Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TAFSIR QS. AL-MA’ARIJ AYAT 19-35, AL-MU’MINUN AYAT 12-


16, DAN AL-ADIYAT AYAT 6-11

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir


Dosen Pengampu : Drs. Imam Supriyadi, M.Th.I.

Kelas : PAI VII A


Kelompok 9
1. Alfiana Rosyida (20172504910)
2. Elok Mutmainnah (20172505204)
3. Winda Astutik (20172505155)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia paling
mulia Nabi Muhammad Saw. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari jaman
kebodohan ke dalam jaman yang berilmu pengetahuan.
Makalah yang berjudul “Tafsir Qs. Al-Ma’arij Ayat 19-35, Al-Mu’minun Ayat 12-
16, Dan Al-Adiyat Ayat 6-11” ini penulis buat guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
yang diberikan oleh bapak/ibu dosen di IAINU Tuban. Dengan adanya makalah ini,
penulis berharap bisa meningkatkan semangat penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya untuk memahami dan mempelajari tentang perlunya mempelajari tafsir
ayat Al-Qur’an agar kita sebagai Umat Islam dapat mengamalkan ajaran Al-Qur’an
dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.

Tuban, 8 Desember 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................
2.1. QS. Al-Ma’arij Ayat 19-35.................................................................
2.2. QS. Al-Mu’minun Ayat 12-16............................................................
2.3. QS. Al-Adiyat Ayat 6-11....................................................................
BAB III : PENUTUP.............................................................................................
3.1. Kesimpulan.........................................................................................
REFERENSI...........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia memiliki keunggulan dan keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk
lain. Keunggulan tersebut karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbaik
dan sempurna. Kesempurnaan lain yang terdapat dalam diri manusia adalah bentuk
tubuh yang elastis dan dinamis, serta diberi akal, kewajiban, dan tanggung jawab.
Manusia terdiri dari dua unsur pokok, yaitu gumpalan tanah dan hembusan ruh. Ia
adalah kesatuan dari kedua unsur tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Bila
terpisah maka ia bukan lagi manusia, sebagaimana halnya air yang merupakan
perpaduan antara oksigen dan hidrogen.
Manusia diberi dua macam potensi (kekuatan), yaitu potensi positif dan
potensi negatif. Potensi positif yang dimiliki manusia, yaitu sebagai khalifah Allah
Swt di muka bumi dan cenderung dekat kepada Allah Swt. Manusia makhluk
termulia dan bermartabat, memiliki kesadaran moral, suka beribadah, sujud, dan
patuh kepada Allah Swt. Selain diberi potensi positif, manusia juga mempunyai
potensi negatif berupa kelemahan-kelemahan. Pertama, potensi untuk terjerumus
ke dalam golongan hawa nafsu dan setan. Kedua, dinyatakan secara tegas oleh Al-
Qur’an banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia,
khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal menyangkut hakikat
manusia.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul “Tafsir Qs. Al-Ma’arij Ayat 19-35, Al-Mu’minun
Ayat 12-16, Dan Al-Adiyat Ayat 6-11”. Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta motivasi kepada penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya untuk lebih giat mempelajari dan
mengamalkan ajaran Al-Qur’an.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana tafsir QS. Al-Ma’arij ayat 19-35?
1.2.2. Bagaimana tafsir QS. Al-Mu’minun ayat 12-16?

1
1.2.3. Bagaimana tafsir QS. Al-Adiyat ayat 6-11?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya adalah
sebagai berikut :
1.3.1. Untuk menguraikan tentang tafsir QS. Al-Ma’arij ayat 19-35
1.3.2. Untuk menjelaskan tentang tafsir QS. Al-Mu’minun ayat 12-16
1.3.3. Untuk mendeskripsikan tentang tafsir QS. Al-Adiyat ayat 6-11

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. QS. Al-Ma’arij Ayat 19-35


‫) إِاَّل‬21( ‫ا‬AA‫ ُر َمنُو ًع‬A‫هُ ْال َخ ْي‬A‫) َوإِ َذا َم َّس‬20( ‫ا‬AA‫رُّ َج ُزو ًع‬A‫الش‬
َّ ُ‫ه‬A‫) إِ َذا َم َّس‬19( ‫ا‬AA‫ق هَلُو ًع‬ َ ِ‫إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ ُخل‬
)24( ‫و ٌم‬AAُ‫ق َم ْعل‬ ٌّ AA‫ َوالِ ِه ْم َح‬AA‫) َوالَّ ِذينَ فِي أَ ْم‬23( َ‫ون‬AA‫اَل تِ ِه ْم دَائِ ُم‬AA‫ص‬
َ ‫) الَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى‬22( َ‫لِّين‬AA‫ص‬ َ ‫ْال ُم‬
( َ‫ب َربِّ ِه ْم ُم ْشفِقُون‬ِ ‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم ِم ْن َع َذا‬26( ‫م الدِّي ِن‬Aِ ْ‫ُص ِّدقُونَ بِيَو‬
َ ‫) َوالَّ ِذينَ ي‬25( ‫ُوم‬ ِ ‫لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ر‬
ِ ‫) إِاَّل َعلَى أَ ْز َو‬29( َ‫افِظُون‬AA‫م َح‬Aْ ‫رُو ِج ِه‬Aُ‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِف‬28( ‫أْ ُمو ٍن‬AA‫ ُر َم‬A‫اب َربِّ ِه ْم َغ ْي‬
‫اج ِه ْم‬ َ ‫) إِ َّن َع َذ‬27
)31( َ‫ا ُدون‬AA‫كَ هُ ُم ْال َع‬AAِ‫كَ فَأُولَئ‬AAِ‫) فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء َذل‬30( َ‫و ِمين‬AAُ‫ ُر َمل‬A‫ت أَ ْي َمانُهُ ْم فَإِنَّهُ ْم َغ ْي‬
ْ ‫أَوْ َما َملَ َك‬
‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى‬33( َ‫ائِ ُمون‬AAَ‫م ق‬Aْ ‫هَادَاتِ ِه‬A‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم بِ َش‬32( َ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم أِل َ َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون‬
ٍ ‫) أُولَئِكَ فِي َجنَّا‬34( ‫ون‬
)35( َ‫ت ُم ْك َر ُمون‬ Aَ ُ‫صاَل تِ ِه ْم يُ َحافِظ‬
َ
Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat
kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka
itu tetap mengerjakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang
mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab
Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa
aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa mencari yang di
balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan
orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara
salatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.”

