Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Tafsir Tahlili Juz 13-18

Dosen Pegampu
Abdul Khaliq, MA.

Oleh:
Muhammad Akbar
Syarif Hidayatullah

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ Jakarta
2022
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengertian Madzhab
Tafsir dan Urgensi Mempelajarinya.
Adapun tujuan dari penulisan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas
Abdul Khaliq pada matakuliah Tafsir Tahlili Juz 13-18. Selain itu, makalah ini juga
bertujuann agarmanusia dapat Pengertian Madzhab Tafsir dan Urgensi Mempelajarinya
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Abdul Khaliq selaku
dosen Tafsir Tahlili Juz 13-18 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... I


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... II
BAB 1 ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang. ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah. .................................................................................................. 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB 2 ................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
A. Bunyi QS>. Al-Ra’ad ayat 31-34. .............................................................................. 2
B. Kajian Mufrodat. ...................................................................................................... 2
C. Sebab Nuzul. ............................................................................................................ 3
D. TAFSIR QS. Al-Ra’ad Ayat 31-34. .............................................................................. 4
E. Kontekstualisasi QS.Al-Ra’ad ayat 31-34. ................................................................ 8
BAB 3 ................................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan. ............................................................................................................. 9
B. Kritik dan Saran. ...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Surat ar-ra'du terdiri dari 43 ayat. Menurut Ibnu Abbas, Hasan, dan Ikrimah surat
ini termasuk ke dalam golongan makiyyah, sedangkan menurut Zubeir dan Muqatil surat
ini termasuk ke dalam golongan madaniyah.Surat ar-ra'du artinya yaitu "guruh atau
guntur".
Bagian terpenting dalam surat ini adalah bimbingan Allah terhadap makhluq-Nya
serta bertalian erat dengan hukum sebab dan akibat. Dan Allah tidak melakukan pilih
kasih dalam menerapkan hukuman. Balasan atau hukuman adalah akibat dari kesalahan
atau keingkaran semua manusia terhadap hukum Allah.
Dalam surat ar-ra'du di cantumkan beberapa pokok yang harus kita ketahui ,
diantaranya keimanan, Hukum Allah, kisah perjalanan dakwah para Rasul, dan lain lain.
Hubungan surat ar-ra'du dengan surat yusuf
1. Secara umum, mengemukakan tanda-tanda keesaan Allah yang ada di bumi
maupun di langit.
2. Kedua surat tersebut memuat perjalanan dakwah para nabi dan rasul beserta
umatnya. Kaum yang menentang kebenaran mengalami kehancuran, sedangkan
kaum yang mengikuti kebenaran mendapatkan kemenangan.
3. Pada akhir surat yusuf di terangkan bahwa al-Qur'an itu bukanlan perkataan yang
di ada-adakan, melainkan petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman, dan Allah
menegaskan kembali di awal surat ar-ra'du. 1
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana bnyi QS Al-Ra’ad ayat 31-34 beserta artinya?
2. Apa yang melatar belakangi ayat tersebut diturunkan?
3. Bagaimana tafsir dari QS Al-Ra’ad ayat 31-34?
4. Bagaimana kontekstualisasi QS Al-Ra’ad ayat 31-34?
C. Tujuan.
1. Mengetahui bnyi QS Al-Ra’ad ayat 31-34 beserta artinya.
2. Mengetahui melatar belakangi ayat tersebut diturunkan.
3. Mengetahui tafsir dari QS Al-Ra’ad ayat 31-34.
4. Mengetahui kontekstualisasi QS Al-Ra’ad ayat 31-34.

1
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 5 (Jakarta:Widya Cahya 2011), hlm 58..

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Bunyi QS>. Al-Ra’ad ayat 31-34.

َِ ‫ّلِل ْاْلَمر‬ِِ ِِ ِ ِ ‫بال أَو قُ ِطّع‬ ِْ ‫َن قُرآانً سِّيت بِِه‬


ً‫َجيعا‬ ُ ْ َّ ‫ض أ َْو ُكلّ َم به الْ َم ْوتى بَ ْل‬ ُ ‫ت بِه ْاْل َْر‬ ْ َ ْ ُ ‫اْل‬ ْ َّ ُ ْ َّ ‫َولَ ْو أ‬
ِ ُ‫َجيعاً وال يز ُال الَّ ِذين َك َفروا ت‬
‫صيبُ ُه ْم ِِبا‬ ِ ‫اّلِل ََل َدى الن‬ ِ َّ ِ ‫أَفَلَم ي يأ‬
ُ َ َ َ َ ‫َّاس‬ َ َ َُّ ُ‫آمنُوا أَ ْن لَ ْو يَشاء‬ َ ‫ين‬ َ ‫َس الذ‬ َْ ْ
ِ ِ‫اّلِل ال ُُيْل‬ ِ َِّ ‫صنَ ُعوا قا ِر َعةٌ أ َْو ََتُ ُّل قَ ِريباً ِمن دا ِرِهم َح ََّّت ََيِِْت و ْع ُد‬
)31( ‫يعاد‬ َ ‫ف الْم‬ ُ ََّ ‫اّلِل إ َّن‬ ََ ْ ْ َ
ِ ‫ف كا َن ِع‬ ِ ِ ‫ئ بِرس ٍل ِمن قَبلِك فَأَملَي‬ ِ
)32( ‫قاب‬ َ ‫َخ ْذتُ ُه ْم فَ َكْي‬ َ ‫ت للَّذ‬
َ ‫ين َك َف ُروا ُُثَّ أ‬ ُ ْ ْ َ ْ ْ ُ ُ َ ‫استُ ْه ِز‬ ْ ‫َولََقد‬
‫وه ْم أ َْم تُنَ بِّئُونَهُ ِِبا ال يَ ْعلَ ُم‬ ِِ ِ ٍ ‫أَفَمن هو قائِم على ُك ِل نَ ْف‬
ُ ُّ‫ت َو َج َعلُوا َّّلِل ُشَركاءَ قُ ْل ََس‬ ْ َ‫س ِبا َك َسب‬ ّ َ ٌ َُ ْ َ
‫ضلِ ِل‬ ْ ُ‫السبِ ِيل َوَم ْن ي‬
َّ ‫ص ُّدوا َع ِن‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِِف ْاْلَر‬
َ ‫ض أ َْم بظاه ٍر م َن الْ َق ْول بَ ْل ُزيّ َن للَّذ‬
ُ ‫ين َك َف ُروا َم ْك ُرُه ْم َو‬ ْ
ِ‫اّلِل‬
َّ ‫َش ُّ َوما ََلُْم ِم َن‬ ُّ ِ‫ااَياة‬ ٍ
َ ‫ذاب ْاا ِخَرةِ أ‬ ُ ‫الدنْيا َولَ َع‬ ْ ‫ذاب ِِف‬ ِ
ٌ ‫) ََلُْم َع‬33( ‫اّلِلُ فَما لَهُ م ْن هاد‬ َّ
)34( ‫ِم ْن و ٍاا‬
‚ Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-
gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang
yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala
urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu
mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah
memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa
ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat
tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji (31) Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum
kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan
mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu! (32) Maka apakah Tuhan yang menjaga
setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)?
Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: "Sebutkanlah sifat-sifat
mereka itu". Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada
lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik
tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. (33)
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih
keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah. (34) ‚. (QS. Al-
Ra’ad [13]:31-34).
B. Kajian Mufrodat.
2
a. ‫قُ ْرءَ ًاان‬ : Berbagai macam jenis bacaan yang di maksud pada
ayat ini kitab-kitab suci selain kitab suci Al-Qur’an.

b. ُ ِ‫ت بِِه ا ْْل‬


‫بال‬ ْ ‫ُسَِّّي‬ : dengan bacaan itu dapat membuat gunung berjalan
ِ ‫قُ ِطّع‬
c. ُ ‫ت بِه ْاْل َْر‬
‫ض‬ َْ : dengan bacaan itu membuat bumi mnjadi retak.
d. ‫ُكلِّ َم بِِه الْ َم ْوتى‬ : dengan bacaan itu dapat membuaat orang-orang mati
hidup kembaali.

ً‫َجيعا‬ َِ ‫بل َِّّلِلِ ْاْلَمر‬ : hanya Allah ‫ ﷺ‬yang berkuasa atas segala sesuatu.
e.
ُْ َْ
f. ‫َس‬ ِ ‫يَْيأ‬ : ya’lamu (mengetahui) atau Al-ya’s (berputus asa).

‫ين َك َف ُروا‬ ِ َّ
g.
َ ‫الذ‬ : orang-orang kafir penduduk mekah.
h. ٌ‫قا ِر َعة‬ : Bencana,
i. ِ‫اّلِل‬
َّ ‫َو ْع ُد‬ : Janji Allah ‫ ﷺ‬berupa kematian, penaklukan kota
mekkah atau azab yang sangat pedih.

j. ‫ئ‬َ ‫استُ ْه ِز‬


ْ : dicemooh, dicaci atau dicla.
k. ‫ت‬ُ ‫فَأ َْملَْي‬ : maka aku berikan penangguhan.
l. ‫َخ ْذتُ ُه ْم‬
َ ‫ُُثَّ أ‬ : kemudian aku hukum mereka dengan tepat sasaran.
m. ‫س‬ ٍ ‫قائٌِم َعلى ُك ِّل نَ ْف‬ : maha mengawasi bagi setiap jiwa.
n. ‫ت‬ ْ َ‫َك َسب‬ : perbuatan baik maupun perbuataan buruk.
o. ‫السبِ ِيل‬
َّ : Jalan Hidayah.
p. ‫و ٍاا‬ : pelindung .
2

C. Sebab Nuzul.
Sebelum diturunkannya ayat ini, dikisahkan bahwa orang-orang kafir dari
kalangan Quraisy berkata jalan kanlah gungung-gungung itu di hadapan kami dan
perluaslah bumi kami ini, karena kami merasakan kesmpitan tinggal di dalamnya dan
buatlah negri syam itu mendekat kepada kami agar kami dapat berniaga dengan mudah

