأُجوِر َمْن َتِبَعُه َال َيْنُقُص َذِلَك ِمْن ُأُجوِرِهْم َشْيًئا‬

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka untuknya semisal pahala pelakunya tidak
dikurangi sedikitpun dari pahalanya.” (HR. Muslim)

Kedua, ketidak fasihan dalam berbicara bukanlah penghalang untuk berdakwah. Nabi Musa adalah
orang yang sulit berbicara, oleh karena itu beliau berdoa kepada Allah SWT agar menghilangkan
problem tersebut, dengan do’a yang diabadikan Allah SWT di dalam al-qur’an surat Thaha yang berbunyi

‫َواْحُلْل ُعْقَدًة ِّمن ِّلَساِني َيْفَقُهوا َقْوِلي‬

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha: 27-28)

Ketiga, dakwah tidaklah terbatas ceramah di atas mimbar, karena dakwah itu sangat beragam.
Menasehati seseorang dengan sembunyi-sembunyi adalah dakwah, seorang ayah menasehati anaknya
untuk melaksanakan sholat lima waktu juga dakwah, mendukung dan memudahkan jalan-jalan dakwah
juga dakwah. Dengan pemahaman seperti ini maka seluruh komponen masyarakat bisa menjadi
pendakwah baik dengan harta, tulisan atau lisan.

Keempat, dakwah hendaknya menempuh jalan para nabi dalam berdakwah, yang pertama kali di
dakwahkan para nabi adalah akidah yang benar.

Dalam berdakwah hendaklah kita sejalan dengan kaidah-kaidah syariat dan jangan menodai dakwah
dengan melakukan kemaksiatan.

Kelima, telah menjadi sunatullah bahwa populasi orang yang bermaksiat itu lebih banyak daripada orang
yang taat. Allah SWT berfirman

‫َوِإن ُتِطْع َأْكَثَر َمن ِفي اَألْرِض ُيِضُّلوَك َعن َسِبيِل الَّلِه ِإن َيَّتِبُعوَن ِإَّال الَّظ َّن َوِإْن ُهْم ِإَّال َيْخُرُصوَن‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah SWT. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan
mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. Al-An’am: 116)

Keenam, janganlah menjadikan banyaknya orang-orang yang menerima dakwah sebagai tolak ukur
keberhasilan dakwah. Karena membuka hati seseorang menerima dakwah adalah kewenangan Allah SWT.
Tugas pendakwah adalah terbatas menjelaskan, tidak ada kewenangan untuk memberikan hidayah dan
mengubah hati seseorang.
Nabi Muhammad bersabda: “Ditunjukkan kepadaku berbagai umat maka aku melihat seorang Nabi dan
bersamanya sekelompok orang, kemudian aku melihat lagi seorang Nabi dan yang menyertainya hanya
satu atau dua orang dan aku juga melihat seorang Nabi yang tidak mempunyai pengikut seorang pun.”

Ketujuh, janganlah menunda-nunda untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dalam berbagai waktu
dan keadaan. Boleh jadi satu kata yang kita ucapkan menyebabkan orang akan mendapat kebahagiaan
atau kita yang mendapat kebahagiaan dengannya sepanjang masa. Nabi Nuh mendakwahi kaumnya siang
malam selama bertahun-tahun, Nabi Yusuf pun meski di dalam penjara juga tetap berdakwah.

Kedelapan, do’akan orang yang kita dakwahi tanpa sepengetahuannya, berapa banyak orang yang tulus
mendoakan saudaranya menjadikan sebab keadaan saudaranya itu menjadi lebih baik. Al-Muzani
mengatakan, “Tidaklah Abu Bakar lebih unggul dari para sahabat yang lain disebabkan puasa dan
shalatnya akan tetapi karena sesuatu yang ada dalam hatinya yaitu rasa cinta kepada Allah SWT dan
menginginkan kebaikan untuk orang lain.”

Kesembilan, berbuat baik kepada orang lain dan tutur kata yang manis serta akhlak terpuji merupakan
penarik simpati hati seseorang, seperti halnya Nabi Muhammad beliau adalah seorang da’i yang memiliki
akhlak mulia dan sifat-sifat yang baik, Ibnu Qayyim mengatakan, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah
seorang yang bersungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin.”

Kesepuluh, ketaatan adalah cahaya yang terdapat dalam dada dan memberikan pengaruh terhadap orang
yang akan merespon dakwah kita. Maka marilah kita memperbanyak ibadah kepada Allah SWT karena
ibadah adalah sebaik-baik sarana untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, dan marilah kita perbanyak
mengingat Allah, membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat di kegelapan malam.

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬
Khutbah Kedua

،‫ِإَّن اْلَحْمَد للِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرُه َوَنُعْوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َوَأْشَهُد‬،‫َمْن َيْهِد اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُّيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه‬
‫ ِإَّن اللَه َوَمالِئَكَتُه ُيَصَّلوَن َعَلى‬:‫ َأَّما َبْعُد‬.‫َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصَّلى اللُه َعَلْيِه َوَسَّلَم َتْسِلًما‬
‫ َألَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬.‫اَّلِنْبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذْيَن آَمُنوا َصُّلوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬
،‫ َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهيَم‬
،‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت‬.‫َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬
‫َاَألْحَياِء ِمْنُهْم َواَألْمَواِت‬.

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِباِإلْيَماِن َوَال َتْجَعْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغًّال ِلَّلِذْيَن آَمُنوْا َرَّبَنا‬
‫ِإَّنّك َرُؤْوُف َّرِحْيٌم‬.
‫ َالَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَأُلَك ِعْلًما ًناِفًعا‬.‫َالَّلُهَّم اْفَتْح َبْيَنَنا َوَبْيَن َقْوِمَنا ِباْلَحِّق َوَأْنَت َخْيُر اْلَفاِتِحْيَن‬
‫َوِرْزًقا َطِّيًبا َوَعَمًال ُمَتَقِبًال‬.

‫َرَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفى اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬.

‫َوَصَّلى اللُه َعَلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِبِإْحَساٍن ِإَلى ِيْوِم الِّدْيِن‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-4-khutbah-jumat-terbaru-menyeru-kepada-Allah-SWT/

Edisi 5 Khutbah Jumat terbaru Hablum Minallah Wa


Hablum Minannas
Edisi 5 Khutbah Jumat terbaru 2017 Hablum Minallah Wa Hablum Minannas

Oleh: Fathurrahim

‫ و الحمد لله المنزه عن أن‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا الله‬,‫الحمد لله الذي هدانا لهذا‬
،‫ الذي اختار اإلسالم دينًا وارتضاه‬،‫ المقدس فال تقرب الحوادث حماه‬،‫يكون له نظراء وأشباه‬
‫ًال‬ ‫ًا‬ ‫أ‬ ‫أ‬
‫ وجعل له أصحابًا فاختار كًال منهم لصحبته‬،‫فأرسل به محمد – صلى الله عليه وسلم – واصطفاه‬
‫ فصلى الله عليه‬،‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‬،‫واجتباه‬
،‫ أحمده على نعمه كلها حمدًا يقتضي الزيادة من نعمه‬،‫وعلى آله وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‬
‫) ُيْصِلْح‬۷٠( ‫ويجزل لنا النصيب من قسمه }َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا‬
‫َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َوَمن ُيِطْع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما } { َيا َأُّيَها اَّلِذ َن‬
‫ي‬
‫آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوآِمُنوا ِبَرُسوِلِه ُيْؤِتُكْم ِكْفَلْيِن ِمن َّرْحَمِتِه َوَيْجَعل َّلُكْم ُنوًرا َتْمُشوَن ِبِه َوَيْغِفْر‬
‫َلُكْم َوالَّلُه َغُفوٌر َّرِحيٌم} { َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوْلَتنُظ ْر َنْفٌس َّما َقَّدَمْت ِلَغٍد‬
‫َواَّتُقواالَّلَه ِإَّن الَّلَه َخِبيٌر ِبَما َتْعَمُلوَن‬
Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis

1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) atau
yang populer dikatakan dengan hablum minallah.

2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah
sosial.

Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron: 112 Allah SWT berfirman

‫ُضِرَبْت َعَلْيِهُم الِّذَّلُة َأْيَن َما ُثِقُفوْا ِإَّال ِبَحْبٍل ِّمْن الَّلِه َوَحْبٍل ِّمَن الَّناِس َوَبآُؤوا ِبَغَضٍب ِّمَن الَّلِه‬
‫َوُضِرَبْت َعَلْيِهُم اْلَمْسَكَنُة َذِلَك ِبَأَّنُهْم َكاُنوْا َيْكُفُروَن ِبآَياِت الَّلِه َوَيْقُتُلوَن اَألنِبَياء ِبَغْيِر َحٍّق َذ َك‬
‫ِل‬
‫ِبَما َعَصوا َّوَكاُنوْا َيْعَتُدوَن‬
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
Allah SWT dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas.”

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil sebagai akibat
kedurhakaan mereka kepada Allah SWT dan kepada para nabi. Sehingga mereka harus mengalami
malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah SWT. Dan dalam ayat tersebut diberitakan
pula bahwa jalan keluar dari segala malapetaka tersebut adalah membangun kembali hablum minallah dan
hablum minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah SWT. Namun dalam pengertian syariah
makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir
Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah.

Maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di
dunia dan di akhirat” Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita kepada
Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-hak Allah SWT itu?

Hak-hak Allah SWT ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain serta
menjalankan syariat Allah SWT. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain kita mengabaikan
hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa
bantuan orang lain.

Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan hablum minannallah namun diiringi juga dengan hablum minannas, antara lain.

‫ِإَّن اِإلنَساَن ُخِلَق َهُلوًعا ِإَذا َمَّسُه الَّشُّر َجُزوًعا َوِإَذا َمَّسُه اْلَخْيُر َمُنوًعا ِإَّلا اْلُمَصِّليَن اَّلِذيَن ُهْم‬
‫َعَلى َصالِتِهْم َداِئُموَن َواَّلِذيَن ِفي َأْمَواِلِهْم َحٌّق َّمْعُلوٌم ِّللَّساِئِل َواْلَمْحُروِم‬
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21), Kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)” (QS. Al-Ma’arij: 19-25)

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi
sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh
kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering lebih cenderung untuk kikir.

Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat kita hindari? Allah SWT menyebutkan
paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan sembahyang (hablum minallah) secara kontinyu. Kedua,
menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum
minannas).

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman

‫َواْعُبُدوْا الَّلَه َوَال ُتْشِرُكوْا ِبِه َشْيًئا َوِباْلَواِلَدْيِن ِإْحَساًنا َوِبِذي اْلُقْرَبى َواْلَيَتاَمى َواْلَمَساِكيِن‬
‫َواْلَجاِر ِذي اْلُقْرَبى َواْلَجاِر اْلُجُنِب َوالَّصاِحِب ِبالَجنِب َواْبِن الَّسِبيِل َوَما َمَلَكْت َأْيَماُنُكْم ِإَّن الَّلَه َال‬
‫ُيِحُّب َمن َكاَن ُمْخَتاًال َفُخوًرا‬

“Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa: 36)

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah SWT (hablum minallah) yang
ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah SWT dengan cara tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik
kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah SWT menutup ayat di atas dengan kalimat: “Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Dengan maksud agar kita tidak sombong
kepada orang tua, karena ada saat dimana kita juga pasti akan menjadi tua.

Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi yatim.

Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi miskin secara tiba-tiba.

Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama memberikan pertolongan
kepada kita saat kita mengalami kesulitan.

Jangan sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya.

Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat dimana kitapun akan menjadi musafir dan jangan
sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya kepada kita meskipun tidak
besar upah yang kita berikan.

Dalam surat Al-Ma’un ayat 1-7 Allah SWT berfirman

‫َأَرَأْيَت اَّلِذي ُيَكِّذُب ِبالِّديِن َفَذِلَك اَّلِذي َيُدُّع اْلَيِتيَم َوال َيُحُّض َعَلى َط َعاِم اْلِمْسِكيِن َفَوْيٌل ِّلْلُمَصِّليَن‬
‫اَّلِذيَن ُهْم َعن َصالِتِهْم َساُهوَن اَّلِذيَن ُهْم ُيَراُؤوَن َوَيْمَنُعوَن اْلَماُعوَن‬
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak yatim(2),
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), Orang-orang yang berbuat riya (6), Dan
enggan (menolong dengan) barang berguna (7)”

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan keberpihakan kepada
kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama manakala ia mengabaikan anak yatim dan
orang miskin.

Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah SWT menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti Allah SWT
bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk menggugah hati
pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.

Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan aspek ibadah
mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti memperhatikan nasib-nasib
orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah merupakan gabungan antara
habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan vertikal dan horizontal.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara seorang hamba
dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa terus menerus menjaga
hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat sebagai rukun Islam yang kedua.

Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan kepasrahan kita kepada Allah SWT. Kemudian
ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan amaliah sosial yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3.

Kemudian dalam rukun Islam yang ke-4 yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai pelajaran
bagi kita untuk dapat merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah SWT akan berfirman,

“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku makan.” Si hamba
bertanya, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah
Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman, “tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si fulan meminta
makan kepadamu tapi engkau tidak memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau
memberinya makan, niscaya engkau akan menemukan itu disisi-Ku”.

“Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberi-Ku minum.” si hamba
menjawab, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah
Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman, “hamba-Ku si fulan meminta minum kepadamu tapi engkau
tidak memberinya minum. Padahal jika engkau memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-
Ku”.

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena sosial. Apakah
kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita baik berupa
makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang terlena dengan gemerlap dunia sehingga
melupakan hal itu?

Amat banyak kehidupan orang lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan seberuntung kita.
Seburuk apapun kondisi kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih buruk dibandingkan dengan
kehidupan kita sekarang.

Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang membutuhkan
bantuan kemanusiaan dari seluruh umat Islam dunia, tak terkecuali bantuan kita umat Islam indonesia.

Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati kita untuk peduli terhadap saudara-
saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫َوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬.
Khutbah Kedua

،‫ِإَّن اْلَحْمَد للِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرُه َوَنُعْوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َوَأْشَهُد‬،‫َمْن َيْهِد اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُّيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه‬
‫ ِإَّن اللَه َوَمالِئَكَتُه ُيَصَّلوَن َعَلى‬:‫ َأَّما َبْعُد‬.‫َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصَّلى اللُه َعَلْيِه َوَسَّلَم َتْسِلًما‬
‫ َألَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬.‫اَّلِنْبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذْيَن آَمُنوا َصُّلوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬
،‫ َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهيَم‬
‫َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬.
‫ َاَألْحَياِء ِمْنُهْم َواَألْمَواِت‬،‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت‬.

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِباِإلْيَماِن َوَال َتْجَعْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغًّال ِلَّلِذْيَن آَمُنوْا َرَّبَنا‬
‫ِإَّنّك َرُؤْوُف َّرِحْيٌم‬
‫ َالَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَأُلَك ِعْلًما ًناِفًعا‬.‫َالَّلُهَّم اْفَتْح َبْيَنَنا َوَبْيَن َقْوِمَنا ِباْلَحِّق َوَأْنَت َخْيُر اْلَفاِتِحْيَن‬
‫َوِرْزًقا َطِّيًبا َوَعَمًال ُمَتَقِبًال‬

‫َرَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفى اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬

‫َوَصَّلى اللُه َعَلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِبِإْحَساٍن ِإَلى ِيْوِم الِّدْيِن‬

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/edisi-5-khutbah-jumat-terbaru-hablum-minallah-wa-hablum-
minannas/

Edisi 6 Khutbah Jumat Terbaru tentang Kehidupan


Kedua
Edisi 6 Jumat Jumat Terbaru tentang Kehidupan Kedua
Oleh: Aiman Said Ali Nahdi

Mungkin sebagian dari kita masih meragukan tentang adanya kehidupan setelah kematian, bagaimana
caranya Allah SWT mengembalikan tubuh kita yang telah hancur didalam tanah. Serta mengembalikan
ruh kita, bersatu kembali dengan tubuh kita.

Begitu juga, betapa banyak manusia sangat ketakutan dalam menghadapi kematian dan berharap untuk
hidup selamanya agar bisa menikmati dunia dan seisinya.Kehidupan setelah kematian adalah hal yang
mudah bagi Allah SWT, semudah Allah SWT menciptakan dari tiada menjadi ada.

Dalam kehidupan dunia-pun kita bisa membuktikan adanya kebangkitan. Jika kita hidup dinegara yang
mengalami pergantian musim, maka kita dapat menyaksikan tumbuh-tumbuhan yang tadinya subur
menjadi layu, berguguran, dan pada akhirnya membeku selama musim dingin (bagaikan pohon yang
mati). Lalu tibalah musim semi, udara menjadi hangat, dedaunan mulai tumbuh, kuncup bunga
berkembang dan rerumputan tumbuh subur kembali.

Mari kita cermati sejenak firman Allah SWT :

‫َوالَّلُه اَّلِذي َأْرَسَل الِّرَياَح َفُتِثيُر َسَحاًبا َفُسْقَناُه ِإَلى َبَلٍد َمِّيٍت َفَأْحَيْيَنا ِبِه اْلَأْرَض َبْعَد َمْوِتَها‬
‫َكَذِلَك الُّنُشوُر‬
“Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu
negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan
itu”. (QS. Faathir: 9).

Allah SWT juga berfirman :

‫َوِمْن آَياِتِه َأَّنَك َتَرى اْلَأْرَض َخاِشَعًة َفِإَذا َأْنَزْلَنا َعَلْيَها اْلَماَء اْهَتَّزْت َوَرَبْت ِإَّن اَّلِذي َأْحَياَها‬
‫َلُمْحِيي اْلَمْوَتى ِإَّنُه َعَلى ُكِّل َشْي ٍء َقِديٌر‬
“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, kamu melihat bumi itu kering tandus. Maka apabila
Kami turunkan hujan pada permukaannya ia berubah menjadi subur. Sesungguhnya Tuhan yang Maha
menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Sesungguhnya Dia Maha berkuasa atas segala
sesuatu”. (QS. Fushshilat: 39).
Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang Badui memungut sekerat tulang, dan menantang Nabi Muhammad SAW: “Wahai Muhammad,
siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”. Allah SWT menjawab
dengan firmannya: (Dan) Dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kejadiannya. Ia katakan:
“Siapa pula yang sanggup menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh itu?” Katakanlah: “Ia
akan dihidupkan oleh Allah SWT yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Tahu tentang
segala makhluk”. (Qs. Yaasiin: 78-79).”

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Sangat mudah bagi Allah SWT menggabungkan kembali ciptaannya yang telah hancur, sedangkan dari
yang tiada bisa ia ciptakan menjadi ada yakni bumi, langit dan seisinya. Saat jabang bayi dalam
kandungan lebih kurang selama 9 bulan, ia akan mengalami masa kegelapan, hidup didalam air dan
tempat yang sempit didalam perut ibunya. Jika ia bisa berfikir dan berbicara, maka manusia diluar (perut
ibunya) dapat memberikan informasi kepadanya tentang kehidupan dunia yang penuh cahaya, tumbuh-
tumbuhan hijau, interaksi sesama makhluk dan kenikmatan lainnya.

Maka ia tentu akan bertanya: “Untuk apa aku didalam perut yang gelap dan sempit ini, kenapa aku tidak
segera dikeluarkan?”

Manusia diluar akan menjelaskan: “Anda harus menjalani proses disana (dalam perut) agar tubuhmu
sempurna dan siap untuk menghadapi kehidupan dunia.”

Sang jabang bayi kemudian mengerti, dan berkata: “Baiklah, saya akan mempersiapkan diri sebaik
mungkin menghadapi dunia yang penuh kenikmatan dan tantangan itu.”

Jika dialog diatas dianalogikan (disamakan) dengan kehidupan manusia (alam kehidupan) dan alam
setelah kematian (kebangkitan), maka seharusnya dunia ini (alam kehidupan) merupakan persiapan yang
matang untuk kita dalam menghadapi alam kebangkitan yang abadi.

Jika kita memahami hakikat hidup ini yang sementara saja dan ada kehidupan yang abadi setelah
kematian, maka kita akan berkata persis seperti sijabang bayi: “Baiklah, saya akan mempersiapkan diri
sebaik mungkin dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya,
agar saya siap menghadapi kehidupan setelah kematian, sehingga saya mengalami kebahagiaan yang
abadi.”

Masalahnya adalah, kadang-kadang kita melupakan informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an dan sunnah
tentang kehidupan setelah kematian atau tidak ada manusia yang telah mati yang dapat memberikan
informasi kepada kita tentang kehidupan setelah mati itu. Jika kita selalu mengingat kematian dan
kehidupan setelahnya, tentu kita akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan selalu berjalan dalam
“rel” yang telah ditentukan-Nya.

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Orang yang selalu ingat akan kematian adalah orang-orang yang cerdas, karena ia selalu mempersiapkan
diri menghadapi kematian itu. Dan ia tidak akan merasa takut terhadap kematian, karena kematian
adalah gerbang kehidupan berikutnya yang indah dan abadi. Hanya manusia yang tidak punya bekal saja
yang takut menghadapi kematian. Seseorang yang sangat mendambakan kematian akan berucap seperti
Rasulullah SAW saat menghadapi sakratul maut: “Aku hanya ingin kembali keharibaan Allah,” hal ini
menunjukkan kerinduan yang sangat untuk bertemu Rabbnya.

Untuk itu, tidak perlu takut akan kematian karena hanya sekali saja dalam kehidupan kita, lakukanlah
persiapan yang matang menghadapinya. Dan berharaplah malaikat maut berkata kepada kita disaat ajal
menjelang:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya . Maka
masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam syurga-Ku”. (QS. Al-Fajr: 27-30).

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫َوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬
Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-6-khutbah-jumat-terbaru-kehidupan-kehidupan-kedua/

Edisi 7 Khutbah Jumat Terbaru Batalnya Syahadat


Muslim
Contoh 7 Khutbah Jumat Terbaru 2017
Batalnya Syahadat Seorang Muslim
Oleh: Ayub

Kaum muslimin jamaah jumat yang diridhoi Allah SWT.

Salah satu nikmat terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita di Indonessia ini adalah nikmat
dilahirkan atau hidup di tengah komunitas muslim yang cukup besar, bahkan terbesar di dunia.

Orang tua kita tidak canggung memberikan nama bernuansa Islami kepada anaknya tanpa khawatir
dianggap nama teroris, para muslimah bebas mengenakan jilbabnya tanpa takut didiskriminasi, masjid
masjid dibangun dengan mewah, menara yang menjulang dan senantiasa mengumandangakan azan tiap
waktunya, tanpa takut disegel pemerintah.

Bandingkan dengan saudara-saudara kita yang hidup di lingkungan yang tidak sama seperti kita. Tentu
kita sudah sering menyimak di media cetak maupun media elektronik, bagaimana nasib saudara kita
sesama muslim yang hidup di Eropa atau Amerika Serikat misalnya.

Terutama pasca peristiwa fitnah WTC 11 September, mereka menjadi sasaran kaum Islamophobia, Jilbab
dan cadar dilarang, menara dilarang, nama yang berbau muslim atau Arab dicurigai. Mereka setiap hari
harus berjuang mempertahankan identitas kemusliman meraka, mereka harus berjuang keras menjaga
syahadat mereka.

Lalu kembali kepada kita, kaum muslimin yang dirahmati Allah, kita atau katakanlah sebagian dari
masyarakat kita, karena sudah terlahir sebagai muslim, dengan nama Islami, dilengkapi lagi dengan KTP
yang mempertegas keIslaman formalnya dan hidup ditengah-tengah masyarakat muslim, entah karena
semua itu atau ada faktor lain, mereka kadang lengah, tidak sadar bahwa keislaman mereka bisa saja
batal.

Mereka tidak berhati-hati sehingga syahadatnya pun tinggal lafal yang tidak bermakna di sisi Allah SWT.
mereka menganggap hal-hal itu remeh, padahal ini adalah permasalahan yang sungguh amat sangat
penting, karena syahadatlah yang membedakan antara seorang yang beriman dengan yang tidak beriman.
Seorang muslim dengan seorang kafir.

Jamaah jumat yang dicintai Allah,

Pertama-tama sebelum khatib membahas lebih jauh tentang pembatal syahadat, khatib perlu menegaskan
bahwa ini sama sekali bukan untuk menghakimi saudara kita sesama muslim, bahwa ia telah
membatalkan syahadatnya, tapi yang terpenting adalah bagaimana menjadikannya sebagai bahan
muhasabah pribadi, lalu kita berusaha menjauhinya dan menjauhkan keluarga kita darinya.

Said Hawwa di dalam kitabnya yang berjudul Al Islam menyebutkan bahwa ada 20 hal yang dapat
membatalkan syahadat seorang muslim atau muslimah. Dalam kesempatan khutbah ini khatib hanya
akan menyampaikan beberapa diantaranya.

Pembatal syahadat yang pertama adalah bertawakkal kepada selain Allah SWT, Allah SWT
memerintahkan kepada kita untuk berusaha dan berikhtiar dalam setiap hajat kebutuhan hidup kita,
namun Allah SWT melarang kita untuk bertawakkal kepada usaha kita tersebut.

Yang dimaksud bertawakkal kepada usaha adalah ketika seseorang sudah begitu yakin dengan usahanya
dalam suatu perkara, ia menumpuhkan seluruh harapannya kepada apa yang telah ia lakukan, sehingga ia
melupkan bahwa di atas segala usaha dan ikhtiyar sebaik dan sekeras apapun itu, masih ada Allah SWT,
Sang Pencipta yang Maha berkuasa. Allah SWT berfirman di dalam surah Al Maidah ayat 23 ;

‫َقاَل َرُجَالِن ِمَن اَّلِذيَن َيَخاُفوَن َأْنَعَم الَّلُه َعَلْيِهَما اْدُخُلوْا َعَلْيِهُم اْلَباَب َفِإَذا َدَخْلُتُموُه َفِإَّنُكْم‬
‫َغاِلُبوَن َوَعَلى الَّلِه َفَتَوَّكُلوْا ِإن ُكنُتم ُّمْؤِمِنيَن‬
“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah SWT Telah memberi
nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. dan Hanya kepada Allah SWT hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

Ayat di atas bercerita tentang Bani Israil ketika hendak memasuki negeri yang di dalamnya hidup kaum
yang kejam, namun Allah SWT tidak langsung menurunkan kepada mereka bantuan, tapi
memerintahkan kepada mereka melalui lisan dua orang yang takut kepada Allah SWT di kalangan
mereka, agar berusaha yakni masuk kedalam negeri tersebut. Setelah mereka berusaha, Allah SWT
kemudian memerintahkan kepada mereka agar bertawakkal hanya kepada Allah SWT.

Begitupun dalam kehidupan kita, kita tentu saja harus berusaha keras untuk meraih sesuatu, untuk
mencapai kesuksesan, namun akhirnya, kepada Allahlah kita serahkan keputusannya.

Disinilah perbedaan orang kafir dengan orang yang beriman. Seorang kafir berusaha maksimal dan
menggantungkan harapannya sepenuhnya pada usahanya, sedangkan orang mukmin juga berusah dengan
maksimal, tapi hanya menggantungkan harapan sepenuhnya kepada Allah SWT.

Kaum muslimin jamaah jumat yang diberkahi Allah,

Pembatal syahadat yang kedua adalah tidak mengakui bahwa semua nikmat baik lahir maupun batin
berasal dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman ;

‫َأَلْم َتَرْوا َأَّن الَّلَه َسَّخَر َلُكم َّما ِفي الَّسَماَواِت َوَما ِفي اَألْرِض َوَأْسَبَغ َعَلْيُكْم ِنَعَمُه َظ اِهَرًة َوَباِطَنًة‬
‫َوِمَن الَّناِس َمن ُيَجاِدُل ِفي الَّلِه ِبَغْيِر ِعْلٍم َوال ُهًدى َوال ِكَتاٍب ُّمِنيٍر‬
“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah SWT Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di
antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah SWT tanpa ilmu pengetahuan atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman: 20)

Jamaah jumat rahimakumullah, setiap muslim wajib mengakui bahwa setiap nikmat yang ia peroleh, yang
meliputinya baik itu nikmat fisik seperti tubuh yang sehat, harta yang cukup, anak serta istri yang
menyejukan pandangan dan sejenisnya adalah nikmat dari Allah, merupakan pinjaman dari Allah SWT
begitu juga nikmat yang abstrak seperti Iman, Islam, rasa bahagia, kepandaian dan sejenisnya hanyalah
dari Allah SWT.

Seorang muslim yang sempurna syahadatnya, tidak boleh menganggap bahwa semua yang ia miliki ia
peroleh karena usahanya sendiri. Karena bagaimanapun manusia berusaha, Allah-lah yang memutuskan
bagaiamana akhirnya.

Dalam konteks inilah Allah SWT membinasakan Qarun yang menyombongkan harta yang ia anggap
hasil dari ilmunya. Seperti diabadikan oleh Al Quran ;

‫َقاَل ِإَّنَما ُأوِتيُتُه َعَلى ِعْلٍم ِعنِدي‬

“Karun berkata: “Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku”. (QS. Al-
Qashas: 78)

Begitulah Qarun menjadi kafir Karena menganggap nikmat yang ia peroleh adalah hasil dari
kemampuannya tanpa mengakui Allah SWT sebagai pemberi segalanya.

Hal berikutnya yang membatalkan syahadat adalah beramal dengan tujuan selain Allah SWT.
Seorang yang mengaku muslim yang bersyahadat, agar syahadatnya tetap sempurna maka ia harus
beribadah karena Allah SWT semata. Allah SWT berfirman ;

‫ُقْل ِإَّن َصَالِتي َوُنُسِكي َوَمْحَياَي َوَمَماِتي ِلّلِه َرِّب اْلَعاَلِميَن َال َشِريَك َلُه َوِبَذِلَك ُأِمْرُت َوَأَنْا َأَّوُل‬
‫اْلُمْسِلِميَن‬
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah SWT)”. (QS. Al-An’am: 162-163)

Ibadah di sini tidak terbatas pada shalat, puasa, zakat, dan haji semata, tetapi mencakup semua amalan
yang dikerjakan karena Allah SWT. dengan demikian seorang muslim tidak boleh berbuat karena sesuatu
yang lain selain Allah SWT.

Misalnya adat, hidup matinya untuk adat benar-salah ia tetap membela adatnya. Pernyataan ini bukan
berarti kita tidak boleh memelihara atau membela adat, tetapi yang dimaksud di sini adalah tidak
menjadikannya nomor satu di atas segala-galanya termasuk menjadikannya lebih di atas dari aturan-
aturan agama Islam.

Berikutnya yang dapat membatalkan syahadat seseorang adalah membenci Islam sebagian atau
seluruhnya. Allah SWT berfirman ;

‫َواَّلِذيَن َكَفُروا َفَتْعًسا َّلُهْم َوَأَضَّل َأْعَماَلُهْم َذِلَك ِبَأَّنُهْم َكِرُهوا َما َأنَزَل الَّلُه َفَأْحَبَط َأْعَماَلُهْم‬
“Dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah SWT menyesatkan amal-amal
mereka. Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan
Allah SWT (Al Quran) lalu Allah SWT menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”

Kaum muslimin jamaah jumat yang diberkati Allah SWT,

Pada ayat di atas dikatakan kecelakaan yang menimpa orang yang kafir, orang yang tidak bersyahadat
adalah karena mereka membenci apa-apa yang diturunkan Allah, yakni Al Quran yang menjadi sumber
segala hukum Islam.

Di dalam Al Quran ditetapkan kaidah-kaidah umum, larangan-larangan, perintah-perintah serta


petunjuk-petunjuk. Lalu selain itu Allah SWT juga menjadikan sunnah nabi-Nya menjadi bagian dari
sumber hukum Islam. jika semuanya digabungkan maka ia disebut dinul Islam. Seorang yang membenci
salah satu dari elemen di atas, atau bahkan seluruhnya, maka ia dianggap telah membatalkan syahadatnya.

Kaum muslimin yang dicintai Allah SWT, termasuk dalam hal ini bila ada seseorang yang begitu alergi
dengan hukum-hukum hudud dalam Islam, misalnya saja hukuman potong tangan bagi pencuri,
hukuman rajam bagi pezina yang sudah pernah menikah.

Akhir–akhir ini, ketika banyak kalangan umat yang memperjuangkan diberlakukannya syariat, atau
PERDA syariat justru muncul dari umat Islam sendiri suara-suara yang membenci hukum tersebut
dengan dalih bertentangan dengan kemanuiaan dan HAM.

Mereka tidak sadar bahwa kebencian mereka itu telah mencederai syahadat mereka. Begitu juga jika kita
membenci system ekonomi Islam yang Alhamdulillah mulai berkembang di tanah air kita bahkan di
dunia. Intinya kita sebagai seorang yang bersyahadat harus cinta dan bangga pada semua elemen Islam,
jangan mengenyampingkan sebagian dengan dalih apapun.

Jamaah jumat yang berbahagia, masih berhubungan dengan poin tadi, hal berikutnya yang dapat
membatalkan syahadat seseorang adalah apabila ia memperolok–olok Al Quran dan Sunnah serta orang
yang berjuang menegakan keduanya. Simaklah firman Allah SWT ;

‫َيْحَذُر اْلُمَناِفُقوَن َأن ُتَنَّزَل َعَلْيِهْم ُسوَرٌة ُتَنِّبُئُهْم ِبَما ِفي ُقُلوِبِهم ُقِل اْسَتْهِزُؤوْا ِإَّن الَّلَه ُمْخِرٌج َّما‬
‫َتْحَذُروَن َوَلِئن َسَأْلَتُهْم َلَيُقوُلَّن ِإَّنَما ُكَّنا َنُخوُض َوَنْلَعُب ُقْل َأِبالَّلِه َوآَياِتِه َوَرُسوِلِه ُكنُتْم‬
‫َتْسَتْهِزُؤوَن‬
“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan
apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu
(terhadap Allah SWT dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah SWT akan menyatakan apa yang kamu
takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah
mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-
Taubah: 64-65)

Dalam ayat di atas, Allah SWT menegaskan bahwa hanya orang-orang munafiklah yang suka mengolok-
olok Islam. Fenomena ini juga kadang kita temui dalam masyarakat kita. Ketika ada seorang yang
berusaha meneladani sunnah Rasulullah SAW , justru dianggap aneh oleh sebagian muslim yang lain.
Bahkan ada yang mengolok-olok atau menyematkan sebutan yang jelek bagi mereka.

Ya harus kita akui bahwa terkadang ada perkara-perkara yang oleh sebagian kaum muslimin sebagai
sunnah Rasul yang mesti dihidupkan namun bagi yang lain perkara tersebut tidak mesti dipahami
sebagaimana kelompok pertama tadi memahaminya. Misalnya saja memanjangkan jenggot, atau
memakai kain di atas mata kaki. Dalam perkara semacam ini, untuk menjaga syahadat kita, hendaknya
kita bersikap bijak dengan tidak mengolok mereka yang berbeda pendapat dengan kita. Karena ternyata
fatal akibatnya.

Jamaah jumat yang saya hormati, pembatal syahadat terakhir yang sempat saya sampaikan pada
kesempatan ini adalah mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan darahnya, atau tidak mengkafirkan
orang kafir. Di atas tadi telah kami sampaikan beberapa hal yang dapat membatalkan syahadat seorang
muslim, tapi dengan berdasarkan semua itu janganlah kita dengan gampang mengecap seorang muslim
sebagai kafir, karena hal inipun dapat membatalkan syahadat kita. Rasulullah SAW pernah bersabda ;

‫ َعِن‬، ‫ َعْن ُحَسْيٍن َيْعِني اْلُمَعِّلَم‬، ‫ َحَّدَثِني َأِبي‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َحَّدَثَنا َعْبُد الَّصَمِد‬: ‫ َقاَل‬، ‫َحَّدَثَنا ُمَحَّمُد ْبُن َمْعَمٍر‬
‫ َأَّنُه َسِمَع َرُسوَل اللِه َصَّلى‬، ‫ َحَّدَثُه َعْن َأِبي َذٍّر‬، ‫ َأَّن َأَبا اَألْسَوِد‬، ‫ َعْن َيْحَيى ْبِن َيْعَمَر‬، ‫اْبِن ُبَرْيَدَة‬
‫ َوَال َيْرِمَيُه ِباْلُكْفِر ِإَّال ُرَّدْت َعَلْيِه ِإْن َلْم َيُكْن‬، ‫ « َيُقوُل َال َيْرِمي َرُجٌل َرُجًال ِباْلِفْسِق‬:‫الَّلُه َعَلْيِه َوَسَّلَم‬
‫َصاِحُبُه َكَذِلَك‬
“Jika seorang menuduh orang lain fasik ataupun kafir padahal sifat tersebut tudaklah ada pada orang
yang ia tuduh, maka kefasikan dan kekafiran kembali kepadanya (si penuduh)”

Di tanah air kita ini, ada banyak sekali kelompok Islam yang dalam pengamalan dan pemahaman mereka
terhadap Islam terdapat perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada itu jangan sampai membuat kita
begitu cepat mencap saudara sesama muslim sabagai kafir yang halal darahnya. Kecuali jika buktinya
memang jelas bahwa orang tersebut telah nyata kekafirannya. Jika demikina justru kita harus
mengkafirkannya. Misalnya jika ada seorang yang mengaku muslim namun meyakini adanya nabi setelah
Rasulullah SAW , orang tersebut telah kufur.

Namun jika perbedaan yang ada hanya masalah furu’ atau cabang dalam agama, dimana perkara tersebut
tidak sampai membuat seseorang kafir, maka kita sebagai orang yang bersyahadat janganlah sekali-kali
menuduh seorang kafir. Karena jika tuduhan tersebut tidak terbukti justru syahadat kitalah yang
terancam.

Jamaah jumat rahimaniy warahimakumullah.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan khutbah ini. Akhirnya kembali khatib
tegaskan bahwa semua pembatal syahadat yang telah disebutkan tadi bukanlah untuk menghakimi orang
lain, tapi yang terpenting adalah marilah kita bersama berhati-hati menjaga syahadat kita ini. Karena
bukan Cuma wudhu yang bisa batal, syahadatpun demikian bisa saja batal. terkadang kita sangat peduli
dan memperhatikan perbuatan kita agar wudhu tidak batal, sedangkan terhadap hal–hal yang
membatalkan syahadat kadang kita lalaikan. Padalal syahadat adalah rukun, pilar, atau penegak Agama
kita yang pertama.

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-7-khutbah-jumat-terbaru-batalnya-syahadat-muslim/
Edisi 8 Khutbah Jumat Terbaru Keniscayaan Budaya
Islam
Materi 8 Khutbah Jumat Terbaru 2017 dengan judul Keniscayaan Budaya Islam
Oleh: Qaem Aulassyahied

Allah SWT menciptakan manusia dengan beberapa kemampuan, agar mereka dapat berinteraksi dengan
sesamanya sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial.

Diantara kemampuan itu adalah, dengan mulut atau lisan manusia bertutur, dengan akhlak manusia bisa
berperilaku dan dengan jiwa empati, simpati, dan segala bentuk perasaan lainnya, manusia bisa berinteraksi
satu sama lain.

Pada dasarnya, dengan kemampuan itu manusia ingin mewujudkan keinginan dan tujuannya di persada bumi ini,
nah. Apa tujuan manusia? Tujuan manusia ada dua, yaitu kebaikan dan kebahagiaan

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa pandangan seseorang terhadap kebahagiaan dan kebaikan itu berbeda-
beda satu sama lain, tidak menutup kemungkinan, pandangan kami terhadap kebaikan dan kebahagiaan
berbeda dengan jama’ah sekalian, atau diantara jama’ah juga saling berbeda pandangan terhadap kebaikan dan
kebahagiaan itu, bahkan bisa jadi saling bertolak belakang.

Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, selanjutnya akan melahirkan cara berperilaku yang berbeda,
dan prilaku yang berbeda itu akhirnya menimbulkan kebudayaan yang berbeda pula, karena pada dasarnya
budaya itu lahir dari interaksi prilaku manusia.

Dalam pandangan Islam, dari perbedaan itu, setidaknya ada dua budaya yang berkembang besar, hingga menjadi
dua landansan umat manusia dalam menjalani fungsinya sebagai makhluk sosial:

Pertama: Siapa saja yang memandang bahwa kebaikan dan kebahagiaan itu tolak ukurnya dunia semata

Tanpa ada tujuan terhadap akhirat, maka kebaikan dan kebahagiaan hanya berupa harta wanita dan tahta, maka
ia akan melakukan apa saja untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan menurut ukurannya, berinteraksi dengan
pola pikir dunia, bersosialisasi dengan tujuan meraup harta, mendapat pasangan hidup yang cantik dan
menduduki kekuasaan yang tinggi, dan segala tindak tanduk lainnya yang didasarkan pada kesenangan dunia,
dari itu akan terbentuk interaksi dunia semata, yaitu interaksi yang tak mengindahkan tujuan akhirat, interaksi
yang kosong dari ajaran Islam. Dari interaksi inilah muncul budaya yang sering kita sebut sebagai “budaya
jahiliyah”.

Hal yang perlu disadari bersama bahwa, budaya jahiliyah ini sejatinya adalah budaya yang merusak, menjadi
virus disetiap segi, tidak hanya pada kehidupan manusia, juga merusak pada tatanan alam semesta.

Bagaimana tidak, interaksi yang terbentuk didalam budaya jahiliyah ini, adalah interaksi syahwat belaka, ajaran
Islam yang telah ditiadakan digantikan oleh system brutal untuk mewujudkan kesenangan dunia semata,
akibatnya segala cara ditempuh untuk tujuan itu, segala cara dipergunakan, meski harus mengorbankan banyak
orang, atau meski merusak banyak lini. Baik dari aspek jiwa, hingga aspek di luar jiwa.

Lihat saja, korupsi merajalela, perampokan dimana-mana, permerkosaan dan perzianahan semakin meningkat
juga semakin keji dan masih banyak lagi penyakit-penyakit sosial yang diakibatkan oleh budaya jahiliyah yang
terbentuk dari interaksi-interaksi hewaniyah.

Sehingga secara jelas, budaya jahiliyah ini akan menurukan derajat manusia menjadi lebih hina dari pada hewan.
Sehingga dampak yang paling parah yaitu orang muslim yang menjadi musuh Islam, sebab keisalaman
dicampakkan lalu diganti dangan pola hidup jahiliyah, atau barat, dewasa ini yang hanya memuaskan nafsu
belaka. Padahal Rasululllah SAW telah mengultimatum kita semua sebagai umatnya dengan sabdanya:

‫َمْن َتَشَّبَه ِبَقْوٍم َفُهَو ِمْنُهْم (أبي داود‬

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia tergolong didalam golongan tersebut” (HR. Abu Daud)

Kedua: siapa-siapa saja yang memandang bahwa kebaikan dan kebahagiaan itu tolak ukurnya adalah penilaian Allah SWT.

Kebaikan dan kebahagiaan itu adalah wujud dari Ridho-Nya, sehingga untuk mendapatkan kebaikan dan
kebahagiaan tersebut harus sesuai dengan ajaran-Nya, yaitu syariat Islam, maka mereka-mereka inilah yang
akan membentuk suatu budaya yang kita sebut sebagai “budaya Islami” sebab, tentunya dengan interaksi-
interaksi mereka yang sesuai dengan tuntunan Islam, itu akan melahirkan kondisi sosial yang seluruhnya
didasari oleh aturan-aturan Islam.

Dan jika telah terwujud yang demikian, maka segala aspek kehidupan, baik manusia maupun diluar manusia, di
dunia ini, akan tercegah dari perusakan dan pergeseran sunnatullah atau hukum alam yang menjadi hukum asal
dari setiap benda yang ada di dunia ini, sebab sudah sangat jelas, bahwa Allah SWT yang menciptakan seluruh
alam semesta, sehingga Allah SWT lah yang paling tau pemeliharaan dan penjagaannya, dan disinilah peran kita
sebagai khalifatullah fil Ardhi untuk mewujudkan tugas pemeliharaan tersebut.

Penjagaan dan pemeliharaan dapat berjalan dengan baik harus berpedoman dengan syari’at Islam sebagai
Rahmatan lil Alamin, sesuai dengan konsep di atas. Untuk itu, langkah yang harus kita tempuh untuk
membudayakan ajaran Islam disekitar kita adalah dengan cara merubah terlebih dahulu prilaku kita menjadi
perilaku Islami, dan untuk mewujudkan perilaku yang Islami, maka ada empat hal yang harus di benahi:

Aqidah yang selamat: Aqidah yang meng-Esakan Allah SWT, Aqidah yang mempercayai dan mengakui seluruh
kekuasaan Allah SWT dan Aqidah yang melahirkan cinta, takut dan patuh kepada Allah SWT

Ibadah yang benar: ibadah yang didasari oleh aqidah yang selamat, ibadah yang dituntukan oleh Rasulullah SAW

Akhlak yang utama: akhlak yang telah dicontohkan oleh seluruh nabi dan Rasulullah SAW , yaitu akhlak yang
betul-betul mewujudkan sabda Nabi sebagai ciri Islam “muslim ialah muslim lain aman dari gangguan lisan dan
tangannya”

Al-Hukmul Al-‘adil: hukum yang didalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang dapat menurunkan harkat dan
martabat manusia, hukum yang sesuai dengan kebutuhan seluruh Alam, hukum yang membawa keamanan,
kedamaian dan kesejahteraan yang sebenar-benarnya

Maka apabila keempat unsur tersebut terpenuhi dalam jiwa seorang muslim, niscaya secara otomatis
perilakunya akan sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh aturan Islam, dan dari perilaku ini, terbentuklah
budaya Islam yang kita idam-idamkan.

Kaum Muslimin jamaah jumat yang berbahagia.

Poin penting yang harus kita pahami bersama bahwa, jika ada yang beranggapan, budaya jahiliyah dapat disatu
padukan dengan budaya Islami, sungguh hal itu adalah sebuah anggapan yang sangat keliru dan tak berdasar.

Karena telah kita paparkan sebelumnya, budaya jahiliyah hanyalah sebuah system yang merusak tatanan
masyarakat, sementara budaya Islam datang untuk memelihara dan memberikan kedamaian bagi seluruh umat
manusia.

Maka bagaimana mungkin dua kebudayaan yang saling bertolak belakang, saling tolak menolak satu sama lain
bisa disatukan, hal ini sama saja ingin menyatukan air dengan minyak takkan pernah menyatu, hingga langit
runtuh sekalipun.
‫‪Disinilah peran kita sebagai umat Islam, yaitu menegakkan budaya Islami yang langkah awalnya adalah‬‬
‫‪membersihkan pondasi sosial kita dari segala bentuk kejahiliyahan, barulah setelah itu, kita mulai membangun‬‬
‫‪tonggak budaya Islam kita, mengembangkan payung syari’at Islam, lalu dengan di bawah payung tersebut,‬‬
‫‪bernaung beragam budaya yang terdapat di negara kita, sehingga dengan demikian setiap interaksi yang terjadi‬‬
‫‪dari beragam budaya tersebut takkan keluar dari batas penaungnya, yaitu payung syari’at Islam,‬‬

‫‪Pada akhirnya kepada Allah SWT kita serahkan segalanya, dan semoga kita termasuk dalam golongan umat yang‬‬
‫‪terbaik, umat yang mendapat keberuntungan.‬‬

‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‪َ ,‬وَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم َوَتَقَّبَل‬
‫‪ِ.‬مِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬

‫‪Khutbah Jumat Kedua Keniscayaan Budaya Islam‬‬

‫َاْلَحْمُد ِلَّلِه َوالَّصَالُة َوالَّسَالُم َعَلى َرُسْوِل اللِه‪َ ،‬وَال َحْوَل َوَال ُقَّوَة ِإَّال ِباللِه‪َ .‬وَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال الله‬
‫َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‪َ .‬الَّلُهَّم َصِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى َنِبِّيَك ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه‬
‫َوَمْن َتِبَع ُهَداُه ِإَلى َيْوِم اْلِقَياَمِة‪َ .‬مَعاِشَر اْلُمْسِلِمْيَن َأْرَشَدُكُم اللُه … ُأْوِصْيُكْم َوِإَّياَي ِبَتْقَوى اللِه‪،‬‬
‫‪َ.‬فَقْد َفاَز اْلُمْؤِمُنْوَن اْلُمَّتُقْوَن‬

‫َالَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد‬
‫‪َ.‬مِجْيٌد‪َ.‬وَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلىِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬

‫َّرَّبَنآِإَّنَنا َسِمْعَنا ُمَناِدًيا ُيَناِدي ِلِإليَماِن َأْن َءاِمُنوا ِبَرِّبُكْم َفَئاَمَّنا َرَّبَنا َفاْغِفْر َلَنا ُذُنوَبَنا‬
‫َوَكِّفْرَعَّنا َسِّيَئاِتَنا َوَتَوَّفَنا َمَع ْاَألْبَراِر‪َ .‬رَّبَنا َوَءاِتَنا َماَوَعدَتَنا َعَلىُرُسِلَك َوَالُتْخِزَنا َيْوَم اْلِقَياَمِة‬
‫‪ِ.‬إَّنَك َالُتْخِلُف اْلِميَعاَد‬

‫‪َ.‬رَّبَنآ َءاِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفي ْاَألِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬

‫‪َ.‬رَّبَنا اْصِرْف َعَّنا َعَذاَب َجَهَّنَم ِإَّن َعَذاَبَها َكاَن َغَراًما‬

‫َرَّبَنا َهْب َلَنا ِمْن َأْزَواِجَنا َوُذِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْعُيٍن َواْجَعْلَنا ِلْلُمَّتِقيَن ِإَماًما‪َ.‬الَّلُهَّم َأْصِلْح َلَنا ِدْيَنَنا‬
‫اَّلِذْي ُهَو ِعْصَمُة َأْمِرَنا‪َ ،‬وَأْصِلْح َلَنا ُدْنَياَنا اَّلِتْي ِفْيَها َمَعاُشَنا‪َ ،‬وَأْصِلْح َلَنا آِخَرَتَنا اَّلِتْي ِإَلْيَها‬
‫‪َ.‬مَعاُدَنا‪َ ،‬واْجَعِل اْلَحَياَة ِزَياَدًة َلَنا ِفْي ُكِّل َخْيٍر‪َ ،‬واْجَعِل اْلَمْوَت َراَحًة َلَنا ِمْن ُكِّل َشٍّر‬

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِبْاِإلْيَماِن َوَالَتْجَعْل ِفْي ُقُلْوِبَنا ِغًّال ِّلَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َرَّبَنا‬
‫‪ِ.‬إَّنَك َرُءْوٌف َّرِحْيٌم‬

‫َوَصَّلى اللُه َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَأْصَحاِبِه َأْجَمِعْيَن‪.‬‬


‫‪َSumber:‬واْلَحْمُد ِلَّلِه َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬
‫‪https://www.tongkronganislami.net/edisi-8-khutbah-‬‬
‫‪jumat-terbaru-keniscayaan-budaya-Edisi 9 Khutbah‬‬
‫‪Jumat Terbaru Memakai Dunia Akhirat‬‬

‫‪Materi 9 Khutbah Jumat Terbaru 2017‬‬


‫‪Memaknai Dunia Akhirat‬‬
‫‪Oleh: Feri Efendi‬‬
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Syaikh Sa’id Hawwa mengatakan, inna ‘ashrana ha
hadza mamlu-un bisy syahawat wasy syubuhaati wal ghoflah (sesungguhnya masa kita ini diliputi oleh
kondisi kehidupan hedonis, salah paham terhadap kebenaran, dan melalaikan).

Prediksi Sa’id Hawwa tersebut ternyata sesuai dengan realitas yang kita alami saat ini. Setiap saat kita
dijejali dengan though (paham), fashion (pakaian), food (makanan), fun (seni), sport (olahraga) yang
mana semua itu untuk mengenyampingkan posisi Tuhan dan melalaikan kita akan kehidupan setelah mati
yaitu akhirat.

Realita sekarang ini seakan mengajak kita untuk mengejar dunia dan jangan melupakan akhirat.
Tentunya prinsip tersebut menyelisihi kaidah seorang hamba mukmin yang mendambakan kehidupan
akhirat yaitu kejarlah akhiratmu dan jangan lupakan bagianmu di Dunia. Sebagaimana disebutkan dalam
surat al-qashas ayat 76-82.

Dari sekian banyak pemeluk agama Islam yang mengaku berpedoman kepada al-qur’an dan as-sunnah
hanya sedikit dari mereka yang memahami ayat tersebut. Mereka tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan
duniawi. Mereka disibukkan dengan urusan dunia, yang kemudian melalaikan dari kehidupan yang lebih
kekal yang mana kenikmatannya tidak bisa dikira oleh indera manusia.

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah

Oleh karena itu, agar kita tidak salah memahami mana kenikmatan yang bersifat sementara dan mana
kenikmatan yang bersifat abadi, dan mana yang harus kita prioritaskan, apakah dunia ataukah akhirat?
marilah sejenak kita renungkan kembali hakikat hidup dan kehidupan di dunia ini. Allah SWT telah
memperkenalkan dunia dalam beberapa tempat dalam al-qur’an diantaranya :

‫اْعَلُموا َأَّنَما اْلَحَياُة الُّدْنَيا َلِعٌب َوَلْهٌو َوِزيَنٌة َوَتَفاُخٌر َبْيَنُكْم َوَتَكاُثٌر ِفي اَألْمَواِل َواَألْوالِد َكَمَثِل‬
‫َغْيٍث َأْعَجَب اْلُكَّفاَر َنَباُتُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَراُه ُمْصَفًّرا ُثَّم َيُكوُن ُحَط اًما َوِفي اآلِخَرِة َعَذاٌب َشِديٌد َوَمْغِفَرٌة‬
‫ِّمَن الَّلِه َوِرْضَواٌن َوَما اْلَحَياُة الُّدْنَيا ِإَّال َمَتاُع اْلُغُروِر‬
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”.(QS. Al-Hadid : 20)

Di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:

‫ُزِّيَن ِللَّناِس ُحُّب الَّشَهَواِت ِمَن الِّنَساء َواْلَبِنيَن َواْلَقَناِطيِر اْلُمَقنَط َرِة ِمَن الَّذَهِب َواْلِفَّضِة َواْلَخْيِل‬
‫اْلُمَسَّوَمِة َواَألْنَعاِم َواْلَحْرِث َذِلَك َمَتاُع اْلَحَياِة الُّدْنَيا َوالَّلُه ِعنَدُه ُحْسُن اْلَمآِب‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
(QS. Ali-Imran: 14)

Pada dua ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang
melalaikan. Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwa bagaimanapun juga kenikmatan dunia itu
hanyalah kenikmatan yang sementara, kesenangan yang menipu, kenikmatan yang menggiring seorang
hamba untuk melalaikan Robbnya.

Allah SWT hanya menuntut hamba agar akhirat menjadi perhatian utamanya dan bersikap kepada dunia
dengan penuh hati-hati, jangan sampai seluruh perhatiannya tercurah hanya pada dunia dan syahwatnya.
Hendaklah ia mengendalikan sikapnya terhadap dunia sesuai dengan misi dan tugasnya. Kemudian Allah
SWT menjelaskan tercelanya orang yang menghendaki kehidupan dunia daripada akhirat. Firman Allah
SWT yang artinya :

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat
itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Huud
:15-16)

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami
kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela
dan terusir”.(QS. Al-Isra’:18)

Setelah kita mengetahui betapa tercelanya dunia, kita juga harus tahu betapa mulia dan lebih kekalnya
kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman di dalam surat Al Isra’ ayat 19 yang artinya:

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan
baik”.(QS. Al-Isra’:19)

Filsafat barat yang materialistik dan timur yang komunis dan banyak pula falsafah lain dari penduduk
dunia ini, didasarkan pada anggapan bahwa dunia adalah sasaran satu-satunya. Sementara itu, siapa yang
bertujuan mencari akhirat dari para pengikut agama-agama lain dari kalangan non-muslim adalah
tersesat jalan, karena tidak ada surga tanpa Islam. Oleh sebab itu, tujuan mencapai akhirat termasuk hal
terpenting yang harus diingatkan, diserukan dan dijadikan sebagai agenda tarbiyah kepada kaum
muslimin pada umumnya. Terlebih untuk keluarga kita masing-masing.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Setelah kita faham dan menyadari bahwa hidup di Dunia ini tiada kekal, maka sepantasnyalah kita
menggunakan dan memanfaatkan waktu kita hidup dengan sebaik mungkin. Agar nantinya kita tidak
menjadi manusia yang merugi di Akhirat.

Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang sebentar ini dengan sebaik-bainya? Allah SWT telah
mengajarkan kepada hamba-Nya tentang orang yang tidak akan merugi dalam memanfaatkan waktunya,
sebagaimana tercantum dalam surah Al ‘asr :

‫) ِإَّال اَّلِذيَن آَمُنوا َوَعِمُلوا الَّصاِلَحاِت َوَتَواَصْوا ِباْلَحِّق‬٢( ‫) ِإَّن اِإلنَساَن َلِفي ُخْسٍر‬۱( ‫َواْلَعْصِر‬
)۳( ‫َوَتَواَصْوا ِبالَّصْبِر‬

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr : 1-3)

Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya
termasuk golongan yang merugi. Setidaknya ada tiga ciri golongan yang tidak akan merugi; yang pertama
adalah orang-orang beriman, kedua; orang yang beramal sholeh, dan yang ketiga; mereka yang saling
menasehati satu sama lainnya, baik dalam hal kebaikan (amar ma’ruf) maupun kesabaran.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketiga-tiganya ada keterkaitan atau hubungan yang tak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Bila perhatian kita terpusat pada kehidupan akhirat, maka secara otomatis
ketiga ciri tersebut terdapat pada diri kita.

Dan akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mengejar akhirat dan tidak
melalaikan dunia. Amiin

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬
Khutbah Kedua Memaknai Dunia Akhirat

‫ َوَال َحْوَل َوَال ُقَّوَة ِإَّال ِباللِهَوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال الله‬،‫َاْلَحْمُد ِلَّلِه َوالَّصَالُة َوالَّسَالُم َعَلى َرُسْوِل اللِه‬
‫َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‬
‫َالَّلُهَّم َصِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى َنِبِّيَك ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَمْن َتِبَع ُهَداُه ِإَلى َيْوِم اْلِقَياَمِة‬
‫ َفَقْد َفاَز اْلُمْؤِمُنْوَن اْلُمَّتُقْوَن‬،‫َمَعاِشَر اْلُمْسِلِمْيَن َأْرَشَدُكُم اللُه … ُأْوِصْيُكْم َوِإَّياَي ِبَتْقَوى اللِه‬
‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد‬،‫َالَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬
‫ ِإَّنَك َح ْيٌد‬،‫َمِجْيٌدَوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬
‫ِم‬
‫َمِجْيٌد‬

‫َّرَّبَنآِإَّنَنا َسِمْعَنا ُمَناِدًيا ُيَناِدي ِلِإليَماِن َأْن َءاِمُنوا ِبَرِّبُكْم َفَئاَمَّنا َرَّبَنا َفاْغِفْر َلَنا‬
‫ُذُنوَبَناَوَكِّفْرَعَّنا َسِّيَئاِتَنا َوَتَوَّفَنا َمَع ْاَألْبَراِر‬.

‫َرَّبَنا َوَءاِتَنا َماَوَعدَتَنا َعَلىُرُسِلَك َوَالُتْخِزَنا َيْوَم اْلِقَياَمِة ِإَّنَك َالُتْخِلُف اْلِميَعاَد‬.
‫َرَّبَنآ َءاِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفي ْاَألِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬.
‫َرَّبَنا اْصِرْف َعَّنا َعَذاَب َجَهَّنَم ِإَّن َعَذاَبَها َكاَن َغَراًما‬.

‫َالَّلُهَّم َأْصِلْح َلَنا ِدْيَنَنا‬.‫َرَّبَنا َهْب َلَنا ِمْن َأْزَواِجَنا َوُذِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْعُيٍن َواْجَعْلَنا ِلْلُمَّتِقيَن ِإَماًما‬
‫ َوَأْصِلْح َلَنا آِخَرَتَنا‬،‫ َوَأْصِلْح َلَنا ُدْنَياَنا اَّلِتْي ِفْيَها َمَعاُشَنا‬،‫اَّلِذْي ُهَو ِعْصَمُة َأْمِرَنا‬
‫ َواْجَعِل اْلَمْوَت َراَحًة َلَن ْن ِّل َشٍّر‬،‫ َواْجَعِل اْلَحَياَة ِزَياَدًة َلَنا ِفْي ُكِّل َخْيٍر‬،‫اَّلِتْي ِإَلْيَها َمَعاُدَنا‬.
‫ُك‬ ‫ِم‬ ‫ا‬

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِبْاِإلْيَماِن َوَالَتْجَعْل ِفْي ُقُلْوِبَنا ِغًّال ِّلَّلِذْيَن َءاَمُنْواَرَّبَنا‬
‫ِإَّنَك َرُءْوٌف َّرِحْيٌم‬.

‫ َواْلَحْمُد ِلَّلِه َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬.‫َوَصَّلى اللُه َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَأْصَحاِبِه َأْجَمِعْيَن‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-9-khutbah-jumat-terbaru-memaknai-dunia-akhirat/

Materi 10 Khutbah Jumat Terbaru tentang Persatuan


Umat
Edisi 10 Khutbah Jumat Terbaru Persatuan Umat
Oleh: Divta Iqbal Fathroni

Menjalin persaudaraan pada semua orang serta menjauhkan diri dari perpecahan adalah merupakan
realisasi pengakuan bahwa hakekatnya semua kedudukan manusia dihadapan Allah SWT adalah sama
sesuai dengan tugas dan beban masing-masing.

Allah SWT mengembalikan kepada siapa yang melahirkan kita pertama kali ke dunia ini, yaitu Adam dan
Hawa, sebab Allah SWT akan menjadikan tempat pertemuan yang abadi dari persaudaraan umat
manusia atau anak cucu Adam. Allah SWT tidak membeda-bedakan diantara hamba-hamba-Nya dan
diantara hamba yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling bertaqwa, sebagaimana firman-
Nya.

‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخَلْقَناُكم ِّمن َذَكٍر َوُأنَثى َوَجَعْلَناُكْم ُشُعوًبا َوَقَباِئَل ِلَتَعاَرُفوا ِإَّن َأْكَرَمُكْم ِعنَد‬
‫الَّلِه َأْتَقاُكْم ِإَّن الَّلَه َعِليٌم َخِبيٌر‬
“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dari ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa segala bangsa yang tersebar diseluruh penjuru dunia
ini ialah dari keturunan Adam dan Hawa, sedangkan perbedaan warna kulit, perbedaan tempat tinggal,
perbedaan bahasa, perbedaan suku, perbedaan ras, perbedaan bangsa dan perbedaan negara bukanlah
satu hambatan bagi kita untuk saling mengenal, karena tujuan diciptakannya perbedaan tersebut adalah
untuk saling mengenal
Pada hakikatnya dimanapun kita hidup adalah sama, hanya saja terkadang tempat tinggal yang
berbedalah yang menyebabkan timbulnya adat istiadat dan pemikiran atau cara pandang yang beragam
dan pendapat yang fanatiklah yang menyebabkan terjadinya benturan-benturan, pertikaian, perselisihian
diantara kita dan orang-orang yang sebelum kita, dan perbedaan inilah yang menyebabkan diutusnya
rasul dan nabi pada zaman nenek moyang kita.

Jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah SWT

Dengan berpedoman kepada ajaran atau kitab dari Allah SWT para nabi dan rasul melaksanakan
tugasnya, yaitu menyeru atau mengajak serta mengingatkan manusia kepada persatuan dan mencegah
dari perpecahan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain, maka dari itu kita butuh persatuan dan kesatuan terutama pada masyarakat atau tempat yang
kita tempati pada saat ini.

Untuk itu marilah kita hindari rasa dan sikap hidup yang hanya mementingkan diri sendiri (egois) sebab
apabila seseorang sudah memiliki sikap ingin menang sendiri (egois) maka hilanglah rasa atau sikap
kemanusiaannya dan ia akan memiliki rasa ingin menguasai orang lain, maka akan tumbuhlah kerusakan
pada dirinya dan kerusakan itu akan terus berkembang, sehingga kerusakan itu akan menyebabkan
dirinya terperangkap dalam ruang lingkup yang sempit, dan perlu kita sadari bahwa apabila semuanya itu
sudah terjadi dalam kehidupan kita, maka kita tidak akan mempunyai saudara lagi kecuali diri kita
sendiri.

Islam memberantas sikap egois dan mementingkan diri sendiri serta mengajarkan kepada manusia bahwa
hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi untuk saling kerja sama, tolong-menolong dan saling
tunjang-menunjang dalam kehidupan kita sehari-hari, karena itu perlu kita sadari bersama bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Walaupun diberi fasilitas yang mewah sekalipun, tapi jika kita harus hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain maka kita tidak akan bisa, dan kita akan merasakan hampanya kehidupan, maka dari itulah Islam
mengajarkan kepada kita untuk membangun persatuan dan ukhuwah Islamiyah di dunia ini.

Jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Apabila kita menuntut hak kita yang menjadi kewajiban kita, maka hendaknya kita juga memberikan hak
orang lain yang sudah menjadi kewajibannya tersebut, dan apabila yang demikian itu dapat kita
wujudkan, maka rasa ingin hidup sendiri dan egoisme tersebut dapat hilang dari diri dan watak kita,
maka dari situlah akan timbul rasa kasih sayang antar sesama kita yang akan mewujudkan perdamaian
diantara kita, lebih-lebih akan mewujudkan perdamaian kehidupan di dunia, terutama sesama umat
Islam atau kaum muslimin.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat asy-syura ayat 23

‫ُقل َّال َأْسَأُلُكْم َعَلْيِه َأْجًرا ِإَّال اْلَمَوَّدَة ِفي اْلُقْرَبى َوَمن َيْقَتِرْف َحَسَنًة َّنِزْد َلُه ِفيَها ُحْسًنا ِإَّن الَّلَه‬
‫َغُفوٌر َشُكوٌر‬
“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam
kekeluargaan”. dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada
kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwasannya seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT hendaknya bisa menciptakan suasana yang sehat di dalam kehidupan bermasyarakat dengan
landasan kasih sayang dan persaudaraan. Apalagi negara kita ini yang mayoritas penduduknya muslim
dan kita juga tahu bahwa sesama muslim itu bersaudara, sebagaimana firman Allah SWT

‫ِإَّنَما اْلُمْؤِمُنوَن ِإْخَوٌة َفَأْصِلُحوا َبْيَن َأَخَوْيُكْم َواَّتُقوا الَّلَه َلَعَّلُكْم ُتْرَحُموَن‬
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-
Hujurat: 10)

Dalam ayat di atas sudah jelas bahwa semua orang mukmin itu bersaudara, maka dari itu hendaknya kita
saling tolong-menolong sesama kita, dan Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sabdanya yang
berbunyi

‫َمَثُل اْلُمْؤِمِنيَن ِفى َتَواِّدِهْم َوَتَراُحِمِهْم َوَتَعاُط ِفِهْم َمَثُل اْلَجَسِد ِإَذا اْشَتَكى ِمْنُه ُعْضٌو َتَداَعى َلُه َساِئُر‬
‫اْلَجَسِد ِبالَّسَهِر َواْلُحَّمى (رواه مسلم‬

“Perumpamaan orang mukmin di dalam cinta kasih dan kasih sayang dan kelembutannya itu seperti satu
tubuh yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu terluka maka anggota yang lain akan merasa tidak
bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah

Dan kita juga tahu bahwa lebah selalu memberikan yang baik-baik kepada manusia dengan madu yang
dihasilkannya, begitu juga kita harus selalu memberikan yang terbaik kepada saudara-saudara kita
terutama ditempat yang kita huni saat ini, dan memang kita diharuskan berbuat baik kepada siapapun

Ada sebuah syair yang artinya: “dulu saat engkau dilahirkan engkau dalam keadaa menangis, sedangkan
orang-orang sekitarmu tertawa menyaksikan kehadiranmu, makadari itu berbuatlah kebaikan di dunia ini
selama hidupmu di dunia ini, agar nanti ketika engkau pergi meninggalkan dunia ini engkau dalam
keadaan tersenyum gembira, sedangkan orang-orang disekitarmu menangis karena kepergianmu.”

Dari syair di atas dapat kita ketahui bersama bahwa kita dianjurkan untuk terus-menerus berbuat
kebaikan selama hidup di dunia ini, agar tercipta kehidupan yang harmonis dan persatuan umat yang
kuat.

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/materi-10-khutbah-jumat-terbaru/

Edisi 11 Khutbah Jumat Terbaru Tarbiyah Puasa


Yang Sering dilupakan
Edisi 11 Khutbah Jumat Terbaru Tarbiyah Puasa Yang Sering dilupakan

Oleh: Qaem Aulassyhied

،‫الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأظهره على الدين كله ولو كره المشركون‬
‫ أحمده حمدًا كثيرًا كما هو أهله وأشكره‬،‫هدانا لإليمان وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا الله‬
‫ وأشهد أن ال إله إال الله وحده ال شريك له في ربوبيته‬،‫شكر من يستزيده ويتضرع إليه وحده‬
‫وألوهيته وكمال ذاته وصفاته وأشهد أن محمدًا عبد الله ورسوله صلى الله عليه وعلى آله‬
‫وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهديهم واستن بسنتهم إلى يوم الدين وبعدالحمد لله الذي {َيا‬
‫َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُموُتَّن ِإَّال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن} { َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا‬
‫َرَّبُكُم اَّلِذي َخَلَقُكم ِّمن َّنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاًال َكِثيًرا َوِنَساء َواَّتُقوا الَّلَه‬
‫اَّلِذي َتَساءُلوَن ِبِه َواَألْرَحاَم ِإَّن الَّلَه َكاَن َعَلْيُكْم َرِقيًبا} {َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه‬
‫ َوَمْن ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز‬، ‫َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم‬
}‫َفْوًزا َعِظيًما‬

Sidang jama’ah jumat yang dirahmati oleh Allah SWT.

Jika kita ingat-ingat, serasa bulan Ramadhan kemarin masih menyisakan kegembiraan di hati kita, masih
terasa lapar dan haus yang kita tahan sebulan penuh, dan masih kita ingat saling maaf dan memaafkan
yang kita tunaikan setelah melaksanakan sholat id.

Dan kini, waktu berjalan cepat, kita telah berada di setapak menuju bulan keberkahan dengan beberapa
langkah lagi, bulan yang Allah SWT sediakan di dalamnya ampunan yang besar dan keberkahan yang
banyak bagi hamba-Nya yang menyadari betapa agungnya bulan tersebut, Ramadhan dimana Rasul
menganjurkan kita untuk mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan penuh suka cita.

Dan tentunya wujud suka cita yang kita lakukan, layak di aplikasikan dengan mempersiapkan diri kita,
lahir dan batin dalam menyambut bulan tersebut, serta mempersiapkan diri, dalam artian, menumbuhkan
semangat dan menentukan langkah-langkah yang tepat, agar bulan puasa yang kita lalui nanti bisa kita
raup segala keberkahan di dalamnya, sehingga Ramdhan bagi kita tidak berlalu sia-sia, dan janji Allah
SWT menyucikan hambanya layaknya anak yang baru lahir bagi hambanya yang berhasil dalam tarbiyah
bulan ramadhan juga kita dapatkan.

Dan langkah awal yang kita lakukan adalah meninjau kembali, keberhasilan kita di bulan puasa kemarin,
yang itu bisa dilihat dari keseharian kita, kelakuan dan rangkaian ibadah kita setelah bulan puasa.

Sidang jama’ah jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT

Mari kita renungkan dalam-dalam, apakah puasa yang kita lakukan kemarin betul-betul ikhlas, hanya
mengharap Ridho Allah SWT?, sehingga dapat meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah,
apakah ibadah-ibadah seperti sholat berjama’ah, sholat sunnah, baca al qur’an rutin dan amalan-amalan
lain telah menjadi kebiasaan kita selepas bulan Ramadhan?.

Rasa kemenangan yang kita dapatkan, apakah betul-betul dikarenakan kemenangan kita atas setan,
ataukah hanya berdasarkan nafsu yang sudah tidak lagi di tahan pada waktu bulan puasa? Banyaknya
pertanyaan-pertanyaan itu, setidaknya menjadi muhasabah kita sebelum menapaki Ramadhan
selanjutnya, dan itu bisa kita introspeksi dari keseharian kita sekarang ini.

Sidang jam’ah jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Yang tidak kalah pentingnya dan sering kita lupakan adalah tarbiyah saling memaafkan yang kita bina di
waktu puasa. Setelah kita melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya, maka Allah SWT masih
memberikan kewajiban bagi kita untuk saling memaafkan, munculnya tradisi halal bihalal dimana kita
akan saling memaafkan merupakan wujud salah satu hikmah puasa.

Karena memaafkan merupakan sifat yang terpuji dan ciri orang muslim sebagaimana yang kita pahami
dalam firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 133-134:

‫َوَساِرُعوا ِإَلى َمْغِفَرٍة ِمْن َرِّبُكْم َوَجَّنٍة َعْرُضَها الَّسَماَواُت َواْلَأْرُض ُأِعَّدْت ِلْلُمَّتِقيَن اَّلِذيَن ُيْنِفُقوَن ِفي‬
‫الَّسَّراِء َوالَّضَّراِء َواْلَكاِظِميَن اْلَغْيَظ َواْلَعاِفيَن َعِن الَّناِس َوالَّلُه ُيِحُّب اْلُمْحِسِنيَن‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema’afkan (kesalahan) orang. Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat di atas dimulai dengan perintah Allah SWT dalam berlomba-lomba untuk bertobat dan memohon
ampun, ini merupakan sebuah keniscayaan, yang menunjukkan bahwa sebuah pengampunan adalah
sesuatu yang sangat berharga sehingga layak bagi kita untuk berlomba-lomba dalam meraihnya, dan
itulah yang menuntut kita untuk senantiasa bersegara mendahului hamba-hamba yang lain dengan
memohon ampun kepada Allah SWT disertai dengan menyadari kesalahan.

Kemudian dalam keterangan ayat itu juga disertai dengan raihan surga, hal itu jg menunjukkan bahwa
surga layak bagi orang yang bersegera dan mendapatkan ampunan Allah SWT, dan inilah ciri orang-
orang muttaqin.

Ayat selanjutnya memiliki kaitan dengan ayat diatas, bahwa Allah SWT saja bersedia memaafkan, apalagi
kita seorang hamba-Nya. Memang, pada kenyataannya memaafkan kesalahan orang lain atas kita
merupakan hal yang tidak mudah dilakukan, ini pun bisa dilihat dari tingkatan maaf yang ada pada ayat
ini.

Dimulai dengan al-kazhimin, artinya “penuh dan menutupnya dengan rapat-rapat” hal ini di ibaratkan
dengan wadah air yang kita tutup rapat, begitu juga dengan cara memaafkan, kita akan berusaha untuk
memaafkan kesalahan orang lain, dengan berusaha tidak mengingatnya, namun seperti air dalam wadah
tersebut, masih ada bekas kemarahan, masih ada hasrat untuk menuntut balas, tapi itu yang kita tahan
dan kita tutup rapat-rapat

Yang kedua, diambil dari kata al-aafiin, asal katanya al-afwu, artinya menghapus, pada tingkatan ini,
seorang yang memaafkan sudah bisa menghapus segala kesalahan orang yang dimaafkannya, karena pada
hakikatnya orang yang memaafkan itu adalah orang yang menghapus kesalahan orang, jika pada
tingkatan pertama, orang hanya bisa menutup dan menahan diri dari rasa benci akibat kesalahan orang,
pada tingkatan ini, kesalahan itu dihapus sehingga tidak ada lagi kebencian dan rasa marah.
Yang terakhir, pada tingkatan ini, Allah SWT tidak hanya menyuruh orang memaafkan, tetapi juga
berbuat baik kepada orang yang telah bersalah dengan kita, inilah tingkatan yang paling teratas dalam hal
memaafkan, ini pula yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW, dimana ketika seorang yahudi yang
sering mencacinya sakit, bukanlah menjadi kesempatan buat Beliau untuk membalas segala perlakuan
buruk yang pernah ia terima, melainkan Nabi Muhammad SAW menjenguk dan merawatnya.

Ini merupakan hal yang sulit, tapi sangat mulia jika dilakukan, kesalahan orang dianggap tidak ada, dan
kita berinteraksi dengan orang tanpa pernah memiliki kenangan buruk dengan orang tersebut.

Inilah ajaran islam yang rahmatan lil Alamin, dan inilah salah satu tarbiyah puasa yang sangat agung
namun terkadang kita lupakan, untuk itu, sebelum menapaki bulan Ramdhan selanjutnya, ada baiknya
kita mencoba untuk membiasakan untuk saling memaafkan, agar tarbiyah yang kita lakukan nanti akan
terasa ringan dan betul-betul membekas di perilaku kita.

Kaum muslimin siding jama’ah jumat yang berbahagia

Sebelum kita mengakhiri khutbah jumat ini, ada baiknya kita simak dan perhatikan salah satu sabda Nabi
SAW dalam haditsnya yang shahih, yang artinya: “Taukah kalian semua, siapakah orang yang bangkrut
itu? Tanya Rasulullah kepada para sahabatnya, mereka pun menjawab: orang yang bangkrut menurut
kami adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda yang tersisa.

Kemudian Rasulullah menyampaikan sabdanya: “orang yang benar-benar bangkrut diantara umatku
ialah orang yang di hari kiamat membawa (banyak) pahala sholat, puasa, dan zakat, tapi (sementara itu)
datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika (di dunia)ia mencaci ini, menuduh itu, memakan
harta si ini, melukai si itu, dan memukul si ini, maka diberikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si
ini dan si itu.

Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi tanggungannya, maka
diambillah dosa-dosa mereka (yang pernah dizaliminya) dan ditimpakan kepadanya, kemudian
dicampakkanlah ia ke api neraka” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Hadits ini merupakan ultimatum yang sangat keras buat kita para umatnya yang terkadang sering
melupakan interaksi antar sesama, padahal hubungan baik kita dengan orang lain juga merupakan hal
yang dituntut dalam ajaran islam, dan jika kita remehkan, maka -berdasarkan hadits di atas- tidak
menutup kemungkinan semua ibadah yang kita lakukan akan sia-sia dihadapan Allah SWT.

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka budaya saling memaafkan merupakan cara yang amat ampuh
dalam menjaga diri kita dan orang lain, yang tentunya tidak menafikan perhatian kita untuk selalu
berlaku baik kepada sesama. Maka jama’ah sekalian, sedari dini, mari kita melatih diri untuk menjadi
pribadi yang pemaaf.

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬
Edisi Khutbah Kedua Jumat Tarbiyah Puasa Yang Sering dilupakan

. ‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرْه َوَنُعوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت‬
‫ َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك‬.‫ َمْن َيْهِدِه اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬،‫َأْعَماِلَنا‬
‫ َأَّما َبْعُد؛ِإَّن‬.‫ َوالَّصَالُة َوالَّسَالُم َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه‬.‫َلُه َوَأْشَهُد َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‬
‫ َالَّلُهَّم‬.‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َصُّلْوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬، ‫اللَه َوَمَالِئَكَتُه ُيَصُّلْوَن َعَلى الَّنِبِّي‬
‫ َوَباِرْك‬.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬
‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬.
‫ َالَّلُهَّم ِإَّنا‬.‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ْاَألْحَياِء ِمْنُهْم َوْاَألْمَواِت‬
‫َنْسَأُلَك ِمَن اْلَخْيِر ُكِّلِه َما َعِلْمَنا ِمْنُه َوَما َلْم َنْعَلْم‬.

‫ َرَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة‬.‫َالَّلُهَم َأْصِلْح َأْحَواَل اْلُمْسِلِمْيَن َوَأْرِخْص َأْسَعاَرُهْم َوآِمْنُهْم ِفْي َأْوَط اِنِهْم‬
‫َوِفي اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬.

‫ ِإَّن اللَه َيْأُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َوْاِإلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُقْرَبى َوَيْنَهى َعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَكِر‬،‫ِعَباَد اللِه‬
‫ َفاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َواْسَأُلْوُه ِمْن َفْضِلِه ُيْعِطُكْم َوَلِذْكُر‬.‫َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَذَّكُرْوَن‬
‫اللِه َأْكَبُر‬
Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-khutbah-jumat-terbaru-tarbiyah-puasa-yang-sering-dilupakan/

Edisi 12: Materi Khutbah Jumat Pilihan Berhaji


Wada’ Bersama Nabi SAW
Materi Khutbah Jumat Pilihan Berhaji Wada’ Bersama Nabi SAW

‫السالم عليكم ورحمة الله وبركاته‬

‫الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات وبفضله تتنزل الخير والبركات وبتوفيقه تتحقق‬
‫ وأشهد أن‬، ‫ أشهد أال إله إال الله وحده ال شريك له خالق األرض والسموات‬. ‫المقاصد والغايات‬
‫ اللهم صل وسلم علي أشرف‬. ‫محمدا عبده ورسوله الذي أمر أمته بفعل الخيرات وترك المنكرات‬
‫ فياأيها‬: ‫ أما بعد‬. ‫المخلوقات سيدنا محمد وعلي آله وصحبه السابقين إلي الخيرات‬
‫ قال الله سبحانه‬. ‫ اتقوا الله حق تقاته وال تموتن إال وأنتم مسلمون‬: ‫المسلمون الحاضرون‬
‫ بسم الله‬، ‫ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم‬. ‫وتعالي في القرآن الكريم وهو أصدق القائلين‬
‫ ” تلك الدار اآلخرة نجعلها للذين ال يريدون علوا وال فسادا والعاقبة‬: ‫الرحمن الرحيم‬
‫ صدق الله العظيم وبلغ رسوله النبي الكريم ونحن علي ذلك من الشاهدين‬.”.‫للمتقين‬
‫والشاكرين والحمد لله رب العالمين‬

Pertama-tama, kembali kita bermunajat kepada Allah serya memanjatkan puji syukur ke hadirat-Nya atas
segala limpahan taufiq, rahmat dan hidayah-Nya sehingga tidak terasa saat ini kita tengah berada pada
pertengahan bulan Dzulhijjah, bulan yang dimuliakan Allah swt.

Tak lupa pula kami kirimkan salawat dan salam atas junjungan Nabi besar kita Muhammad saw, sebagai
bapak dan pemimpin besar revolusi dunia umat manusia yang telah mewariskan kepada kita din sebagai
dasar pandangan dan keyakinan hidup yang tak dapat disaingi, ditandingi dan diatasi oleh filsafat, aljaran
dan aliran kepercayaan buatan manusia manapun sejak dahulu, sekarang bahkan di masa-masa yang akan
datang.

Pada bulan ini, beberapa peristiwa besar yang menjadi kebesaran dan keagungan umat Islam dalam
perjalanan sejarah kehidupannya, antara lain jutaan umat Islam sekarang ini telah memenuhi panggilan
Allah untuk melaksanakan ibadah Haji, juga baru 2 hari yang lalu kita telah merayakan hari kebesaran
kita, yaitu, hari raya ‘Id al-Adha sebagai wujud penghambaan diri kita kepada Allah yang kemudian
dilanjutkan dengan pemotongan hewan Qurban sebagai wujud rasa solidaritas kita kepada sesama umat
Islam khususnya dan manusia secara keseluruhan.Baca Juga Khutbah Jumat Terbaru 2017 lainnya:

Jamaah jum’at yang berbahagia

Dalam kesempatan Khutbah Jum’at perkenankanlah kami selaku khatib mengajak hadirin semua untuk
beberapa jenak mengenag suatu pristiwa besar yang terjadi pada bulan ini di akhir-akhir kehidupan
Rasulullah saw, yakni Haji Akbar. Haji yang terbesar dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw.,.
Dikatakan sebagai peristiwa besar, sebab ditilik dari segi kuantitatif umat Islam yang melaksanakannya
tergolong banyak pada masa itu maupun ditinjau dari segi bobot, makna dan hikmah sejarah yang
terkandung di dalamnya. Peristiwa ini terjadi tepatnya tanggal 9-10 Dzulhijjah tahun 10 H. atau 1413
tahun yang silam.

Ketika itu, Rasulullah setelah melaksanakan shalat subuh secara berjamaah, beliau segera berangkat
menuju Mina bersama 100.000 jama’ah. Dalam perjalanan beliau tiba-tiba beliau menghentikan untanya
dan berbalik kepada jamaah, dan perhatian jamaah semuanya tertuju kepadanya. Lalu kemudian beliau
menyampaikan pesan:

‫ أبين لكم فإني ال أدري لعلي ال ألقاكم بعد عامي هذا في هذا‬، ‫ إسمعوا مني‬, ‫أيها الناس‬
‫الموقف أبدا‬

Wahai manusia: simaklah kata-kataku, karena akan kuterangkan kepada kalian sesungguhnya aku tidak
tahu, barangkali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat perhentian ini
untuk selama-lamanya.
Dengan ungkapan sederhana yang memancarkan cinta kasih dari lubuk hatinya yang terdalam, beliau
mengajak berkomunikasi dengan umatanya. Dalam kontak rasa dan jiwa semacam itu, beliau telah
membangunkan perhatian kita yang hadir dengan pertanyaan-pertanyaan retoris yang diulangnya tiga
kali berturut-turut.

‫ هل تدرون أي شهر هذا ؟أتدرون أي بلد هذا ؟ بلد الحرام‬، ‫ أيها الناس‬.
‫أتدرون أي يوم هذا ؟ يوم الحرام‬

‘Tahukah kalian bulan apakan sekarang, negeri manakah ini dan hari apakah sekarang ini?

Bulan haram, negeri haram, Yaumul haram,

‫الله قد حرم عليكم دمائكم وأموالكم إلي أن تلقوا ربكم كحرمة يومكم هذا في بلدكم هذا‬
‫وإنكم ستلقون ربكم فيسئلكم عن أعمالكم‬

‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kalian darah dan harta sesama kalian sampai kalian
berjumpa dengan rabb kalian nanti sebagaimana haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian ini, di negeri
kalian ini. Sesungguhnya kalian akan berjumpa dengan rabb kalian dan akan ditanya segala perbuatan
kalian.

Lalu diajukan langsung pertanyaan kepada kita yang hadir mengikuti kata demi katanya itu:

Apakah aku sudah sampaikan? Kata Rasul. Anda sudah menyampaikannya, jawab kita serempak.
Rasulullah berseru sambil menengadah ke langit, kemudian kembali menoleh kepada kita sambil berkata:
Ya Allah, Persaksikanlah kesaksian mereka.

Demikian tegasnya Rasulullah menekankan kewajiban menghormati keamanan jiwa dan hak milik
sesama manusia dan antar bangsa dengan bangsa lain sebagai dasar utama untuk memelihara persatuan,
keamanan dan kedamaian di muka bumi yang kita huni ini.Khutbah perpisahan ini mencapai puncak
klimaksnya pada waktu Rasulullah menyampaikan pesan :

‫ فإنني قد بلغت وقد نركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا‬: ‫فأعقلوا أيها الناس قولي‬
‫ كتاب الله وسنتي‬، ‫ أمرا بينا‬،

‘Wahai manusia, camkanlah perkataanku ini, sesungguhnya telah kusampaikan pada kalian, dan telah
kutinggalkan pada kalian sesuatu yang bila kalian berpegang teguh padanya pasti kalian tidak akan
tersesat selama-lamanya’.

Seusai menyampaikan khutbah perpisahan itu, Rasulullah turun dari untanya. Dan setelah menunaikan
shalat dhuhur dan ashar secara berjamaah, beliau bersama kita berangkat meninggalkan tempat bernama
Sakharat. Di snalah beliau menyampaikan wahyu Ilahi yang terakhir kali, sebagai penutup risalahnya:

‫أليوم أكملت دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬

‘Pada hari ini aku telah menyempurnakan bagi kalian agama kalian, dan aku telah menyempurnakan
nikmat dan anugrah-Ku dan aku ridha Islam sebagai agama kalian’.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.

Sejak pertama kali selama 23 tahun Abu Bakar senantiasa mendampingi Nabi, baik dalam suka maupun
duka, jauh sebelum kita menjadi pengikut Rasulullah. Intuisi Abu Bakar sangat tajam bahwa pristiwa ini
pertanda risalah sudah ditutup dan perpisahan dengan Rasulullah yang sangat dicintai sudah dekat dan
akan semakin bertambah dekat dari hari ke hari, dari jam ke jam, dari detik ke detik. Tak dapat
diundurkan meski sesaat dan tak dapat dimajukan meski sekejap. Rangkaian pristiwa ini diterima Abu
Bakar dengan isakan dan cucuran air mata.

Isakan tangis Abu Bakar semakin menjadi -jadi, suasana jadi kian mencekam. Para sahabat lainnya pun
turut menangis, perlahan-lahan tangis itu menjalar ke seluruh umat yang hadir dan turut menyaksikan
suasana itu. Pada suatu malam di akhir bulan safar tahun ke 10 H, sekembali ziarah dari pekuburan para
syuhada dan setiba di rumah istri beliau, di situlah mulai badan beliau terasa sakit. Kian lama sakitnya
semakin gawat. Beberapa minggu berselang, dengan dipapah oleh Ali dan al-Fadhl, beliau pergi juga ke
masjid. Di sanalah beliau berpesan:

Hai umatku: Aku tahu bahwa kalian takut akan Nabi kalian wafat. Akan tetapi cobalah tunjukkan
siapakah di antara nabi-nabi sebelum aku yang tidak mati. Aku tidak dapat berada di tengah-tengah
kalian untuk selama-lamanya, karena tiap-tiap diri mesti merasai mati. Oleh karena itu, jika aku telah
berbuat salah terhadap salah seorang dari kalian, di sinilah aku akan mempertanggungjawabkannya. Jika
aku berhutang sesuatu kepada salah seorang di antara kalian, maka segala yang kebetulan aku miliki
adalah kepunyaan kalian.

Kemudian Rasulullah saw. Berdo’a dan memohon rahmat Allah bagi kita yang hadir dan bagi mereka
yang telah syahid di medan jihad. Dinasehatkannya kepada kita untuk menunaikan agama dan hidup
dalam damai dan kelapangan hati. Lalu Rasulullah mengakhiri khutbahnya dengan mengutip firman Ilahi
dalam al-Qur’an:

‫تلك الدار اآلخرة نجعلها للذين ال يريدون علوا وال فسادا والعاقبة للمتقين‬

‘Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat
kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

Hadirin yang dimuliakan Allah swt.

Saat yang sama sekali tidak kita nanti-nantikan namun pasti datang juga. Rasulullah tidak pernah lagi
tampil dalam shalat berjamaah. Hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. bertepatan dengan
tanggal 8 Juni 632 M. dikala sedang khusyu’ shalat berbisik, nyawa Rasulullah yang agung itu pun terbang
menemui pangkuan Rahmatullah.

‫إنا لله وإنا إليه راجعون‬

Persoalan terpenting bagi kita adalah mempertanyakan: hikmah apakah yang dapat kita timba dari
pristiwa ini, di akhir-akhir kehidupan Rasulullah saw.

Nabi kita tercinta, Muhammad saw telah lama berpulang ke pangkuan Rahmatullah. Beliau telah
dikuburkan dengan sederhana dalam pusara yang amat bersahaja, tanpa upacara dan tanda-tanda
kemegahan duniawi. Namun demikian, beliau tidak begitu saja berlalu dalam sejarah umat manusia di
bawah kolong langit ini. Beliau pergi setelah terlebih dahulu meninggalkan beberapa pusaka yang tak
ternilai, yakni; dasar hidup, pedoman hidup dan teladan hidup.

Pertama, dasar hidup yang luhur dan abadi, yakni al-Islam yang bersumber dari Allah yang Maha benar,
Mutlak lagi Sempurna. Firman Allah:

‫إن الدين عند الله اإلسالم‬

‘Sesungguhnya (agama) atau dasar hidup di sisi Allah adalah al-Islam’.

Kedua : Pedoman hidup yaitu al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an adalah sumber nilai dan norma asasi yang
pertama. Sedangkan Sunnah al-Rasul merupakan sumber nilai dan norma asasi yang kedua.

‫وأطيعوا الله ورسوله إن كنتم مؤمنين‬

‘Taatlah kamu sekalian kepada Allah dan rasul-Nya, jika benar-benar kalian orang-orang yang beriman’

Ketiga : Teladan hidup. Yakni suri teladan yang telah dicontohkan Rasulullah saw. dalam pri hidup dan
kehidupannya.

‫لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجوا الله واليوم اآلخر وذكر الله كثيرا‬

‘Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah itu uswatun Hasanah bagi siapa saja
yang mengharapkan keridhaan dan pahala pada hari akhir nanti serta dia banyak mengingat Allah’. (al-
Ahzab: 21)Hadirin yang dimuliakan Allah swt.
Dari ketiga pusaka yang diwariskan Rasulullah yakni dasar hidup, pedoman hidup dan teladan hidup,
kita dapat memperoleh jawaban dari berbagai pertanyaan penting tentang hidup manusia seperti; apa atau
siapakah sumber hidup kita, apakah tugas, tujuan dan fungsi hidup kita di dunia, kapan, di mana dan
berapa kali kita hidup dsb. Yang bertalian dengan dengan hidup kita di atas dunia ini.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus merasa terikat jiwa, komitmen kepada ketiga pusaka itu
yang ditandai dengan :

Kita mengimani kebenaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits Rasulullah sebagai agama
wahyu yang mampu menjawab berbagai persoalan asasi manusia baik materil maupun sprituil, indidu
maupum sosial kemasyarakatan, baik hubungan manusia dengan Tuhannya maupun dengan sesamanya
atau dengan alam lingkungannya..

Kita meningkatkan pengetahuan, pendalaman, pemahaman dan penghayatan kita tentang Islam dengan
segala seginya serta kaitannya dengan persoalan kehidupan dan penghidupan manusia dalam setiap
kesempatan yang ada.

Kita mengamalkan al-Islam sejauh kemampuan kita.Kita mendakwahkan Islam kepada segenap umat
manusia sesuai dengan kesanggupan kita masing-masing.

Kita bersabar dalam berIslam, yakni tabah hati menanggung segala resiko sebagai konsekuensi orang
yang beriman, berilmu dan beramal shaleh.Demikian hikmah yang dapat kita petik dari perjalanan ruhani
kita ke tanah suci pada zaman akhir hayat Rasulullah yang mulia yang abru saja kita jalani.

Marilah kita menutup khutbah ini dengan bersma-sama berdo’a kepada Allah swt. Semoga segala ibadah
yang kita lakukan mendapat pahala yang berlipat ganda dan segala dosa yang telah kita perbuat diampuni
oleh-Nya. Aaamiiiiiinnnn

Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan ibu bapak kami, kesalahan guru-guru
kami dan kesalahan para pemimpin kami. Bimbinglah kami agar senantiasa berada pada jalan-Mu yang
lurus ‘shirat al-mustaqim’.

Ya Allah, jadikanlah negara kami sebagai negara yang aman sentosa, sejahtera dan jauh dari bencana dan
malapetaka.

Ya Allah, Kami beriman kepada apa-apa yang telah Engkau turunkan kepada dan kami menjadi pengikut
rasul-Mu. Catatlah kami dalam daftar orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran itu.

Ya Rabbana, Janganlah Engkau gelincirkan hati kami setelah Engkau memberi hidayah kepada kami.
Anugrahilah kami rahmat-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.

Ya Allah, terimalah segala permohonan kami. Hanya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

، ‫بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم‬
‫وتقبل مني ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم وأقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم‬
‫فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم‬

Teks Doa Khutbah Jumat Kedua Berhaji Wada’ Bersama Nabi SAW

،‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرْه َوَنُعوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد‬.‫َمْن َيْهِدِه اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬
‫ َق َل‬.‫َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصَّلى اللُه َعَلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَأْصَحاِبِه َوَسَّلَم َتْسِلْيًما َكِثْيًرا‬
‫ا‬
:‫ َقاَل َتَعاَلى‬.‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنوا اَّتُقوا اللَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُمْوُتَّن ِإَّال َوَأنُتْم ُّمْسِلُمْوَن‬:‫َتَعاَلى‬
‫ {َوَمن َيَّتِق اللَه ُيَكِّفْر َعْنُه َسِّيَئاِتِه َوُيْعِظْم َلُه َأْجًرا}ُثَّم‬:‫{َوَمن َيَّتِق اللَه َيْجَعل َّلُه َمْخَرًجا} َوَقاَل‬
‫ {ِإَّن اللَه َوَمَالِئَكَتُه ُيَصُّلْوَن َعَلى‬:‫اْعَلُمْوا َفِإَّن اللَه َأَمَرُكْم ِبالَّصَالِة َوالَّسَالِم َعَلى َرُسْوِلِه َفَقاَل‬
}‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َصُّلْوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬، ‫الَّنِبِّي‬
.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َالَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬
.‫ ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬،‫َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬
‫ ِإَّنَك َسِمْيٌع‬،‫ َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ْاَألْحَياِء ِمْنُهْم َوْاَألْمَواِت‬،‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت‬
‫ًال‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َرَّبَنا‬.‫ َوَأِرَنا اْلَباِطَل بَاِطًال َواْرُزْقَنا اْجِتَناَبُه‬،‫ َالَّلُهَّم َأِرَنا اْلَحَّق َحًّقا َواْرُزْقَنا اِّتَباَعُه‬.‫َقِرْيٌب‬
‫ َرَّبَنا َهْب َلَنا ِمْن َأْزَواِجَنا َوُذِّرَّياِتَنا‬.‫آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفي اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬
‫ َوَسَالٌم َعَلى اْلُمْرَسِلْيَن‬،‫ ُسْبَحاَن َرِّبَك َرِّب اْلِعَّزِة َعَّما َيِصُفْوَن‬.‫ُقَّرَة َأْعُيٍن َواْجَعْلَنا ِلْلُمَّتِقيَن ِإَماًما‬
‫َواْلَحْمُد ِلَّلِه َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬
‫َال‬ ‫ال‬ ‫ِق‬ ‫َأ‬ . ‫َّل‬
‫َوَصْحِب َوَس َم َو ِم َّص َة‬ ‫ِه‬ ‫ِلِه‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َوَصَّلى اللُه َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَل‬.

Dibacakan di hadapan jamaah Masjid ‘Gazali’ Toddopuli Raya Makassar Tanggal 12 Pebruari 2003
M./10 Dzulhijjah 1423 H. Oleh Hasyim Haddade, M. Ag.

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/materi-khutbah-jumat-pilihan-berhaji-wada-bersama-nabi-saw/

Edisi 13 Khutbah Jumat Terbaru Isilah Waktu Luang


Dengan Kebaikan
By

Tongkrongan Islami

5779

Khutbah Jumat Terbaru dengan Judul Isilah Waktu Luang Dengan Kebaikan
Oleh: Mad Rois

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Marilah kita panjatkan puji ke hadirat Allah SWT, sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah
daikarunaikan-Nya kepada kita semua selaku hamba-Nya sehingga kita masih dapat melaksanakan setiap
aktivitas kita, terutama sekali untuk beribadah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi akhir zaman yang membawa risalah
kedamaian untuk semesta alam dari sang Maha Pencipta, junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT terlimpah pula kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau. Amin.

Pada kesempatan khutbah kali ini khotib berwasiat kepada diri khotib pribadi khususnya dan kepada
para jam’ah sekalian pada umumnya, mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita, dengan
senantiasa menjalani segala perintah-Nya dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya, dan dengan takwa
pula kita bisa berbekal menghadap sang kholiq di yaumil akhir nanti.

‫َوَتَزَّوُدوْا َفِإَّن َخْيَر الَّزاِد الَّتْقَوى َواَّتُقوِن َيا ُأْوِلي اَألْلَباِب‬


“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku Wahai
orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqoroh:197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dalam peribahasa orang barat “the time is money” waktu adalah uang, orang-orang arab sendiri
mengibaratkan “al-waqtu kas-saif ” waktu itu ibarat pedang.

Nampaknya dari pengibaratan waktu di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa waktu adalah
sesuatu yang sangat berharga, orang-orang barat yang selalu mengejar kehidupan duniawi mangibaratkan
waktu adalah uang karena mereka merasa jika kehilangan satu detik saja maka uang akan melayang.
Sedangkan orang arab yang memang dari sebelum Islam datangpun sudah amat suka bersya’ir, maka
lahirlah peribahasa waktu yang diibaratkan seperti pedang, karena pedang satu sisi bisa menyelamatkan
nyawa seseorang, tapi di lain waktu ia bisa sangat berbahaya bahkan bisa mengakibatkan kematian itu
sendiri.

Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa waktu lebih berharga daripada uang, karena sejatinya uang
adalah harta dunia yang bisa dicari, sedangkan waktu adalah karunia Allah SWT. yang tidak bisa dicari
bahkan untuk mengembalikan satu detik yang telah kita lewati pun adalah sesuatu yang sangat musatahil
bisa terjadi.

Kehidupan duniawi memang dihiasi berbagai kesenangan sehingga dengan kesenangan yang bersifat
sementara tersebut manusai sering terlena dan lupa waktu, bahkan tidak jarang banyak waktu yang
terbuang hanya untuk menikmati kehidupan duniawi semata tanpa berpikir bahwa dirinya akan mati dan
menghadap ke hadirat sang Maha Pencipta untuk mempertanggung jawabkan semua amalan
perbuatannya selama hidup di dunia. Maka kenapa kita harus terlena dengan kehidupan dunia?

Hadirin sidang jama’ah jumat yang berbahagia,

Salah satu yang sering dilalaikan oleh manusia adalah waktu luang, dimana manusia memiliki jeda dalam
rumitnya aktivitas sehari-sehari, orang sesibuk apapun bekerja baik di kantor, sekolah, pabrik, pasar,
ladang, sawah dan sebagainya, pastilah mempunyai waktu luang ditengah-tengah kesibukannya. Dan dari
waktu luangnyalah manusia membangun kerangka sejati mengenai dirinya.

Orang-orang yang tidak punya kegiatan dalam hidupnya berpotensi sekali untuk melakukan pergunjingan
dan gosip.

‫َرُضوا ِبَأْن َيُكوُنوا َمَع اْلَخَواِلِف‬

“Mereka merasa senang tinggal bersama orang-orang yang tidak diwajibkan ikut berperang”. (QS. At-
Taubah : 87).

Kosong tanpa kegiatan sama saja dengan mobil yang didorong, jalan sendiri di sebuah jalan menurun.
Jadilah mobil itu menabrak kesana kemari tanpa tujuan. Manakala suatu hari kita mengalami kekosongan
dalam hidup, bersiap-siaplah untuk menyambut datangnya kesedihan, kesusahan, dan ketakutan.

Sesungguhnya kekosongan kita akan membuka semua arsip masa lalu, masa kini, dan masa depan dari
panggung kehidupan sehingga kita berada dalam kondisi yang ruwet.

Maka mari kita isi kekosongan yang mematikan ini dengan melakukan kegiatan yang membuahkan hasil
dan bermanfa’at. Kekosongan itu ibarat seorang pencopet yang sedang menunggu mangsanya, begitu kita
mengalami kekosongan, maka saat itu juga kita akan diserang gempuran ilusi dari angan-angan dan saat
itu hilanglah seluruh diri kita.

Oleh Karena itu marilah kita bangkit mulai dari sekarang untuk melakukan kegiatan, seperti shalat
sunnah, membaca, bertasbih, menelaah sebuah buku, menulis, merapikan meja kerja, memperbaiki rumah
atau memberi hal yang berguna bagi orang lain. Maka insya Allah 50% kebahagiaan akan kita peroleh.

Apa yang harus dilakukan? Membaca merupakan salah satu jawabannya, baik itu membaca Al-Qur’an,
kitab-kitab hadits, buku-buku ilmu pegetahuan dan motivasi, sampai membaca situasi kehidupan di
sekeliling kita. Sehingga dengan begitu waktu luang tidak akan terlewati dengan percuma.

Abu Ubaidah mengatakan bahwa Al-Muhallab pernah mengatakan kepada anak-anaknya dalam
wasiatnya, “Wahai anka-anakku, janganlah kalian berada di pasar-pasar kecuali membawa buku untuk
dibaca.” Al-Hasan Al-Lu’lu mengatakan, “Aku telah menjalani masa 40 tahun tidak pernah tidur siang,
tak banyak tidur malam hari, dengan buku yang kuletakkan di dadaku.”

Renungkanlah saudara-saudaraku, orang-orang yang telah mendahului kita, begitu antusiasnya terhadap
buku, dan begitu efektifnya mereka memanfaatkan waktu, maka sudah sepantasnyalah kita yang hidup di
dunia serba modern ini dimana buku-buku sudah tersebar merata bahkan di internet pun dengan mudah
kita bisa mengakses berbagai ilmu pengetahuan, maka patutkah kita berdiam diri membiarkan waktu
luang kita berlalu begitu saja?
Hadirin sidang jumat rohimakumullah

Marilah kita mulai hal ini dari diri kita, anak-anak kita, istri-istri kita, karib kerabat kita, teman-teman
kita, agar senantiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫َوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-13-khutbah-jumat-terbaru-isilah-waktu-luang/

Edisi 14 Khutbah Jumat Terbaru Tanda Kuatnya


Iman
Edisi 14 Khutbah Jumat Terbaru 2017
Tanda-tanda Kuatnya Iman
Oleh : Atin

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata
syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita
semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat wal aafiyat. Dan
marilah kita realisasikan rasa syukur kita dengan melakukan perintah-Nya serta menjauhi larangan-
larangan-Nya.

Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT terlimpah pula kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau. Amin.

Kemudian tak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah semuanya, marilah kita
tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. karena keimanan dan ketaqwaan
merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.

Allah SWT berfirman :

‫َوَتَزَّوُدوْا َفِإَّن َخْيَر الَّزاِد الَّتْقَوى َواَّتُقوِن َيا ُأْوِلي اَألْلَباِب‬


“Berbekallah kalian, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku
wahai orang-orang yang berakal. (Q.S Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Iman dan Taqwa adalah dua kata yang senantiasa berdampingan dan beriringan, yang sudah tidak asing
lagi di telinga kita. Taqwa itu sendiri artinya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya, sedangkan iman artinya menyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan anggota badan, dan masih banyak lagi devinisi taqwa dikalangan para ulama’, namun
semuanya bermuara kepada satu pengertian yaitu seorang hamba yang meminta perlindungan kepada
Allah SWT dari adzab dan siksa-Nya, hal ini dapat terwujud dengan melaksanakan apa yang di
perintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Begitu juga dengan iman. Kemudian mengenai
perintah iman dan taqwa itu sendiri banyak terdapat didalam Al-Qur’an dan sebagian hadits. Diantaranya
:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوْا اَّتُقوْا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُموُتَّن ِإَّال َوَأنُتم ُّمْسِلُموَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali-Imran:
102)

Dan di dalam surat Al-Hasyr Allah SWT juga berfirman

‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوْلَتنُظ ْر َنْفٌس َّما َقَّدَمْت ِلَغٍد َواَّتُقوا الَّلَه ِإَّن الَّلَه َخِبيٌر ِبَما‬
‫َتْعَمُلوَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)

Selain itu Allah SWT juga berfirman

‫َوِإَذا َسَأَلَك ِعَباِدي َعِّني َفِإِّني َقِريٌب ُأِجيُب َدْعَوَة الَّداِع ِإَذا َدَعاِن َفْلَيْسَتِجيُبوْا ِلي َوْلُيْؤِمُنوْا ِبي‬
‫َلَعَّلُهْم َيْرُشُدوَن‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqoroh : 186)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Selain di dalam Al-Qur’an, perintah iman dan taqwa itu juga terdapat di dalam sebagian hadits
Rasulullah SAW, diantaranya yaitu;

‫ َوَخاِلِق الَّناَس ِبُخُلٍق َحَسن‬، ‫ َوَأْتِبِع الَّسِّيَئَة اْلَحَسَنَة َتْمُحَها‬، ‫اَّتِق الَّلَه َحْيُث َما ُكْنَت‬

“Bertaqwalah kalian kepada Allah SWT dimanapun berada, dan iringilah kejelekan dengan kebaikan,
niscaya kebaikan itu akan menghapus kejelekan, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.

Imam Ibnu Kasir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Umar bin khattab berkata kepada Ubai bin Ka’ab
tentang takwa ini, maka berkatalah Ubai kepada Umar, “Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh
duri?” “ya, pernah.” Jawab Umar. Ubai bertanya lagi, “Apa yang anda lakukan saat itu?” Umar
menjawab, “saya akan berjalan dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati sekali agar tak terkena duri
itu.” Lalu Ubai berkata, “itulah taqwa”.

Dari riwayat ini bisa kita ambil ibrahnya, bahwa taqwa itu adalah kepekaan batin, kelembutan perasaan,
rasa khauf kepada Allah SWT terus menerus, hingga ia selalu waspada dan hati-hati agar tidak terkena
duri syahwat dan duri syubhat di jalanan.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Betapa pentingnya nilai iman dan taqwa, hingga iman dan taqwa merupakan bekal yang terbaik dalam
menjalani kehidupan di dunia dan betapa tinggi derajat taqwa, hingga manusia yang paling mulia di sisi
Allah SWT adalah orang yang paling bertaqwa diantara mereka. Dan banyak sekali buah yang akan
dipetik, serta hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh orang yang beriman dan
bertaqwa, di antaranya adalah:

Allah SWT akan membukakan pintu berkah dari langit dan bumi.

‫َوَلْو َأَّن َأْهَل اْلُقَرى آَمُنوْا َواَّتَقوْا َلَفَتْحَنا َعَلْيِهم َبَرَكاٍت ِّمَن الَّسَماء َواَألْرِض َوَلِكن َكَّذُبوْا‬
‫َفَأَخْذَناُهم ِبَما َكاُنوْا َيْكِسُبوَن‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Allah SWT akan memberikan jalan keluar dari segala problema yang dihadapinya dan member rizki
tanpa di duga serta dimudahkan semua urusannya.

4 ‫َوَمن َيَّتِق الَّلَه َيْجَعل َّلُه َمْخَرًجا َوَيْرُزْقُه ِمْن َحْيُث ال َيْحَتِسُب‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (Q.S At-tholaq: 2-3)

· Allah SWT akan menempatkannya dalam surga yang kekal.

‫َواَّلِذيَن آَمُنوْا َوَعِمُلوْا الَّصاِلَحاِت ُأوَلِئَك َأْصَحاُب اْلَجَّنِة ُهْم ِفيَها َخاِلُدوَن‬
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqoroh: 82)

Hadirin jama’at jumat rahimakumullah.

Iman dan Taqwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan iman dan taqwa mata hati akan
terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan menjauhi kemungkaran. Namun
sayang seribu sayang, tidak semua orang yang mengaku Islam itu beriman, sebagaimana tidak semua
orang yang beriman itu bertaqwa.

Kata taqwa yakni takut kepada Allah SWT sering kita dengar bahkan sering meluncur dari lidah kita,
seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut kepada Allah SWT tidak lagi menjadi rasa, tetapi
hanya sekedar menjadi bahasa.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Saat inilah keimanan dan ketaqwaan kita di uji, gila bola, ya itulah kiranya yang pantas menjadi julukan
sekarang ini. Piala dunia seolah menyedot seluruh perhatian semua orang, termasuk kaum muslimin
didalamnya. Tidak bisa dipungkiri memang, siapa sih yang gak suka bola?

Coba kita lihat mulai dari anak-anak, remaja, orang tua bahkan sampai pejabat negarapun menyukainya.
Begitu juga dengan tayangan tv, semua tayangan seolah menjadi bola. Mulai dari iklan mie instan, sabun,
sampai minumanpun semuanya seolah menjadi bola. Namun bukan itu yang terpenting, sekali lagi
disinilah keimanan kita diuji, apakah kita akan mengikuti mereka yang menjadikan ajang bola ini menjadi
sebuah perjudian?

Apakah kita akan mengabaikan begitu saja keutamaan waktu shalat atau malah melewatkan waktu shalat?
Dan apakah kita akan sama dengan mereka yang bangun malam tapi hanya duduk manis menonton bola
tanpa sedikitpun mengambil air wudhlu lalu berdiri untuk menghadap Allah?

Para hadirin yang berbahagia, demikianlah apa yang bisa kami sampaikan, marilah kita berharap kepada
Allah SWT semoga kita termasuk orang-orang yang muttaqin yang selalu istiqomah di jalan-Nya.

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم َوَتَقَّبَل‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬
Sumber:

Teks 15
https://www.tongkronganislami.net/edisi-14-khutbah-jumat-terbaru-tanda-kuatnya-

Khutbah Jumat Terbaru Siapakah Umat Pilihan Itu


Teks 15 Khutbah Jumat Terbaru SIapakah Umat Pilihan Itu
Oleh: Sukahar Ahmad Syafi’i

‫الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كله و لو كره المشركون و‬
‫أشهد أن ال إله إال الله الواحد األحدالذى ال شبيه له وال مثيل و ال ند و ال عديل المنزه عما يخطر‬
‫بالبال أو يتوهم فى الفكر والخيال فالعقول فى اإلحاطة به عقال جل أن تبلغه األوهام أو أن‬
‫و أشهد أن محمدا خاتم األنبياء و‬.‫تدركه األفهام أو أن يشبه األنام أو أن تحيط به األجسام‬
))‫المرسلين هدانا إلى أقوم الطرق و أفضل السبل وأنزل الله عليه أعظم الكتب ((القرآن‬
‫فحفظه من التبديل و التغيير والتحريف والنقصان و جعله أية و معجزة على مر األزمان فأكمل‬
‫الله به الدين و أتم به النعمة على المسلمين قال تعال ” اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت‬
‫ فصلى الله عليه و على آله و صحبه و سلم صالة و سالما‬1”‫عليكم نعمتي و رضيت لكم اإلسالم دينا‬
‫دائمين متالزمين إلى يوم الدين أما {َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُموُتَّن‬
‫ِإَّال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن} { َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َرَّبُكُم اَّلِذي َخَلَقُكم ِّمن َّنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها‬
‫ًال‬
‫َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاًال َكِثيًرا َوِنَساء َواَّتُقوا‬
‫َأ‬
‫الَّلَه اَّلِذي َتَساءُلوَن ِبِه َواَألْرَحاَم ِإَّن الَّلَه َكاَن َعَلْيُكْم َرِقيًبا } {َيا ُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا‬
‫الَّلَه َوُقوُلوا َقْوًال َسِديًدا ُيْصِلْح َلُكْم‬
‫ َوَمْن ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما‬، ‫}َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم‬

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Tiada kata yang pantas kita panjatkan melainkan rasa syukur yang amat tinggi kepada Allah SWT atas
segala nikmat, rahmat serta karunia yang begitu banyak hingga tak dapat dihitung jumlahnya, dan atas
rahmat dan karunia dari-Nya pula kita selaku muslim dapat melaksanakan kewajiban agama berupa
shalat jum’at saat ini

Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang berkat perjuangan
dan jasa beliau hingga saat ini kita masih bisa merasakan manisnya iman, Islam dan karunia yang tak
terkira dari agama Islam yang dibawa oleh beliau.

Dalam kesempatan ini, saya selaku khatib akan menguraikan sedikit khotbah yang mudah-mudahan bisa
menambah khazanah keilmuan kita serta menambah kemantapan kita dalam berIslam itu sendiri.

Telah banyak kita jumpai manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT, tapi ironisnya sebagian
besar dari mereka tidak menjalakan konsekuensi keimanan tersebut, yang berupa taat dan patuh pada
segala kebijakan Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, yang mana hal tersebut merupakan
konsekuensi dan bentuk amalan riil iman seseorang, sebagaimana yang telah dipaparkan dan dijelaskan
oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan muslim:

‫َما َنَهْيُتُكْم َعْنُه َفاْجَتِنُبوُه َوَما َأَمْرُتُكْم ِبِه َفاْفَعُلوا ِمْنُه َما اْسَتَط ْعُتْم َفِإَّنَما َأْهَلَك اَّلِذيَن ِمْن‬
‫َقْبِلُكْم َكْثَرُة َمَساِئِلِهْم َواْخِتَالُفُهْم َعَلى َأْنِبَياِئِهْم ” (متفق عليه‬

“Apapun yang saya larang untuk kalian, maka jauhilah dan apapun yang saya perintahkan, maka
kerjakanlah semampu kalian, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah
banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sabda Nabi di atas, dapat kita ambil sebuah kesimpulan dan pertanyaan besar di kepala kita, yaitu
tentang “siapakah umat pilihan itu?” apakah umat yang beriman, atau seluruh umat yang mengaku
beragama Islam, ataukah umat yang beriman dan beragama Islam yang senantiasa berkomitmen dan
konsekuen terhadap keimanan dan keIslamannya, atau yang lain lagi? Untuk menjawab semua itu, kami
selaku khatib akan memaparkan ciri-ciri umat pilihan tersebut.

Sebelum beranjak kepada pemaparan tentang ciri-ciri umat pilihan, terlebih dahulu kita harus mengetahui
apa yang dimaksud umat pilihan tersebut? Apakah umat yang dipilih dari acara audisi di televise?
Ataukah umat yang diistimewakan oleh negara-negara tertentu? ataukah umat yang kreatif dan lain
sebagainya?

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

Arti umat pilihan disini ialah umat yang senantiasa dirahmati dan di cintai oleh Allah SWT dan Rasul-
Nya. Yang senantiasa tunduk dan patuh pada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya
sebagai bukti cinta dan konsekuensi keimanan mereka. Diantara ciri-ciri umat pilihan tersebut sebagai
berikut:

Pertama, Umat yang senantiasa mencintai Allah SWT, yang dengan kecintaaan tersebut Allah SWT pun
mencintainnya. Rasa cinta merupakan rasa yang tidak bisa di bohongi, karena rasa ini timbulnya dari hati
nurani. Yang mana dengan rasa itu manusia dan makhluk lainnya bisa berinteraksi dengan indah bahkan
menciptakan kepuasan hati tersendiri baginya.

Begitu juga ketika kita mencintai seseorang, sudah barang tentu kita akan melakukan apa saja yang
dikehendaki oleh orang-orang yang kita cintai, sebagai bukti dan konsekuensi cinta kepadanya. Hal ini
sebagaimana seorang hamba Allah SWT yang ingin mendapatkan Cinta, Ridho dan Rahmat dari-Nya
tentunya hamba yang ini akan melakukan apa saja yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk
mendapatkan cinta dari-Nya. Allah SWT berfirman:
‫ُقْل ِإن ُكنُتْم ُتِحُّبوَن الَّلَه َفاَّتِبُعوِني ُيْحِبْبُكُم الَّلُه َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َوالَّلُه َغُفوٌر َّرِحيٌم‬
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah SWT mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran: 31)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa, barang siapa dari umat Nabi Muhammad yang ingin mendapatkan
kecintaan dan keridho’an dari Allah SWT maka dia harus mengikuti apa yang di perintahkan dan
diperbuat oleh kekasih dan utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW dengan berittiba’ pada beliau.

Dalam hal ini, beliau memaparkan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh:

‫ َوَمْن َعَصاِني َفَقْد َعَصى الَّلَه (البخاري ومسلم‬، ‫َمْن َأَط اَعِني َفَقْد َأَط اَع الَّلَه‬

“Barang siapa yang taat kepada ku berarti ia taat kepada Allah SWT dan barang siapa yang bermaksiat
kepada ku, maka ia berarti bermaksiat kepada Allah”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Kedua, Bersikap lemah lembut sesama muslim. Seorang yang memilki perangai yang baik tentunya
paham betul, bahwa antara sesama muslim itu bersaudara, yang mana ikatan persaudaraannya itu sangat
kuat dan erat bagaikan konstruksi sebuah bangunan yang mana satu sama lainya saling menguatkan.

Dan untuk mewujudakan rasa persaudaraan yang erat antar sesama muslim, tentunya dengan sikap saling
menyayangi, membantu dan membuang jauh-jauh sikap egois dan mau menang sendiri yang bersemayam
dalam diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

‫َال ُيْؤِمُن َأَحُدُكْم َحَّتى ُيِحَّب َألِخيِه َما ُيِحُّب ِلَنْفِسِه‬

“Tidak dikatakan beriman seorang muslim sampai ia mencintai saudaranya sama seperti dia mencintai
dirinya sendiri”

Ketiga, Tetap istiqomah dalam melaksanakan segala perbuatan. Istiqomah adalah wujud nyata etos kerja
seorang hamba dalam melaksanakan perintah dan larangan Allah SWT sebagai bukti konsekuensi
keimanannya. Dengan sikap istiqomah inilah kadar keimanan seseorang dapat diukur, apakah senantiasa
naik ataukah sebaliknya.

Maka beruntunglah orang-orang yang senantiasa beristiqomah karena dia senantiasa di anugerahi
Rahmat dari Allah SWT:

‫ِإَّن اَّلِذيَن َقاُلوا َرُّبَنا الَّلُه ُثَّم اْسَتَقاُموا َفال َخْوٌف َعَلْيِهْم َوال ُهْم َيْحَزُنوَن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita.” (QS.
Al-Ahqof: 13)

‫ َوَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر الَحِكْيِم‬,‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‬
‫َوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/teks-15-khutbah-jumat-terbaru-siapakah-umat-pilihan/iman

Teks 16 Khutbah Jumat Terbaru dengan Judul Peduli


Gempa

Teks 16 Khutbah Jumat Terbaru dengan Judul Peduli Gempa

Oleh : Bidang Dakwah 09-10 PK. IMM PUTM

Hadirin kaum Muslimin jamaah jumat Rahimakumulloh


Beberapa waktu yang lalu tepatnya 30 September 2009 kita dikagetkan dengan beberapa musibah yang
menimpa bangsa indonesia. Dari gempa yang menimpa saudara-saudara kita di Sumatera Berat yang
mengakibatkan kerugian jiwa dan materi, sampai dengan banjir yang melanda beberapa kota di tanah air
kita ini. Oleh karena itu, kami selaku khotib mengajak kepada jamaah sekalian untuk senantiasa
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dibuktikan dengan kepedulian kita untuk
menyumbangkan sebagian rizki yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Karena, walau
bagaimanapun juga mereka adalah saudara-saudara kita yang harus kita bantu. Allah SWT berfirman

‫ِإَّنَما اْلُمْؤِمُنوَن ِإْخَوٌة‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumulloh

Tentu kita bertanya! Apakah musibah yang menimpa kepada bangsa kita merupakan cobaan, peringatan
atau bahkan siksaan bagi kita, jawabannya adalah bahwa musibah yang menimpa bangsa kita merupakan
cobaan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta peringatan agar kita
semua senantiasa ber-taqorrub mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak beristighfar dan
bertaubat serta melakukan amal-amal sholih, karena apabila Allah SWT menghendaki kebaikan kepada
hamba-Nya maka Allah SWT akan menyegerakan siksaan sebagai cobaan baginya di dunia. Dan apabila
Allah SWT menghendaki keburukan kepada hamba-Nya maka Allah SWT akan menahan siksaan itu
dikarenakan dosanya sehingga Allah SWT SWT menyempurnakan siksaan itu pada hari kiamat.
Rosulullah SAW bersabda:

‫ِإَذا َأَراَد الَّلُه ِبَعْبِدِه اْلَخْيَر َعَّجَل َلُه اْلُعُقوَبَة ِفى الُّدْنَيا َوِإَذا َأَراَد الَّلُه ِبَعْبِدِه الَّشَّر َأْمَسَك‬
‫َعْنُه ِبَذْنِبِه َحَّتى ُيَوَّفى ِبِه َيْوَم اْلِقَياَمِة ِإَذا َأَراَد الَّلُه ِبَعْبِدِه اْلَخْيَر َعَّجَل َلُه اْلُعُقوَبَة ِفى الُّدْنَيا‬
, ‫َوِإَذا َأَراَد الَّلُه ِبَعْبِدِه الَّشَّر َأْمَسَك َعْنُه ِبَذْنِبِه َحَّتى ُيَوَّفى ِبِه َيْوَم اْلِقَياَمِة (رواه الترمذى‬
)‫الحاكم و الطبرانى‬

“Apabila Allah SWT menghendaki kebaikan pada hamba-Nya maka Allah SWT akan menyegerakan
untuk hamba-Nya siksaan-Nya (sebagai cobaan) di dunia, dan apabila Allah SWT menghendaki
keburukan pada hamba-Nya maka Dia akan menahan siksaan itu karena dosanya hingga Allah SWT
menyempurnakan siksa-Nya pada hari kiamat.”

Dan boleh jadi musibah yang menimpa pada bangsa ini merupakan salah satu bentuk siksaan bagi orang-
orang yang senantiasa melanggar larangan-larangan Allah SWT sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surat An-Nahl ayat 112

‫َوَضَرَب الَّلُه َمَثًلا َقْرَيًة َكاَنْت آِمَنًة ُمْط َمِئَّنًة َيْأِتيَها ِرْزُقَها َرَغًدا ِمْن ُكِّل َمَكاٍن َفَكَفَرْت ِبَأْنُعِم الَّلِه‬
‫َفَأَذاَقَها الَّلُه ِلَباَس اْلُجوِع َواْلَخْوِف ِبَما َكاُنوا َيْصَنُعوَن‬
“Dan Allah SWT Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah SWT merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.”

Juga dalam firman-Nya

‫َظ َهَر اْلَفَساُد ِفي اْلَبِّر َواْلَبْحِر ِبَما َكَسَبْت َأْيِدي الَّناِس ِلُيِذيَقُهْم َبْعَض اَّلِذي َعِمُلوا َلَعَّلُهْم َيْرِجُعوَن‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah SWT merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum : 41)

Maka oleh karena itu, semua bencana yang terjadi di muka bumi ini baik di darat ataupun di laut adalah
salah satu bentuk siksaan Allah SWT bagi manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi yang tidak
bertanggung jawab dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem alam sekitar yang seharusnya
dilestarikan.
‫‪Hadirin kaum Muslimin jamaah Jumat Rohimakumulloh‬‬

‫‪Syaikhul Islam mengatakan bahwa musibah adalah nikmat, karena sesungguhnya musibah dapat‬‬
‫‪menghapus dosa-dosa yang kita perbuat dan menyuruh kita untuk bersabar. Sehingga kita mendapatkan‬‬
‫‪pahala dari Allah SWT dan mengharuskan kita untuk kembali dan merendahkan diri kita kepada Allah‬‬
‫‪SWT.‬‬

‫َباَرَكاللُه ِلْي َوَلُكْم ِفْي الُقْرآِن الَعِظْيِم‪َ ,‬وَنَفَعِنْي َوِإَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اآلَياِت َو الِذْكِر‬
‫‪.‬الَحِكْيِمَوَتَقَّبَل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلا َوَتُه إَّنُه ُهَو الَغُفْوُر الَرِحْيُم‬

‫‪Khutbah Kedua 2017 dengan judul Peduli Gempa‬‬

‫‪َ.‬اْلَحْمُد ِلَّلِه َوالَّصَالُة َوالَّسَالُمَعَلى َرُسْوِل اللِه‪َ ،‬وَال َحْوَل َوَال ُقَّوَة ِإَّال ِباللِه‬
‫َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال الله َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه‬
‫‪َ.‬وَأْشَهُد َأَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‬
‫َالَّلُهَّم َصِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى َنِبِّيَك ُمَحَّمٍد َوَعَلى‬
‫‪.‬آِلِه َوَمْن َتِبَع ُهَداُه ِإَلى َيْوِم اْلِقَياَمِة‬
‫َمَعاِشَر اْلُمْسِلِمْيَن َأْرَشَدُكُم اللُه … ُأْو ْيُكْم َوِإَّياَي‬
‫ِص‬
‫ِبَتْقَوى اللِه‪َ ،‬فَقْد َفاَز اْلُمْؤِمُنْوَن اْلُمَّتُقْوَن‪َ.‬الَّلُهَّم َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت‬
‫‪َ.‬عَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬
‫َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى‬
‫‪ِ.‬إْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬إَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬

‫َّرَّبَنآِإَّنَنا َسِمْعَنا ُمَناِدًيا ُيَناِدي ِلِإليَماِن َأْنَءاِمُنوا ِبَرِّبُكْم َفَئاَمَّنا َرَّبَنا َفاْغِفْر َلَنا ُذُنوَبَنا‬
‫‪َ.‬وَكِّفْرَعَّنا َسِّيَئاِتَنا َوَتَوَّفَنا َمَع ْاَألْبَراِر‬

‫‪َ.‬رَّبَنا َوَءاِتَنا َماَوَعدَتَنا َعَلىُرُسِلَك َوَالُتْخِزَنا َيْوَماْلِقَياَمِة ِإَّنَك َالُتْخِلُف اْلِميَعاَد‬

‫‪َ.‬رَّبَنآ َءاِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفي ْاَألِخَرِة َحَسَنًةَوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬

‫‪َ.‬رَّبَنا اْصِرْف َعَّنا َعَذاَب َجَهَّنَم ِإَّن َعَذاَبَها َكاَنَغَراًما‬

‫‪َ.‬رَّبَنا َهْب َلَنا ِمْن َأْزَواِجَنا َوُذِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْعُيٍنَواْجَعْلَنا ِلْلُمَّتِقيَن ِإَماًما‬
‫َالَّلُهَّم َأْصِلْح َلَنا ِدْيَنَنا اَّلِذْي ُهَو ِعْصَمُة َأْمِرَنا‪َ ،‬وَأْصِلْح‬
‫َلَنا ُدْنَياَنا اَّلِتْي ِفْيَها َمَعاُشَنا‪َ ،‬وَأْصِلْح َلَنا آِخَرَتَنا‬
‫اَّلِتْي ِإَلْيَها َمَعاُدَنا‪َ ،‬واْجَعِل اْلَحَياَة ِزَياَدًة َلَنا ِفْي ُكِّل‬
‫‪َ.‬خْيٍر‪َ ،‬واْجَعِل اْلَمْوَت َراَحًة َلَنا ِمْن ُكِّل َشٍّر‬

‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَناِبْاِإلْيَماِن َوَالَتْجَعْل ِفْي ُقُلْوِبَنا ِغًّال ِّلَّلِذْيَن َءاَمُنْوا‬
‫‪َ.‬رَّبَنا ِإَّنَك َرُءْوٌف َّرِحْيٌم‬

‫َوَصَّلى اللُه َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَأْصَحاِبِه َأْجَمِعْيَن‪َ.‬واْلَحْمُد ِلَّلِه َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬

‫‪Sumber:‬‬
‫‪https://www.tongkronganislami.net/teks-16-khutbah-jumat-terbaru-dengan-judul-peduli-gempa/‬‬

‫‪Edisi 17 Khutbah Jumat Terbaru Hukum Islam dan‬‬


‫‪Problematikanya‬‬
Edisi 17 Khutbah Jumat Terbaru Hukum Islam dan Problematikanya Oleh: Fikri Noor Al-Mubarok

Sidang jamaah Jumat Rahimakumullah

Seiring dengan pesatnya arus modernisasi, teknologi, ilmu pengetahuan, globalisasi dan sebagainya, hukum
Islam yang kita miliki dan kita yakini keberadaannya serta kebenarannya ikut terbawa arus modernisasi.
Masyarakat Islam sekarang ini telah mulai terjangkiti virus berbahaya, yaitu virus Islamphobia.

Apakah Islamphobia itu? Islamphobia ialah suatu ketakutan terhadap ajaran-ajaran Islam, syariat Islam, metode
berpikir Islam, dan lain sebagainya yang berbau Islam. Hal ini bisa kita lihat dengan gencarnya media massa, baik
media cetak maupun elektronik, media massa tersebut gencar memberitakan bahwa ajaran Islam penuh dengan
kekerasan, tidak ada toleransi, agama Islam itu adalah agama yang tidak suka perdamaian, agama itu tidak ada
hubungannya dengan Islam, agama Islam itu merendahkan perempuan, agama Islam itu tidak adil dengan
hukum warisnya, dan lain sebagainya yang menampakkan seolah-seolah agama kita ini adalah agama yang jelek.

Padahal dalam ajaran Islam menyebutkan beberapa karakteristik atau kekhususan-kehususan yang belum kita
pahami, kita ketahui, yang ditutup-tutupi oleh media massa yang jika kita singkap apa yang tertutup tersebut
maka jelaslah betapa ajaran Islam itu indah, menarik, menyenangkan, mengutamakan kebaikan dan lain-lain,

Sidang jamaah Jumat Rahimakumullah

Ajaran Islam memiliki karateristik syumuliyah. Yaitu bahwa Islam mengatur kita dari berbagai sisi kehidupan.
Mulai dari sisi ta’abbudy (hal-hal yang berkaitan dengan Allah SWT dan hamba-Nya), sisi kehidupan akhlak yang
baik dan buruk, muammalat (hub. Kehartaan antar manusia), sisi hukum, baik pidana, perdata, undang-undang,
dan masih banyak lagi yang diatur oleh syari’at Islam. Misalnya saja, mengenai sisi ta’abbudy, Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 183:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوْا ُكِتَب َعَلْيُكُم الِّصَياُم َكَماُكِتَب َعَلى اَّلِذيَن ِمن َقْبِلُكْم َلَعَّلُكْم َتَّتُقوَن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Dalam ayat ini kita dapati perintah Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya untuk berpuasa agar mereka
bertakwa, hal itu menunjukkan adanya hubungan antar hamba dan Allah SWT karena tentunya ketakwaan disitu
erat hubungannya dengan komunikasi hamba yang baik berupa kepatuhan dan penghambaan yang tulus kepada
Allah SWT, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang diperintahkan demi eratnya hubungan seorang
hamba dengan Tuhannya, seperti Sholat, puasa dan naik haji.

Karakterisitik selanjutnya adalah bahwa syariat Islam dan segala ajaran-ajarannya itu menghendaki kebaikan,
suatu perbaikan dan pengaturan demi kemashlahatan manusia yang melaksanakannya, seperti halnya,
bagaimana syariat Islam mengatur pernikahan, kewajiban dan hak yang diakibatkan oleh ikatan pernikahan, hak
asuh anak, nafkah, wasiat, warisan dan lain sebagainya.

Dari praktek pernikahannya saja dapat kita lihat bagaimana syariat Islam menghendaki dan mengutamakan
kebaikan, mulai dari cara mengkhitbah yang baik, menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan setelah
adanya akad nikah, bahwa pernikahan menimbulkan keterikatan dua keluarga besar, menimbulkan adanya
jalinan kasih sayang diantara kedua pihak, menimbulkan kehalalan bagi keduanya dan lain sebagianya.

Kemudian syariat Islam mengatur juga tata cara penalakan (perceraian) dengan bijaksana, bahwa talak adalah
perbuatan yang boleh namun paling dibenci oleh Allah, menunjukkan bahwa Islam memberitahu agar setiap
muslim tidak menggampangkan perkara talak, dan masih banyak lagi aturan-aturan Islam yang menunjukkan
bahwa Islam meghendaki kebaikan untuk seluruh umat Islam.

Sidang jamaah Jumat Rahimakumullah


Kemudian dari sisi muamalat, bahwa syariat Islam juga mencakup perihal urusan kebendaan manusia baik
secara personal maupun skala masyarakat bahkan antar bangsa, seperti jual beli, utang piutang, riba dan lain
sebagainya yang menyangkut kebendaan manusia.

Contonya saja dari firman Allah SWT “wa ahallAllhu al-bai’a wa harrama Ar-ribaa“ ayat ini menunjukkan, Allah
SWT menetapkan bahwa jual beli merupakan perkara yang dibolehkan berlawanan dengan riba yang
diharamkan, karena di dalam unsur riba ada unsur yang dapat membuat orang itu rugi, tidak hanya rugi namun
dampak paling buruk adalah menyengsarakan dan mendekatkan pada kemiskinan, padahal, dewasa ini, sering
kita jumpai bahkan terjadi disekitar kita berlakunya system riba.

Misalnya saja cara pinjam meminjam, dimana si peminjam boleh meminjam dengan syarat mengembalikannya
lebih dari apa yang dipinjam, atau jika si peminjam terlambat mengembalikan pinjamannya maka pinjaman akan
bertambah, semakin lama pinjaman dikembalikan maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang harus
dikembalikan, inilah salah satu bentuk riba yang tentunya sangat memberatkan peminjam, terlebih lagi jika si
peminjam adalah orang tidak mampu yang diharuskan oleh keadaan untuk meminjam, dampak paling buruk
adalah kesengsaraan bahkan terjadinya kematian.

Kemudian dari aspek/sisi hukum, yang telah ditunjukkan oleh dalil-dalil syara’ baik itu Al-qur’an maupun dari
Sunnah Rasul SAW, seperti hukum orang yang mencuri, pelaku zina, dan peminum khamer, salah satu
contohnya, firman Allah, surat al-Baqoroh ayat 178:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوْا ُكِتَب َعَلْيُكُم اْلِقَصاُص ِفي اْلَقْتَلى اْلُحُّر ِباْلُحِّر َواْلَعْبُد ِباْلَعْبِد َواُألنَثى‬
‫ِباُألنَثى َفَمْن ُعِفَي َلُه ِمْن َأِخيِه َشْي ٌء َفاِّتَباٌع ِباْلَمْعُروِف َوَأَداء ِإَلْيِه ِبِإْحَساٍن َذِلَك َتْخِفيٌف ِّمن َّرِّبُكْم‬
‫َوَرْحَمٌة َفَمِن اْعَتَدى َبْعَد َذِلَك َفَلُه َعَذاٌب َأِليٌم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara
yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.

Sidang jamaah Jumat Rahimakumullah

Dan masih banyak lagi sisi-sisi yang diatur oleh Syariat Islam. Semua sisi ini merupakan bagian-bagian ajaran
Islam yang wajib diterima, diketahui, dipahami dan di taati dengan penuh ketundukan dan rasa senang karena
menyadari bahwa segala aturan itu untuk kemashalahatan manusia itu sendiri.

Dan hendaknya setiap muslim tidak menolak atau bahkan mengingkari apa yang telah ditetapkan Allah SWT
dalam syariat Islam, karena sekali lagi, segala aturan itu hanya untuk kebaikan kita masing-masing, kebaikan
yang lebih diketahui oleh sang pencipta yaitu Allah SWT dibanding kita, manusia yang banyak tidak tahunya,
sesuai firman Allah SWT, surat al-Ahzab ayat 36:

‫َوَما َكاَن ِلُمْؤِمٍن َوال ُمْؤِمَنٍة ِإَذا َقَضى الَّلُه َوَرُسوُلُه َأْمًرا َأن َيُكوَن َلُهُم اْلِخَيَرُة ِمْن َأْمِرِهْم َوَمن َيْعِص‬
‫الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َضَّل َضالًال ُّمِبيًنا‬

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah SWT
dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang
nyata”.

Dari ayat ini kita juga dapat mengetahui bahwa, hakikat aturan Allah SWT adalah baik, yang tidak membuatnya
baik adalah peraktek kita sebagai manusia yang menjalankan aturan tersebut, maka hal yang harus kita lakukan
adalah menjadikan diri kita sebagai orang yang beriman sesuai ayat di atas, maka tinggal diri kita, apakah kita
mau jadi orang yang beriman ataukah tidak?
‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّرِحْيُم‬،‫ َفاْسَتْغِفُرْوُه‬.‫َأُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأْسَتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-17-khutbah-jumat-terbaru-hukum-islam/

Edisi 18: Khutbah Jumat Terbaru tentang Kepimpinan


Ummat
Edisi Khutbah Jumat Terbaru tentang Kepimpinan Ummat

‫السالم عليكم ورحمة الله وبركاته‬

‫الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون أشهد‬
‫اشهد أن محمدا عبده ورسوله بشيرا‬, ‫أن ال إله غال الله الواحد الصمد إياه نعبد وإياه نستعين‬
‫ فيا أيها المسلمون رحمكم الله‬:‫ونذيرا وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيراز أما بعد‬
: ‫ فقد قال الله سبحانه وتعالى فى كتابه العزيز‬.‫أصيكم بنفسى بتقوى الله فقد فاز فوزا عظيما‬
‫َوَأْوَحى َرُّبَك ِإَلى الَّنْحِل َأِن اَّتِخِذي ِمَن اْلِجَباِل ُبُيوًتا َوِمَن الَّشَجِر َوِمَّما َيْعِرُشوَن‬

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi nama surah, yaitu al-Naml ( semut),
al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat,
sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang ini
dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kelobaanya
sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu
tidak itu tidak berguna baginya.

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-laba adalah
tempat yang paling rapuh,

‫َمَثُل اَّلِذيَن اَّتَخُذوا ِمْن ُدوِن الَّلِه َأْوِلَياَء َكَمَثِل اْلَعْنَكُبوِت اَّتَخَذْت َبْيًتا َوِإَّن َأْوَهَن اْلُبُيوِت َلَبْيُت‬
‫اْلَعْنَكُبوِت َلْو َكاُنوا َيْعَلُموَن‬

ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan
serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya untuk dimusnahkan oleh
betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang keadaannya seperti
laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang baru lahir.
Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga.

Sidang Jum’at Yang Dimuliakan oleh Allah

Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an digambarkan sebagimana dalam
Firmannya :

‫)ُثَّم ُكِلي ِمْن ُكِّل‬68(‫َوَأْوَحى َرُّبَك ِإَلى الَّنْحِل َأِن اَّتِخِذي ِمَن اْلِجَباِل ُبُيوًتا َوِمَن الَّشَجِر َوِمَّما َيْعِرُشوَن‬
‫الَّثَمَراِت َفاْسُلِكي ُسُبَل َرِّبِك ُذُلًلا َيْخُرُج ِمْن ُبُطوِنَها َشَراٌب ُمْخَتِلٌف َأْلَواُنُه ِفيِه ِشَفاٌء ِللَّناِس ِإَّن ِفي َذِلَك‬
‫َلآَيًة ِلَقْوٍم َيَتَفَّكُروَن‬
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia”. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi.
Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya,
lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi
manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat.

Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Ia
tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat)
sengatannya dapat menjadi obat. Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang baik
seperti lebah, sebagaimana dalam sabdanya:

‫ مثل المؤمن مثل النحلة ال تأكل إال طيبا وال تضع إال طيبا وإن وقعت فى شئ ال‬: ‫قال رسول الله صم‬
‫تكسر‬.

Rasulullah bersabda: Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik, tidak
menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak merusak”

Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah

Dalam kehidupan kita di dunia ini contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis binatang.
Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan dalam hal ini
petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah dari binatang bahkan lebih sesat dari
binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta (tanpa
disesuaikan dengan kebutuhan. Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama (dalam bentuk
zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut. Pemborosan adalah
termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya
benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat
dipastikan bahwa dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.

Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat, karena mereka bekerja
keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya:

‫)ُتْسَقى ِمْن َعْيٍن َءاِنَيٍة‬4(‫)َتْصَلى َناًرا َحاِمَيًة‬3(‫)َعاِمَلٌة َناِصَبٌة‬2(‫ُوُجوٌه َيْوَمِئٍذ َخاِشَعٌة‬

“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas
diberi minum (dengan air) dari sumer yang sangat panas”

Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan dunia melakukan
kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka tidak sesuai dengan tuntunan
ajaran Islam, yaitu yang bersangkutan lengah dari kewajiban keagamaannya. Mereka menjadi budak harta,
tergila-gila dengannya sehingga melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat mereka masuk ke dalam neraka.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di
mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa, siapa lagi
yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.

Hadirin Sidang Jum’at yang berbahaia


‫‪Demikian pula di dalam masyarakat kita berapa banyak manusia-manusia lebah, tidakkah lebih banyak manusia-‬‬
‫‪manusia semut atau manusia laba-laba. Manusia lebah itu adalah mereka yang tidak boros, tidak suka makan‬‬
‫‪atau mengambil haknya orang, yang dimakannya adalah saripati bunga, dan ketika mengambil saripati itu tidak‬‬
‫‪menjadikan bungan itu rusak atau tidak menjadi buah.‬‬

‫‪Itulah gambaran orang mukmin yang baik tidak memakan makanan yang haram, mengambil uang negara untuk‬‬
‫‪kepentingan diri sendiri. Kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan sesuatu yang menyakiti persaaan‬‬
‫‪tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila berada pada suatu empat atau daerah tidak‬‬
‫‪menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadirannya sangat diharapkan oleh orang banyak.‬‬

‫‪Oleh karenanya, dalam kesempatan ini marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat yang dimiliki oleh‬‬
‫‪lebah itu, tidak menconoth sifat-sifat semut dan laba-laba, sehingga kita dapat mendapatkan nikmatnya‬‬
‫‪kehidupan di dunia ini, lebih-lebih nikmatnya kehidupan yang abadi di akhirat nanti yaitu surga. Amin.‬‬

‫أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيموسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة‬
‫عرضها السموات واألرض أعدت للمتقين‬
‫بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم من اآليات والذكر الحكيم وتقبل منى‬
‫‪.‬ومنكم إله هو الغفور الرحيم‬

‫‪Khutbah Jumat Kedua tentang Kepimpinan Ummat‬‬

‫الحمد لله الذى خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عمال‪ .‬أشهد أن ال إله الله الواحد‬
‫الصمد وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد العالمين‪ ،‬اللهم صل وسلم على هذا النبى‬
‫الكريم والمرسلين وعلى آله واصحابه أجمعين‪ ،‬أما بعد‪ :‬فيا عباد الله أصيكم بنفسى بتقوى‬
‫الله وإياي فقد فاز فوزا عظيما‪ .‬إستمعوا بقول الله تعالى فى كتابه العزيز‪ :‬أعوذ بالله من‬
‫الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم ‪ :‬ياأيها الذين آمنوا إتقوا الله حق تقاته وال‬
‫تموتن إال وأنتم مسلمون‪ .‬واعلموا ان الله أمركم أمرا بدأ فيه بنفسه وثنى بالمالئكة المسبحة‬
‫بقدسه فقال تعالى مخبرا وآمرا إن الله ومالئكته يصلون على النبى ياأيهاالذين آمنوا صلوا‬
‫عليه وسلموا تسليما‪ .‬اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد كما صليت وسلمت‬
‫‪.‬على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد‬

‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات األحياء منهم األموات إنك سميع قريب‬
‫‪.‬مجيب الدعوات وقاضي الحجات برحمتك ياأرحم الرحمين‬

‫اللهم إنا نسألك الثبات فى األمر ونسألك‬


‫العزيمة فى الرشد ونسألك شكرنعمتك وحسن‬
‫عبادتك‪ .‬ونعوذبك من شر ما تعلم ونسألك من خير‬
‫ماتعلم ونستغفرك مما تعلم انك انت عالم‬
‫العيوب‪ .‬اللهم انا نسألك حبك وحب من يحبك‬
‫والعمل الذى يبلغنا حبك‪ .‬اللهم اجعل حبك احب‬
‫الينا من نفسنا واهلنا‪ .‬ربنا ال تزع قلوبنا‬
‫بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت‬
‫الوهاب‪ .‬ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى اآلخرة‬
‫حسنة وقنا عذاب النار‪ .‬عباد الله إن الله‬
‫يأمركم بالعدل واإلحسان وإيتاء ذى القربى‬
‫وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم‬
‫لعلكم تذكرون ولذكر الله أكبر والله يعلم ما‬
‫تصنعون‬
Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/edisi-khutbah-
jumat-terbaru-tentang-Materi Teks Khutbah Jumat
Terbaru 2017 Implementasi Kata Amal dalm Kehidupan

Materi Teks Khutbah Jumat Terbaru 2017 Implementasi Kata Amal dalm Kehidupan

‫الحمد لله الذى َجَعَلنا ِمْن ِعباِدِه اْلُمْخِلِصْْيَن وَوَّفَقنا ِلْلَعَمِل ِبما فيِه َصالُح االْسالِم والمسلمين‬

‫أشهد أن ال اله اال الله وحده ال شريك وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الهادى الى الصراط‬
‫ فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والَّتَمُّسِك بهذا‬،،‫لمستقيم أما بعد‬
‫ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “َيا‬،‫ فقال الله تعالى في كتابه الكريم‬.‫الِّدين َتَمُّسًكا َقِوًّيا‬
‫“ َأُّيَها اَّلِذيَن َآَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَلا َتُموُتَّن ِإَّلا َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن‬
Alhamdulilllah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt bahwa hingga saat ini, Allah masih
memberi kita kesempatan untuk menyempurnakan pengabdian kita kepadaNya, dengan harapan mudah-
mudahan segala kekurangan dalam proses pengabdian itu diampuni oleh Allah swt. Mudah-mudahan juga
momentum hari jumat ini semakin memberikan kita kesadaran akan peningkatan kualitas iman dan
takwa kita kepadaNya. Amin.

Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara hambaNya yang
paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari keberadaan manusia di dunia ini,
tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam menegakkan khilafah dan
imarah. Allah berfirman menegaskan tujuan keberadaan manusia,

‫اَّلِذي َخَلَق اْلَمْوَت َواْلَحَياَة ِلَيْبُلَوُكْم َأُّيُكْم َأْحَسُن َعَمًلا َوُهَو اْلَعِزيُز اْلَغُفوُر‬
” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (Al-Mulk: 2)

Namun pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya beramal saja, karena memang Allah
akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Tanpa ikhlas, amal seseorang akan sia-sia
tidak berguna dan tidak dipandang sedikitpun oleh Allah swt. Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap
manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal
(dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun
orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal”.

Dalam hal ini, hanya orang-orang yang ikhlas beramal yang akan mendapat keutamaan dan keberkahan
yang sangat besar, seperti yang dijamin Allah dalam firmanNya, “Tetapi hamba-hamba Allah yang
dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan
mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan”. (Ash-
Shaaffat: 40-43)

Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah


Ayat tentang keutamaan dan jaminan bagi orang yang bekerja dengan ini ini seharusnya menjadi motifasi
utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun dimensi dan
bentuknya, baik dalam konteks “hablum minaLlah atau Hablum minannas”..karena hanya orang yang
mukhlis nantinya yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang
penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia. Ayat ini
juga merupakan salah satu diantara jaminan yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mukhlis.

Baca Juga Khutbah Jumat Terbaru 2017 lainnya:

Teks Khutbah Jumat Terbaru di Tahun 2017 Cinta dunia dan takut mati
Materi Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan Sifat Manusia dalam Al-Qur’an
Teks Khutbah Jum’at Singkat Langkah Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban

Jaminan lain yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan dalam kisah
perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang mengajaknya melakukan
kemaksiatan. Bahwa Allah akan senantiasa memelihara hambaNya yang mukhlis dari perbuatan keji dan
maksiat, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlis“. (yusuf: 24).

Dalam ayat lain, orang yang mukhlis juga mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan bujuk rayu
syetan. Syetan sendiri mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan orang-orang yang
beramal dengan ikhlas, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.”
(Al-Hijr: 39-40).

Dengan redaksi yang sama, ayat ini berulang dalam surah Shaad, “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan
Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka“. (Shad: 82-83). Sungguh benteng keikhlasan merupakan benteng yang paling kokoh yang tak
tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis dan sekutunya.

Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dalam tinjauan ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin” yang
tersebut pada akhir kedua ayat tersebut. Sebagian qari’ membaca Al-Mukhlashin dengan ism maf’ul dan
sebagian lainnya membaca dengan isim fi’il Al-Mukhlishin. Imam Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir,
membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an dengan bacaan “Al-Mukhlishin” yang artinya: Mereka
mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala noda yang bertentangan dengan nilai tauhid.

Sedangkan ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang dipelihara dan
mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. Berdasarkan qira’at ini, ikhlas dan iman adalah
mutlak anugerah Allah swt kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Namun setiap hamba
diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan meningkatkan kadar dan tingkt
keikhlasannya dalam beramal. Bahkan Allah menyuruh kita meneladani orang-orang yang mendapat
petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan dari amalnya kecuali dari Allah swt, “Ikutilah orang
yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Yaasin:
21)

Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun bentuknya
amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. Baik amal tersebut dilakukan dalam skala pribadi
maupun secara kolektif (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara). Bahkan keikhlasan dalam ruang
lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan memerlukan lebih kesabaran.

Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh individu dalam
masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif terhadap masing-masing anggota.
Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan. Apalagi di tengah
semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang pada umumnya adalah
seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya, yaitu: harta, kedudukan,
popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan dan pujian dan sebagainya.
Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah

Jika keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud,
keikhlasan bagi seorang da’i merupakan keniscayaan yang harus senantiasa menyertainya karena ia akan
berhadapan dengan berbagai keadaan dan beragam manusia dalam perjalanan dakwahnya. Jika tidak,
maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat yang mendasar bagi seorang da’i yang harus senantiasa
melaziminya adalah ikhlas.

Oleh karena itu, para ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab hadits susunan mereka,
agar karya tulis mereka selalu diawali dengan keikhlasan dan tidak luput dari sifat ini. Bisa dibayangkan
para ulama yang merupakan teladan dalam beramal mencontohkan kita agar senantiasa mengukur setiap
amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas.

Para nabi Allah dalam kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai jargon
dan prinsip dakwah mereka. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai teladan utama dalam hal ini
mengemukakan tentang motifasinya dalam berdakwah, “Katakanlah: “Aku tidak meminta upah
sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-
orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya“. (Al-Furqan: 57)

Dengan redaksi yang sama dan dalam surah yang sama secara berdampingan, seluruh nabi Allah
menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai dari nabi Nuh, Hud, Shalih,
Luth dan Syu’aib as. “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku
tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam“. (Asy-Syu’ara’: 109, 127, 145, 164, 180).

Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi Allah
swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai cerminan bagi
para da’i setelah mereka.

Menurut bahasa, dalam kata ikhlas terkandung beberapa makna; jernih, bersih, suci dari campuran dan
pencemaran, baik berupa materi maupun non materi. Lawan dari ikhlas adalah nifak dan riya’.

Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang tujuan
utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya dalam kalbunya,
menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya
seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan
menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan
dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya“.
(Tirmidzi).

Dalam apapun keadaan, keikhlasan akan tetap menjadi modal, bekal sekaligus kemudi amal sholih,
apalagi dakwah sebagai puncak dari amal sholih. Karena semakin berat dan mulia sebuah tugas tentu
akan semakin dibutuhkan keikhlasan. Semakin dewasa perjalanan dan pengalaman dakwah seseorang,
maka semestinya semakin baik tingkat dan kualitas keikhlasannya.

Keikhlasan juga merupakan salah satu dari dua pilar dan syarat diterimanya amal sholih, bahkan ia yang
paling utama, seperti yang dinyatakan oleh Abdullah bin Al-Mubarak ketika menafsirkan ayat: “Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”
(Al-Mulk: 2). Tanpanya amal seseorang akan sia-sia tidak bernilai. Untuk itu, dengan ikhlas, akan
mencukupi amal yang sedikit seperti yang ditegaskan dalam sebuah riwayat Ad-Dailami, “Ikhlaslah kamu
dalam beramal, maka cukuplah amal yang sedikit yang kamu lakukan”.

” ‫”َأْخِلِص اْلَعَمَل َيْجِزْيَك القِلْيُل ِمْنُه‬

Agar ikhlas dapat terpelihara, tentu ada variabel yang melekat pada setiap amal yang kita lakukan;
diantaranya variabel profesionalisme, kompetensi, itqan dan kesungguhan. Maka amal yang cenderung
apa adanya, serampangan, asal jadi, “pokoknya” dan amal yang tidak konsisten bisa jadi karena ketidak
ikhlasan kita dalam menjalankan tugas tersebut. Ini tantangan terberat bagi kita sesungguhnya. Ikhlas
inilah yang akan memperkuat potensi spritualitas kita. Lantas pertanyaan besar kita, “Apakah ruh dan
motifasi yang menggerakkan roda amal kita selama ini ???…
‫بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من االيات والذكر الحكيم‬
‫وتقبل الله منى ومنكم تالوته انه هو السميع العليم‬

Contoh Teks Khutbah Jumat Kedua dengan Judul Implementasi Kata Amal dalm Kehidupan

‫ َاْشَهُد َاْن َلا ِاَلَه ِاَّلا الله َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه ِاْرَغاًما ِلَمْن َجَحَد َو‬.‫َاْلَحْمُد لله َحْمًدا َكِثْيًرا َكَما َاَمَر‬
‫ َالَّلُهَّم َصِّل َو َسِّلْم َو‬.‫ َو َاْشَهُد َاَّن ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َو َرُسْوُلُه َو َحِبْيُبُه َو َخِلْيُلُه َسِّيُد اْلِإْنِس َو اْلَبَشِر‬.‫َكَفَر‬
‫َباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َو َعَلى َاِلِه َو َاْصَحاِبِه َو َسَّلَم َتْسِلْيًما َكِثْيًرا‬.

‫ َفَيا ِعَباَد الله ِاَّتُقْوا الله َو اْعَلُمْوا َاَّن الله ُيِحُّب َمَكاِرَم اْلُأُمْوِر َو َيْكَرُه َسَفاِسَفَها‬،‫َاَّما َبْعُد‬
‫ َالَّلُهَّم‬.‫ُيِحُّب ِمْن ِعَباِدِه َاْن َّيُكْوُنْوا ِفى َتْكِمْيِل ِاْسَلاِمِه َو ِاْيَماِنِه َو ِاَّنُه َلا َيْهِدى اْلَقْوَم اْلَفاِسِقْيَن‬
‫َصِّل َو َسِّلْم َو َباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َو َعَلى َاِل ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َو َسَّلْمَت َو َباَرْكَت َعَلى ِاْبَراِهْيَم َو َعَلى َاِل‬
‫ َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْؤِمِنْيَن َو اْلُمْؤِمَناِت َو اْلُمْسِلِمْيَن َو‬.‫ِاْبَراِهْيَم ِفى اْلَعاَلِمْيَن ِاَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬
‫ َالَّلُهَّم‬.‫اْلُمْسِلَماِت َاْلَأْحَياِء ِمْنُهْم َو اْلَأْمَواِت ِاَّنَك َسِمْيٌع َقِرْيٌب ُمِجْيُب الَّدْعَواِت َو َقاِضَي اْلَحاَجاِت‬
‫ َرَّبَنا َلا َتْجَعْل ِفى‬.‫َرَّبَنا َلا ُتِزْغ ُقُلْوَبَنا َبْعَد ِاْذَهَدْيَتَنا َو َهْبَلَنا ِمْن َلُدْنَك َرْحَمًة ِاَّنَك َاْنَت اْلَوَّهاُب‬
‫ َرَّبَنا َهْبَلَنا ِمْن َاْزَواِجَنا َو ُذِّرَّيِتَنا ُقَّرَة َاْعُيٍن َو‬.‫ُقُلْوَبَنا ِغًّلا ِلَّلِذْيَن َاَمُنْوا َرَّبَنا ِاَّنَك َرُؤْوٌف َّرِحْيٌم‬
‫ َرَّبَنا َاِتَنا ِفى الُّدْنَيا َحَسَنًة َو ِفى اْلآِخَرِة َحَسَنًة َو ِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬.‫اْجَعْلَنا ِلْلُمَّتِقْيَن ِاَماًما‬.

‫ِعَباَد الله! ِاَّن الله َيْأُمُر ِباْلَعْدِل َو اْلِإْحَساِن َو ِاْيَتاِء ِذى اْلُقْرَبى َو َيْنَهى َعِن اْلَفْحَشاِء َو اْلُمْنَكِر‬
‫َو اْلَبْغِى َيِعُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَّذَّكُرْوَن َفاْذُكُرْوا الله اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َو اْشُكُرْوُه َعَلى ِنَعِمِه َيِزْدُكْم َو‬
‫َلِذْكُر اللِه َاْكَبُر َو اللُه َيْعَلُم َما َتْصَنُعْوَن‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/materi-teks-khutbah-jumat-terbaru-implementasi-amal-dalam-
kehidupan/kepemimpinan/

Edisi 20: Teks Khutbah Jumat Terbaru Cinta Dunia


Namun Takut Mati
Contoh Teks Khutbah Jumat Pertama
Terbaru 2017 dengan Judul Cinta Dunia Takut Mati

‫السالم عليكم ورحمة الله وبركاتهَقاَل َرُسوُل الَّلِه َصَّلى الَّلُه َعَلْيِه َوَسَّلَم ُيوِشُك َأْن َتَداَعى َعَلْيُكْم‬
‫اْلُأَمُم ِمْن ُكِّل ُأُفٍق َكَما َتَداَعى اْلَأَكَلُة َعَلى َقْصَعِتَها َقاَل ُقْلَنا َيا َرُسوَل الَّلِه َأِمْن ِقَّلٍة ِبَنا َيْوَمِئٍذ‬
‫َقاَل َأْنُتْم َيْوَمِئٍذ َكِثيٌر َوَلِكْن َتُكوُنوَن ُغَثاًء َكُغَثاِء الَّسْيِل َيْنَتِزُع اْلَمَهاَبَة ِمْن ُقُلوِب َعُدِّوُكْم َوَيْجَعُل‬
‫ِفي ُقُلوِبُكْم اْلَوْهَن َقاَل ُقْلَنا َوَما اْلَوْهُن َقاَل ُحُّب اْلَحَياِة َوَكَراِهَيُة اْلَمْوِت‬

Akan datang suatu zaman umat lain memperebutkan kamu sekalian seperti memperebutkan makanan
dalam hidangan. Sahabat bertanya “Apakah kami jumlahnya sedikit pada saat itu”. Jawab Rasulullah;
Bukan bahkan sesungguhnya jumlah kamu banyak tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung di atas
air dan di dalam hatimu dijadikan kelemahan jiwa. Sahabat bertanya “apa yang dimaksud kelemahan
jiwa? Rasulullah menjawab, yaitu cinta dunia dan membeci kematian”.

Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di atas bahwa pada akhir
zaman nanti umat Islam akan mengalami disintergrasi, penurunan kualitas iman, ibadah-ibadah yang
dilaksankan hanya melepaskan beban kewajiban dan kegiatan rutinitas ritual tidak di sadari sebagai
sebuah kebutuhan sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih dengan orang yang
tidak beriman. Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh kegemerlapan dunia yang serba
menggiurkan. Ibarat buih yang terapung di atas air akan terhempas kemana-mana.

Dunia ini sebenarnya jika kita telususri dari segi pengertian bahasanya yang terambil dari kata danâ, yang
artinya adalah dekat, sebentar. Dari makna ini bisa dipahami bahwa dunia ini adalah suatu tempat yang
dekat lagi sebentar.

Hal ini dapat dirasakan ketika kita memakan makanan, yang merasakan lezat dan pahitnya adalah hanya
sampai pada tenggorokan saat sampai diperut, tidak bisa dibedakan rasanya mana makanan yang lezat
dan makanan yang tidak lezat. Itulah gambaran kehidupan dunia.

Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.

Salah satu penyebab kehilapan manusia adalah karena kecintaan terhap dunia. Orang yang sangat
mencintai dunia segala pikiran dan pandangannya selalu diukur oleh perhitungan dunia, bahkan kadang-
kadang ada di antara umat Islam melaksanakan urusan akhirat bukan sebenarnya tujuan akhirat akan
tetapi hanya sebagai pengelabuan kepada orang lain untuk mencapai cita-cita dunia.

Bangsa kita yang nota bene umat yang terbanyak adalah umat Islam, yang tentu saja agama kita sangat
mengharapkan prilaku umatnya berjalan sesuai dengan aturan agamanya. tetapi sebuah pertanyaan,
adalah mengapa persoalan bangsa kita belum terselesaikan atau paling tidak ada titik terang menuju
suatu perubahan prilaku.

Bahkan tampaknya masih memprihatinkan prilaku sebagian masyarakat kita, baik masyarakat maupun
masyarakat pemegang kekuasaan yang sangat diharapkan bisa menegakkan aturan tetapi justru seakan-
akan mengambil satu prinsip “mumpung”.

Inilah budaya yang menggerogoti kehidupan bangsa kita, mumpun ada kesempatan, kapan lagi
dimanfaatkan kedudukan itu kalau bukan sekarang. Pada hal jabatan itu sebenarnya hanya sebagai
sebuah amanat bukan sebuah tujuan dan nantinya diakhirat akan dipertanyakan oleh Allah :

‫كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬

Mempertahankan kebenaran di negara kita adalah sesuatu yang sangat langkah lagi mahal. Ada orang
yang mau berjuang akan tetapi selalu diukur dengan materi, kalau tidak menguntungkan bagi dirinya
lebih baik bungkam atau diam daripada kedudukannya digeser.

Memang dunia ini manis rasanya dan enak dipandang, maka manusia tertarik dengannya. Betapa
banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap saat tidak mengenal waktu, siang dan malam, panas
dan dingin. Bahkan terbawa dalam mimpi.Pada hal apa yang diburunya itu belum tentu menjamin dirinya
untuk dapat mendapat ketenangan. Karena betapa banyak orang yang punya harta yang melimpah,
punya segala macam pasilitas dunia, punya mobil mewah, rumah mewah, apa saja yang dia mau makan
semua bisa dibelinya, tetapi justru hidupnya tidak tenang tidak bisa dinikmati.

Mobil mewahnya ada tapi tidak bisa dipakainya karena punya penyakit tidak bisa naik kendaraan,
makanannya apa saja yang diinginkan tetapi itu semua tidak bisa dimakannya kecuali hanya sesendok
nasi yang tak berlauk.

Sidang Jum’at yang berbahagia!

Agama Islam bukan berarti melarang kita untuk mencarinya, agama kita tetap memberikan peluang
seluas-luasanya bagi umat manusia untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Tidak melarang untuk
kaya. Akan tetapi cara mendapatkannya dan memanfaatkannya sesuai dengan ajaran agama Islam dan
tidak menjadi segala-galanya. Demikian pula jangan meninggalkan dunia karena hanya terpokus kepada
ibadah kepada Allah.

Agama kita mensinyalir bahwa dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih
baik.Dunia ini dengan segala fasilitasnya kita yang seharusnya mengendalikan bukan dia yang mengatur
kita.

Harta yang kita miliki janganlah ia yang mengatur dan memperbudak kita, karena mobil kita yang bagus
setiap hari dilap dan dicuci, sementara diri kita, hati kita tidak pernah dibersihkan melalui dengan zikir-
zikir atau beribadah kepada Allah, kalaupun dilakukan hanya dengan sangat terpaksa atau merasa malu
dengan sesamanya.

Padahal semestinya rasa malu itu jauh lebih didahulukan kepada Allah daripada manusia. Karena
seseorang yang malu kepada Allah pasti juga malu terhadap manusia tidak sebaliknya. Jadi harta itu kita
yang mengaturnya dan memanfaatkannya bukan kita yang dimanfaatkan.

Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segala-galanya, enggan menyuarakan kebenaran
dan melarang kemungkaran maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari permukaan bumi ini dan
mencabut keberkahan wahyu.

Ketika umat Islam sangat mencintai dunia dengan sendirinya pasti muncul sifat kedua yaitu takut akan
mati. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa mereka takut mati? Padahal semua yang namanya
makhluk pasti akan mati sekalipun bersembunyi di balik batu besar dan benteng yang tertutup rapat-
rapat.

‫َأْيَنَما َتُكوُنوا ُيْدِرُكُكُم اْلَمْوُت َوَلْو ُكْنُتْم ِفي ُبُروٍج ُمَشَّيَدٍة‬

Orang takut mati mungkin karena takut meninggalkan hartanya atau mungkin belum ada persiapan
dalam menghadapi kematian.

Takut mati termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam perjuangannya. Sebab dalam
perjuangannya selalu diliputi oleh rasa kekhawatiran akan terkena resiko. Akibatnya mau berjuang asal
tidak ada resiko yang menimpa, asal dirinya selamat, dan untuk menyelamatkan diri maka dalam
memperjuangkan Islam kadang memutar balikkan fakta. yang hak dinyatakan batil, yang batil dinyatakan
hak.

Orang kecil bersalah ditetapkan hukuman yang berat, sementara yang besar yang bersalah dinyatakan
benar atau bebas dari jeratan hukum. Hukum ibarat pisau hanya sebelah yang bisa mengiris benda.
Padahal di dalam ajaran agama kita bahwa semua orang sama didepan hukum.

Hal ini kita dapat menyaksikan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi Indonesia
yang kita cintai, dimana keadilan yang merupakan suatu ajaran asasi dalam agama Islam bahkan semua
agama adalah sesuatu hal yang sangat mahal, nyaris barang yang namanya keadilan hampir menghilang
dipersada Indonesia.

Padahal kita harus sadari dan membuka mata lebar-lebar serta mengambil ibrah beberapa peristiwa yang
terjadi, baik peristiwa alam (tsunami yang terjadi di Aceh dan sebagian daerah sumatera utara di susul
lagi gempa bumi) maupun kejadian non-alam (pengeboman, penyakit busng lapar, dsb) itu semua adalah
peringatan bagi kita semua dari Allah. Banyak lagi contoh lain yang terhampar di depan mata kita.

Oleh karenanya, marilah kita semua mengintrospeksi diri, khususnya bagi para pemimpin bangsa ini,
mulai dari tingkat yang paling atas sampai kepada tingkat serta semua masyarakat Indonesia untuk
bersama-sama menata kembali bangsa kita ini dengan baik. Para pemimpin jalankanlah tugas
kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada kekuasaan, demikian pula rakyat
mendengar dan mentaati aturan-aturan yang ada. Kalau semua berjalan dengan baik maka janji Allah
akan kita dapatinya, yaitu berupa keberkahan dari bumi dan langit. sebagimana firman-Nya

‫َوَلْو َأَّن َأْهَل اْلُقَرى َءاَمُنوا َواَّتَقْوا َلَفَتْحَنا َعَلْيِهْم َبَرَكاٍت ِمَن الَّسَماِء َواْلَأْرِض َوَلِكْن َكَّذُبوا‬
‫َفَأَخْذَناُهْم ِبَما َكاُنوا َيْكِسُبوَن‬.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

‫بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من أآلية والذكر الحكيم‬
‫وتقبل منى ومنكم إنه هو السميع البصير‬

Contoh Teks Khutbah Jumat Kedua dengan Judul Cinta Dunia Takut Mati

‫ أشهد أن ال إله الله الواحد‬.‫الحمد لله الذى خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عمال‬
‫ اللهم صل وسلم على هذا النبى‬،‫الصمد وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد العالمين‬
‫ فيا عباد الله أصيكم بنفسى بتقوى‬:‫ أما بعد‬،‫الكريم والمرسلين وعلى آله واصحابه أجمعين‬
‫ أعوذ بالله‬:‫ إستمعوا بقول الله تعالى فى كتابه العزيز‬.‫الله وإياي فقد فاز فوزا عظيما‬
‫ ياأيها الذين آمنوا إتقوا الله حق تقاته وال‬: ‫من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم‬
‫ واعلموا ان الله أمركم أمرا بدأ فيه بنفسه وثنى بالمالئكة‬.‫تموتن إال وأنتم مسلمون‬
‫المسبحة بقدسه فقال تعالى مخبرا وآمرا إن الله ومالئكته يصلون على النبى ياأيهاالذين‬
‫ اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد كما‬.‫آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬
‫صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد‬.
‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات األحياء منهم األموات إنك سميع‬
‫قريب مجيب الدعوات وقاضي الحجات برحمتك ياأرحم الرحمين‬.

.‫اللهم إنا نسألك الثبات فى األمر ونسألك العزيمة فى الرشد ونسألك شكرنعمتك وحسن عبادتك‬
.‫ونعوذبك من شر ما تعلم ونسألك من خير ماتعلم ونستغفرك مما تعلم انك انت عالم العيوب‬
‫ اللهم اجعل حبك احب الينا من‬.‫اللهم انا نسألك حبك وحب من يحبك والعمل الذى يبلغنا حبك‬
.‫ ربنا ال تزع قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب‬.‫نفسنا واهلنا‬
‫ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار‬.

‫عباد الله إن الله يأمركم بالعدل واإلحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر‬
‫والبغى يعظكم لعلكم تذكرون ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/teks-khutbah-jumat-terbaru-cinta-dunia/

Contoh Khutbah Jumat Pilihan 21 Terbaru Lengkap


dengan Doa Pembuka dan Penutup
Contoh Khutbah Jumat Pilihan 21 Terbaru 2017 Lengkap dengan Doa Pembuka dan Penutupnya tentang Hati-
Hati dengan Waktu

‫ َوِمْن سيئاِت أْعَماِلنا‬،‫ ونعوُذ به ِمن ُشُروِر أنُفِسَنا‬،‫ ونستغفُرُه‬،‫ ونستعيُنه‬،‫ َنْحَمُده‬،‫إَّن الَحْمَد لله‬
‫ وأشهُد‬،‫ َفال َهاِدي َلُهَأْشَهُد أْن ال إَلَه إال اللُه َوْحَدُه ال َشِريَك َلُه‬،‫ ومن ُيْضِلْل‬،‫َمْن َيْهِده الله َفال ُمِضَّل َلُه‬
‫ َالَّلُهَّم َصِّلى َعَلى ُمَحَّمٍد َو َعَلى َاِلِه َوَأْصَحاِبِه َوَمْن َتِبَع ُهًدى‬.‫أَّن ُمَحَّمًدا عْبُده وَرُسوُله‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوال َتُموُتَّن ِإال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن‬
‫َياَأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َرَّبُكُم اَّلِذي َخَلَقُكْم ِمْن َنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاال َكِثيًرا‬
‫َوِنَساًء َواَّتُقوا الَّلَه اَّلِذي‬
‫َتَساَءُلوَن ِبِه َواألْرَحاَم ِإَّن الَّلَه َكاَن َعَلْيُكْم َر يًبا‬
‫ِق‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقواالَّلَه َوُقوُلوا َقْوال َسِديًدا * ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َوَمْن‬
‫ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد‬
‫َفاَز َفْوًزا َعِظيًما‬

Islam adalah agama kerja, artinya, sebuah din yang meletakkan kerja sebagai suatu amal yang harus dilakukan
oleh seorang yang islam dan beriman. Dalam al-Qur’an kata-kata ‘aml disebut berulang-ulang, belum lagi
dengan pengungkapan lewat kiasan.

Terkadang banyak orang secara sepihak menyimpulkan bahwa Islam tidak bersikap progresif terhadap budaya
kerja. Hal itu disebabkan karena didalam Islam ada takdir dan itu wajib diimani.

Takdir inilah yang sering difahami secara negatif, karena adanya pemahaman bahwa dalam Islam kerja tidaklah
penting, karena kondisi ekonomi, kaya dan miskinnya telah ditentukan oleh Allah. Inilah bias dari teologi
jabbariyah yang menganggap bahwa manusia tidak punya faktor/ upaya penentu.[1]

Allah menciptakan manusia supaya bekerja dan berusaha menghasilkan sesuatu yang diperlukan bagi
kehidupannya, darimana saja yang ada di segenap penjuru dunia, agar ia dapat memperoleh manfaat baginya
serta seluruh umat di muka bumi ini.

Orang-orang saleh terdahulu dapat mencapai kejayaan yang tinggi serta keluhuran dan keagungan yang belum
pernah dicapai oleh generasi sekarang, disebabkan karena ketekunan dan kegigihan mereka. Sementara
generasi kita sekarang prestasinya tidak pernah menanjak, masih terlalu jauh dari cita-cita yang dikehendaki.

Semua itu tiada lain karena generasi kita malas dan bosan untuk bekerja dan melakukan sesuatu yang
bermanfaat, juga rasa pesimis untuk meraih berbagai prestasi.[2]
Ada beberapa hal yang sering manusia lupakan, diantaranya pertanyaan: Kenapa manusia diciptakan? Apa
kepentingan dan tugas mereka dalam kehidupan ini?

Sering sekali manusia melupakan pertanyaan-pertanyaan ini sehingga mereka hidup dalam penuh kelalaian,
hidup hanya dipergunakan untuk bersenang-senang, makan, minum, dan kesenangan-kesenangan lain yang
bersifat dunia.

Mereka sama sekali tidak memikirkan tentang proses kejadian dirinya yang hina, sehingga ketika ajal
menjemputnya penyesalanlah yang menghinggapinya dimana saat itu penyesalan sudah tidak berarti lagi.

Nah, dari sinilah perlunya iman yang kuat dalam diri kita supaya kita dapat berhati-hati dengan waktu, pandai-
pandailah memanfaatkannya! Ingatlah! Hari-hari kita jangan lewati begitu saja, sesaat demi sesaat, semua
berlalu begitu cepatnya.

Begitulah. Diri kita berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah kita pernah
bermuhasabah (introspeksi) terhadap diri kita sendiri pada suatu hari? Sehingga kita bisa melihat lembaran-
lembaran hari-hari kita, dengan amal apa kita membukanya dan dengan amal apa pula kita menutupnya?

‫ شبابك‬:‫ إغتنم خمسا قبل خمس‬:‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬:‫عن ابن عباس رضي الله عنه قال‬
‫ وحياتك قبل موتك‬، ،‫ وفراغك قبل شغلك‬،‫ وغناك قبل فقرك‬،‫ وصّحتك قبل سقامك‬، ‫قبل هرمك‬

Artinya: “Dari Ibn Abbas ra. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: Manfaatkanlah lima kesempatan sebelum
datang lima kesempatan yang lain: jagalah mudamu sebelum tuamu, jagalah sehatmu sebelum sakitmu, jagalah
kayamu sebelum miskinmu, jagalah sempatmu sebelum sempitmu, dan jagalah hidupmu sebelum matimu. (HR.
Hakim. Sanadnya shahih dari Ibnu Abbas)[3].

“Time is money”,“al-waktu ka al-saif”. Waktu adalah uang, waktu adalah pedang, waktu adalah perjalanan yang
tidak akan pernah kembali, itulah ungkapan yang sering kita dengar untuk menghargai waktu. Waktu adalah
kehidupan. Tidak ada yang lebih berharga dalam kehidupan ini setelah iman selain “waktu”.

Waktu adalah benda yang paling berharga dalam kehidupan seorang muslim. Ia tidak dapat ditukar oleh apapun.
Ia juga tidak dapat kembali jika sudah pergi. Sungguh sangat merugi orang yang menyia-nyiakan waktunya.

Firman Allah: Artinya: 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(al-‘Ashr: 1-3).

Dalam sebuah sya’ir dikatakan:

4[‫أال ليت شباب يعود يوما فأخبره بما فعل المصيب‬

Dalam Islam, waktu bukan hanya sekadar lebih berharga dari pada emas. Atau seperti pepatah Inggris yang
menyatakan time is money. Lebih dari itu, waktu dalam Islam adalah “kehidupan”, al-waqtu huwa al-hayah,
demikian kata as-Syahid Hasan Al-Banna[5].

Oleh karena itu, Rasulullah saw memerintahkan umatnya agar memanfaatkan waktu yang tersisa dengan lima
hal. Sungguh telah merugi orang-orang yang tidak bisa memanfaatkannya.

Pertama, masa muda.

Masa muda adalah masa keemasan seorang manusia. Ia merupakan masa ideal untuk melakukan apa saja:
mengukir prestasi dan menggapai cita-cita. Bahkan, masa muda adalah masa yang harus
“dipertanggungjawabkan” di hadapan Allah.

Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw: “Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya
tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya
dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya
tersebut” (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).

Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT

Dalam Islam, masa muda adalah bagian dari “umur”. Ia dianggap sebagai masa yang dinamis, energik, cekatan
dan kuat, karena ia merupakan “kekuatan” di antara dua kelemahan: kelemahan anak-anak dan kelemahan masa
tua.

Hal ini dijelaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya: Artinya: “Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan
lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban…” (Qs. Ar-Rum [30]: 54).

Oleh karenanya, Islam memiliki perhatian khusus kepada para pemuda. “Suatu ketika, khalifah Umar radhiyallahu
‘anhu duduk dengan para sahabatnya. Ia berkata kepada mereka: “Berangan-anganlah kalian!” Salah seorang
dari mereka berkata: “Aku berangan-angan, seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas untuk aku infakkan di
jalan Allah.”

Umar lalu berkata: “Berangan-anganlah (lagi) kalian!” Salah seorang lagi berkata: “Aku berangan-angan
sekiranya rumah ini dipenuhi dengan permata agar aku infakkan di jalan Allah dan bersedekah dengannya.”

Lalu Umar berkata lagi: “Berangan-anganlah (lagi) kalian!” Mereka lalu berkata: “Kami tidak tahu lagi apa yang
harus kami katakan wahai Amirul mukminin?” Umar berkata: “Aku justru berangan-angan agar ada orang-orang
seperti Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah, Mu’adz ibn Jabal dan Salim budak Abu Hudzaifah, agar aku dapat
meninggikan “kalimat Allah” dengan bantuan mereka.”

Bukankah Mu’adz ibn Jabal seorang faqih yang diutus oleh Rasul ke Yaman? Ketika itu usianya masih muda.
Begitu juga dengan Salim: ia termasuk salah seorang perawi hadits. Usianya juga masih muda.

Dalam sejarah Islam juga dikenal Muhammad Al-Fatih, pembebas kota Konstantinopel. Saat itu usianya tidak
lebih dari 22 tahun. Usamah ibn Zaid pergi ke medan perang ketika usianya masih 15 tahun. Padahal ketika
usinya 14 tahun semangat jihadnya sudah berapi-api: ia ingin cepat berada di shaf para mujahid Allah. Namun
Nabi saw melarangnya, karena masih teramat muda. Ia juga pernah menjadi pemimpin pasukan Rasul, padahal
saat itu para sahabat senior seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq ada. Namun Rasul saw mempercayakan kepadanya.
[6]

Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT

Adalah hal yang ironis jika masa muda dihabiskan untuk “berfoya-foya”. Apalagi dihabiskan untuk melakukan
hal-hal yang tidak produktif. Dan, na’udzubillah, jika sampai melakukan tindak kriminal yang tidak diridhai oleh
Allah, seperti mengkonsumsi NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) dan hobi “mencekek leher botol” alias mabuk-
mabukan.

Ini sama artinya menghancurkan umat. Tidak dapat dibayangkan jika para pemuda justru tidak produktif. Apa
yang akan dipersembahkan untuk Islam?

Kedua, masa sehat.

Pepatah Arab menyatakan:

‫الصحة تاجن على رؤوس األِصح ال ير يها إال المرضى‬

Artinya: “Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang yang sehat dan tidak ada yang dapat melihatnya
kecuali orang yang sakit”
Itulah kesehatan. Manusia terkadang lupa akan arti dan makna kesehatan, kecuali setelah kesehatan itu hilang
darinya. Ketika “sakit” datang menggantikannya, barulah ia sadar bahwa kesehatan itu mahal.

Masa sehat sebaiknya digunakan untuk beramal saleh: membantu orang tua, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu.
Kalau masa sakit sudah tiba, tidak akan pernah sempurna melakukan apapun: ibadah terganggu, pekerjaan
terbengkalai, semangat menurun, dan sebagainya. Maka manfaatkanlah ‘masa sehat’ dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, masa kaya.

Kekayaan adalah “titipan Allah”. Maka, ia tidak layak untuk disombongkan dan dibanggakan. Selagi masih ada
waktu dan kesempatan, pergunakanlah kekayaan itu untuk berbakti kepada Allah. Karena, jika sudah jatuh
miskin, kesempatan untuk beramal saleh pun sirna. Maka, segeralah nafkahkan harta yang ada, sebelum
semuanya sia-sia.

Utsman ibn Affan adalah contoh ideal dalam berinfak. Ia membeli sumur Maimunah untuk kepentingan kaum
Muslimin. Begitu juga dengan Abdurrahman ibn ‘Auf. Ia adalah contoh konglomerat yang dermawan: orang kaya
tapi takut harta.

Lain lagi dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq: ia meninggalkan “seonggok batu” untuk keluarganya. Ia menyisakan
Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya. Beliau bahkan berlomba dengan Umar ibn Khaththab. Akhirnya ia
menang, karena Umar ibn Khaththab menafkahkan setengah dari hartanya, sedangkan ia menafkahkan seluruh
hartanya di jalan Allah.

Keempat, masa luang.

Waktu luang adalah kesempatan emas untuk mengin-ventarisir kebajikan. Waktu luang ini akan sia-sia jika tidak
dikontrol. Ia akan terbuang begitu saja jika tidak langsung dimanfaatkan. Oleh sebab itu makanya Nabi saw
mengingatkan: “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang
(kekosongan)” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).

Waktu luang adalah “kekosongan”: kosong dari kegiatan yang positif. Jangan biarkan waktu itu kosong
melompong dan berlalu tanpa makna. Bukankah waktu luang bias diisi dengan membaca Alquran, shalat Dhuha,
shalat Witir, shalat Tahajjud, dan sebagainya. Janganlah waktu luang itu dikhianati dengan “senda gurau” yang
tak bermakna. Karena jumlah waktu itu sama di mana saja, 24 jam.

Waktu 24 jam ini seharusnya bisa dibagi, idealnya dibagi tiga, yaitu: sebagian untuk kesehatan (istirahat, olah-
raga, bercanda seperlunya), sebagian lagi untuk jasmani (makan dan minum) dan sepertiga terakhir untuk Allah.
Imam Ibnu Jarir al-Thabari menurut al-Khathib al-Baghadadi dari al-Samsiy, setiap harinya mampu menulis
sekitar empat puluh lembar.

Jangan berleha-leha dalam memburu kebaikan. Imporlah segala jenis kebaikan, lalu eksporlah ia ke akhirat sana.
Al-Tu’adatu fi kulli syain khairun illa fi a’mal al-akhirah (Berlaku santai dalam setiap sesuatu itu baik, kecuali
dalam amal akhirat), kata Umar ibn Khaththab.

Imam Nawawi ra memberikan nasehat yang sangat berharga: “Hendaklah bagi seorang penuntut ilmu untuk
mengumpulkan ilmu di waktu luang dan semangat yang menggebu-gebu, masa muda dan ketika tubuh masih
kuat, ketika keinginan masih menggunung dan kesibukan masih sedikit sebelum tiba hal-hal yang tanpa makna”.

Kelima, hidup.

Kesempatan hidup hanya sekali. Umur begitu singkat. Kita mengira umur itu begitu panjang. Padahal ia hanya
terdiri dari tiga helaan nafas: nafas yang lalu, yang sudah kita hempaskan; nafas yang sedang kita hirup dan akan
kita hembuskan; dan terakhir nafas yang akan datang.[7]

Kita tidak tahu apakah nafas yang akan datang itu nafas kita yang terakhir atau tidak. Nafas-nafas itu begitu
cepat berlalu. Maka sangat merugi kalau nafas-nafas itu kita biarkan terhambur tanpa arti. Padahal dalam satu
menit kita bisa membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Kita juga bisa berdzikir: mengucapkan
subhanallah, Al-hamdulillah dan Allahu Akbar, dan sebagainya.

Kita hidup di dunia laksana seorang musafir. Tidak ada yang berharga bagi seorang musafir selain “bekal”. Maka
sejatinya, dunia ini adalah “pohon yang rindang”, tempat berteduh sang musafir. Jika ia tertipu dengan indahnya
pohon tempatnya berteduh, ia tidak akan sampai pada tujuan.

Mau tidak mau, kita semua akan menuju kepada pintu kematian. Maka, sebelum pergi ke sana, kita berusaha
untuk memanfaatkan hidup ini dengan sebaik-baiknya. Nilai seorang Muslim bukan dinilai dari panjang
pendeknya umur yang diberikan oleh Allah. Tapi akan dinilai dari apa yang diperbuatnya untuk Allah, untuk Islam.

Umur yang panjang bukan jaminan kebaikan. Bisa jadi umur yang panjang malah semakin membuka pintu-pintu
maksiat. Bisa jadi umur yang singkat, jika di-manage dengan baik, malah menjadi sangat bermanfaat.

‫ وشر الناس من طال عمره وساء عمله‬،‫خير الناس من طال عمره وحسن عمله‬

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang usianya dan baik amalnya. Dan sejelek-jelek manusia adalah
yang umurnya panjang namun jelek amalnya”. (HR. Ahmad dan al-Turmudzi dari Abu Bakrah).

Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT

Kematian adalah suatu peristiwa yang mesti terjadi pada semua makhluk hidup sebagai tanda habisnya masa
kontrak di dunia. Firman Allah surat al-Imran ayat 185.

‫ُكُّل َنْفٍس َذاِئَقُة اْلَمْوِت‬

Artinya: “ setiap makhluk (berjiwa) pasti mengalami mati).”

Dunia ini adalah tempat berbuat dan berbuat, tempat untuk berusaha dan bekerja, tempat untuk melakukan
perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat kelak.

Firman Allah: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT

Supaya manusia termotivasi untuk bisa memanfaatkan waktunya dengan sebaiknya, ada tiga pertanyaan
mendasar mengenai keberadaan dan tujuan manusia di dunia ini dan pertanyaan itu berlaku sepanjang masa.
Tiga pertanyaan tersebut akan membekas dalam hati manusia jika ia menjawabnya dengan penuh perenungan.

Pertanyaan pertama, darimana aku?

Adapun untuk pertanyaan ini adalah merupakan simpul akidah, yang menurut kaum materialis mereka tidak
mempercayainya, kecuali kalau disana terdapat inderia. Mereka menganggap bahwa dunia dan isinya ini muncul
dengan sendirinya.[8] Sedangkan bagi orang yang beriman, pertanyaan ini akan memberi atsar yang kuat
baginya.

Pertanyaan ini akan mengingatkan dia bahwa dia hanyalah makhluk yang tidak sempurna, makhluk yang hina
yang tidak pantas untuk menyombongkan diri, makhluk yang tidak mampu apa-apa kecuali Allahlah yang
menghendakinya.

Pertanyaan kedua, untuk apa aku diciptakan?

