Anda di halaman 1dari 15

SIRAH NABAWIYAH

(Jalan kisah Nabi saw dengan Abdullah bin Umi Maktum,Teguran Allah swt kepada Nabi saw,
‘Ibrah dari kisah Nabi saw dengan Abdullah bin Umi Maktum )

Makalah ini diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah

Dosen Pembimbing: Dr. H. Bustami Saladin, MA.

Oleh :

HOLILUL RRAHMAN : 180601088

MAETON SA’DIAH :

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

JURUSAN ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur hanya bagi Allah SWT. Rabb semesta alam. Tidak ada daya dan
upaya selain dari Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia Nya dalam
mengarungi kehidupan ini. Sholawat dan salam selalu dilimpahan kepada Nabi Muhammad
SAW. Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di
manapun merea berada.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Bustami Saladin, MA. Selaku dosen
Sirah Nabawiyah yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat memberikan
tambahan Ilmu bagi kami. Kemudian kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman serta
pihak-pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Mengingat kami masih tahap pembelajaran, oleh karena itu kami minta maaf jika terdapat
benyak kesalahan dalam pembuatan ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini agar makalah ini lebih sempurna pada
masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..

A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...

A. Jalan Kisah Nabi dengan Abdullah bin Ummi Maktum………………………….


B. Teguran Allah SWT Terhadap Nabi Muhammad SAW………………………….
C. Ibrah Dari Kisah Nabi dengan Abdullah bin Ummi Maktum…………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jalan Kisah Nabi dengan Abdullah bin Umi Maktum


1. Pertemuan Para Pemuka Musyrikin Quraisy dengan Nabi SAW.
Pada suatu hari semua pemuka Quraisy melaksanakan keputusan mereka dan
bertemu dengan Nabi saw. Kebetulan pada hari itu, Nabi saw, sedamg duduk seorang
diri di Masjid. Pemuka Quraisy yang mendatangi Nabi saw ialah Abu Jahalbin
Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubai bin Ka’ab, dan Utbah bin Rabi’ah. Nabi saw
membaca beberapa ayat Al-Qur’an dengan maksud berdakwah kepada mereka.
Pada waktu itu Nabi saw bersungguh-sungguh dan penuh harapan supaya mereka
tunduk menjadi pengikut seruan beliau, sebab beliau sangat menghormati mereka.
Nabi saw tidak mengerti sedikitput maksud kedatangan mereka. Beliau tidak
menyangka bahwa kedatangan mereka adalah hendak menghina, merendahkan,
mengejek, dan menertawakan seruannya. Bahkan sebaliknya, beliau menyangka
mereka akan mengikuti seruannya dan beriman kepada Islam karena memang sejak
beberapa waktu beliau sudah mengharapkan hal itu terjadi. Beliau beranggapan
bahwa apabila mereka menjadi pengikutnya dan menjadi pemuka-pemuka Islam,
banyak orang yang berasal dari lapisan bawah dan rakyat jelata akan mengikuti jejak-
jejak mereka, sehingga bertambah pesat langkah beliau dalam menyiarkan agama
Islam dan segera tercapai apa yang dicita-citakan oleh Islam.
Ketika Nabi saw tengah berbicara dengan mereka, tiba-tiba dating seorang buta
yang pakaiannya compang-camping hendak bertemu dengan beliau,. Kedatangannya
adalah untuk mengetahui seluk-beluk Agama Islam dan mempelajari Agama Allah
yang telah diturunkan dan diajarkan kepada Nabi saw, tetapi beliau masih terus
membaca ayat-ayat Al-Qur’an kepada pembesar Musyrikin Quraisy. Beliau tidak
mengacuhkan orang buta itu.
Setiap kali selesai membaca ayat-ayat Al-Qur’an Nabi saw selalu bertanya kepada
Pemuuka Quraisy. Diantaranya,

“Bukankah apa yang kudatangkan ini baik?”


Mereka menjawab dengan tertawa, “Ya, baik, demi Allah! Sungguh memang
amat baik”
Nabi saw kemudian membaca beberapa ayat lainnya dan bertanya lagi kepada
mereka.

“Apakah menurut pendapatmu apakah apa yang kukatakan ini jelek?”


Mereka menyambut bersama-sama, “Tidak, demi Allah! Sungguh semuanya
baik.”
Demikian sehingga terjadi berulang-ulang dan ditengah-tengah beliau berbicara
dengan pemuka Quraisy. Orang buta itu selalu menyela, “Ya Rasulullah, berilah aku
pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah swt kepadamu!”
Demikian perkataan orang buta tadi berkali-kali diucapkan, tetapi Nabi saw, tidak
mengacuhkan dan tidak memperhatikan permintaan orang buta, bahkan beliau
mengerutkan mukanya dan memalingkan wajahnya dari orang buta kearah para
pembesar dan pemuka Quraisy.