2
Wahbah Al-Zuhayli, Al-Tafsir Al-Munir, Jilid 10 , (Damaskus: Dar Al-Fikr 1991 M), hlm
182-184.

3
dan keluarkanlah (bangkitkanlah) nenek moyang kami agar kami dapat berbicara dengan
mereka. Maka Allah ‫ ﷺ‬menurunkan ayat ini.3
Pada riwayat lain di sebutkan bahwa kafir Quraiys berkata kpada baginda Nabi
Muhammad ‫ﷻ‬. Wahai Muhammad! Jika engkau memang benar-benar nabi, maka buatlah
gunung itu berjalan dan bersujud sebagaimana sujudnya gunung kepada nabi Daud –
alayhissala>m dan lipatlah bumi ini sebagaimana Nabi Sulaiman ‘alayhissala>m melipat
bumi ini sehingga beiau dengan mudah berpergian dari timur kebaraat dan sebaaliknya
dengan kurung waktu satu bulan dan buatlah nenek-nenek moyang kami berbicara kepada
kami sebagaimana Nabi Isa ’alayhissala>m menghidupkan mayat yang telah mati . maka
kemudian Allah ‫ ﷺ‬menurunnkan QS. Al-Ra’ad ayat 31.4
D. TAFSIR QS. Al-Ra’ad Ayat 31-34.
Pada ayat ini Allah ‫ ﷺ‬sangatlah mensucikan Al-Qur’an, dimana Allah ‫ﷺ‬
menyebutkan bahwa di dalam kitab-kitab terdahulu tidak ada yang dapat menandingi
kemukjizatan yang ada di dalam Al-Qur’an, pada firman Allah ‫ ﷺ‬wa law anna Qura>nan
suyyirat bihi> Al-Jiba>l… bahwa kalimat tersebut menjelaskan sesungguhnya kitab-kitab
yang diturunkan sebelum Al-Qur’an tidak akan mampu untuk membuat gunung berjalan,
bumi terbelah, atau membuat orang mati bisa berbicara walaupun mereka berada di
kuburannya masing-masing, akan tetapi dengan amrulla>hi jami>’an yaitu kekuasaan yang
di miliki Allah ‫ﷺ‬, maka Allah ‫ ﷺ‬akan menjadikan hal itu terjadi, karena kemukjizatan
yang ada di dalam Al-Qur’an. Itulah kitab suci Al-Qur’an, dimana Al-Quran tidak ada
yang mampu untuk di tiru bagi siapapun yang ingin menirunya walaupun mereka
berserikat untuk membuat Al-Qur’an dan menjadikannya tandingan bagi Al-Qur’an. Allah
‫ ﷺ‬berfirman:
ۤ
‫ب ِّّمَّا نََّزلْنَا َع ٰلى َعْب ِد َان فَأْتُ ْوا بِ ُس ْوَرةٍ ِّم ْن ِّمثْلِه ٖ ۖ َو ْاد ُع ْوا ُش َه َداءَ ُك ْم ِّم ْن‬
ٍ ْ‫واِ ْن ُكْن تُم ِِف ري‬
َْ ْ َ
ِِ ِ ِٰ ‫دو ِن‬
ْ ‫اّلِل ا ْن ُكْن تُ ْم ٰصدق‬
ّ ُْ
‚Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar‛. (QS Al-Baqarah [2]:230.5
Ayat ini yaitu QS Al-Ra’ad ayat 31, ayat tersebut menjadi jawaban atas
tantangan yang diberikan Abu Jahal yang dimana dia menantang Nabi Muhammad ‫ﷻ‬
untuk menggeserkan gunung dari kota mekah karena dengan adanya gunung itu mereka
merasa kesempitan untuk hidup di kota mekah tersebut dan merka merasa kekeringan
ketika berada disana, berharap dengan adanya Al-Qur’an dapat dipancarkan di kota
3
Abu Al-Hujjaj Mujahid, Tafsir Mujahid, (Mesir: Da>r Al-Fikr Al-islami> Al-Hadi>ts 1989),
hlm 407.
4
Muhammad bin Jarir Al-Thabari, ‚ Jami’ Al-Bayan ‘An Ta’Wiili Ayat Al-Qur’an, Jilid
16 ( Makah : Dar Al-Tarbiyyah Wa Al-Turats), hlm 449.
5
Abu Al-Fida Ismail, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhimi, Jilid 2 (Arab Saudi : Dar Al-Ihya Al-
Kutub ), hlm 358.
4
tersebut beerbagai macam jenis mata air dan juga sungai-sungai yang mengalir deraas
agar mereka bisa bercocok tanam. Abu Jahal juga beranggapan bahwa Nabi Muhammad ‫ﷻ‬
tidak akan mampu mencapai kesaktian Nabi Daud ‘ayhissala>m yang dapat membuat
gunung sujud kepadanya dan juga Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬di tantang agar disujudkan kepada
mereka angin supaya mereka bisa pulang pergi ke negri syam untuk berjualan di sana,
sebagaimana kemampuan Nabi Sulaiman ‘alayhissala>m. mereka juga meminta kepada
baginda Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬agar nenek moyang mereka dari bani aus dan siapapun dari
kalangan kafir Quraiys yang telah wafat untuk di bangkitkan, supaya mereka bisa
menanyakan terkait alam kubur yang didakwahkan Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬apakah itu
kisahnyata atau dongong semata. Maka terkit peristiwa itu Allah ‫ ﷺ‬menjelaskan kalaulah
hall itu di tunjukkan kepada mereka maka mereka tidak akan beriman sampai kapanpun.6
Setelah itu Allah ‫ ﷺ‬berfirman kepada orang-orang yang beriman, apakah kalian
tidaak mengetahui bahwasanya kalau Allah ‫ ﷺ‬menghendaki maka Allah ‫ ﷺ‬akan
menjadikan semuanya beriman, akan tetapi bukan hal itu yang Allah ‫ ﷺ‬kehendaki,
manusia diberikan kebebasan dari Allah ‫ ﷺ‬untuk memilih jalannya masing-masing7.
Orang-orang beriman juga beranggapan mengapa mereka terus menerus diberikan
kenikmatan di dunia dan mengapa Allah ‫ ﷺ‬tetap memberikan kepada orang-orang kafir
itu kebahagiaan, maka yang harus dipahami dari kalimat an law yasha>u alla>hu
lahadanna>sa jami>’an yaitu ketahuilah Allah ‫ ﷺ‬memberikan hidayah kepada siapa saja
yang dia kehendaki dan memberikan apapun kepada hambanya sesuai dengan
kehendaknya ‫ﷺ‬.8
Orang-orang kafir akan selalu ditimpa musibah atas kekafiran yang merekaa
lakukan, mendustakan Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬dan berbuat zhalim kepada beliau ‫ﷻ‬, sehingga
beliau ‫ ﷻ‬terusir dari tempat tinggal beliau, maka atas perbuatan mereka itu mereka pantas
untuk mendapatkan qari>’ah yaitu kehinaan, kerendahan dan azab yang sangat pedih yang
Allah ‫ ﷺ‬langsung turunkan kepada mereka yang kafir di dekat tempat tinggal mereka atau
jauh dari tempat tinggal mereka, atas perbuatannya itu maka Allah ‫ ﷺ‬akan menepati
janjinya berupa balasan bagi orang-orang kafir tersebut. pendapat yang lain mengatakan
mereka akan ditimpa kekahalan atas peperangan yang mereka lakukan terhadap Nabi
Muhammad ‫ ﷻ‬dan umat islam lainnya, maka mereka akan di mengalami kekalahan atas
peperangan itu, bahkan Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬akan mengalahkan dan menghancurkan
mereka tidaak jauh dari tempat merekaa tinggal mereka, janji Allah ‫ ﷺ‬yang telah
diberikan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬pasti akan di tepati karenaa sesungghnya Allah
tidak pernah mengingkari janjinya.9

6
Abu Muhammad Al-Husain, Ma’a>lim Al-Tanzi>l Fi> tafsi>ri Al-Qur’a>n, Jilid 4, (Daar Al-
Thabi<’ah Li Al-Nasha>r), hlm 319.
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 6 (Jakarta: Lentera Hati 2002), hlm 279.
8
Muhammad Sayyid Thanthawi>, AlTafsi>r Al-Wasi>th Li Al-Qur’a>n Al-Kari>m, Jilid 7,
(Qahirah: Da>r Li Al-Thaba’ah Wa Al-Nashar Wa Al-Tauzi>’), hlm 482.
9
Abu Hasan ‘Ali, Tafsi>r Al-Mawardi>, Jilid 3, (Beerut: Da>r Al-Kutub Al-‘Alamiyyah), hlm
113.
5
Ketika orang-orang kafir meminta kepada Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬untuk di turunkan
berbagai macam kemukjizatan terutama yang telah disebutkan pada ayat 31 bahwa
mereka meminta kepada baginda Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬agar membuat gunung beralan,
membelah bumi dan menghidupkan orang yang telaah mati, jika hal itu tidak di turuti
atau jika diberikan apa yang diminta tapi tidak membuat orang-orang kafir itu merasa
puas, maka orang-orang kafir tersebut akan mencemooh Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬dan
menghinanya dengan hinaan yang sangat tidak pantas apabila hinaan tersebut dinisbatkan
kepada Nabi Muhammad ‫ﷻ‬, maka dengan perbuatan oraang-orang kafir itu sangatlah
membuat Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬merasa sedih sehingga hatinya ‫ ﷻ‬terasa seperti terjepit
menahan rasa sedih karena ucapan yang dilontarkan kepada beliau ‫ﷻ‬, dengann turunnya
QS. Al-Ra’ad ayat 32 ini akan menjadi penenang bagi beliau ‫ ﷻ‬bahwa sesungguhnya yang
mendapat perlakukan tersebut bukan hanya Nabi Muhammad ‫ﷻ‬, tapi hal itu juga di alami
oleh Nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu yang telaah diutus sebelum diutusnya Nabi
Muhammad ‫ﷻ‬.10
Kemudian Allah ‫ ﷺ‬memberikan beberapa waktu agar mereka mau bertaaubat dan
kembali ke jalan yang benar, maka ketika mereka tidak mau untuk menempuh jalan yaang
benar, Allah ‫ ﷺ‬akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mreka,11 kata amlaytu
disini bukan berarti Allah ‫ ﷺ‬menghilangkan hukuman yang diberikan kepada merekaa,
tetapi Allah manggunhkan hukuman mereka sampai waktu yang di tetapkan kepada
mereka pun tiba, yaitu Allah ‫ ﷺ‬akan menghukum merekaa dengan hukuman yang berat.12
Allah ‫ ﷺ‬berfirman pada ayat selanjutnya yaitu ‚ afaman huwa qa>imun ‘ala kulli
nafsin bima> kasabat bahwa kata al-qa>im pada ayat tersebut bukan berarti berdiri dalam
makna yang sebenarnya dalam arti yang lain lawan kata al-qu’u>d yaitu duduk, akan tetapi
makna qa>imun pada ayat ini di takwilkan sebagai sang penguasa yang menguasai segala
urusan hidup manusia baik manusia yang baik dan yang buruk, di mana Allah ‫ﷺ‬
memberikan kepada setiap manusia takdirnya masing-masing13 hanya Allah ‫ ﷺ‬yang
menjaga, merawat dan memberikan rizqi bagi setiap makhluqnya. Sesungguhnya ayat ini
menjelaskan kepada orang-orang yang menyembah berhala, sesungguhnya apa yang
mereka sembah itu tidak qa>imun yang memiliki makna menjaga, mengatur, mengawasi
dan makna lainnya, para as{na>m itu tidak mampu untuk berbicara mendengar dan
melakukan apa yang di lakukan Allah ‫ﷺ‬14. Lalu mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi

10
Abu Abdillah Muhammad bin Umar, Mafa>tih Al-Ghaib, Jilid 19, (Berut: Da>r Ihya> Al-
Tura>ts Al-‘Arabi>), hlm 44.
11
Muhammad ‘Ali Al-Shabuni, Mukhtashar Tafsi>r Ibn Katsi>r, Jilid 2 (Berut: Da>r Al-
Qur’a>n Al-Kari>m), hlm 283.
12
Muhammad Mutawalli> Sya’rawi>, Tafsi>r Al-Sya’Rawi>, Jilid 12 (Mesir: Matha>bi’
Akhba>rul Yawmi), 7354.
13
Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, Al-Ja>mi’ Li Ahka>mi Al-Qur’an, Jilid 9,
(Qahirah:Da>r Alkutub Al-Mishriyyah), hlm 322.
14
Abu Al-Fida Ismail, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhimi, Jilid 4, hlm 463.
6
Allah ‫ ﷺ‬dimana mereka menjadikan patung, berhala, roti menjadi tandingan bagi Allah ‫ﷺ‬
yang dimana sekutu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa15.
Allah ‫ ﷺ‬berfirman kepada Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬: ‚ wahai utusanku katakanlah
kepada mereka, sebutkanlah sifat-sifat mereka! ‚. Hal ini menjadi pertanda bahwa tuhan-
tuhan yang merek jadikan tandingan bagi Allah ‫ ﷺ‬tidak berhaq untuk dismbah dan
beribadah kepada mereka.16Ataukah ketika mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah
‫ ﷺ‬berhala-berhala tersebut dapat memberitahukan kepada Allah ‫ ﷺ‬apa yang Allah ‫ ﷺ‬tidak
tahu.17 Maka dari itu apakah pantas pantas yaitu orang-orang kafir menjadikan berhala itu
tandingan bagi Allah ‫ ﷺ‬bahwa sesngguhnya tidak ada satu makhluq di muka bumi ini
yang dapat menandinginya dan dialah ‫ ﷺ‬yang maha mengetahui atas segala sesuatu18,
ketika orang-orang kafir itu berucap bahwa berhala-berhala itu adalah yang mahaa tau
memiliki kemampuan atas segala sesuatuu dan lain sebagainya dimana sifat-sifat
ketuhanan dinisbaatkan kepada berhala tersebut maka apa yang mereka ucapkan itu hanya
sekedar perkiraan dari mereka yang tidak ada tuntunannya sama sekali dan semua itu
adalah batil. 19
itulah orang-orang kafir yang senantiasa menghiasi perkataaan dan perbuatan
mereka dengan makar yang merekaa buat sendiri, makar memiliki makna kebohongan,
kedustaan dan tipudaya. Semua itu mereka lakukan agar mereka dapat menghentikan
dakwah Nabi Muhammad ‫ ﷻ‬dan ingin melemahkan cahaya-cahaya islam serta
menghancurkan agama islam sedikit demi sedikit. maka ketahuilah mereka itu telah
disesatkan Allah ‫ ﷺ‬dan bagi siapapun yang disesatkan Allah ‫ ﷺ‬tidak ada seorangpun yang
dapat membuatnya kembali kejalan yang benar. 20
Atas perbuatan mereka itu, sebagaimana telah penlis sebutkan sebelumnya, kelak
mereka akan mendapatkan azab di dunia, dimana azab di dunia itu jauh akan membuatnya
hina seumur hidupnya,21 hal ini telah dijelaskan baginda Nabi Muhammad ‫ﷻ‬, Beliau ‫ﷻ‬
bersabda:

‫اب ْاا ِخَرة‬


22ِ ِ ‫َن َع َذاب الدُّنْيا أ َْهو ُن ِمن َع َذ‬
ْ َ َ َ َّ ‫أ‬
‚Sesungguhna azab di dunia itu jauh lebih terhina dibandingkan azab di akhirat‛

15
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 (Singapura: Pustaka Nasional), hlm 3767
16
Nasiruddin Abu Sa’id Abdillah, Anwa>r Al-tanzi>l Wa Asra>r Al-Ta’wi>l, Jilid 3, (Berut:
Da>r Ihya> uAl-Tura>ts Al-‘Arabi>), hlm 169.
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 6, 282.
18
Ahmad bin Ibrahim Al-Samarqandi, Bhru Al-‘Ulu>m, Jilid 2, (Mktabah Al-Syamila), hlm
229.
19
Muhammad Al-Marri, Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Azi>z, Jilid 2 (Meshir Al-Faruq Al-
Haditsah), hlm 357.
20
Abu Mansyur Al-Maturidi, Tafsi>r Al-Maturidi>, Jilid 6, (Berut: Da>r Alkutub Al-
‘’Alamiyah 2005), 348.
21
Abu Al-Fida Ismail, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhimi, Jilid 2, 399.
22
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal, Jilid 8, (Muassasah Al-Risalah 2001),
hlm 320.
7
Selain azab di dunia, mereka juga akan di hukum yang seberat-beratnya di akhirat
nanti, mereka akan di siksa oleh para malaikat, mereka akan di pukul bagian wajah, badan
bahkan dubur mereka akan menjadi sasaran bagi para malaikat, mereka juga akan dibakar
hidup-hidup di api yang sangat menyala di neraka nanti.23maka ketika hal itu telah
mereka peroleh yaitu azab yang sangat pedih baik yang menimpa merekaa di dunia
maupun di akhirat, maka tidak akan ada satu orang pun yang dapat menolong mereka,
menahan mereka dari tertimpanya azab tersebut.24
E. Kontekstualisasi QS.Al-Ra’ad ayat 31-34.
Berdakwah adalah salah satu sarana untuk menyebarkan agama islam dan juga
sarana bagi umat muslim yang ingin memperdalam dalam agama islam. Dalam
berdakwah seorang muballigh hendaknya menguasai materi yang ingin disampaikan.
Peristiwa yang sering terjadi di masyarakat pada umjmnya, di mana mereka ketika
berdakwah mengalami perlakuan yang tidak enak, sebagaimana yang sudah banyak
tersebar di media sosial, di antara mereka ada yang diturunkan paksa oleh panitia, ada
yang diintimidasi, ada yang di blokade jalannya agar sang pendakwah tersebut tidak bisa
masuk kedaerahnya.
Itulah sebagian kecil gambaran bagaimana dakwahnya baginda Nabi Muhammad
‫ﷻ‬, beliau mengalami hal tersebut dimana apa yang beliau alami jauh lebih berat yang di
alami para pendakwah pada masa kini.
Paling tidak dengan ayat ini menjadi penenang bagi para pendakwah, bahwa para
nabi sebelum Nabi Muhammad sampai Nabi Muhammad pin mengalami perlakuan yang
tidak terpuji dan ketahuilah ketika berdakwah dan mengalami hal tersebut maka balasan
bagi mereka yang berbuat zhalim dengan perbuatan mereka itu mereka akan
mendapatkan azab yang sangat pedih, baik itu kehinaan di dunia dan juga panasnya api
neraka di akhirat nanti. Bgitu pula ketika ingin berdakwah kepada orang-orang yang tidak
mempercayai adanya tuhan, mereka akan selalu bertanya-tanya apakah uhan itu ada,
ketika tuhan itu ada apakah tuhan dapat menciptakan tuhan yang sama seperti dirinya?
Ternyata hal itu sudah ada pada zaman Nabi muhammad ‫ﷻ‬, padahal secara jelas tuhan itu
memang benar ada dan keberaadaannya tidak perlu di pertanyakan keberadaannya. Dialah
yang menguasai muka bumi ini jika memang tuhan itu tidak ada maka tidak akan ada
alam semesta ini.

23
Abu Al-hasan Muqatil, Tafsir Muqa>til, jilid 2, (Berut: Da>r Ihya> Al-Tuats.), hlm 381.
24
Abu Hafsh Sirauddin, Al-Luba>b Fi> Ulu>mi Al-Kita>b, Jilid 11, (Berut: Da>r Alkutub Al-
‘Alamiyah 1998), hlm 313.
8
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Pada uraian tafsir yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, maka penulis
akan menuliskan beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tafsir di
atas.
1. Allah ‫ ﷺ‬memberitahukan kepada hamba-haabanya bahwa hanya Allah ‫ ﷺ‬lah
satu-satunya tuhan yang dapat menjadi qa>imun bagi seliruh makhluq-
makhluqnya dan hanya Allah ‫ ﷺ‬yang maha mengaatur segala suatu yang telah
diciptakannnya.
2. Menjadikan selain Allah ‫ ﷺ‬itu sekutu adalah kerusakaan yang sangan fatak bagi
akidah seseorang, karena jika seseoraang menjadikan selain Allah ‫ ﷺ‬sebagai
sesembahan maka sesembahan itu tidak akan mampu memberikan manfaat dan
mudharat sedikitpun, bahkan para sesembahan itu tidak akan mampu untuk
mberikan kabar atau berita sesuaitu yag tidak Allah ‫ ﷺ‬ketahui, tentu tidak akan
ada yang sanggup menandinginya.
3. Dalam berdakwah harus siap menghadapi ujian berupa penolakan terkait
dakwahnya, bahkan harus siap dikritik dan diusik ketika sedang berdakwah,
karena itulah yang pernah di alami oleh baginda Nabi Muhammad ‫ﷻ‬.
4. Bagi mereka yang kafir kepada Allah ‫ ﷺ‬dan Rasulnya ‫ﷻ‬, menjadikan berhala-
berhala itu sebagai sesembahan dan bagi siapapun yang mencemooh para
pendakwah bahkan sampai membunuhnya, maka ketahuilah Allah ‫ ﷺ‬telah
menyiapkan bagi mereka itu hukuman dan azab di dunia maupun di akhirat.
B. Kritik dan Saran.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

‘Ali, Abu Hasan. Tafsi>r Al-Mawardi. Beerut: Da>r Al-Kutub Al-‘Alamiyyah.


Ahmad. 2001. Musnad Ahmad Bin Hanbal. Muassasah Al-Risalah.
Al-Anshari, Muhammad bin Ahmad. Al-Ja>mi’ Li Ahka>mi Al-Qur’an. Qahirah:Da>r Alkutub Al-
Mishriyyah.
Al-Husain, Abu Muhammad. Ma’a>lim Al-Tanzi>l Fi> tafsi>ri Al-Qur’a>n. Daar Al-Thabi<’ah Li Al-
Nasha>r.
Al-Marri, Muhammad. Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Azi>z. Meshir Al-Faruq Al-Haditsah.
Al-Maturidi, Abu Mansyur. 2005.Tafsi>r Al-Maturidi. Berut: Da>r Alkutub Al-‘’Alamiyah.
Al-Samarqandi, Ahmad bin Ibrahim. Bhru Al-‘Ulu>m. Mktabah Al-Syamila.
Al-Shabuni, Muhammad ‘Ali. Mukhtashar Tafsi>r Ibn Katsi>r. Berut: Da>r Al-Qur’a>n Al-Kari>m.
Al-Thabari, Muhammad bin Jarir. ‚ Jami’ Al-Bayan ‘An Ta’Wiili Ayat Al-Qur’an. Makah : Dar
Al-Tarbiyyah Wa Al-Turats.
Al-Zuhayli, Wahbah. 1991. Al-Tafsir Al-Munir. Damaskus: Dar Al-Fikr.
Hamka, Tafsir Al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional.
Ismail, Abu Al-Fida.Tafsir Al-Qur’an Al-Azhimi. Arab Saudi : Dar Al-Ihya Al-Kutub.
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 5 (Jakarta:Widya Cahya 2011)
Muhammad, Abu Abdillah Mafa>tih Al-Ghaib. Berut: Da>r Ihya> Al-Tura>ts Al-‘Arabi.
Mujahid, Abu Al-Hujjaj. 1989.Tafsir Mujahid. Mesir: Da>r Al-Fikr Al-islami> Al-Hadi>ts.
Muqatil, Abu Al-hasan. Tafsir Muqa>til. Berut: Da>r Ihya> Al-Tuats.
Nasiruddin Abu Sa’id Abdillah. Anwa>r Al-tanzi>l Wa Asra>r Al-Ta’wi>l. Berut: Da>r Ihya> u Al-Tura>ts
Al-‘Arabi>.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Sirauddin, Abu Hafsh. 1998. Al-Luba>b Fi> Ulu>mi Al-Kita>b. Jilid 11, (Berut: Da>r Alkutub Al-
‘Alamiyah.
Sya’rawi>, Muhammad Mutawalli.> Tafsi>r Al-Sya’Rawi. Mesir: Matha>bi’ Akhba>rul Yawmi.
Thanthawi>, Muhammad Sayyid. AlTafsi>r Al-Wasi>th Li Al-Qur’a>n Al-Kari>m. Qahirah: Da>r Li Al-
Thaba’ah Wa Al-Nashar Wa Al-Tauzi>’.

10
11

Anda mungkin juga menyukai