Mengenai pertanyaan kedua ini merupakan pertanyaan yang wajib dijawab oleh setiap orang setelah
mengetahui bahwa ia didunia ini hanyalah makhluk bagi Allah dan makhluk yang dipelihara oleh Allah Sang
Pemelihara alam ini.

Yaitu melalui penjabaran: untuk apa manusia diciptakan? Kenapa manusia diberi keistimewaan yang lebih
dibanding makhluk yang lain? Dan apa kepentingan mereka diatas bumi ini?[9]

Perlu diketahui, bahwa manusia diciptakan di dunia ini dengan berbagai kelebihannya, bukan hanya sekedar
untuk memenuhi hawa nafsu belaka tapi Allah jadikan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah,
sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”

Hal pertama yang harus diketahui manusia sebagai khalifah dimuka bumi adalah mengenal Allah dengan benar
dan menyembah-Nya dengan sebenar-benar penyembahan. Karena manusia diciptakan dimuka bumi sebagai
khalifah adalah untuk beribadah hanya kepada Allah. Firman Allah:

Artinya: 56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 57. Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku
makan. 58.Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.(Q.S.
adz-Dzariyat 56-58)

Pertanyaan ketiga, kemanakah tujuanku?

Pertanyaan ketiga ini bagi kaum materialis, mereka memberikan suatu jawaban, tetapi hal itu justru
menurunkan martabat kemuliaan manusia menempati kedudukan binatang.

Mengenai tempat kembali manusia setelah menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan sederhana sekali
mereka mengatakan: secara mutlak mereka akan hancur dan binasa, mereka dilipat oleh bumi sebagaimana
penguburan bermilyar binatang dan makhluk lainnya di dalam perut bumi.

Jasad ini akan kembali ke unsur-unsur penciptaannya yang pertama. Jadi mereka akan kembali menjadi debu
yang diterbangkan oleh angin. Begitulah cerita kehidupan manusia menurut mereka.

Tiada keabadian dan pembalasan, tiada perbedaan antara yang berbuat baik dan yang berlaku jahat[10].
Berbeda dengan orang mukmin, tentu mereka sudah mengerti kemana tujuan mereka pergi. Mereka menyadari
bahwa dunia ini hanya sesaat.

Dari tiga pertanyaan diatas, jika seseorang bisa merenungkannya dengan penuh penghayatan, maka ia akan
menjadi seorang yang rajin dan bisa memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga tidak akan timbul
penyesalan dikemudian hari.

Anjuran Islam untuk Bekerja, lalu Allah telah menanggung rizki makhluk-Nya.

Artinya: “ dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rizkinya, Dan dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya, semua tertulis dalam kitab yang nyata.”
(Q.S. Huud:6)

Akan tetapi, Allah tidak akan mengubah suatu kaum jikalau kaum itu sendiri tidak mau mengubahnya. Frman
Allah: Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah
keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya dan tidak ada pelindung baginya. (Q.S. ar-Ra’d: 11).
Dari pernyataan itulah, secara implisit Allah menyatakan bahwa setiap manusia harus mencari rizkinya dengan
jalan bekerja dan beraktivitas. Islam memberikan apresiasi bagi umatnya yang gigih bekerja. Apresiasi itu
ditunjukkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut[11]:

a. Perintah untuk giat bekerja setelah selesai ibadah.

Firman Allah, Artinya: “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”(Q.S. al-Jumu’ah: 10).

Perintah Allah itu memberikan dua pelajaran penting, diantaranya:

Pertama: setiap selesai ibadah haruslah bekerja untuk mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah saja tidak
cukup, berdoa meminta rizki tapi tidak berusaha dan bekerja untuk mencarinya adalah suatu sikap yang tidak
ada tuntunannnya.

Kedua: dalam bekerja haruslah didasari dengan ibadah dan ingat kepada Allah, sehingga banyaknya rizki dan
kesibukan tidak menggoyahkan keimanan seseorang dan menjadi seorang yang materialistis.

b. Perintah untuk selalu beraktifitas dan dilarang menganggur.

Firman Allah: Artinya: “ Maka apabila kamu telah selesai melakukan (suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”(Q.S. al-Insyrah: 6-7)

Dalam ayat lain Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyuruh kaumnya beraktivitas (bekerja) sesuai
dengan keadaannya masing-masing. Firman Allah surat az-Zumar ayat 39: Artinya: “Katakanlah (Muhammad),
“Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, akupun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui.”

c. Larangan meminta-minta

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”. Lebih baik bekerja
meskipun pekerjaan itu dipandang oleh orang sebagai pekerjaan kasar dibanding harus meminta-minta dari
rumah ke rumah atau di pinggir jalan.

d. Dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa.

Dari uraian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam konsep Islam, bekerja merupakan suatu
aktivitas yang bukan hanya bersifat duniawi saja, melainkan juga ukhrawi.

Artinya, bahwa Islam melibatkan aspek transendental dalam beribadah, sehingga bekerja tidak hanya bisa
dilihat sebagai gejala prilaku ekonomi, tetapi juga prilaku ibadah. Keduanya dilakukan sekaligus dalam satu
waktu.

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Maka manfaatkanlah waktu yang ada, supaya tidak ada
penyesalan di kemudian hari.

Penutup Doa Kutbah Kedua tentang Hati-Hati dengan Waktu

‫ َوَباِرْك‬،‫ َكَما َصَّلْيَت وَسّلْمَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬،‫الَّلُهَّم َصِّل وَسِّلْم َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬
‫ ِفي الَعاَلِمْيَن ِإَّنَك َحِمْيٌد‬،‫ َكَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‬،‫َعَلى ُمَحَّمٍدَوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‬
‫ َواْرَض‬،‫َمِجْيٌد‬
، ‫ِع‬ ‫َأ‬ ‫ِة‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ِئ‬ ‫ا‬
‫ُمْؤ ْيَن َوَعْن َس ِر َّصَح َب ْجَم ْيَن َوَعْن‬، ‫ِمِن‬ ‫ال‬ ‫ِت‬ ‫ا‬ ‫َّمَه‬ ‫ُأ‬ ‫ِه‬ ‫ِج‬ ‫ا‬ ‫َأ‬ ،
‫ْيَن َوَعْن ْزَو‬ ‫ِشِد‬ ‫ا‬ ‫َّر‬ ‫ال‬ ‫ِئِه‬ ‫ا‬ ‫الَّلُهَّم َعْن ُخ َف‬
‫َل‬
‫ َوَعَّنا‬،‫الُمْؤِمِنْيَن َوالُمْؤِمَناِت ِإَلى َيْوِم الِّدْيِن‬
‫َمَعُهْم ِبَرْحَمِتَك َيا َأْرَحَم الَّراِحِمْيَن‬.
Pada Khutbah kedua ini, marilah kita menundukkan kepala untuk seganap berdoa kepada sang Pemberi segala
hal, Yang menyediakan waktu untuk manusia, yang memberikan kesemptan kepada kita untuk selalu
memperbaiki diri, memperbanyak amal hingga memberi kita rezeki yang melimpah..

‫َالَّلُهَّم َصِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَأْصَحاِبِه َوَقَراَبِتِه َوَأْزَواِجِه َوُذِّرَّياِتِه َأْجَمِعْيَنَرَّبَنا‬
‫َوٱْجَعْلَنا ُمْسِلَمْيِن َلَك َوِمن ُذِّرَّيِتَنٓا ُأَّمًة ُّمْسِلَمًة َّلَك َوَأِرَنا َمَناِسَكَنا َوُتْب َعَلْيَنٓاۖ ِإَّنَك َأنَت ٱلَّتَّواُب‬
‫ٱلَّرِحيُم‬

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami) sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 128)

‫َّرَّبَنا َعَلْيَك َتَوَّكْلَنا َوِإَلْيَك َأَنْبَنا َوِإَلْيَك ٱْلَمِصيُر ﴿الممتحنةَرَّبَنا َلا َتْجَعْلَنا ِفْتَنًة ِّلَّلِذيَن َكَفُرو۟ا‬
‫َوٱْغِفْر َلَنا َرَّبَنٓاۖ ِإَّنَك َأنَت ٱْلَعِزيُز ٱْلَحِكيُم‬

”Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi
orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Mumtahanah :4-5)

‫ٱلَّلُهَّم َرَّبَنٓا َأنِزْل َعَلْيَنا َمٓاِئَدًة ِّمَن ٱلَّسَمٓاِء َتُكوُن َلَنا ِعيًدا ِّلَأَّوِلَنا َوَءاِخِرَنا َوَءاَيًة ِّمنَكۖ َوٱْرُزْقَنا‬
‫َوَأنَت َخْيُر ٱلَّٰرِزِقيَن‬
”Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu kehidupan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi
hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi
tanda bagi kekuasaan Engkau, beri rezeki kami dan Engkaulah Pemberi rezeki yang paling utama.” (QS. AL-
Maaidah :114)

‫َرَّبَنا َظَلْمَنٓا َأنُفَسَنا َوِإن َّلْم َتْغِفْر َلَنا َوَتْرَحْمَنا َلَنُكوَنَّن ِمَن ٱْلَٰخِسِريَن‬
”Ya Tuhan kami, kami telah dzalimkan diri kami sendiri, Jika Engkau tidak mengampuni kami dan Engkau
rahmatkan kami, tentulah kami menjadi orang yang rugi.” (Al A’raf :

‫ ِإَّن اللَه َيْأُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َوْاِإلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُقْرَبى َوَيْنَهى َعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَكِر‬،‫ِعَباَد اللِه‬
‫َفاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َواْدُعْوُه َيْسَتِجْب َلُكْم َوَلِذْكُر اللِه‬.‫َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَذَّكُرْوَن‬
‫َأْكَبُر‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/contoh-khutbah-jumat-pilihan-21-terbaru-lengkap-dengan-doa-pembuka-dan-
penutup/

Edisi 22: Contoh Khutbah Jumat Singkat terbaru


2017 Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi’un Li
Ghairihi)
Materi Khutbah Jum’at Singkat Terbaru 2017
Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi’un Li Ghairihi)

‫ َوِمْن سيئاِت‬،‫ ونعوُذ به ِمن ُشُروِر أنُفِسَنا‬،‫ ونستغفُرُه‬،‫ ونستعيُنه‬،‫ َنْحَمُده‬،‫إَّن الَحْمَد لله‬
‫َأْشَهُد أْن ال إَلَه إال اللُه َوْحَدُه ال‬.‫ َفال َهاِدي َلُه‬،‫ ومن ُيْضِلْل‬،‫ َمْن َيْهِده الله َفال ُمِضَّل َلُه‬،‫أْعَماِلنا‬
‫ُل‬ ‫أ‬ ‫أ‬
‫ وأشهُد أَّن ُمَحَّمًدا عْبُده وَرُسوُله‬،‫َشِريَك َلُه‬.
‫َالَّلُهَّم َصِّلى َعَلى ُمَحَّمٍد َو َعَلى َاِلِه َوَأْصَحاِبِه َوَمْن َتِبَع ُهًدى‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوال َتُموُتَّن ِإال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن‬
‫َياَأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َرَّبُكُم اَّلِذي َخَلَقُكْم ِمْن َنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاال‬
‫َكِثيًرا َوِنَساًء َواَّتُقوا الَّلَه اَّلِذي َتَساَءُلوَن ِبِه َواألْرَحاَم ِإَّن الَّلَه َكاَن َعَلْيُكْم َرِقيًبا‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوُقوُلوا َقْوال َسِديًدا * ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َل ْم ُذُن َب ْم‬
‫ُك‬ ‫و‬ ‫ُك‬
‫َوَمْن ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما‬

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika
mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun
menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah
yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan.

”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.

“Apakah kau akan meninggalkan i’tikaf demi menolongku?” tanya orang tersebut terkejut.

”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh berjalannya seseorang
diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i’tikaf di masjidku
ini selama sebulan’”

Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalamAs-
Silsilah As-Shahihah.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Sebagaimana Abu Hurairah, seorang Muslim seharusnya juga memiliki keterpanggilan untuk menolong
saudaranya, memiliki jiwa dan semangat memberi manfaat kepada sesama, memiliki karakter Nafi’un li
ghairihi.

Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan
nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Bahkan manusia terbaik adalah orang
yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:

‫خير الناس أنفعهم للناس‬

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.
Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata,
sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah
memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li
ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini sebagai salah satu karakter, sifat,
muwashafat, yang harus ada pada diri seorang Muslim.

Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk memberikan
manfaat bagi orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan dirinya
sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah
setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan
kemanfaatan kepada sesama.

Rasulullah SAW bersabda:

‫ َوُيِعيُن الَّرُجَل‬، ‫ َيْعِدُل َبْيَن اِال ْثَنْيِن َصَدَقٌة‬، ‫ُكُّل ُسَالَمى ِمَن الَّناِس َعَلْيِه َصَدَقٌة ُكَّل َيْوٍم َتْط ُلُع ِفيِه الَّشْمُس‬
‫ َوُكُّل َخْط َوٍة‬، ‫ َواْلَكِلَمُة الَّطِّيَبُة َصَدَقٌة‬، ‫ َأْو َيْرَفُع َعَلْيَها َمَتاَعُه َصَدَقٌة‬، ‫ َفَيْحِمُل َعَلْيَها‬، ‫َعَلى َداَّبِتِه‬
‫ُط َأل‬ ‫َال‬ ‫ُط‬
‫ َوُيِميُط اَألَذى َعِن الَّطِريِق َصَدَقٌة‬، ‫َيْخُطوَها ِإَلى الَّصَالِة َصَدَقٌة‬
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat
adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat
barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula
setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan
dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)

Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi orang lain, nafi’un li ghairihi. Seorang Muslim yang menjadi pedagang atau pebisnis,
orientasinya bukanlah sekedar meraup untung sebesar-besarnya, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia
memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan.
Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu customernya, ia bahkan memberikan
yang terbaik kepada mereka, dan pada saat dibutuhkan menjadi konsultan serta memberikan pilihan-
pilihan yang lebih baik.

Seorang Muslim yang menjadi guru, orientasinya bukanlah sekedar mengajar lalu setiap bulan
mendapatkan gaji, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat terbaik kepada peserta
didiknya, ia mengasihi mereka seperti mengasihi putranya sendiri, dan ia selalu memikirkan bagaimana
cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingg peserta didiknya lebih cerdas, lebih kompeten dan
berkarakter.

Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia memberikan pelayanan terbaik
kepada pasiennya, ia sangat berharap kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan yang terbaik bagi
kesembuhan dan kesehatan mereka.

Jama’ah Sholat jum’at yang dirahmati Allah,

Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat
waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat
kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri
kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita.

Allah SWT berfirman:

‫ِإْن َأْحَسْنُتْم َأْحَسْنُتْم ِلَأْنُفِسُكْم‬


Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7)

Rasulullah SAW bersabda:

‫َمْن َكاَن ِفى َحاَجِة َأِخيِه َكاَن الَّلُه ِفى َحاَجِتِه‬

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq ‘alaih)

Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia, tetapi juga di
akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam
urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.

Rasulullah SAW bersabda:

‫َمْن َنَّفَس َعْن ُمْؤِمٍن ُكْرَبًة ِمْن ُكَرِب الُّدْنَيا َنَّفَس الَّلُه َعْنُه ُكْرَبًة ِمْن ُكَرِب َيْوِم اْلِقَياَمِة َوَمْن َيَّسَر َعَلى‬
‫ُمْعِسٍر َيَّسَر الَّلُه َعَلْيِه ِفى الُّدْنَيا َواآلِخَرِة‬

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan
menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan
niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)

Sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Dengan apa kita memberikan manfaat kepada orang lain? Dalam bentuk apa nafi’un li ghairihi kita
wujudkan? Sesungguhnya setiap manusia memiliki banyak potensi untuk itu.
‫‪Pertama, dengan ilmu. Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita, kita bagikan kepada orang‬‬
‫‪lain. Kita mengajari orang lain, melatih orang lain, dan memberdayakan mereka. Ilmu ini tidak terbatas‬‬
‫‪pada ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan, keterampilan hidup, serta keahlian‬‬
‫‪dan profesi.‬‬

‫‪Kedua, dengan harta. Kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama. Yang‬‬
‫‪wajib tentu saja adalah dengan zakat ketika harta itu telah mencapai nishab dan haulnya. Setelah zakat‬‬
‫‪ada infaq dan sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas.‬‬

‫‪Ketiga, dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan orang lain, membantu mereka‬‬
‫‪melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan urusan mereka, dan sebagainya.‬‬

‫‪Keempat, dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang menenangkan dan‬‬
‫‪mengajak kepada kebaikan.‬‬

‫‪Kelima, dengan sikap kita. Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita kepada sesama, serta senyum‬‬
‫‪kita di hadapan orang lain. Sederhana, mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan kemanfaatan‬‬
‫‪kepada orang lain.‬‬

‫‪Kelima hal nafi’un li ghairihi itu, jika kita lakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasnya dengan‬‬
‫‪kebaikan dan pahala.‬‬

‫َفَمْن َيْعَمْل ِمْثَقاَل َذَّرٍة َخْيًرا َيَرُه‬


‫‪Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya‬‬
‫)‪(QS. Al Zalzalah:7‬‬

‫)‪Teks Kutbah jumat Kedua yang singkat 2017 Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi’un Li Ghairihi‬‬

‫اْلَحْمُد ِلَّلِه اَّلِذي َأْرَسَل َرُسوَلُه ِباْلُهَدى َوِديِن اْلَحِّق ِلُيْظ ِهَرُه َعَلى الِّديِن ُكِّلِه َوَلْو َكِرَه‬
‫‪.‬اْلُمْشِرُكوَنَأْشَهُد أْن ال إَلَه إال اللُه َوْحَدُه ال َشِريَك َلُه‪ ،‬وأشهُد أَّن ُمَحَّمًدا عْبُده وَرُسوُله‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َحَّق ُتَقاِتِه َوال َتُموُتَّن ِإال َوَأْنُتْم ُمْسِلُموَن‬
‫َياَأُّيَها اَّلِذيَن آَمُنوا اَّتُقوا الَّلَه َوُقوُلوا َقْوال َسِديًدا * ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَل ْم َوَيْغ ْر َل ْم ُذُن َب ْم‬
‫ُك‬ ‫و‬ ‫ُك‬ ‫ِف‬ ‫ُك‬
‫َوَمْن ُيِطِع الَّلَه َوَرُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظيًما‬

‫الَّلُهَّم َصِّل وَسِّلْم َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‪َ ،‬كَما َصَّلْيَت وَسّلْمَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪،‬‬
‫َوَباِرْك َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل ُمَحَّمٍد‪َ ،‬كَما َباَرْكَت َعَلى ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل ِإْبَراِهْيَم‪ِ ،‬في الَعاَلِمْيَن ِإَّنَك‬
‫َحِمْيٌد َمِجْيٌد‪َ ،‬واْرَض الَّلُهَّم َعْن ُخَلَفاِئِه الَّراِشِدْيَن‪َ ،‬وَعْن َأْزَواِجِه ُأَّمَهاِت الُمْؤِمِنْيَن‪َ ،‬وَعْن َساِئِر‬
‫الَّصَحاَبِة َأْجَمِعْيَن‪َ ،‬وَعْن الُمْؤِمِنْيَن َوالُمْؤِمَناِت ِإَلى َيْوِم الِّدْيِن‪َ ،‬وَعَّنا َمَعُهْم ِبَرْحَمِتَك َيا َأْرَحَم‬
‫‪.‬الَّراِحِمْيَن‬
‫الَّلُهَّم اْجَعْل َجْمَعَنا َهَذا َجْمًعا َمْرُحْوًما‪َ ،‬واْجَعْل َتَفُّرَقَنا ِمْن َبْعِدِه َتَفُّرًقا َمْعُصْوًما‪َ ،‬وال َتَدْع ِفْيَنا َوال‬
‫‪َ.‬مَعَنا َشِقًّيا َوال َمْحُرْوًما‪.‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَأُلَك اْلُهَدى َوالُّتَقى َوالَعَفاَف َوالِغَنى‬

‫اللهم اعز اإلسالم والمسلمين وأذل الشرك والمشركيناللهم انصر المجاهدين فى فلسطين‬
‫اللهم انصر المجاهدين فى كل مكان‬
‫الَّلُهَّم َأِعَّز اِإلْسَالَم َواْلُمْسِلِمْيَن‪َ ،‬وَوِّحِد الَّلُهَّم ُصُفْوَفُهْم‪َ ،‬وَأْجِمْع َكِلَمَتُهْم َعَلى الَحِّق‪َ ،‬واْكِسْر َشْوَكَة‬
‫‪.‬الَّظ اِلِميَن‪َ ،‬واْكُتِب الَّسَالَم َواَألْمَن ِلِعباِدَك َأْجَمِعيَن‬

‫الَّلُهَّم َرَّبَنا اْحَفْظ َأْوَط اَنَنا َوَأِعَّز ُسْلَط اَنَنا َوَأِّيْدُه ِباْلَحِّق َوَأِّيْد ِبِه اْلَحَّق َيا َرَّب الَعاَلِمْيَنالَّلُهَّم‬
‫َرَّبَنا اْسِقَنا ِمْن َفْيِضَك اْلِمْدَراِر‪َ ،‬واْجَعْلَنا ِمَن الَّذاِكِرْيَن َلَك في الَلْيِل َوالَّنَهاِر‪ ،‬اْلُمْسَتْغِفِرْيَن َلَك‬
‫ِباْلَعِشِّي َواَألْسَحاِر‬
‫الَّلُهَّم َأْنِزْل َعَلْيَنا ِمْن َبَرَكاِت الَّسَماء َوَأْخِرْج َلَنا ِمْن َخْيَراِت اَألْرِض ‪َ ،‬وَباِرْك َلَنا في ِثَماِرَنا‬
‫‪َ.‬وُزُرْوِعَنا وُكِّل َأرَزاِقَنا َيا َذا اْلَجَالِل َواِإلْكَراِم‬

‫َرَّبَنا آِتَنا في الُّدْنَيا َحَسَنًة َوفي اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‪َ.‬رَّبَنا ال ُتِزْغ ُقُلْوَبَنا َبْعَد ِإْذ‬
‫‪َ.‬هَدْيَتَنا‪َ ،‬وَهْب َلَنا ِمْن َلُدْنَك َرْحَمًة‪ِ ،‬إَّنَك َأْنَت الَوَّهاُب‬
‫‪َ.‬رَّبَنا َظَلْمَنا َأْنُفَسَنا َوِإْن َلْم َتْغِفْر َلَنا َوَتْرَحْمَنا َلَنُكْوَنَّن ِمَن الَخاِسِرْيَن‬
‫َأل‬ ‫َأل‬
‫ ِإَّنَك‬،‫ اَألْحَياِء ِمْنُهْم َواَألْمَواِت‬،‫ َواْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت‬،‫الَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت‬
‫َسِمْيٌع َقِرْيٌب ُمِجْيُب الُّدَعاِء‬.

‫ِإَّن اللَه َيْأُمُر ِباْلَعْدِل َواِإلْحَساِن َوِإْيَتاِء ِذي الُقْرَبى َوَيْنَهى َعِن اْلَفْحَشاِء َواْلُمْنَكِر‬: ‫ِعَباَد اللِه‬
‫َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَذَّكُرْوَن‬

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/contoh-khutbah-jumat-singkat-terbaru/

Edisi 23: Materi Khutbah Jumat Tentang Kehidupan:


Istiqomah dalam Keimanan
Materi Khutbah Jum’at Tentang KehidupanIstiqomah dalam Keimanan
Oleh: Zulfah Afifah

Sebagaimana dimaklumi oleh umat Islam, berdasarkan dalil-dalil syar’i dari Alqur’an dan sunnah, bahwa setiap
amal dan ucapan dipandang benar dan dapat diterima, hanya bila berdasarkan aqidah yang benar. Maka jika
aqidah itu tidak benar, dengan sendirinya setiap tindakan maupun ucapan yang bersumber dari aqidah tadi
adalah sah atau batal.

Kitabullah dan sunnah rasul-Nya Al Amin telah memberikan petunjuk, bahwa aqidah yang benar itu meliputi:
iman kepada Alloh, iman kepada kitab-kitab, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
qadar baik dan buruk. Dengan prinsip keimanan itu pula Alloh menurunkan kitab-kitabnya yang mulia dan
mengutus Rasul-Nya. Cabang dari prinsip-prinsip ini diantaranya adalah keimanan pada hal-hal yang ghaib. [1]

Ke enam prinsip keimanan tersebut kemudian dibagi lagi menjadi bercabang-cabang iman diantaranya adalah
kewajiban seorang muslim yaitu untuk mengimani dan percaya dengan sepenuh hati terhadap hak Alloh SWT,
terhadap tempat kembali di hari akhir dan perkara-perkara yang ghaib lainnya. Akibat dari keimanan yang kuat
akan menciptakan akhlak-akhlak yang terpuji. Akhlak terpuji itulah yang seharusnya kita jaga selalu karena
dalam implementasinya peran dari keistiqamahan iman sangatlah penting.

Setidaknya Naskah khutbah jumat tentang kehidupan ini, akan mengurai seputar permasalahan berikut:

1. Apa pengertian iman dan siapa orang – orang yang beriman ?


2. Apa pengertian istiqamah dan fadhilahnya?
3. Bagaimanakah iman di atas tauhid ?
4. Kapan istiqamah di kontekstualisasikan?
5. Bagaimana hubungan (korelasi) iman dan istiqamah?

Iman adalah: dzikir dan iman adalah satu rangkaian yang memungkinkan setiap Muslim menerima siraman
kebahagiaan. Dengan iman, seorang muslim bisa tegar, sabar dan kuat dalam mengarungi kehidupan. Ia bahagia
dalam cobaan hidup yang penuh penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan. Dengan iman di hati, ia bersikap
tawakal. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang beriman itu ialah orang-orang yang apabila disebut
(nama) Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, maka bertambah iman
mereka karenanya. Dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.

Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri yang digambarkan oleh Alquran. Ia tertegun dan terharu tatkala
nama Allah disebut dan bahkan ia terdorong ingin meluapkan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit
seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya tatkala nama Allah disebut.

Ia selalu menjaga hatinya agar tidak lalai akan Allah (dzikrullah). Ia akan selalu berbisik ke dalam lubuk hatinya
tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan di dunia. Karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai
pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum yang beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan
bimbingan Allah swt.[2] Seperti dalam surat al Baqarah: 177:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

Dan dalam surat al Baqarah ayat 285:“ Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.”
(mereka berdoa): “Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.””

Di antara ayat-ayat di atas, hadits-hadist juga banyak yang menegaskan hal yang sama. Di antara jumlah hadits
itu, terdapat sebuah hadits sahih yang masyhur, diriwayatkan oleh iman Muslim dari Amirul Mu’minin Umar bin
khatab ra. Yang menyatakan bahwa malaikat jibril pernah bertanya pada nabi SAW tentang iman, maka jawab
Nabi kepadanya:

‫اااليمان ان تؤمن بالله ومالءكته وكتبه ورسله واليوم االخر وتؤمن بالقدر وشره‬

“Iman itu adalah kamu beriman kepada Alloh, malaikat, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhir serta
beriman kepada qadha baik dan buruk.” (HR. Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah ra).[3]

Orang-orang yang beriman

Dalam surat al mu’minun: 1-7 dijelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang beriman.
Dan orang yang beriman yaitu:

1. Orang yang khusyuk dalam shalatnya.


2. Orang yang menjauhkan diri perbuatan yang sia-sia.
3. Orang yang menjaga nama baiknya dan martabatnya sebagai orang mukmin yang terhormat.

Pada surat al Hajj Alloh berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”

Sebagai inti dari kandungan ayat tersebut adalah mengerjakan shalat dan berbuat kebajikan yang seharusnya
semua orang-orang yang beriman berbuat demikian.Kemudian orang-orang yang beriman juga dituntut supaya
mematuhi putusan pengadilan yang berdasarkan atas hukum Alloh.

Sebagaimana firmannya: “Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami menden gar, dan kami
patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

Dalam ayat-ayat di atas dipertegas lagi bahwa orang-orang yang berbuat kebaikan, yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan orang yang yakin tentang hari akhirat, pasti mendapat rahmat dan petunjuk dari Alloh
dan sebagai buahnya adalah mendapat keuntungan dan kemenangan yang tidak bisa dinilai dengan uang dan
harta betapapun banyaknya.[4]

Menurut aqidah ahlus sunnah, iman kepada Alloh juga mencakup keyakinan bahwa iman itu adalah pernyataan
yang disertai amalan iman dapat bertambah manakala ketaatannya kepada Alloh, dan dapat berkurang bila
seseorang bermaksiyat kepada Alloh. Seorang muslim tidak boleh melakukan “takfir” (mengafirkan) seseorang
muslim lainnya yang berbbuat dosa, selain dosa syirik. [5]
Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda bahwa:

‫ان الله يخرج من النار من كان في قلبه مثقال خردل من ايمانز‬

“ Sesungguhnya Alloh mengeluarkan dari neraka siapa saja yang di hatinya masih terdapat keimanan, walaupun
itu hanya sebesar biji sawi”

Hadits ini memberikan motivasi pada kita untuk selalu istiqamah dalam beriman. Istiqamah di sini diartikan
mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam kondisi apapun. Sehingga iman akan selalu terjaga dan tidak
akan tergoyahkan. Keimanan yang kuat adalah kunci orang-orang yang beriman. Dan telah disebutkan pada
hadits tersebut bahwa orang yang beriman pasti akan masuk masuk surga. Istiqamah dalam beriman dapat
memerangi sifat syirik yang dapat menutup hati dari hidayah-Nya. Di sinilah dapat kita lihat arti pentingnya
istiqamah bagi keimanan.

Istiqamah menurut bahasa berarti: tegak lurus. Adapun makna menurut istilah agama Islam ialah : Berdiri teguh
di atas jalan yang lurus, berpegang pada aqidah Islam dan melaksanakan syari’atnya dengan tekun, tidak
berubah dan tidak berpaling dalam keadaan bagaimanapun.[6]

Muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam kondisi
apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti.
Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Raghib yang menyatakan bahwa seseorang disebut istiqamah bila ia
tetap berada di jalan yang lurus.

Dalam hadits Nabi SAW :

‫ يا رسول الله! قل لى‬: ‫ قلت‬:‫عن ابي عمرو وقيل ابي عمرة سفيان بن عبد الله رضلى الله عنه قال‬
)‫ قل امنت بالله ثم استقيم( رواه مسلم‬:‫ قال‬.‫فلى االسالم قوال ال اسال عنه احدا غيرك‬

“ Dari Abu ‘Amr dan ada pula yang mengatakan dari Abu ‘Amrah yaitu Sufyan bin Abdullah RA, beliau berkata :
Aku telah berkata (memohon petunjuk) : Wahai Rasulullah SAW katakanlah kepadamu suatu perkara tentang
Islam yang aku tidak lagi menanyakannya kepada seseorang selain kepadamu. Maka bersabdalah beliau :
Katakan lah: Aku percaya kepada Alloh, kemudian beristiqamahlah kamu”.

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa esensi dari istiqamah adalah komitmen dengan aqidah keimanan
dengan berbagi tuntutan dan konsekkuensinya sampai akhir hayat. Orang yang mati dalam keadaan seperti ini
disebut juga dengan ” Husnul Khatimah”(HR. Muslim)

Dan dalam hadits lain:

‫ قاربوا وسددوا وعلموا‬:‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬: ‫وعن ابي هريرة رضى لله عنه قال‬
‫ وال انا ان يتغمدنى الله برحمة‬:‫ وال انت يارسول الله؟ قال‬:‫ قالوا‬,‫انه لن ينجو احد منكم بعمله‬
)‫منه و فضل(رواه مسلم‬

“ Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah SAW. Bersabda : “ biasa-biasa lah kamu sekalian di dalam
mendekatkan diri kepada Alloh dan berpegang teguhlah kamu sekalian terhadap apa yang kalian yakini.
Ketahuilah bahwa tak ada seorangpun din antara kamu sekalian yang selamat karena amal perbuatannya”. Para
sahabat bertanya : Tidak juga tuan wahai Rasullalloh?”. Beliau menjawab : Tidak juga saya, kecuali jika Alloh
melimpahkan rahmat dan karuniaNya”. (riwayat Muslim).[7]

Tersebut dalam QS. Al Jin 72 : 15-17 :“Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka
menjadi kayu api bagi neraka jahannam. Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).
‘Untuk kami beri cobaan kepada mereka padanya. dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya,
niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”.
Dalam surat ini dapat disimpulkan bahwa pengertian istiqamah memiliki kata dasar yang sama dengan ‫; ﻘﺎﻡ‬
berdiri tegak lurus dan ‫ ; ﺇﻘﺎﻤﺔ‬tanda dimulainya penegakan salat jamaah. Karena itu istiqamah sering
diartikan dengan teguh hati, taat asas atau konsisten. Istiqamah disini adalah tegak dihadapan Alloh atau tetap
pada jalan yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik yang berkaitannya
dengan ucapan, perbuatan, sikap dan niat. Dengan kata lain, istiqamah adalah menempuh shiratal mustaqim
dengan tidak menyimpang dari ajaran Tuhan.[8]

Dengan demikian istiqamah meliputi keyakinan (akidah) dan ketaatan menjalankan syari’at Islam, yang
digariskan Alloh dalam al Qur’an dan RasulNya dalam hadits. Tidak berubah pendirian karena ancaman dan
godaaan , tidak mundur dan tidak berpaling dari taat dan amal karena hambatan dan tantangan.

Firman Alloh dalam surat fushilat: 6 :Artinya: Katakanlah: “Bahwasanya Aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan
yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya,

Lafadz ‫ فاستقيموا‬pada ayat tadi bahwasanya Alloh telah memerintahkan kepada hambanya untuk
beristiqamah dalam hal kebaikan selalu.

Satu hal yang perlu dipahami pula bahwa istiqamah ini terkait dengan keimanan, dan keimanan itu berkaitan
dengan hati. Diantara sifat yang menonjol dari hati adalah berbolak-balik. Seperti dalam hadits:

‫انما سمي القلب من تقلبه‬

” Dinamakan hati itu ” qalb” karena (sifatnya) yang berbolak- balik”.

Sifat hati yang tidak tetap inilah menyebabkan keadaan seseorang sulit diprediksi apakah ia tetap beriman
(istiqamah) atau ia tidak berhasil mempertahankan keimanannya(tidak istiqamah) sampai menginjak garis lurus.
Secara umum istiqamah menyangkukt 3 hal:

1. Istiqamah dengan lisan


2. Istiqamah dengan hati
3. Istiqamah dengan jiwa

Fadhilah Istiqamah dalam Keimanan

Kenyataan dalam perjuangan hidup menunjukan bahwa orang-orang sukses dalam perjuangannya adalan
mereka yang memiliki istiqamah. Perjuangan yang berhasil menggondol piala kemenangan adalah perjuangan
yang pantang surut dan mundur dalam memperjuangkan cita-citanya. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan
bahwa istiqamah membuahkan kemenangan.

Istiqamah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan. Akan mendapatkan


kabar gembira berupa surga bagi ahli iman dan istiqamah menjelang wafatnya. Dan Kabar gembira tersebut
hanya didapatkan oleh orang-orang yang membersihkan tauhid(keimanannya) dari noda-noda syirik dan tetap
menjaga kemurniaan tauhidnya hingga berjumpa dengan Alloh.

Istiqamah di atas tauhid

Dalam surat fushilat : 30-32; “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah
dijanjikan Allah kepadamu”.

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang
kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
‘Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Maksudnya adalah mereka berkata bahwa Alloh adalah Rabb dan sesembahan kami. Tidak ada sesembahan yang
haq kecuali Dia. Mereka mengatakan hal itu dengan terangan dan didasari dengan keimanan. Selain itu mereka
tetap kokoh tegar dan istiqamah di atas apa yang mereka ucapkan. Mereka tidak mengganti, merubah dan
meninggalkan penghambaan diri kepada Alloh SWT. Mereka melakukan segala perintahNya dan meninggalkan
segala laranganNya. Demikian Syeikh Abu Bakr Al Jazairi menerangkan dalan Asairut tafasir 4/575.

Ada beberapa penafsiran para sahabat dan tabiin taentang makna istiqamah dalam ayat tersebut:

Abu Bakar RA,” mereka tidak mempersekutukan Alloh sedikitpun dan tidak berpaling kepada selain Alloh.
Mereka beristiqamah atas keyakinan bahwa Alloh adalah Rabb mereka”.

Ibnu Abbas RA,” mereka berisiqamah di atas persaksian bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali
Alloh”.

Umar bin Khattab RA,” mereka istiqamah dengan taat kepada Alloh dan tidakn menyimpang sebagaiman a
menyaimpangnya ssesuatu.

Ali RA,” mereka istiqamah denaag menjalankan kewajiban-kewajiban yang Alloh perintahkan. Mujahid dan
Ibrahim An Nakha’i Rahimakumulloh berkata” mereka mengucapkan la ilaha illalloh dengan tidak berbuat syirik
setelahnya hingga berjumpa dengan Alloh”.

Mujahid dan Ibrahim An Nakha’i Rahimakumullah berkata: “ Mereka mengucapkan La ilaha illalloh denagan tidak
berbuat syirik setelahnya hingga berjumpa dengan Alloh.”

Abul Aliah,” mereka berkata (Rabb kami adalah Alloh) kemudian mengikhlaskan agama dan amalanya untuk
Alloh.

Qatadah berkata,” mereka beristiqamah di atas ketaatan Alloh.” [9]

Demikianlah beberapa penafsiran yangb disebutkan oleh sebagian ahl tafsir antara lain Imam Al Qurthubi Imam
As Syaukhani dan Imam Ibnu Rajab alm Hanbali yang dinukil dalam kitab jami’ul ulum wal Hikam.

Kapan dan Bagaimana Istiqamah Dikontekstualisasikan ?

Istiqamah setiap saat, masa dan keadaan, istiqamah akan sangat diperlukan ketika terjadi perubahan seperti
yang kita hadapi bersama dalam keseharian; pemilu, promosi jabatan, tempat kerjaan dan lain –lain. Karena pada
saat perubahan biasanya banyak godaan istiqamah kemudian bisa diartikan denagn tidak kompromi dengan hal-
hal yamg yang negatif, seperti suap, menerima sumbangan dari di korupsi dan lain-lain perlukan.

Yang perlu dicatat bahwa istiqamah tidak identik dengan stagnasi dan statis, melainkan lebih dekat kestabilitas
yang dinamis. Orang yang istiqamah ibarat mobil yang stabil dalam perjalanan dan perubahan yan cepat. Ia akan
tetap tenang, konsisten, tidak goyah apalagi takut oleh lajunya perubahan dan keadaan. Melihat pentingnya
istiqamah tadi maka kita sebagai seorang muslim yang beriman harus beriman dengan mengistiqamahkannya.

Sayyid Qutub menulis bahwa paling tidak ada tiga hal pokok yang dikandung oleh surat Jin: 16-17 tadi. Yaitu:

Pertama; adanya hubungan yang sangat erat antara kontistensin suatu umnan agama untuk melaksanakan
tuntuntan agama dengan kesejahteraan lahir dan batin serta faktor-faktor penyebabnya.

Kedua; kesejahteraan merupakan ujian Alloh kepada hamba-hambaNya. Bersabar dalam menghadapi
kenikmatan kesejahteraan lebih sulit darraipada kesabaran dalam kesempitan. Karena kesejahteraan sering
memnjadikan orang lupa daaratan dan kesesmpitanmengundan orang untauk mengingat Tuhannya.
Ketiga; berpaling dari peringa Alloh dapat mengantar kepada ujian Tuhan berupa limpahan rizki yang
menggundang jatuhnya sikas. Dengan kata lain, peningkata kesejahteraan atau rizki yang dibarengi dengan
pengabdian nilai-nilai Ilahi akan mengakibatakan peningkatan siksa. Dalam perspekotif ini, kita bisa mengulas
mengapa negara-negara yang mayoritas Muslim dan alamnya makmur, tapi miskin dan tertinggal, seperti kita
Indonesia ini.

Korelasi Iman dengan Istiqamah

Istiqamah telah menjadi sunatullah bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti tidak terlepas dari
cobaan dan rintangan hidup karena memang hidup ini sendiri, baik sukses, beruntung atau tidak adalah cobaan.
Namun dalam menghadapi ini ada yang merasakannya denagna ringan dan tidak tergoda, tetap ada juga yang
merasakannya berat dan terdorong untuk melanggar. Pada saat seperti itulah seseorang diiuji keimanannya.

Salah satu cara untuk mempaertaahankannya adalah dengan istiqamah. Bahkan setiap muslim dituntut untuk
istiqamah yang sebenar-benarnya dan sesempurna-sempurnanya istiqamah. Istiqamah yang benar dan
sempurna yaitu benar dan lurus, konsisten dengan teguh hati dalam setiap ucapan, perbuatan dan tujuan.

Untuk beristiqamah tentunya tidaklah mudah bahkan sangatlah sulit. Namun untuk memperoleh hikmahnya
secara optimal dan pahala yang besar, istiqamah adalah jalannya. Dalam sebuah ujaran arab ” istiqamah itu lebih
baik dan utama dari seribu karamah”. Untuk itulah, maka diperlukan kesungguhan lahir (ijtihad dan jihad) dan
batin (mujahadah) dengan tetap waspada terhadap berbagai macam dan bentuk rayuan dan godaan. Setiap
muslim dituntut melakukan istiqamah ini.

Baca Juga:

1. Edisi 25 Khutbah Jumat tentang Fungsi dan Peran Utama Kehidupan Manusia di Dunia
2. Contoh Teks Khutbah Nikah Terbaru Memahami Perbedaan dan Persamaan Suami Istri
3. Download 65+ Kumpulan Contoh Khutbat Jumat Singkat Terbaru 2017

Sumber Rujukan

Al-Qur’an dan TerjemahnyaAziz, Syaikh Abdul bin Abdullah bin Baaz. tt. Aqidah shahihah Versus Aqidah
Bathilah.Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Hasan, Ali. Orang-orang yang untung dan rugi. 1996. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ya’qub, Hamzah. Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min ;Tashawuf dan Taqarrub. 1992. Jakarta: Pustaka
Atista.
Abdul Ghafur, Waryono. 2005. Tafsir Sosial ; Mendialogkan Teks dengan Konteks. Yogyakarta: eLSAQ Press
Http://209.85.175.104/search?
q=cache:gpsluip4I1kJ:www.geocities.com/dmgto/tafsir2011/tauhid.htm+iman+dan+istiqamah&hl=en&cd+76.
Http://www.dzikrullah.com/bpm_34_iman_030304.htm
Ghozali terj. Abu Laila dan M. Tohir. 1995. Akhlak Seorang Muslim. Bandung: PT. Ma’arif

Catatan Kaki

[1] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Aqidah shahihah Versus Aqidah Bathilah, (Yogyakarta : Universitas
Islam Indonesia, tt), hlm. 2[2] http://www.dzikrullah.com/bpm_34_iman_030304.htm
[3] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Aqidah Shahihah Versus Aqidah Bathilah,( Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia,tt), hlm. 4
[4] M. Ali Hasan, Orang-orang yang untung dan rugi,(Jakarta: 1996) hlm. 2-4
[5] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Aqidah Shahihah Versus Aqidah Bathilah,( Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia,tt), hlm.28
[6] Hamzah Ya’qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min ;Tashawuf dan Taqarrub, (Jakarta: Pustaka
Atista, 1992) hlm. 270.
[7] M. Al Ghozali terj. Abu Laila dan M. Tohir, Akhlak Seorang Muslim.(Bandung: PT. Ma’arif, 1995), hlm. 106
[8] Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial ; Mendialogkan Teks dengan Konteks, ( Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2005) hlm. 22-23[9]http://209.85.175.104/search?
q=cache:gpsluip4I1kJ:www.geocities.com/dmgto/tafsir2011/tauhid.htm+iman+dan+istiqamah&hl=en&cd+76. 13
mei. 2008. 17.00

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/materi-khutbah-jumat-tentang-kehidupan/

Teks Khutbah Jum’at Singkat Terbaru Langkah


Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban
Khutbah Jum’at Singkat Padat Terbaru 2017
Langkah Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban

،‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرْه َوَنُعوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد َأَّن‬.‫َمْن َيْهِدِه اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬
‫ َيا‬.‫ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُهَيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنوا اَّتُقوا اللَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَال َتُمْوُتَّن ِإَّال َوَأنُتْم ُّمْسِلُمْوَن‬
‫َأُّيَها الَّناُس اَّتُقْوا َرَّبُكُم اَّلِذْي َخَلَقُكْم ِّمْن َنْفٍس َواِحَدٍة َوَخَلَق ِمْنَها َزْوَجَها َوَبَّث ِمْنُهَما ِرَجاًال َكِثْيًرا‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذْيَن‬.‫َوِنَسآًء َواَّتُقوا اللَه اَّلِذْي َتَسآَءُلْوَن ِبِه َوْاَألْرَحاَم ِإَّن اللَه َكاَن َعَلْيُكْم َرِقْيًبا‬
‫ ُيْصِلْح َلُكْم َأْعَماَلُكْم َوَيْغِفْر َلُكْم ُذُنْوَبُكْم َوَمْن ُيِطِع اللَه‬.‫َءاَمُنوا اَّتُقوا اللَه َوُقْوُلْوا َقْوًال َسِدْيًدا‬
‫ َوَخْيَر اْلَهْدِي َهْدُي ُمَحَّمٍد َصَّلى‬،‫َوَرُسْوَلُه َفَقْد َفاَز َفْوًزا َعِظْيًماَأَّما َبْعُد؛ َفِإَّن َأْصَدَق اْلَحِديِث ِكَتاُب اللَه‬
‫الله َعَلْيِه َوَسَّلَم َوَّشَر اُألُموِر ُمْحَدَثاُتَها َوُكَّل ُمْحَدَثٍة ِبْدَعٌة َوُكَّل ِبْدَعٍة َضَالَلٌة َوُكَّل َضَالَلٍة ِفي الَّناِرَالَّلُهَّم‬
‫َصِّل َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِبِإْحَساٍن ِإَلى َيْوِم الِّدْيِن‬
1. Membangun masjid sebagai sumber peradaban

Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid. Kata
masjid dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 28 kali. Dari segi bahasa, kata masjid terambil dari akar kata sajada-
yasjudu-sujuudan (patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat serta ta’dhim).

Adapun ismul makaan (nama tempat) adalah masjid (tempat bersujud), yakni bangunan yang dikhususkan untuk
melaksanakan shalat. Karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakekat masjid adalah
tempat melakukan segala aktivitas yang mencerminkan kepatuhan, tunduk, taat semata kepada Allah SWT.

Masjid adalah institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke kota Madinah, yakni
masjid Quba’, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama
tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah [9]: 108), yang
jelas bahwa keduanya–Masjid Quba dan masjid Nabawi– dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid
seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu.

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut
masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan
tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan
kaum munafik itu sebagai berikut, (QS Al-Tawbah [9]: 107).

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak
dahulu[660].

Yang dimaksudkan dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah seorang
pendeta Nasrani bernama Abu ‘Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk
bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum
muslimin.

Akan tetapi kedatangan Abu ‘Amir ini tidak Jadi karena ia mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik
itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari
perang Tabuk.

Sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWTRasulullah SAW tidak menjadikan masjid hanya tempat
shalat semata, namun dijadikan juga sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat pembinaan
dan penyebaran dakwah Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, sebagai tempat untuk
mendamaikan orang yang sedang bertikai, sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi,
sosial dan budaya, demikian pula digunakan untuk menerima duta-duta asing, sebagai tempat pertemuan
pemimpin-pemimpin Islam, sebagai tempat bersidang, tempat mengurus baitul maal, menyusun taktik dan
strategi perang, serta mengurus prajurit yang terluka.

Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar langsung dan memberi
berkhutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan
melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari.

Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah SAW membangun masjid
terlebih dahulu dan dari masjidlah kemudian memancar cahaya Islam, menyebar ke seluruh cakrawala dunia.

Masjid menjadi symbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama,
fungsi masjid masih kokoh dan original sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan
mensejahterakan umat manusia.

Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan progressif. Masjid
adalah rumah Allah yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun masjid harus
diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah semata, sehingga masjid yang dibangun mampu
memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan
lingkungannya.

Pada masa keemasan Islam, universitas berada di dalam masjid, seperti masjid Al Azhar, Kairo, Mesir, dari masjid
inilah melahirkan universitas terkemuka di dunia, yakni Universitas Al Azhar yang hingga kini dikenal dunia.
Masjid Al-Azhar juga dikenal luas oleh kaum muslimin di Indonesia.

Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun
merupakan program nyata yang secara kontineu dilaksanakan di masjid. Kalau dulu universitas ada di dalam
masjid, sekarang masjid ada di dalam universitas.

Bagaimana dengan kondisi masjid sekarang? Dilihat dari sisi pertumbuhan masjid di Indonesia, sungguh sangat
menggembirakan. Dari tahun ke tahun, jumlah masjid kian bertambah. Tetapi kita harus jujur, harus kita akui,
bahwa fungsinya belum maksimal dan optimal.

Pemberdayaan masjid selama ini, kurang begitu diperhatikan. Padahal masjid mempunyai peran strategis dalam
membangun kesejahteraan umat. Masjid selama ini hanya berperan sebatas tempat ibadah shalat ritual semata.
Padahal jika masjid itu berdaya, maka masyarakatnya pun akan sejahtera.

1. Membangun Solidaritas Internal (mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar)

Kaum muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah tidak disebut sebagai pengungsi. Dan kaum muslimin yang
menerima muslimin makkah tidak disebut sebagai penampung pengungsi. Rasulullah memuliakan keduanya
dnegan menyebut Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dan Anshar (para penolong).

Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dideklarasikan Rasulullah SAWmemiliki
konsekuensi lebih khusus bila dibandingkan dengan persaudaraan yang bersifat umum. Sebagaimana diketahui,
saat kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh harta. Sebagian besar harta mereka
ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di Madinah. Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat
yang baru. Terlebih lagi, kondisi Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang gersang.

Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk Madinah yang bertani. Tak pelak,
perbedaan kebiasaan ini menimbulkan permasalahan baru bagi kaum Muhajirin, baik menyangkut ekonomi,
sosial kemasyarakatan, dan juga kesehatan. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sementara itu,
pada saat yang sama mencari penghidupan, padahal kaum Muhajirin tidak memiliki modal. Demikian problem
yang dihadapi kaum Muhajirin di daerah baru.

Melihat kondisi kaum Muhajirin, dengan landasan kekuatan persaudaraan, maka kaum Anshar tak membiarkan
saudaranya dalam kesusahan. Kaum Anshar dengan pengorbanannya secara total dan sepenuh hati membantu
mengentaskan kesusahan yang dihadapi kaum Muhajirin. Pengorbanan kaum Anshar yang mengagumkan ini
diabadikan di dalam Al-Qur’an, surat Al-Hasyr/59 ayat 9.

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin) ; dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”

Rasulullah SAW kemudian mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Peristiwa ini,
sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat terjadi pada tahun pertama hijriyah: Sebagian ulama
mengatakan tempat deklarasi persudaraan ini di rumah Anas bin Malik dan sebagian yang lain mengatakan di
masjid.

Rasulullah mempersaudarakan mereka dua-dua, satu dari Anshar dan satu dari Muhajirin. Ibnu Sa’ad dengan
sanad dari syaikhnya, Al-Waqidi menyebutkan, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau
mempersaudarakan antara sebagian kaum Muhajirin dengan sebagian lainnya, dan mempersaudarakan antara
kaum Anshar dengan kaum Muhajirin.

Rasulullah mempersaudarakan mereka dalam al-haq agar saling menolong dan saling mewarisi setelah
(saudaranya) wafat. Saat deklarasi itu, jumlah mereka 90 orang, terdiri dari 45 kaum Anshar dan 45 kaum
Muhajirin. Ada juga yang mengatakan 100, masing-masing 50 orang.

Imam Bukhari meriwayatkan dari lbnu ‘Abbas, ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah, kaum Muhajirin bisa
mewarisi kaum Anshar karena persaudaraan yang telah dilakukan oleh Rasulullah, sedangkan dzawil-arham
(kerabat yang bukan ahli waris) tidak.

Di antara contoh praktis buah dari persaudaraan yang dilakukan Rasulullah yaitu kisah ‘Abdurrahman bin `Auf
r.a. dengan Sa’ad bin Rabi. Sa’ad r.a. berkata kepada `Abdurrahman : “Aku adalah kaum Anshar yang paling
banyak harta. Aku akan membagi hartaku setengah untukmu. Aku mempunyai dua istri, pilihlah di antara istriku
yang kau inginkan, (dan) aku akan menceraikannya untukmu. Jika selesai masa `iddahnya, engkau bisa
menikahinya.” Mendengar pernyataan saudaranya itu, ‘Abdurrahman ra menjawab: ” Semoga Allah
memberkahimu, keluargamu, dan hartmu. Aku tidak membutuhkan hal itu. Adakah pasar (di sekitar sini) tempat
berjual beli?” Lalu Sa’ad r.a. menunjukkan pasar Qainuqa’. Mulai saat itu, ‘Abdurrahman sering pergi ke pasar
untuk berniaga, sampai akhirnya ia berkecukupan dan tidak memerlukan lagi bantuan dari saudaranya.

Sikap Abdurrahman bin ‘Auf r.a. terhadap tawaran saudaranya, yaitu Sa’ad bin Rabi’ merupakan iffah atau
menjaga harga diri dengan tidak meminta-minta. Tampak kesiapan mental kaum Muhajirin untuk melakukan
pekerjaan yang sanggup mereka lakukan.

Persaudaraan tesebut benar-benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan kesunggunhan.Orang-orang


Anshar sangat besar perhatiannya terhadap saudara-sardaranya dari kalangan Muhajirin.
Mereka sangat mengasihi saudaranya, mengorbankan hartanya, bahkan lebih mementingkan saudaranya
walaupun mereka sendiri kesusahan (itsar). Sementara kaum Muhajirin menerima dengan sewajarnya, tidak
menjadikannya sebagai kesempatan yang berlebih-lebihan.

Tindakan mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi problem kesenjangan social antara kaum
Muhajirin dan Anshar. Ukhuwah islamiyah di zaman modern ini penting menjadi perhatian bersama. Jangan
sampai gara2 materi kita bermusuhan dengan orang lain, apalagi kalo masalah pilkada, pilkades yang sering kali
memperkeruh persaudaraan di masyarakat kita saat ini.

1. Membangun Solidaritas Eksternal (ukhuwah Insaniyah/ Piagam Madinah)

Piagam Madinah (Bahasa Arab: ‫صحیفة المدینه‬, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi
Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian
formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama
Madinah) di tahun 622.

Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit
antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga
membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.

Sebagaimana sudah diketahui, Islam tidak dapat dipisahkan dari politik. Batas antara ajaran Islam dengan
persoalan politik sangat tipis. Sebab ajaran Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
persoalan politik dan masalah ketatanegaraan. Peristiwa hijrah Nabi ke Yatsrib merupakan permulaan
berdirinya pranata sosial politik dalam sejarah perkembangan Islam.

Kedudukan Nabi di Yatsrib bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga kepala negara dan pemimpin
pemerintahan. Kota Yatsrib dihuni oleh masyarakat yang multi etnis dengan keyakinan agama yang beragam.
Peta sosiologis masyarakat Madinah itu secara garis besarnya terdiri atas :

1. Orang-orang muhajirin, kaum muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah.


2. Kaum Anshar, yaitu orang-orang Islam pribumi Madinah.
3. Orang-orang Yahudi yang secara garis besarnya terdiri atas beberapa kelompok suku seperti : Bani Qainuna, Bani
Nadhir, dan Bani Quraizhah.
4. Pemeluk “tradisi nenek moyang”, yaitu penganut paganisme atau penyembah berhala.

Pluralitas masyarakat Madinah tersebut tidak luput dari pengamatan Nabi. Beliau menyadari, tanpa adanya
acuan bersama yang mengatur pola hidup masyarakat yang majemuk itu, konflik-konflik di antara berbagai
golongan itu akan menjadi konflik terbuka dan pada suatu saat akan mengancam persatuan dan kesatuan kota
Madinah.

Hijrah Nabi ke Yatsrib disebabkan adanya permintaan para sesepuh Yatsrib dengan tujuan supaya Nabi dapat
menyatukan masyarakat yang berselisih dan menjadi pemimpin yang diterima oleh semua golongan. Piagam ini
disusun pada saat Beliau menjadi pemimpin pemerintahan di kota Madinah.

Sebagai seorang pemimpin, maka beliau merasa punya tanggung jawab besar terhadap diri dan pengikutnya.
Beliau tidak saja harus giat menyiarkan agama Islam, tetapi juga sebagai seorang pemimpin tidak boleh
membiarkan musuh-musuh dari dalam dan dari luar mengganggu kehidupan masyarakat muslim. Pada tahap ini
beliau menghadapi tiga kesulitan utama :

1. Bahaya dari kalangan Quraisy dan kaum Musyrik lainnya di Jazirah Arab.
2. Kaum Yahudi yang tinggal di dalam dan di luar kota dan memiliki kekayaan dan sumberdaya yang amat besar.
3. Perbedaan di antara sesama pendukungnya sendiri karena perbedaan lingkungan hidup mereka.

Dan karena perbedaan lingkungan hidup, maka kaum muslimin Anshar dan Muhajirin mempunyai latar belakang
kultur dan pemikiran yang sangat berbeda. Hal ini masih ditambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah
terjadi selama 120 tahun lebih antara dua suku Anshar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Sangat sulit bagi Nabi
mengambil jalan tengah untuk mempersatukan mereka dalam kehidupan religius dan politik secara damai.

Adapun Piagam Madinah itu mempunyai arti tersendiri bagi semua penduduk Madinah darimasing-masing
golongan yang berbeda. Bagi Nabi Muhammad, maka Ia diakui sebagai pemimpin yang mempunyai kekuasaan
politis.

Bila terjadi sengketa di antara penduduk Madinah maka keputusannya harus dikembalikan kepada keputusan
Allah dan kebijaksanaan Rasul-Nya. Pasal ini menetapkan wewenang pada Nabi untuk menengahi dan
memutuskan segala perbedaan pendapat dan permusuhan yang timbul di antara mereka.

Hal ini sesungguhnya telah lama diharapkan penduduk Madinah, khususnya golongan Arab, sehingga
kedatangan Nabi dapat mereka terima. Harapan ini tercermin di dalam Baitul Aqabah I dan II yang mengakui
Muhammad sebagai pemimpin mereka dan mengharapkan peranannya di dalam mempersatukan Madinah.

Sedangkan bagi umat Islam, khususnya kaum Muhajirin, Piagam Madinah semakin memantapkan kedudukan
mereka. Bersatunya penduduk Madinah di dalam suatu kesatuan politik membuat keamanan mereka lebih
terjamin dari gangguan kaum kafir Quraisy.

Suasana yang lebih aman membuat mereka lebih berkonsentrasi untuk mendakwahkan Islam. Terbukti Islam
berkembang subur di Madinah ini. Bagi penduduk Madinah pada umumnya, dengan adanya kesepakatan piagam
Madinah, menciptakan suasana baru yang menghilangkan atau memperkecil pertentangan antar suku.

Kebebasan beragama juga telah mendapatkan jaminan bagi semua golongan. Yang lebih ditekankan adalah
kerjasama dan persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam kehidupan sosial politik di dalam
mewujudkan pertahanan dan perdamaian.

Piagam Madinah ternyata mampu mengubah eksistensi orang-orang mukmin dan yang lainnya dari sekedar
kumpulan manusia menjadi masyarakat politik, yaitu suatu masyarakat yang memiliki kedaulatan dan otoritas
politik dalam wilayah Madinah sebagai tempat mereka hidup bersama, bekerjasama dalam kebaikan atas dasar
kesadaran sosial mereka, yang bebas dari pengaruh dan penguasaan masyarakat lain dan mampu mewujudkan
kehendak mereka sendiri.

Contoh Teks Khutbah Jumat Kedua

،‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعْيُنُه َوَنْسَتْغِفُرْه َوَنُعوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأْنُفِسَنا َوِمْن َسِّيَئاِت َأْعَماِلَنا‬
‫ َوَأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اللُه َوْحَدُه َال َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد َأَّن‬.‫َمْن َيْهِدِه اللُه َفَال ُمِضَّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬
‫ َأَّما َبْعُد؛ِإَّن اللَه َوَمَالِئَكَتُه‬.‫ َوالَّصَالُة َوالَّسَالُم َعَلى ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه‬.‫ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‬
‫ َالَّلُهَّم َصِّل َعَلى سيدنا ُمَحَّمٍد‬.‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َصُّلْوا َعَلْيِه َوَسِّلُمْوا َتْسِلْيًما‬، ‫ُيَصُّلْوَن َعَلى الَّنِبِّي‬
‫ َوَباِرْك َعَلى سيدنا‬،‫َوَعَلى آِل سيدنا ُمَحَّمٍد َكَما َصَّلْيَت َعَلى سيدنا ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل سيدنا ِإْبَراِهْيَم‬
‫ في‬،‫ُمَحَّمٍد َوَعَلى آِل سيدنا ُمَحَّمٍد َكَما َباَرْكَت َعَلى سيدنا ِإْبَراِهْيَم َوَعَلى آِل سيدنا ِإْبَراِهْيَم‬
‫العالمين ِإَّنَك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬

‫ َالَّلُهَّم ِإَّنا‬.‫َالَّلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن َواْلُمْسِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ْاَألْحَياِء ِمْنُهْم َوْاَألْمَواِت‬
‫ َالَّلُهَم َأْصِلْح َأْحَواَل اْلُمْسِلِمْيَن َوَأْرِخْص َأْسَعاَرُهْم‬.‫َنْسَأُلَك ِمَن اْلَخْيِر ُكِّلِه َما َعِلْمَنا ِمْنُه َوَما َلْم َنْعَلْم‬
‫ َالَّلُهَّم َال َتَدْع َلَنا َذْنًبا ِإَّال َغَفْرَتُه َوَال َهًّما ِإَّال َفَّرْجَتُه َوَال َدْيًنا ِإَّال َقَضْيَتُه َوَال‬.‫َوآِمْنُهْم ِفْي َأْوَط اِنِهْم‬
‫َحاَجًة ِمْن َحَواِئِج الُّدْنَيا َوْاآلِخَرِة ِإَّال َقَضْيَتَها َيا َأْرَحَم الَّراِحِمْيَن‬
‫َرَّبَنا اْغِفْر َلَنا َوِإلْخَواِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْوَنا ِبْاِإلْيَماِن َوَال َتْجَعْل ِفْي ُقُلْوِبَنا ِغًّال ِّلَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َرَّبَنا‬
‫ ِإَّن‬،‫ ِعَباَد اللِه‬.‫ َرَّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َحَسَنًة َوِفي اآلِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّناِر‬.‫ِإَّنَك َرُءْوٌف َّرِحْيٌم‬
‫اللَه َيْأُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َوْاِإلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُقْرَبى َوَيْنَهى َعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَكِر َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم‬
‫ َفاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َواْسَأُلْوُه ِمْن َفْضِلِه ُيْعِطُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأْكَبُر‬.‫َلَعَّلُكْم َتَذَّكُرْوَن‬
Masjid Al-Ikhlas Kanwil Kemenag Sulsel adalah tempat disampaikanya Materi Khutbah Jum’at Singkat Langkah
Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban.

Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/teks-khutbah-jumat-singkat-terbaru/

Anda mungkin juga menyukai