B. Teguran Allah Terhadap Nabi Muhammad SAW


Berhubungan dengan terjadinya peristiwa itu, Allah sawt menurunkan wahyu saat itu
juga kepada Nabi Muhammad saw.
1. Surah Abasa (cemberut)
ٓ ٰ ‫ ِّذ ۡك َر‬B‫ هُ ٱل‬B‫ذ َّك ُر فَتَنفَ َع‬Bَّ Bَ‫ َأ ۡو ي‬٣ ‫ َّز َّك ٰ ٓى‬Bَ‫د ِريكَ لَ َعلَّ ۥهُ ي‬Bۡ Bُ‫ا ي‬BB‫ َو َم‬٢ ‫ ٓا َءهُ ٱَأۡل ۡع َم ٰى‬B‫ َأن َج‬١ ‫ى‬
‫ َأ َّما َم ِن‬٤ ‫ى‬ Bٰٓ َّ‫ َول‬Bَ‫س َوت‬
َ َ‫َعب‬
َ‫َأنت‬Bَ‫ ف‬٩ ‫ َوه َُو يَ ۡخ َش ٰى‬٨ ‫ك يَ ۡس َع ٰى‬ َ ‫ َوَأ َّما َمن َجٓا َء‬٧ ‫ َو َما َعلَ ۡيكَ َأاَّل يَ َّز َّك ٰى‬٦ ‫ى‬Bٰ ‫َص َّد‬ َ ‫ فََأنتَ لَ ۥهُ ت‬٥ ‫ٱست َۡغن َٰى‬ ۡ
١٤ ‫ َّم ۡرفُوع َٖة ُّمطَه ََّر ۢ ِة‬١٣ ‫ُف ُّم َك َّر َم ٖة‬ ُ ‫ فِي‬١٢ ُ‫ فَ َمن َشٓا َء َذ َك َرهۥ‬١١ ‫ة‬ٞ ‫ َكٓاَّل ِإنَّهَا ت َۡذ ِك َر‬١٠ ‫ع َۡنهُ تَلَه َّٰى‬
ٖ ‫صح‬
١٦ ‫ ِك َر ۢ ِام بَ َر َر ٖة‬١٥ ‫بَِأ ۡي ِدي َسفَ َر ٖة‬
Artinya :
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya. Tahukah kamu barankali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya, adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu
melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalo dia tidak membersihkan diri
(bermain) dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran) sedangka ia takut kepada Allah maka kamu
mengabaikannya sekali-kali jangan (demikian) sesungguhnya ajaran-ajaran tuhan
itu adalah sesuatu peringatan maka barang siapa yang menghendaki tentulah ia
memperhatikannya. Didalam kitab-kitab yang dimuliakan yang ditinggikan lagi
disucikan ditangan para penulis (malaikat) yang mulia lagi berbakti”
Sesudah mendapat teguran, beliau tidak pernah lagi bermuka masam atau
memalingkan wajah dari siapa saja yang dating kepada beliau, terutawa jika yang
dating adalah orang miskin. Beliau kedatangan orang buta miskin yang menyebabkan
beliau mendapat teguran dari Allag swt, beliau sangat hormat kepadanya dan berkata,
2. Hikmah Teguran Allah kepada Nabi Muhammad SAW
Agar lebih jelas pelajaran yang terkandung dalam ayat-ayat peringatan di atas,
disini akan dijelaskan seperlunya. Peristiwa diatas mengandung pelajaran yang tinggi
dan petunjuk yang luhur yang sudah seharusnya dijadikan suri taauladan oleh siapa
saja yang berssungguh-sungguh hendak mengangkat suatu bangsa dari lembah
kehinaan ke tingkat kemuliaan dan dari kekaalahan kepada emenangan, terutama
kepada pengajur umat islam, pemimpin umat islam, dan penyiar agama Islam.
Para pemuka, pemimpin, dan dai ummat Islam mengetahui bahwa Allah swt
mengutus seseorang nabi kepada tiap-tiap ummat sebelum dibangkitkannya nabi kita
nabi Muhammad saw. Untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada orang-orang
yang lemah dari umatnya masing-masing, supaya mereka sadar akan hak-hak
kemanusiaannya berusaha memperoleh kembali hak-haknya agar kehidupan mereka
sesuai dengan kehidupan manusia dan selaras dengan prikemanusiaan.
Jangan sampai kehidupan mereka berada dalam tingkat lebih rendah dan lebih
hina daripada kehidupan mahluk hewan.w
Adapun golongan kaum bangsawan, hartawan dan mereka yang merupakan
lapisan atas, umumnya menghina, merendahkan, menertawakan, mengejek,
menyakitkan, menganiaya, dan merintangi seruan-seruan Nabi saw utusan Allah swt
Dalam Al-Qur’an Allah telah menyatakan,
٣٤ َ‫ بِِۦه ٰ َكفِرُون‬B‫ير ِإاَّل قَا َل ُم ۡت َرفُوهَٓا ِإنَّا بِ َمٓا ُأ ۡر ِس ۡلتُم‬ ۡ
ٍ ‫َو َمٓا َأ ۡر َسلنَا فِي قَ ۡريَ ٖة ِّمن نَّ ِذ‬
٣٥ َ‫وا ن َۡحنُ َأ ۡكثَ ُر َأمۡ ٰ َواٗل َوَأ ۡو ٰلَ ٗدا َو َما ن َۡحنُ بِ ُم َع َّذبِين‬
ْ ُ‫َوقَال‬
ٰ
٣٦ َ‫اس اَل يَ ۡعلَ ُمون‬ ِ َّ‫ق لِ َمن يَ َشٓا ُء َويَ ۡق ِد ُر َولَ ِك َّن َأ ۡكثَ َر ٱلن‬ َ ‫قُ ۡل ِإ َّن َربِّي يَ ۡب ُسطُ ٱلر ِّۡز‬
ٓ
Bَ ‫لِ ٗحا فَُأوْ ٰلَِئ‬B ‫ص‬
‫زَ ٓا ُء‬BB‫ك لَهُمۡ َج‬ َ ٰ ‫م ِعن َدنَا ُز ۡلفَ ٰ ٓى ِإاَّل َم ۡن َءا َمنَ َو َع ِم َل‬Bۡ‫ بِٱلَّتِي تُقَرِّ بُ ُك‬B‫َو َمٓا َأمۡ ٰ َولُ ُكمۡ َوٓاَل َأ ۡو ٰلَ ُد ُكم‬
٣٧ َ‫ت َءا ِمنُون‬ ِ َ‫وا َوهُمۡ فِي ۡٱل ُغ ُر ٰف‬ ْ ُ‫ف بِ َما َع ِمل‬ ِ ‫ٱلض ِّۡع‬
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya
kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". Dan mereka
berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan
kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui". Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu
yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang
berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman
sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).
Ayat ini menunjukan dengan jelas bahwa para pembesar dan orang yang
terpandang tinggi adalah golongan daro orang-orang yang tidak percaya kepada apa
yang didatangkan oleh Nabi dan Rasul Allah. Diantara mereka ada yang beriman dan
menjadi pengikut Nabi mereka, tetapi hanya sebagaian kecil saja. Mereka yang
berimana adalah orang-orang yang telah insyaf dengan sungguh-sungguh. Mereka
mau bercampur dengan oranag-orang lapisan bawah, yaitu orang-orang yang miskin,
dan berani meninggalkan kebangsawanannya dan kemewahan hidupnya.
Orang-orang yang menjadi pengikut Nabi saw, dengan setia sejak beliau diangkat
menjadi Rasul sampai beberapa tahun kemudian. Sebagian adalah golongan orang
yang golongan lemah dan miskin, sekalipun ada juga yang berasal dari golongan
bangsawan dan hartawan tetapi hanya sebagian kecil

C. Ibrah dari kisah Nabi dengan Abdullah bin Umi Maktum


Abdullah bin Ummi Maktum berhasil mencuri perhatian Allah Swt. Terbukti
dengan diturunkannya surah ‘Abasa yang disebabkan oleh dirinya. Kejadiannya yaitu
saat di Makkah, Nabi sedang bersama pembesar Quraisy untuk berdiskusi, diantara
mereka ada Abu Jahl, ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Abas bin Abd al-Muthollib, dan Walid bin
Murighah.

Dalam konteks dakwah, setiap kita ingin agar semakin banyak orang yang
menerimanya, apalagi bila orang-orang yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat.
Bila seorang tokoh berpengaruh masuk Islam, akan banyak orang yang mengikutinya.

Rasulullah SAW sebagai manusia biasa juga memiliki perimbangan seperti itu.
Maka, ketika beliau sedang berdakwah kepada para tokoh Quraisy, tiba-tiba datang
seorang sahabat yang kedudukannya biasa-biasa saja, bahkan matanya juga buta. Bisa
jadi, Rasulullah saw merasa terganggu atas kehadirannya yang datang untuk meminta
nasihat dan petunjuk, karenanya beliau sampai bermuka masam. Sikap Rasulullah saw
yang demikian tidak baik, maka Allah swt menyampaikan teguran dengan turunnya surat
Abasa
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPRAN

Anda mungkin juga menyukai