Allah Swt. menceritakan perihal manusia dan watak-watak buruk yang telah
menjadi pembawaannya.
‫ق هَلُوعًا‬
َ ِ‫إِ َّن اإل ْن َسانَ ُخل‬
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. (Al-Ma'arij: 19)

3
Yang hal ini ditafsirkan oleh firman selanjutnya:
‫إِ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعًا‬
Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. (Al-Ma'arij: 20). Yakni apabila
tertimpa kesusahan, ia kaget dan berkeluh kesah serta hatinya seakan-akan copot
karena ketakutan yang sangat, dan putus asa dari mendapat kebaikan sesudah
musibah yang menimpanya.
‫َوإِ َذا َم َّسهُ ْال َخ ْي ُر َمنُوعًا‬
dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. (Al-Ma'arij: 21). Yaitu apabila ia
mendapat nikmat dari Allah Swt., berbaliklah ia menjadi orang yang kikir terhadap
orang lain, dan tidak mau menunaikan hak Allah yang ada padanya.
ُ ‫ د‬A‫ْت أَبِي ي َُح‬
‫ِّث‬ َ ‫ َّدثَنَا ُم‬A‫ َح‬،‫رَّحْ َم ِن‬A‫ َح َّدثَنَا أَبُو َع ْب ِد ال‬:ُ‫قَا َل اإْل ِ َما ُم أَحْ َمد‬
ُ ‫ ِمع‬A‫ َس‬:‫اح‬AA‫ بْنُ ُعلَ ّي بنُ َرب‬A‫ى‬A‫وس‬
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬A‫ا َل َر ُس‬AAَ‫ ق‬:ُ‫ول‬AAُ‫رة يَق‬AA‫ا ه َُري‬AAَ‫ْت أَب‬
ُ ‫لَّى هَّللا‬A‫ص‬ ُ ‫ ِمع‬A‫ َس‬:‫ال‬
َ َ‫يز ْب ِن َمرْ َوانَ بن الحكم ق‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد ْال َع ِز‬
"ٌ‫ َو ُجب ٌْن خَالِع‬،ٌ‫ " َشرُّ َما فِي َر ُج ٍل ُش ٌح هَالِع‬:‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur
Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, bahwa ia
pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abdul Aziz ibnu
Marwan ibnul Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sifat terburuk yang ada pada
diri seorang lelaki ialah kikir yang keterlaluan dan sifat pengecut yang parah.
Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Abdullah ibnul Jarah, dari Abu Abdur
Rahman Al-Muqri dengan sanad yang sama, dan ia tidak mempunyai hadis dari
Abdul Aziz selain dari hadis ini.
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
َ ‫إِال ْال ُم‬
َ‫صلِّين‬
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. (Al-Ma'arij: 22). Yakni manusia itu
ditinjau dari segi pembawaannya menyandang sifat-sifat yang tercela, terkecuali
orang yang dipelihara oleh Allah dan diberi-Nya taufik dan petunjuk kepada
kebaikan dan memudahkan baginya jalan untuk meraihnya. Mereka adalah orang-
orang yang mengerjakan salat.
َ ‫الَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى‬
َ‫صالتِ ِه ْم دَائِ ُمون‬
yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23). Menurut suatu
pendapat, makna yang dimaksud ialah orang-orang yang memelihara salat dengan

4
menunaikannya di waktunya masing-masing dan mengerjakan yang wajib-
wajibnya. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Masruq, dan Ibrahim An-Nakha'i.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan tetap dalam ayat ini ialah
orang yang mengerjakan salatnya dengan tenang dan khusyuk, semakna dengan apa
yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
َ‫خاشعُون‬ َ ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ هُ ْم فِي‬
ِ ‫صالتِ ِه ْم‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam salatnya. (Al-Mu’minun: 1-2)
Demikianlah menurut Uqbah ibnu Amir. Dan termasuk ke dalam pengertian
ini kalimat al-ma-ud da-im, artinya air yang tenang dan diam, tidak beriak dan tidak
bergelombang serta tidak pula mengalir. Makna ini menunjukkan wajib tuma-ninah
dalam salat, karena orang yang tidak tuma-ninah dalam rukuk dan sujudnya bukan
dinamakan orang yang tenang dalam salatnya, bukan pula sebagai orang yang
menetapinya, bahkan dia mengerjakannya dengan cepat bagaikan burung gagak
yang mematuk, maka ia tidak beroleh keberuntungan dalam salatnya.
Menurut pendapat yang lain, apabila mereka mengerjakan suatu amal
kebaikan, maka mereka menetapinya dan mengukuhkannya, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadis sahih diriwayatkan melalui Siti Aisyah r.a., dari Rasulullah
Saw. yang telah bersabda:
‫أَ َحبُّ اأْل َ ْع َما ِل إِلَى هَّللا ِ أَ ْد َو ُمهَا َوإِ ْن قَ ّل‬
Amal yang paling disukai oleh Allah ialah yang paling tetap, sekalipun sedikit.
Menurut lafaz yang lain disebutkan:
َ ‫َاو َم َعلَ ْي ِه‬
ُ‫صا ِحبُه‬ َ ‫َما د‬
yang paling tetap diamalkan oleh pelakunya
Selanjutnya Aisyah r.a. mengatakan, Rasulullah Saw. adalah seorang yang
apabila mengamalkan suatu amalan selalu menetapinya. Menurut lafaz yang lain
disebutkan selalu mengukuhkannya. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23),
Telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Danial a.s. menyebutkan sifat umat
Muhammad Saw. Maka ia mengatakan bahwa mereka selalu mengerjakan salat
yang seandainya kaum Nuh mengerjakannya, niscaya mereka tidak
ditenggelamkan; dan seandainya kaum 'Ad mengerjakannya, niscaya mereka tidak
tertimpa angin yang membinasakan mereka; atau kaum Samud, niscaya mereka

5
tidak akan tertimpa pekikan yang mengguntur. Maka kerjakanlah salat, karena
sesungguhnya salat itu merupakan akhlak orang-orang mukmin yang baik.
Firman Allah Swt.:
Aِ ‫ق َم ْعلُو ٌم لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ر‬
‫ُوم‬ ٌّ ‫َوالَّ ِذينَ فِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau
meminta). (Al-Ma'arij: 24-25). Yakni orang-orang yang di dalam harta mereka
terdapat bagian tertentu bagi orang-orang yang memerlukan pertolongan. Masalah
ini telah diterangkan di dalam tafsir surat Az-Zariyat.
Firman Allah Swt.:
َ ُ‫َوالَّ ِذينَ ي‬
‫ص ِّدقُونَ بِيَوْ ِم الدِّي ِن‬
Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan. (Al-Ma'arij: 26). Yaitu
meyakini adanya hari kiamat, hari penghisaban, dan pembalasan; maka mereka
mengerjakan amalnya sebagaimana orang yang mengharapkan pahala dan takut
akan siksaan. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
ِ ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم ِم ْن َع َذا‬
َ‫ب َربِّ ِه ْم ُم ْشفِقُون‬
dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. (Al-Ma'arij:27). Maksudnya,
takut dan ngeri terhadap azab Allah Swt.:
‫اب َربِّ ِه ْم َغ ْي ُر َمأْ ُمو ٍن‬
َ ‫إِ َّن َع َذ‬
Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari
kedatangannya) (Al-Ma'arij: 28). Yakni tiada seorang pun yang merasa aman dari
azab-Nya dari kalangan orang yang mengetahui akan perintah Allah Swt. kecuali
hanya bila mendapat jaminan keamanan dari Allah Swt.
Firman Allah Swt.:

ِ ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِفُر‬


َ‫م َحافِظُون‬Aْ ‫ُوج ِه‬
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, (Al-Ma'arij: 29). Yaitu
mengekangnya dari melakukan hal yang diharamkan baginya dan menjaganya dari
meletakkannya bukan pada tempat yang diizinkan oleh Allah Swt. Karena itulah
maka disebutkan dalam firman berikutnya:
‫م‬Aُْ‫ت أَ ْي َمانُه‬
ْ ‫إِال َعلَى أَ ْز َوا ِج ِه ْم أوْ َما َملَ َك‬
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. (Al-
Ma'arij: 30). Maksudnya, budak-budak perempuan yang dimiliki oleh mereka.

6
Aَ ِ‫ك فَأُولَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال َعا ُدون‬ َ ِ‫فَإِنَّهُ ْم َغ ْي ُر َملُو ِمينَ فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء َذل‬
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa mencari
yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampauibatas. (Al-
Ma'arij: 30-31). Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam permulaan surat Al-
Mu’minun, yaitu pada firman-Nya:
َ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُون‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun: 1), hingga
beberapa ayat berikutnya, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini.
Firman Allah Swt.:
َ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم أل َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون‬
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya. (Al-Ma'arij: 32). Yakni apabila mereka dipercaya, mereka tidak khianat;
dan apabila berjanji, tidak menyalahinya. Demikianlah sifat orang-orang mukmin
dan kebalikannya adalah sifat-sifat orang-orang munafik, sebagaimana yang
disebutkan di dalam sebuah hadis sahih yang mengatakan:
ْ ‫ب َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَفَ َوإِ َذا‬
َ‫اؤتُ ِمنَ خَ ان‬ َ ‫ث َك َذ‬
َ ‫ إِ َذا َح َّد‬:‫ث‬ Aِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ثَاَل‬
Pertanda orang munqfik itu ada tiga, yaitu apabila berbicara, dusta; apabila
berjanji, menyalahi; dan apabila dipercaya, khianat.
Menurut riwayat yang lain disebutkan:
‫ َوإِ َذا خاصم فجر‬،‫ب َوإِ َذا عَاهَ َد َغ َد َر‬
َ ‫ث َك َذ‬
َ ‫إِ َذا َح َّد‬
Apabila berbicara, dusta; dan apabila berjanji, melanggar; dan apabila
bertengkar, melampaui batas.
Firman Allah Swt:
َ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم بِ َشهَادَاتِ ِه ْم قَائِ ُمون‬
Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (Al-Ma'arij: 33). Yakni bersikap
hati-hati dalam bersaksi, tidak menambahi dan tidak mengurangi, tidak pula
menyembunyikan sesuatu.
ُ‫َو َم ْن يَ ْكتُ ْمها فَإِنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُه‬
Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya. (Al-Baqarah: 283)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
َ ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى‬
َ‫صالتِ ِه ْم ي َُحافِظُون‬

7
Dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al-Ma'arij: 34). Yakni waktu-
waktunya, rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan sunat-sunatnya. Pembicaraan
dimulai dengan menyebutkan salat dan diakhiri dengan menyebutkannya pula, hal
ini menunjukkan perhatian yang besar terhadap masalah salat dan mengisyaratkan
tentang kemuliaannya. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam permulaan surat
Al-Mu’minun melalui firman-Nya:
َ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُون‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun: 1). Maka
di penghujung pembahasannya disebutkan hal yang sama dengan di sini, yaitu
firman-Nya:
َ ْ‫وارثُونَ الَّ ِذينَ يَ ِرثُونَ ْالفِرْ دَو‬ ُ
َ‫س هُ ْم فِيها خالِ ُدون‬ ِ ‫أولئِكَ هُ ُم ْال‬
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni ) yang akan mewarisi
surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu’minun: 10-11). Dan dalam surat
Al-Ma'arij ini disebutkan oleh firman-Nya:
ٍ ‫أُولَئِكَ فِي َجنَّا‬
َ‫ت ُم ْك َر ُمون‬
Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Al-Ma'arij: 35). Yakni dimuliakan
dengan berbagai macam kenikmatan dan kesenangan surgawi.

2.2. QS. Al-Mu’minun Ayat 12-16


‫ا‬AAَ‫) ثُ َّم خَ لَ ْقن‬13( ‫ين‬ ٍ ‫ار َم ِك‬ Aٍ ‫ر‬Aَ Aَ‫ةً فِي ق‬Aَ‫طف‬ ْ ُ‫اهُ ن‬AAَ‫) ثُ َّم َج َع ْلن‬12( ‫اللَ ٍة ِم ْن ِطي ٍن‬A‫انَ ِم ْن ُس‬A‫ا اإل ْن َس‬AAَ‫ ْد خَ لَ ْقن‬Aَ‫َولَق‬
‫طفَةَ َعلَقَةً فَخَ لَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما فَ َك َس ْونَا ْال ِعظَا َم لَحْ ًما ثُ َّم أَ ْن َشأْنَاهُ َخ ْلقًا آخَ َر‬
ْ ُّ‫الن‬
)16( َ‫) ثُ َّم إِنَّ ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬15( َ‫ك لَ َميِّتُون‬
َ ِ‫) ثُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد َذل‬14( َ‫ك هَّللا ُ أَحْ َسنُ ْالخَالِقِين‬
َ ‫فَتَبَا َر‬
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu Hilang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.”
Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang
dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam dari tanah
liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Al-A'masy telah

8
meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
(Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air. Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam. Ibnu Jarir
mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia
diciptakan dari tanah liat. Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah
liat. Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat,
karena sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat kering yang
berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini berarti Adam diciptakan dari
tanah, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
َ‫ب ثُ َّم إِ َذا أَ ْنتُ ْم بَ َش ٌر تَ ْنت َِشرُون‬
ٍ ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن تُ َرا‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari
tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-
Rum: 20)
َ ‫ ع َْن أَبِي ُم‬،‫ َح َّدثَنَا قَ َسامة بْنُ ُزهَيْر‬،‫ َح َّدثَنَا عَوْ ف‬،‫ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ َس ِعي ٍد‬:ُ‫َوقَا َل اإْل ِ َما ُم أَحْ َمد‬
،‫ى‬A ‫وس‬

ِ ْ‫يع اأْل َر‬


‫ فَ َجا َء‬،‫ض‬ ِ ‫ ِم ْن َج ِم‬A‫ضهَا‬ َ َ‫ض ٍة قَب‬
َ ‫ق آ َد َم ِم ْن قَ ْب‬ َ َ‫ "إِ َّن هَّللا َ خَ ل‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫َع ِن النَّبِ ِّي‬
، ُ‫يث َوالطَّيِّب‬
ُ ِ‫ َو ْالخَ ب‬، َ‫ك‬AAِ‫ َوبَ ْينَ َذل‬، ُ‫د َواأْل َ ْبيَض‬Aُ ‫ َجا َء ِم ْنهُ ُم اأْل َحْ َم ُر َواأْل َ ْس َو‬،‫ض‬ ِ ْ‫بَنُو آ َد َم َعلَى قَ ْدر اأْل َر‬
."َ‫َوبَ ْينَ َذلِك‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Sa'id, telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami
Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari
seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di antara
mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam,
serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut; dan ada yang buruk
ada yang baik, ada pula yang campuran di antara baik dan buruk. Abu Daud dan
Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf Al-A'rabi dengan
lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis
ini hasan sahih.
ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬
ً‫طفَة‬
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13). Damir yang
terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama halnya dengan apa
yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

9
َ ‫َوبَدَأَ َخ ْل‬
ٍ ‫ق اإل ْن َسا ِن ِم ْن ِطي ٍن * ثُ َّم َج َع َل نَ ْسلَهُ ِم ْن سُاللَ ٍة ِم ْن َما ٍء َم ِه‬
‫ين‬
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8). Yakni air
mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:
‫ين‬ ٍ ‫ فَ َج َع ْلنَاهُ فِي قَ َر‬.‫أَلَ ْم ن َْخلُ ْق ُك ْم ِم ْن َما ٍء َم ِهي ٍن‬
ٍ ‫ار َم ِك‬
Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami letakkan
dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21). Yaitu rahim, karena
rahim memang telah diciptakan untuk itu.
َ‫ فَنِ ْع َم ْالقَا ِدرُون‬A‫وم * فَقَ َدرْ نَا‬
ٍ ُ‫َر َم ْعل‬
ٍ ‫إِلَى قَد‬
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah
sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23). Maksudnya, masa yang telah
dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan hingga bentuknya menjadi kokoh,
dan mengalami perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari
suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini
disebutkan oleh firman-Nya:
ْ ُّ‫ثُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
ً‫طفَةَ َعلَقَة‬
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14). Yakni
kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-laki dan
dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah adalah darah.
ً‫فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغة‬
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14). Yaitu
berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
‫فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما‬
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14).
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki
berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya. Ulama lain membacanya
'azman, bukan 'izaman, menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi. Di dalam kitab
sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" ُ‫) يُ َر َّكب‬5( ُ‫ق َو ِم ْنه‬ َّ ُ‫" ُكلُّ َج َس ِد اب ِْن آ َد َم يَ ْبلَى إِاَّل َعجْ ب‬
َ ِ‫ ِم ْنهُ ُخل‬،‫الذنَب‬

10
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang punggungnya,
karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia akan
dibangkitkan kembali.
‫ ْال ِعظَا َم لَحْ ًما‬A‫فَ َك َسوْ نَا‬
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging (Al Mu’minun: 14). Yakni
Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan
memperkuatnya.
‫ثُ َّم أَ ْن َشأْنَاهُ خَ ْلقًا آ َخ َر‬
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain (Al Mu’minun: 14).
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak
hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan,
perasaan, gerak, dan getaran.
َ‫ك هَّللا ُ أَحْ َسنُ ْالخَالِقِين‬
َ ‫فَتَبَا َر‬
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik (Al Mu’minun: 14).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu
Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari
ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di
dalam rahim) telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat
untuk meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga
lapis pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya:
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14)
Yakni Kami tiupkan roh ke dalamnya. Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-
Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain (Al Mu’minun: 14). Maksudnya,
Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid,
Ikrimah, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-
Saddi, dan Ibnu Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Al-Aufi telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yaitu Kami pindahkan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu

11
ia tumbuh menjadi anak-anak, kemudian mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa,
dan selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia pikun. Telah diriwayatkan dari
Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal. Pada garis besarnya tidak ada
pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, karena sesungguhnya sejak
ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu
dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui. Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
ٍ ‫ ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َو ْه‬، ُ‫ َح َّدثَنَا اأْل َ ْع َمش‬،َ‫اويَة‬
َ Aَ‫ق‬-‫عُو ٍد‬A‫ه َُو ابْنُ َم ْس‬- ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا‬،‫ب‬
‫ َّدثَنَا‬A‫ َح‬:‫ال‬A ِ ‫َح َّدثَنَا أَبُو ُم َع‬
‫ط ِن أُ ِّم ِه‬
ْ َ‫ه فِي ب‬AAُ‫ "إِ َّن أَ َح َد ُك ْم ليُجمع خَ لق‬:ُ‫ق ْال َمصْ دُوق‬ ُ ‫ َوهُ َو الصَّا ِد‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
ُ A َ‫ ثُ َّم يُرْ ِس ُل إِلَ ْي ِه ْال َمل‬،‫ك‬
‫ ِه‬A ‫ك فَيَ ْنفُ ُخ فِي‬ َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذل‬، َ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذلِك‬،‫أَرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما‬
َ‫ه‬Aَ‫ اَل إِل‬A‫ فَ َوالَّ ِذي‬،‫ ِعي ٌد‬A‫قِ ٌّي أَوْ َس‬A‫و َش‬A َ Aُ‫لْ ه‬AAَ‫ َوه‬،‫ ِه‬Aِ‫ َو َع َمل‬،‫ ِه‬Aِ‫ َوأَ َجل‬،‫ ِر ْزقِ ِه‬:‫ت‬ ٍ ‫ر بِأَرْ بَ ِع َكلِ َما‬Aُ ‫ َوي ُْؤ َم‬،‫الرُّ و َح‬
‫ ِه‬A‫ق َعلَ ْي‬ ٌ ‫ا إِاَّل ِذ َرا‬AAَ‫هُ َوبَ ْينَه‬Aَ‫ونُ بَ ْين‬AA‫ا يَ ُك‬AA‫ل ْال َجنَّ ِة َحتَّى َم‬A
ُ ِ‫ب‬A‫ فَيَ ْس‬،‫ع‬ ِ A‫ل أَ ْه‬A
ِ A‫ ُل بِ َع َم‬A‫ َد ُك ْم لَيَ ْع َم‬A‫ إِ َّن أَ َح‬،ُ‫ ُره‬A‫َغ ْي‬
ُ‫ون‬AA‫ا يَ ُك‬AA‫ َحتَّى َم‬،‫ار‬ِ َّ‫ل الن‬Aِ A‫ل أَ ْه‬A ِ َّ‫ فَي ُْختَ ُم لَهُ بِ َع َم ِل أَ ْه ِل الن‬، ُ‫ْال ِكتَاب‬
ِ A‫ ُل بِ َع َم‬A‫ َوإِ َّن ال َّر ُج َل لَيَ ْع َم‬،‫ار فَيَ ْد ُخلَهَا‬
."‫ فَي ُْختَ ُم لَهُ بِ َع َم ِل أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُهَا‬، ُ‫ق َعلَ ْي ِه ْال ِكتَاب‬ ٌ ‫بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهَا إِاَّل ِذ َرا‬
ُ ِ‫ فَيَ ْسب‬،‫ع‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami: Sesungguhnya
seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan penciptaannya di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah), kemudian berupa
'alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam bentuk segumpal daging dalam
masa yang sama, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya, maka malaikat itu
meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat
kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya, ajalnya, dan amal perbuatannya, serta
apakah dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi Allah
yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-
benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak antara dia dan
surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa
dia termasuk ahli neraka), maka pada akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli
neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya. Dan sesungguhnya seseorang di
antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, sehingga
tiada jarak antara dia dan neraka selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah

12
mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia
mengamalkan perbuatan ahli surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis
Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa
Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata, "Sesungguhnya nutfah itu bila telah
memasuki rahim, maka menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal
selama empat puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi
'alaqah."
‫ َع ِن‬،‫ب‬ ِ ِ‫ائ‬A‫الس‬ َّ ‫ا ِء ب ِْن‬AAَ‫ ع َْن َعط‬،‫ة‬AA‫و ُك َديْن‬AAُ‫ َّدثَنَا أَب‬A‫ َح‬،‫ َح َّدثَنَا ُح َسيْنُ بْنُ ْال َح َس ِن‬:‫قَا َل اإْل ِ َما ُم أَحْ َم ُد أَ ْيضًا‬
‫م‬Aَ َّ‫ل‬AA‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ٌّ ‫ َم َّر يَهُو ِد‬:‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل‬،‫ ع َْن أَبِي ِه‬،‫اس ُم بْنُ َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن‬
Aِ ‫ي بِ َرس‬ ِ َ‫ْالق‬
‫ أَل َسْأَلَنَّهُ ع َْن َش ْي ٍء اَل‬:‫ال‬
َ َ‫ فَق‬.‫ إِ َّن هَ َذا يَزع ُم أَنَّهُ نَبِ ٌّي‬، ُّ‫ يَا يَهُو ِدي‬: ٌ‫ت قُ َريْش‬
ْ َ‫ فَقَال‬،ُ‫ِّث أَصْ َحابَه‬ُ ‫َوه َُو يُ َحد‬
‫ من‬،‫ودي‬AA‫ "يا يه‬:‫ق اإلنسان؟ فقال‬ ُ َ‫ ِم َّم ي ُْخل‬،ُ‫ يَا ُم َح َّمد‬:‫ال‬
َ َ‫ فَق‬،‫س‬َ َ‫ فَ َجا َءهُ َحتَّى َجل‬:‫ قَا َل‬.‫يَ ْعلَ ُمهُ إِاَّل نَبِ ٌّي‬
ْ ‫ا ْال َع‬AAَ‫ةٌ ِم ْنه‬Aَ‫ةٌ َغلِيظ‬Aَ‫طف‬
‫ظ ُم‬ ْ ُ‫ل فَن‬A ْ ُ‫ فَأ َ َّما ن‬،‫رْ أَ ِة‬AA‫ ِة ْال َم‬Aَ‫طف‬
ِ A‫ةُ ال َّر ُج‬Aَ‫طف‬ ْ ُ‫ ِل َو ِم ْن ن‬A‫ ِة ال َّر ُج‬Aَ‫طف‬ ْ ُ‫ ِم ْن ن‬،ُ‫ق‬Aَ‫ك ٍّل ي ُْخل‬
‫و ُل‬AAُ‫انَ يَق‬AA‫ هَ َك َذا َك‬:‫ال‬ َ َ‫طفَةٌ َرقِيقَةٌ ِم ْنهَا اللَّحْ ُم َوال َّد ُم" فَقَا َم ْاليَهُو ِديُّ فَق‬ ْ ُ‫طفَةُ ْال َمرْ أَ ِة فَن‬
ْ ُ‫ َوأَ َّما ن‬،‫صب‬َ ‫وال َع‬
. َ‫َم ْن قَ ْبلَك‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain
ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib,
dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang
menceritakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang
berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy berkata, "Hai
orang Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.) mengakui dirinya
sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata, "Sungguh aku akan
menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya
oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang kepada Nabi Saw. dan duduk di dalam
majelisnya, lalu bertanya, "Hai Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?"
Maka Nabi Saw. menjawab: Hai orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan
antara air mani laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-laki berbentuk
kental, darinya tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani perempuan
berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu berkata,
"Memang demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi) sebelum kamu."

13
ُ
ُ A‫ س‬:‫ال‬A
‫معت‬A َ Aَ‫ي ق‬ ِ Aَ‫يْد ْال ِغف‬A‫ة ب ِْن أ َس‬AAَ‫ ُح َذ ْيف‬،‫ل‬AA‫الطفَ ْي‬
ِّ ‫ار‬A ُّ ‫ ع َْن أَبِي‬،‫رو‬A ٍ A‫ َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َع ْم‬:ُ‫قَا َل اإْل ِ َما ُم أَحْ َمد‬
َ‫أَرْ بَ ِعين‬AAِ‫َّح ِم ب‬
ِ ‫ر‬A‫تَقِرُّ فِي ال‬A‫ا ت َْس‬AA‫ َد َم‬A‫ ِة بَ ْع‬Aَ‫طف‬ْ ُّ‫ "يَ ْد ُخ ُل ال َملك َعلَى الن‬:ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫َرس‬
‫ ٌر أَ ْم‬AA‫ َما َذا؟ أَ َذ َك‬:‫ فَيَقُواَل ِن‬.‫ان‬ِ َ‫ فَيَ ْكتُب‬،ُ ‫ َما َذا؟ أَ َشقِ ٌّي أَ ْم َس ِعي ٌد؟ أَ َذ َك ٌر أَ ْم أُ ْنثَى؟ فَيَقُو ُل هَّللا‬، ِّ‫ يَا َرب‬:ُ‫ فَيَقُول‬،ً‫لَ ْيلَة‬
‫ فَاَل‬،ُ‫َّحيفَة‬
ِ ‫ط َوى الص‬ ْ ُ‫ ثُ َّم ت‬،ُ‫ َو ِر ْزقُه‬،ُ‫صيبَتُه‬ ِ ‫ َو ُم‬،ُ‫ َوأَثَ ُره‬،ُ‫ فَيَ ْكتُبَا ِن ويُ ْكتَبُ َع َملُه‬،َّ‫أُ ْنثَى؟ فَيَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َجل‬
" ُ‫يُزاد َعلَى َما فِيهَا َواَل يُ ْنقَص‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu
Amr, dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah
sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh malam, lalu malaikat
bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya catat? Apakah dia termasuk
orang celaka atau orang bahagia, apakah dia laki-laki atau perempuan?" Maka
Allah berfirman, memerintahkannya untuk menulis laki-laki atau perempuan; dan
malaikat itu menulis pula amal perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan
rezekinya. Kemudian lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan atas apa yang
telah tertulis dan tiada pula pengurangan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan lafaz
yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah, dari
Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang semisal.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
‫ ُد هَّللا ِ بْنُ أَبِي‬A‫ َّدثَنَا ُعبَ ْي‬A‫ َح‬،‫ ٍد‬A‫ َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ زَ ْي‬A‫ َح‬،َ‫ َدة‬A‫ َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد بْنُ َع ْب‬:ُ‫ أَبُو بَ ْك ٍر ْالبَ َّزار‬Aُ‫قَا َل ْال َحافِظ‬
ْ‫ أَي‬:ُ‫ول‬AAُ‫ا فَيَق‬AA‫َّح ِم َمل ًك‬ ِ ‫الر‬AAِ‫ "إِ َّن هَّللا َ َو َّك َل ب‬:‫ال‬AA‫لم ق‬AA‫صلَّى هَّللا ُ عليه وس‬ َ ‫س؛ أَ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ٍ َ‫ ع َْن أَن‬،‫بَ ْك ٍر‬
َ Aَ‫ا ق‬AAَ‫إِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ َخ ْلقَه‬Aَ‫ ف‬.ٌ‫ َغة‬A‫ض‬
‫ثى؟‬AA‫ر أو أن‬AA‫ ذك‬،‫ا رب‬AAَ‫ ي‬:‫ال‬A ْ ُ‫ ن‬، ِّ‫َرب‬
ْ ‫ ُم‬، ِّ‫ َعلَقَةٌ أَيْ َرب‬، ِّ‫ أيْ َرب‬.ٌ‫طفَة‬
."‫ط ِن أُ ِّم ِه‬
ْ َ‫ "فَ َذلِكَ يُ ْكتَبُ فِي ب‬:‫ق َواأْل َ َجلُ؟ " قَا َل‬ Aُ ‫شقي أو سعيد؟ فَ َما الر ِّْز‬
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang
malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku, masih
berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah; wahai Tuhanku, telah
menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk menciptakannya,
malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan?

14
Apakah dia celaka atau bahagia? Dan bagaimanakah dengan rezekinya dan
ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda, "Yang demikian itu dicatat di dalam rahim
ibunya”. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab
sahih masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.
Firman Allah Swt.:
َ‫ك هَّللا ُ أَحْ َسنُ ْالخَالِقِين‬
َ ‫فَتَبَا َر‬
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik (Al Mu’minun: 14). Setelah
Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam
menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia yang
lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman: Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik (Al Mu’minun: 14).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Anas
yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "Aku
bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika ayat ini diturunkan,
yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun: 12), hingga akhir ayat. Maka aku
berkata, 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah firman
selanjutnya, yaitu: 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik' (Al
Mu’minun: 14).
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada
kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Zaid ibnu Sabit Al-
Ansari yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. mengimlakan kepadanya ayat ini,
yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. (Al Mu’minun: 12) sampai dengan firman-Nya:
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14).
Maka Mu'az berkata, "Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu
Rasulullah Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw., mengapa
engkau tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah ayat ini
diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta”. Di dalam

15
sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan dia orangnya daif
sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah yang parah.
Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit menjadi
juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah. Demikian pula
masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah Rasulullah Saw. berada
di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
َ ِ‫ثُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد َذل‬
َ‫ك لَ َميِّتُون‬
Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati (Al
Mu’minun: 15). Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka
sesudah itu kalian akan mati
َ‫ثُ َّم إِنَّ ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di
hari kiamat (Al Mu’minun: 16). Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari
akhirat nanti. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
َ‫ئ النَّ ْشأَةَ اآل ِخ َرة‬
ُ ‫ثُ َّم هَّللا ُ يُ ْن ِش‬
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi (Al-'Ankabut: 20). Yaitu di hari
berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya masing-masing, lalu semua
makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang yang beramal akan dibalasi sesuai
dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika
amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.

2.3. QS. Al-Adiyat Ayat 6-11


‫) أَفَاَل يَ ْعلَ ُم إِ َذا‬8( ‫ ِدي ٌد‬A‫ر لَ َش‬A
ِ A‫) َوإِنَّهُ لِحُبِّ ْالخَ ْي‬7( ‫ ِهي ٌد‬A‫) َوإِنَّهُ َعلَى َذلِكَ لَ َش‬6( ‫إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ لِ َربِّ ِه لَ َكنُو ٌد‬
)11( ‫م بِ ِه ْم يَوْ َمئِ ٍذ لَخَ بِي ٌر‬Aُْ‫) إِ َّن َربَّه‬10( ‫ُور‬
Aِ ‫) َوحُصِّ َل َما فِي الصُّ د‬9( ‫ُور‬ ِ ‫بُ ْعثِ َر َما فِي ْالقُب‬
Aartinya : “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih
kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri)
keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
Maka apakah diat tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka
pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Firman Allah Swt:

16
‫إِ َّن اإل ْن َسانَ لِ َربِّ ِه لَ َكنُو ٌد‬
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya
(Al-'Adiyat: 6). Inilah subjek sumpahnya, dengan pengertian bahwa sesungguhnya
manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya. Ibnu Abbas,
Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i, Abul Jauza, Abul Aliyah, Abud Duha, Sa'id ibnu
Jubair, Muhammad ibnu Qais, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu
Anas, dan Ibnu Zaid telah mengatakan bahwa al-kanud artinya pengingkar. Al-
Hasan mengatakan bahwa al-kanud artinya orang yang mengingat-ingat musibah
dan melupakan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib,
telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Ja'far ibnuz Zubair, dari
Al-Qasim, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar
tidak berterima kasih kepada Tuhannya (Al-'Adiyat: 6). Beliau bersabda, bahwa al-
kanud artinya orang yang makan sendirian dan memukul budaknya serta menolak
kehadirannya. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui jalur Ja'far
ibnuz Zubair, tetapi dia orangnya tidak terpakai hadisnya, dan sanad hadis ini
lemah. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui hadis Hirriz ibnu USmam,
dari Hamzah ibnu Hani', dari Abu Umamah secara mauquf.
Firman Allah Swt:
‫َوإِنَّهُ َعلَى َذلِكَ لَ َش ِهي ٌد‬
dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (Al-'Adiyat:
7). Qatadah dan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-
benar menyaksikan hal tersebut. Dapat pula ditakwilkan bahwa damir yang ada
merujuk kepada manusia, ini menurut Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi. Dengan
demikian, berarti maknanya ialah sesungguhnya manusia itu benar-benar
menyaksikan sendiri (mengakui) akan keingkaran dirinya melalui sepak terjangnya,
yakni terlihat jelas hal itu dari ucapan dan perbuatannya,
sebagaimanayangdisebutkan dalam firman-Nya:
‫ َمسا ِج َد هَّللا ِ شا ِه ِدينَ عَلى أَ ْنفُ ِس ِه ْم بِ ْال ُك ْف ِر‬A‫َما كانَ لِ ْل ُم ْش ِر ِكينَ أَ ْن يَ ْع ُمرُوا‬
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah,
sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. (At-Taubah: 17)
Adapun firman Allah Swt.:

17
‫َوإِنَّهُ لِحُبِّ ْالخَ ي ِْر لَ َش ِدي ٌد‬
dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (Al-'Adiyat: 8).
Yakni sesungguhnya kecintaannya kepada harta benda benar-benar sangat berat.
Sehubungan dengan makna ayat ini, ada dua pendapat; pendapat pertama
mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu sangat mencintai harta. Pendapat
yang kedua mengatakan bahwa sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta,
dia menjadi seorang yang kikir. Kedua makna sama-sama benarnya. Kemudian
Allah Swt menganjurkan kepada manusia untuk berzuhud terhadap duniawi dan
menganjurkan mereka untuk menyukai pahala akhirat. Yang hal ini diungkapkan-
Nya melalui peringatan terhadap mereka tentang apa yang akan terjadi sesudah
kehidupan dunia ini, yaitu banyak peristiwa yang menakutkan yang akan
dihadapinya.

ِ ‫أَفَال يَ ْعلَ ُم إِ َذا بُ ْعثِ َر َما فِي ْالقُب‬


‫ُور‬
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur? (Al-'Adiyat: 9). Maksudnya, dikeluarkan orang-orang yang telah mati dari
dalam kuburnya.
‫ُور‬
Aِ ‫ص َل َما فِي الصُّ د‬
ِّ ‫َو ُح‬
dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada (Al-'Adiyat: 10). Ibnu Abbas dan lain-
lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah apabila dilahirkan dan
ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam diri dan hati mereka.
‫إِ َّن َربَّهُ ْم بِ ِه ْم يَوْ َمئِ ٍذ لَخَ بِي ٌر‬
Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itn Maha Mengetahui keadaan mereka
(Al-'Adiyat: 11). Tuhan mereka benar-benar mengetahui semua yang diperbuat dan
yang dikerjakan oleh mereka, dan Dia kelak akan membalaskannya terhadap
mereka dengan balasan yang sempurna; Dia tidak akan berbuat aniaya barang
seberat zarrah pun terhadap seseorang. Demikianlah akhir tafsir surat Al-'Adiyat,
segala puji bagi Allah atas semua karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

COPY MAKALAH, BUKA DI GOOGLE SUMMARYGENERATOR.COM

19
REFERENSI

Katsir, Ibnu. 2015. Tafsir Surat Al-Ma’arij Ayat 19-35, (Online),


(http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-maarij-ayat-19-35.html,
diakses pada 8 Desember 2020)
Katsir, Ibnu. 2015. Tafsir Surat Al-Adiyat Ayat 1-11, (Online),
(http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-adiyat-ayat-ayat-1-
11.html, diakses pada 8 Desember 2020)
Katsir, Ibnu. 2015. Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat 12-16, (Online),
(http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-muminun-ayat-12-
16.html, diakses pada 8 Desember 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai