Sebagai khatib, memiliki tanggung jawab untuk mengajak jamaah untuk meningkatkan iman
dan takwa. Iman dan takwa adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
terutama dalam menghadapi dunia yang penuh tipu daya. Dengan iman dan takwa, manusia
akan memiliki pedoman hidup yang benar dan akan terhindar dari kebejatan dunia.
Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat mulia, di mana Rasulullah Saw dilahirkan,
tepatnya 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, di Kota Makkah. Beliau adalah manusia yang
sangat mulia dan penuh keagungan. Nabi Muhammad Saw adalah teladan terbaik bagi umat
manusia. Beliau memiliki akhlak yang paling mulia, sehingga Allah Swt menyebutnya sebagai
uswah hasanah (teladan yang baik).
َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُسوِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِلَم ْن َك اَن َيْر ُجو َهَّللا َو اْلَيْو َم اآْل ِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًر
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).
Menurut Imam Qurthubi dalam kitab Tafsir al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an menyebutkan bahwa
makna “uswah” dalam ayat tersebut adalah panutan. Artinya, Nabi Muhammad adalah
sosok teladan, yang tingkah lakunya jadi tempat bersandar. Maka, Rasulullah diikuti dalam
semua perbuatannya dan menjadi tempat bersandar dalam semua keadaannya. Nabi
Muhammad adalah sosok yang diteladani dalam keikhlasan; wajah beliau dilukai, lengannya
patah, pamannya Hamzah dibunuh, perutnya lapar, dan beliau tidak ditemukan kecuali
dalam keadaan sabar dan ikhlas, serta bersyukur dan ridha.
Lebih lanjut, saat beliau disakiti, Nabi tidak ada keinginan untuk membalas tindakan
tersebut. Misalnya, saat diusir dari Makkah, Nabi Muhammad tidak membalas dengan
kekerasan. Nabi justru berhijrah ke Madinah dan mendirikan peradaban Islam yang damai
dan adil.
Demikian juga ketika dilempari batu oleh penduduk Thaif dengan batu sehingga berdarah
pelipis matanya, Nabi Muhammad tidak membalas dengan makian atau lemparan batu. Nabi
Muhammad, kata Imam Qurthubi, justru berdoa agar yang menyakitinya mendapatkan
hidayah dan kebaikan dari Allah.
Sejatinya, sikap Nabi Muhammad saat disakiti ini merupakan teladan yang sangat berharga
bagi umat Islam. Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu memaafkan orang yang menyakiti
kita, bahkan ketika mereka menyakiti kita dengan cara yang tidak terbayangkan. Dengan
memaafkan, kita tidak hanya menghilangkan dendam dan kebencian, tetapi juga membuka
pintu kebaikan dan kasih sayang.
Artinya: "Firman Allah Ta’ala "uswatun" (suatu teladan). Uswatun (suatu teladan) adalah
qudwah (contoh). Uswatun (suatu teladan) adalah sesuatu yang diteladani, yaitu sesuatu
yang dibanggakan. Maka, seseorang meneladani dalam semua perbuatannya dan bangga
dengannya dalam semua keadaannya. Maka, sungguh wajahnya telah terluka, dan tulang
pipinya telah pecah." [Imam Qurthubi, al Jami’ li Ahkami al-Qur’an, [Kairo; Dar Kutub al
Misriyah, 1964], halaman 155]
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Di sisi lain, Abu Al Muzhaffar As-Sam'ani, dalam Tafsir as-Sam'ani, jilid I, [Riyadh, Darul
Wathan, 1997], halaman 270 ayat menekankan bahwa Rasulullah adalah sebagai teladan
yang baik bagi umatnya, dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesabaran dalam
menghadapi cobaan dalam berdakwah.
Nabi Muhammad bersabar atas apa yang menimpanya, sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah dalam menghadapi kaum Quraish yang kejam. Nabi Muhammad disakiti hingga
beliau patah hidungnya pada perang Uhud, dan luka di dahinya, dan telur pecah di
kepalanya, hingga pamannya Hamzah terbunuh, namun Nabi tidak berhenti dalam urusan
berdakwah di jalan Allah, dan bersabar atas semua itu.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Terkait keluhuran akhlak dan budi luhur Rasulullah Safiur Rahman Mubarakfuri dalam kitab
Ar-Rahiq al-Makhtum, [Beirut; Dar Hilal, 1427 H] halaman 440 memberikan pujian yang
tinggi pada akhlak Nabi Muhammad Saw. Rasulullah katanya, memiliki akhlak yang
sempurna, dan kesempurnaan akhlaknya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Setiap
orang yang berjumpa dengan Nabi, pasti hatinya dipenuhi dengan penghormatan. Bahkan
para lelaki rela mengorbankan diri mereka untuk melindungi dan menghormati beliau,
sesuatu yang tidak pernah terjadi pada orang lain.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Lebih lanjut, orang yang pernah bergaul dengan Nabi akan jatuh hati dan mencintainya
hingga batas teramat sangat, dan tidak peduli jika leher mereka dipatahkan atau kuku beliau
tergores. Seseorang akan mencintai beliau karena Nabi Muhammad memiliki kesempurnaan
yang dicintai manusia, dan kesempurnaan tersebut tidak pernah dimiliki oleh manusia lain.
َو َتَقَّبَل، َو َنَفَعِنْي َو ِاَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه اَألَياِت َو ألِّذْك ِر اْلَحِكْيِم، َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َهَذ ا اْلَيْو ِم اْلَك ِر ْيِم
، َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم، ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم َجِم ْيَع َأْع َم اِلَنا ِإَّنُه ُهَو اْلَحِكْيُم اْلَعِلْيُم
ِاَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم،َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه