Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS ISI KANDUNGAN SERTA PEMAHAMAN AL-QUR’AN

SURAH AL-MAIDAH AYAT 32 DAN SURAH YUNUS 40-41

DISUSUN OLEH :
Elvina Dwi Trisia 2120202129
Yuyun Sapitri 2120202112

KELAS :
PAI D 2021

DOSEN PENGAMPU:
Husnah Lutfiah, M.Pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH


DAN KEGURUAN
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat bertangkai salam semoga terus
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengkutnya hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Husnah Lutfiah, M.Pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Materi Al-Qur’an Hadist SD/SMP/SMA ini.
Serta teman-teman-teman yang turut membantu dalam penyusunan makalah hingga
pemaparan materi kami nantinya.
Tentunya dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan
baik dari segi penyusunan kalimat, kata yang baku, dan masih banyak lagi. Oleh
karena itu, kami mengharapkan masukan-masukan dan kritik dari pembaca sekalian
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Palembang, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Surah Al-Maidah Ayat 32 ........................................................................................................ 2
B. Surah Yunus 40-41 ................................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 155
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 155
B. Saran .................................................................................................................................... 155
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 166

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup
dan petunjuk-petunjuk seluruh isi alam ini. Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur’an memuat
informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika.
kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan
Al-Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar- dasarnya saja, dan
manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks Al-
Qur’an menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan
kemanusiaan dan kehidupan sehari-hari.
Di dalam surah-surah dan ayat-ayat Al-Qur’an terkandung kandungan yangsecara
garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utamabeserta pengertian
atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya.Untuk itu dalam pembahasan
kali ini kami akan memaparkan tentang Analisis Isi Kandungan dan Pemahaman Al-
Qur’an Surah Al-Maidah ayat 32 dan Al-Qur’an Surah Yunus Ayat 40-41

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kandungan Surah Al-Maidah Ayat 32?

2. Bagaimana Kandungan Surah Yunus Ayat 40?

3. Bagaimana Kandungan Surah Yunus Ayat 41?

C. Tujuan Penulisan
4. Untuk Mengetahui Isi Kandungan Surah Al-Maidah Ayat 32.

5. Untuk Mengetahui Isi Kandungan Surah Yunus Ayat 40.

6. Untuk Mengetahui Isi Kandungan Surah Yunus Ayat.


1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Surah Al-Maidah Ayat 32

‫ض فَ َكا َ نَّ َما‬ ِ ‫سا ٍد ِفى ْاْلَ ْر‬ َ َ‫سا ِبغَي ِْر َن ْف ٍس ا َ ْو ف‬ ْ ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذ ِلكَ ۛ َكت َ ْبنَا ع َٰلى َب ِن ْۤ ْي ِا‬
ً ‫س َرا ِٓء ْي َل اَنَّ ٗه َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬
َّ‫ت ث ُ َّم اِن‬ِ ‫سلُ َنا بِا ْلبَيِ ٰن‬
ُ ‫س ج َِم ْيعًا ۛ َولَـقَ ْد َجا ٓ َءتْ ُه ْم ُر‬ َ ‫س ج َِم ْيعًا ۛ َو َم ْن اَحْ يَا َها فَ َكا َ نَّ َم ْۤا اَحْ َيا النَّا‬ َ ‫قَت َ َل النَّا‬
َ‫س ِرفُ ْون‬
ْ ‫ض َل ُم‬ ٰ
ِ ‫َكثِي ًْرا ِم ْن ُه ْم بَ ْع َد ذ ِلكَ فِى ْاْلَ ْر‬

Artinya:
"Karena itu, Kami tetapkan bagi Bani Israil: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah
membunuh semua manusia. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua
manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di
antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas di muka bumi."1

1. Asbab an-Nuzul Surah Al-Maidah Ayat 32


Menurut kisah kedua anak Nabi Adam as, bahwa setelah kabil membawa
hasil tanahnya untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Sedangkan Habil
datang dengan membawa kambing yang besar dan gemuk, maka Tuhan
senang kepada Habil dan persembahannya sedangkan Kabil tidak. Oleh
karena itu Kabil marah lalu membunuh Habil. Lalu Tuhan bertanya
kepadanya dimanakah adikmu itu lalu Kabil menjawab aku tidak tahu, bukan
aku yang menjaga adikku. Maka Kabil dikutuk oleh Tuhan dan mengusirnya
dari muka bumi. Kabil menyesal juga akhirnya dan memohon belas kasihan
kepada Tuhan. Dia takut dibunuh oleh setiap orang yang bertemu dengannya.
Maka untuk itu, Tuhan berkata kepadanya “ siapa yang membunuh Kabil
maka baginya tujuh kali lipat”. Tuhan memberikan suatu tanda pada Kabil,
supaya ia jangan dibunuh oleh siapa pun yang bertemu dengannya. Maka

1
Al-Qur’an Terjemahan, (Surakarta: CV. Al-Hanan), hlm. 365

2
setelah itu Kabil pergi dari hadapan Tuhan, dan berhentilah ia ditanah Nod
sebelah timur Eden.2

Kemudian Allah swt menjelaskan tentang Bani Israil adalah bangsa yang
berhati kasar dan berlebih-lebihan dalam melakukan pembunuhan dan dosa-
dosa yang lain. Walaupun begitu banyak Rasul yang diutus kepada mereka.
Untuk membawa keterangan-keterangan kepada mereka yang menyatakan
ketetapan yang kami wajibkan atas mereka dan menegaskan bahwa semua itu
wajib dipelihara dan ditunaikan dengan baik. Akan tetapi semua keterangan
itu tidak ada pengaruhnya bagi mereka karena jiwa mereka tetap tidak mau
dibimbing, akhlak mereka tetap saja kotor. Bahwa sekalipun mereka
mendapat peringatan yang begitu keras tentang perkara pembunuhan, namun
mereka tetap saja melakukannya secara berlebihan. Begitu juga dalam
melakukan berbagai penganiayaan dan dosa yang lainnya.Sedang pelajaran
yang dapat kita petik dari kisah dua anak Nabi Adam as, bahwa dengki adalah
pembangkit dari terjadinya kejahatan pertama yang dilakukan ummat
manusia dan merupakan sumber kerusakan dalam masyarakat sampai
sekarang.

Bisa dilihat dengan jelas bahwa seseorang yang dengki itu akan rela
melakukan segala sesuatu untuk mencapai apa yang di inginkan nya, seperti
membunuh saudara seagama, sebangsa, bahkan dengan cara membunuh
saudara kandungnya sendiri. Dengan cara menganiaya walupun cara tersebut
bisa membahayakan dirinya dan saudaranya. Apabila sesorang sudah
mempunyai penyakit dengki ini maka akan sulit mengarahkannya kepada hal
yang baik yang akan mengangkat derajatnya sendiri. Tolong menolong antar
sesama pun akan sulit dilakukan. Sehingga perbuatan yang dapat
memperbaiki kehidupan pun tidak akan dilakukan oleh mereka. Sehingga
mereka yang awalnya orang merdeka bisa menjadi hamba dari bangsa lain.
Sehingga jatuhlah kemegahan dan kejayaan hidup mereka, sehingga mereka
akan menjadi orang yang hina.3

2
Ibid.,hlm 188-189
3
Ibid.,hlm 189-190
3
2. Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 32
Penjelasan Q.S. Al-Maidah ayat 32, Allah menetapkan suatu hukum
menyangkut satu persoalan yang besar dan hukum itu disampaikan kepada
Bani Israil, bahwa barang siapa yang telah membunuh satu jiwa salah seorang
putra-putri Adam, bukan karena orang itu membunuh atau bukan karena
melakukan kerusakan dimuka bumi yang menurut hukum boleh dibunuh,
seperti dalam peperangan atau membela diri dari pembunuhan. Maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia memaafkan pembunuh keluarganya, atau
menyelamatkan nyawa seseorang dari satu bencana, atau membela seorang
yang akan terbunuh secara aniaya maka seola-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya.

Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul kami dengan membawa


keterangan-keterangan yang jelas yang membuktikan kebenaran para Rasul
dan kebenaran petunjuk itu. Tetapi walaupun demikian sesungguhnya banyak
diantara mereka yang sesudah itu telah sungguh-sungguh yang telah
membudayakan pada dirinya sendiri sikap dan perilaku yang melampaui
batas dalam perbuatan melampaui batas dimuka bumi.4Siapa yang
memelihara kehidupan orang lain. Penyebutan Bani Israil secara khusus
dalam ayat ini mengisyaratkan bahwa kaum tersebut telah mencapai puncak
keburukan dalam pembunuhan, karena yang mereka bunuh adalah manusia
manusia suci yang diutus Allah sebagai Nabi dan Rasul.

Ayat ini sekaligus menjelaskan bahwa dalam pandangan Alquran, semua


manusia, apa pun rasnya keturunannya dan agamanya adalah sama dari segi
kemanusiaan. Ini sekaligus membantah pandangan yang mengklaim
keistimewaan satu ras atas ras yang lain, baik dengan mengatasnamakan
agama maupun atas nama ilmu dan kenyataan .kemudian pada firmannya
sesungguhnya banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas berfungsi mengisyaratkan tingkatan jauh. Bukan dalam arti
setelah waktu itu. Tingkatan jauh yang dimaksud adalah tingkatan
pelampauan batas oleh mereka. Bukankah kedatangan Rasul rasul pada suatu

4
Quraish Shihab, Al-Misbah, Vol 3, h.99-100
4
kaum dengan membawa aneka bukti-bukti dan penjesan yang silih berganti
merupakan suatu hal yang luar biasa, lalu sikap Bani Israil yang terus
menerus membangkang setelah kedatangan bukti-bukti itu lebih luar biasa
lagi. Inilah yang ingin dilukiskan oleh kata kemudian tersebut. Dengan
demikian ayat ini menggunakan banyak sekali penekanan, pertama kata
kemudian, kedua kata sesungguhnya ketiga kata sungguh-sungguh, keempat
kata kata musrifun.5

Pendapat Hamka tentang ayat ini adalah, oleh karena itu kami
wajibkanlah kepada bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh yang
bukan karena membunuh pula.karena dosa besar yang membunuh manusia,
yang memulai perbuatan buruk itu adalah anak Adam yang dilakukan kepada
saudaranya sendiri, maka ditentukanlah peraturan bagi Bani Israil. Bahwa
siapa yang membunuh sesama manusia, yang buka karena orang yang
dibunuhnya itu telah bersalah membunuh orag lain pula, yaitu dibunuh
karena perintah hakim, atau berbuat kerusakan dibumi. Yaitu berbuat
kekacauan, mencuri, memberontak kepada pemimpin yang adil,membuat
gerombolan kejahatan. Maka seolah-olah dia telah membunuh manusia
semuanya.

Penegasan dalam ayat ini adalah bahwa seorang pembunuh dan perusak
ketertiban umum dan keamanan, samalah perbuatannya dengan membunuh
semua manusia. Sebab dengan demikian manusia tidak merasa aman dan
tidak terjamin lagi hak hidupnya, lalulintas ekonomi dan hubungan antar
daerah terputus sendirinya sebab orang merasa takut 6Dan barang siapa yang
menghidupkannya maka seakan-akan dia menghidupkan semuanya. Jelasnya
maka apabila kita telah menjaga kehidupan orang lain, tentu saja seluruh
masyarakat jadi hidup. Bebas dari rasa takut dan kecemasan. Oleh karena itu
jika kita bisa mendamaikan orang itu supaya tidak terjadi pertumpahan darah,
jangan ada yang tercabut nyawanya, hilang hidupnya diluar ketentuan
undang-undang. Sehingga didalam hukum Agama Islam apabila ada seorang
dikejar oleh orang yang hendak membunuhnya, lalu orang itu bersembunyi

5
Ibid
6
Hamka, Al-azhar, juz 6, h.222.
5
kerumah kita dan kita melindunginya. Maka kalau orang yang mengejar itu
bertanya apakah dia bersembunyi disini, kita boleh berdusta mengatakan dia
tidak ada disini, supaya nyawa orang yang kita sembunyikan itu terpelihara.
Bahkan bukan saja boleh berbohong bahkan diwajibkan ketika dalam kondisi
seperti itu.

Dengan ayat ini dapat lah kita ketahui bahwa memelihara nyawa sesama
manusia itu menjadi fardu ‘ain, menjadi tanggung jawab pribadi masing-
masing guna menjaga kehidupan bersama.7Dan sesunggguhnya telah datang
kepada mereka Rasul-rasul kami dengan berbagai keterangan. Artinya telah
banyak Rasul Tuhan diutus kepada Bani Israil membawa keterangan-
keterangan untuk menunutun dan menunjukkan jalan yang benar, nasihat dan
pimpinan yang berharga. Kemudian itu, yaitu sesudah kedatangan Rasul-
rasul itu, sesungguhnya kebanyakan diantara mereka.

Dengan menyebut kebanyakan diantara mereka. Tuhan menunjukkan


sifat adilnya, yaitu bahwa ada juga diantara mereka yang baik dan tidak
semuanya. Sesudah yang demikian itu artinya sesudah keterang-keterangan
diberikan. Diatas bumi ini melewati batas artinya Tuhan telah isyarat bahwa
kekuatan mutlak dibumi ini hanya ada ditangan Tuhan. Manusia hanya
menumpang dibumi ini dan itu pun hanya buat sementara saja .

Didalam Tafsir al-Jalalain dijelaskan bahwa barang siapa yang


membunuh manusia bukan karena manusia lainnya, atau Karena kerusakan
yang diperbuatnya dimuka bumi berupa kekafiran, perampokan atau
perzinaan. Maka seolah ia telah membunuh manusia seluruhnya. Apabila ia
memlihara kehidupan seseorang maka ia telah memelihara kehidupan
manusia seluruhnya yaitu tidak membuat kerusakan dimuka bumi dengan
memlihara kasucian dan menjaganya dengan baik.8

Imam al-Qurṭubī berpendapat bahwa nama Bani Israil disebutkan khusus


dalam ayat ini, padahal ada ummat lain sebelum mereka. Dimana pada
ummat tersebut pun pembunuhan adalah hal yang dilarang. Karena Bani

7
Ibid
8
Jalal ad-din as-Suyuti dan Jalal ad-din al-Mahalli, al-Jalalain, Jilid I, h. 464
6
Israil adalah ummat yang pertama mendapat ancaman secara tertulis apabila
mereka menghilangkan nyawa seseorang karena pada ummat sebelumnya
ancaman itu hanyalah berupa firman Allah semata. Oleh karena itu Allah
membebani kaum Bani Israil dengan ancaman tertulis karena kedurhakaan
dan pembunuhan yang telah mereka lakukan.9 Bukan karena orang itu
membunuh orang lain, sehingga orang itu berhak untuk dibunuh. Dalam hal
ini Allah telah mengharamkan pembunuhan kecuali pada tiga faktor: kafir
setelah beriman, berzina setelah menikah, dan membunuh seseorang dengan
cara yang zalim. Kemusrikan yakni membuat suatu kerusakan seperti
pembegalan dan perampokan.

Barang siapa yang membunuh seorang Nabi ataupun pemimpin yang adil
maka seolah dia telah membunuh manusia seluruhnya. Maka barang siapa
yang membunuh satu orang dengan melanggar keharamannya maka dia itu
seperti membunuh manusia seluruhnya. Siapa yang tidak membunuh seorang
pun, menjaga keharamannya, dan memelihara kehidupannya karena takut
kepada Allah maka dia seperti memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
Siapa yang telah membunuh seseorang maka orang itu harus dihukum qiṣāṣ
sebagaimana diwajibkan kepada orang yang membunuh manusia seluruhnya.
Bahwa orang yang membunuh orang mukmin secara sengaja maka Allah
menjadikan neraka Jahanam sebagai balasan untuknya. Allah murka
kepadanya dan melaknat serta menyiapkan siksa yang pedih untuknya.

Adapun yang dimaksud dengan siapa yang memelihara kehidupan orang


lain adalah orang yang memberikan maaf kepada orang yang wajib dibunuh.
Maaf yang disebutkan itu adalah maaf yang diberikan setelah dijatuhkannya
hukum qiṣāṣ10 Al-Margī berpendapat bahwa pembunuhan yang dilakukan
oleh kakak beradik terhadap sesamanya secara zalim dan aniaya itu disebut
dosa besar.Maka ditetapkanlah suatu hukum bagi Bani Israil.

9
Syaikh Imam al-Qurṭubī, al-Jami’ Li Ahakam Alquran al-Karim, Jilid 6 , terj, Asmuni,
Tafsir al-Qurṭubī, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008)h. 349-350
10
al-Qurṭubī, al-Jami’ Li Ahkam, h.351
7
Siapa yang membunuh manusia bukan karena orang itu telah membunuh
orang lain tanpa sebab yang jelas maka wajib diadakan baginya hukum qiṣāṣ.
Atau bukan karena orang itu mermbuat kekacauan Negara yang sedang
melaksanakan hukum-hukum tuhan. Maka siapa yang melakukan semua itu
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Karena salah seorang
itu seperti orang lain yang sebangsanya. Artinya siapa yang menganggap
halal darah seseorang tanpa alasan yang benar, maka dia juga menganggap
halal darah semua orang. Karena yang dibunuh itu sama dengan yang lainnya.
Anggapan bahwa darah seorang itu sama dengan darah semua orang
tujuannya adalah agar orang mengerti betapa besar dosa membunuh orang
lain dengan sengaja dan aniaya, serta sangat keji.

Jadi seperti membunuh semua makhluk adalah kekejaman yang sangat


luar biasa dan berdosa besar.11Siapa yang menjaga kehidupan seseorang
dengan menyelamatkannya dari bahaya maut yang hampir
membinasakannya, maka seolah dia telah menjaga hidup seluruh manusia.
Karena dorongan yang ada dalam dirinya untuk menyelamatkan, yaitu
dengan rasa belas kasih dan penghormatan terhadap nyawa manusia serta
keteguhan untuk menunaikan hukum-hukum syariat adalah sebagai bukti
andaikan dia mampu menyelamatkan seluruh manusia maka dia tidak
akansegan-segan melaksanakan tanpa memikirkan apakah dia mampu atau
tidak.

Pada ayat ini juga terdapat bimbingan untuk mewujudkan persatuan


antara ummat manusia, agar orang-orang bertekad menjaga kehidupan
bersama dan tidak memberi bahaya terhadap orang lain. Karena menginjak-
injak kehormatan seseorang sama dengan merendahkan kehormatan semua
orang. Sedangkan membela hak seseorang sesuai ketetapan syara’ berarti
sama dengan membela hak semua orang.

Alquran sering kali menganjurkan supaya terwujudnya persatuan antara


manusia dan kewajiban kerja samanya diantara mereka, sehingga generasi
muda menganggap apa yang dilakukan orang tua adalah tanggung jawab

11
Musthafa al-Maragī, Tafsir al-Maragī, Juz 6,h. 187
8
mereka setelah generasi tua sudah tidak bisa melakuannya lagi, bahwa
kejahatan terhadap, satu orang adalah kejahatan untuk seluruh ummat.12

Menurut kisah kedua anak Nabi Adam as, bahwa setelah kabil membawa
hasil tanahnya untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Sedangkan Habil
datang dengan membawa kambing yang besar dan gemuk, maka Tuhan
senang kepada Habil dan persembahannya sedangkan Kabil tidak. Oleh
karena itu Kabil marah lalu membunuh Habil. Lalu Tuhan bertanya
kepadanya dimanakah adikmu itu lalu Kabil menjawab aku tidak tahu, bukan
aku yang menjaga adikku. Maka Kabil dikutuk oleh Tuhan dan mengusirnya
dari muka bumi. Kabil menyesal juga akhirnya dan memohon belas kasihan
kepada Tuhan. Dia takut dibunuh oleh setiap orang yang bertemu dengannya.
Maka untuk itu, Tuhan berkata kepadanya “ siapa yang membunuh Kabil
maka baginya tujuh kali lipat”. Tuhan memberikan suatu tanda pada Kabil,
supaya ia jangan dibunuh oleh siapa pun yang bertemu dengannya. Maka
setelah itu Kabil pergi dari hadapan Tuhan, dan berhentilah ia ditanah Nod
sebelah timur Eden.13

Kemudian Allah swt menjelaskan tentang Bani Israil adalah bangsa yang
berhati kasar dan berlebih-lebihan dalam melakukan pembunuhan dan dosa-
dosa yang lain. Walaupun begitu banyak Rasul yang diutus kepada mereka.
Untuk membawa keterangan-keterangan kepada mereka yang menyatakan
ketetapan yang kami wajibkan atas mereka dan menegaskan bahwa semua itu
wajib dipelihara dan ditunaikan dengan baik. Akan tetapi semua keterangan
itu tidak ada pengaruhnya bagi mereka karena jiwa mereka tetap tidak mau
dibimbing, akhlak mereka tetap saja kotor. Bahwa sekalipun mereka
mendapat peringatan yang begitu keras tentang perkara pembunuhan, namun
mereka tetap saja melakukannya secara berlebihan. Begitu juga dalam
melakukan berbagai penganiayaan dan dosa yang lainnya.Sedang pelajaran
yang dapat kita petik dari kisah dua anak Nabi Adam as, bahwa dengki adalah
pembangkit dari terjadinya kejahatan pertama yang dilakukan ummat
manusia dan merupakan sumber kerusakan dalam masyarakat sampai

12
Ibid.,hlm 188
13
Ibid.,hlm 188-189
9
sekarang.

Bisa dilihat dengan jelas bahwa seseorang yang dengki itu akan rela
melakukan segala sesuatu untuk mencapai apa yang di inginkan nya, seperti
membunuh saudara seagama, sebangsa, bahkan dengan cara membunuh
saudara kandungnya sendiri. Dengan cara menganiaya walupun cara tersebut
bisa membahayakan dirinya dan saudaranya. Apabila sesorang sudah
mempunyai penyakit dengki ini maka akan sulit mengarahkannya kepada hal
yang baik yang akan mengangkat derajatnya sendiri. Tolong menolong antar
sesama pun akan sulit dilakukan. Sehingga perbuatan yang dapat
memperbaiki kehidupan pun tidak akan dilakukan oleh mereka. Sehingga
mereka yang awalnya orang merdeka bisa menjadi hamba dari bangsa lain.
Sehingga jatuhlah kemegahan dan kejayaan hidup mereka, sehingga mereka
akan menjadi orang yang hina.14

Menurut aṭ-Ṭabarī siapa yang membunuh seorang mukmin bukan karena


ia membunuh orang lain maka ia mendapatkan qiṣāṣ atau bukan karena orang
yang dibunuhnya itu membuat kerusakan dimuka bumi dalam bentuk
memerangi Allah dan Rasulnya, serta memerangi orang-orang mukmin,
maka seolah-olah ia telah membunuh manusia seluruhnya, yang patut
mendapatkan siksa dari Allah swt.15

B. Surah Yunus Ayat 40-41

ِ ‫َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن يُّؤْ ِمنُ بِ ٖه َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن َّْل يُؤْ ِمنُ بِ ٖه ۛ َو َربُّكَ ا َ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْف‬
َ‫س ِد ْين‬

"Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an),


dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan."(QS. Yunus 10: Ayat 40)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫ع َملُ ُك ْم ۛ ا َ ْنـت ُ ْم َب ِر ْۤ ْيـئ ُْونَ ِم َّم ْۤا ا َ ْع َم ُل َواَ نَ ۡا َب ِر ْٓي ٌء ِم َّما ت َ ْع َملُ ْون‬ َ ‫َواِ ْن َكذَّبُ ْوكَ َفقُ ْل ِل ْي‬
َ ‫ع َم ِل ْي َولَـ ُك ْم‬

"Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad) maka katakanlah,


"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap

14
Ibid.,hlm 189-190
15
Aṭ-Ṭabari, Jami’ al-Bayan , Jilid 8, h. 779
10
apa yang kamu kerjakan."(QS. Yunus 10: Ayat 41)

1. Asbabun an - Nuzul
Al-Qur‟an berfungsi sebagai petunjuk hidup manusia dalam
menghadapi situasi dan berbagai dimensi permasalah. Ayat-ayat AlQur‟an
diturunkan dalam waktu dan keadaan yang berbeda-beda. Kata asbab jamak
dari sabab berarti alasan-alasan atau sebab-sebab. Asbab alnuzul berarti
pengetahuan tentang sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat. Menurut al-
Zarqani, asbab al-nuzul adalah “suatu kejadian yang menyebabkan turunnya
satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk
hukum berkenaan turunnya suatu ayat". Pendapat yang hampir sama
dikemukakan Shubhi al-Shalih: “Sesuatu yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat yang memberi jawaban terhadap sebab itu, atau
menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab itu. (Anhar Anshory,
2012. Hal. 47-48). Sedang menurut bahasa “Sabab Al-Nuzul” berarti turunnya
ayat-ayat Al-Qur‟an. Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW secara berangsurangsur dalam masa kurang lebih 23 tahun.
Al-Qur‟an diturunkan guna memperbaiki akidah, ibadah, akhlak, dan
pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan
kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an16.

2. Tafsir Surah Yunus ayat 40-41


Pada ayat yang lalu menegaskan bahwa mereka mendustakan apa yang
mereka belum ketahuinya dengan sempurna. Jika demikian, penolakan mereka
terhadap Al-Qur‟an dan tuntunan-tuntunannya bukanlah atas dasar pemahaman
yang kukuh atau setelah mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Ini
menggambarkan juga bahwa penolakan ini bertingkat-tingkat, bahkan boleh jadi di
antara mereka ada yang menolaknya, karena ikut-ikutan saja atau bahkan mereka
menolaknya padahal hati kecil kecil mereka membenarkan kandungannya atau
keistimewaannya.

16
Abd. Muin Salim.. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: TERAS.2004

11
Pada ayat ini menegaskan bahwa di anatara mereka, yakni kaum musyirikim
itu, ada yang mempercayai keberadaannya akan tetapi menolak kebenaran Al-
Qur‟an karena keras kepala dan mempertahankan kedudukan sosial mereka dan di
anatara mereka ada juga secara lahir dan batin tidak percaya kepadanya serta
enggan memperhatikannya karena hati mereka telah terkunci. Tuhanmu Pemelihara
dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih mengetahui para perusak yang telah
mendarah daging dalam jiwanya kebejatan yang sedikitpun tidak menerima
kebejatan yang tidak sedikitpun menerima kebenaran tuntunan Illahi. Nah, maka
demikian, jika mereka menyambut baik ajakanmu, katakannlah bahwa Allah SWT
yang memberi petunjuk kepada kamu dan memberi ganjaran kepadamu dan
kepadaku, dan jika mereka sejakdulu telah mendustakannmu dan berlanjut
kedustaan hingga kini dan masa akan datang, maka katakanlah kepada mereka,
“bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, yakni biarlah kita berpisah secara
baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah serta diberi balasan dan
ganjaran yang sesuai, kamu berlepas dari apa yang aku kerjakan, baik pekerjaanku
di masa sekarang, maupun masa yang akan datang, sehingga kamu tidak perlu
mempertanggung jawabkannya dan juga tidak menambah dosamu, dan akupun
terlepas dari apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu kerjakan di masa sekarang
maupun masa yang akan datang, dan juga tidak memperoleh ganjaran atau dosa jika
kamu memperolehnya.”17

Pengertian Toleransi
Kata toleransi berasal dari kata toleran yang berarti berifat atau bersikap
menenggang ( menghargai, membiarkan, membolehkan ) pendirian ( pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb ) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri. Untuk kata toleransi sendiri memiliki arti
sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling
berhubungan dengan penuh, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang
masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran
kerja Toleransi dalam arti membiarkan dan memberi keleluasaan kepada penganut
agama lain adalah sikap atau tindakan yang harus dimunculkan ketika berhadapan

17
Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
12
dengan masyarakat plural. Sebagaimana pendapat Heiler yang dikutip oleh
Djam‟anuri menyatakan toleransi yang diwujudkan dalam kata dan perbuatan harus
dijadikan sikap menghadapi pluralisme agama yang dilandasi dengan kesadaran
ilmiah dan harus dilakukan dalam hubungan dan kerja sama yang bersahabat antar
pemeluk agama Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance”
berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan “tasamuh”,18
berarti saling mengizinkan, saling memudahkan Bisa dikatakan bahwa sikap
toleransi adalah sikap yang saling menghormati dan menghargai antara satu
manusia dengan yang lain tanpa adanya saling ejek atau saling menjatuhkan antara
satu pihak dengan pihak yang lain. Yang kemudian akan menimbulkan sikap
kebersamaan dan kesatuan yang erat.

Tujuan Pendidikan Toleransi


Kerukunan hidup dalam antar pemeluk agama yang berbeda dalam
masyarakat plural yang harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan
akidah. kalimat yang secara tegas menunjukan hal iniseperti terekam dalam surah
QS. Yunus ayat 41 yang menyatakan “bagimu perkejaanmu dan bagiku
pekerjaanku” dan ayat tersebut didukung juga dalam surah QS. Al-kafirun ayat 6
yang berbunyi “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Ungkapan ayat ini
merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik sehingga masing-masing
pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa
memutlakkan pendapat kepada orang lain sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan
masing-masing. Membiarkan tetap dalam akidah masing-masing kemudian terus
bekerja sama dalam hal-hal kemasyarakatan khususnya dan kemanusiaan umunya
adalah cita-cita toleransi yang dikembangkan oleh islam. Untuk itulah membangun
persatuan melalui persaudaraan yang baik adalah jalan yang ditempuh bersama.
Inilah yang akan dibahas dalam sub bab ini adalah Membangun Persatuan Melalui
Persaudaraan: Persatuan dan kesatuan antar semua manusia tidak mungkin dapat
terwujud kalau tidak ada semangat persaudaraan. Dalam keontek keIndonesiaan
persaudaraan harus dilakukan bukan hanya kepada non muslim, namun juga

18
Haji Said Agil Husein. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta : Ciputat 2003.
13
terhadap sesama muslim. Untuk itulah sebelum membahas tentang pentingnya
persaudaraan terhadap non muslim, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang
persaudaraan sesama muslim.19

19
Ahmad Mustafa Al-Maraghi.Tafsir Al-Margi. Terj. Bahrun Abu bakar, Semarang: PT.
Karya Toha Putra Semarang.1993.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas kami menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Surah Al-Maidah ayat 32 ini di turunkan oleh Allah SWT sebagai
peringatan bagi kita untuk tidak membunuh manusia lain apabila
manusia tersebut tidak membunuh dan tidak berbuat kerusakan di muka
bumi jika hal ini terjadi maka seakan akan ia membunuh seluruh
manusia di muka bumi dan akan mendapatkan ganjaran setimpal.
2. Surah Al-Maidah Ayat 32 ini juga menjelaskan kepada kita untuk
menjaga diri maka Allah mengibaratkan ia telah menjaga jiwa sluruh
manusia di muka bumi ini
3. Allah juga memperingatkan bahwa manusia yang telah mengetahui
laranganannya namun masih saja melakukan larangan tersebut
dijelaaskan bahwa manusia itu telah melampaui batas.
4. Secara tafsir, ayat 41-42 Surah Yunus menyampaikan pesan bahwa
orang-orang yang memilih untuk menolak kebenaran dan memperolok-
olokkan para rasul akan menghadapi konsekuensi dari perbuatan
mereka. Allah berkuasa untuk menyingkirkan kebenaran dan
menghidupkan kembali mereka untuk dihukum di dunia dan akhirat.
Ayat ini menunjukkan bahwa sikap dan tindakan kaum yang
mendustakan risalah Allah tidak akan luput dari penghakiman-Nya.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelebihan. Penulis
banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemahan. Surakarta: CV. Al-Hanan


Quraish Shihab, Al-Misbah, Vol 3
Hamka, Al-azhar, juz 6.

As-Suyuti, Jalal ad-din dan Jalal ad-din al-Mahalli, al-Jalalain, Jilid I. Al-Qurṭubī, Al-Jami’
Li Ahakam Alquran Al-Karim, Jilid , terj, Asmuni. Tafsir al-Qurṭubī, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008).
Musthafa al-Maragī, Tafsir al-Maragī, Juz 6.
Abd. Muin Salim. 2004. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: TERAS.
Abdul Mujib. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Al-Munawar,
Haji Said Agil Husein. 2003. Fikih Hubungan Antar Agama.Jakarta: Ciputat Press.
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 1993. Tafsir Al-Margi. Terj. Bahrun Abu bakar, Semarang: PT.
Karya Toha Putra Semarang.

16

Anda mungkin juga menyukai