A. Pidato 1
Assalamu’alaikum wr.wb
بِس ِْم هللاِ الرّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم
َ ف ْالألَ ْنبِيا َ ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْينَ َسيِّ ِدنا َ َو َموْ لَنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َو
اَ َّما بَ ْع ُد, َصحْ بِ ِه اَجْ َم ِع ْين َّ اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ َوال
ِ عَل َى اَ ْش َر صالَةُ َوال َّساَل ُم
Pertama-tama marilah kita memanjatkan rasa syukur kita kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat bertemu di tempat yang berbahagia
ini dalam rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Bulan Rabiul Awwal adalah bulan yang sangat bersejarah dalam kehidupan manusia, karena pada tanggal
12 Rabiul Awwal tahun gajah, telah dilahirkan seorang pemimpin umat manusia yang merupakan rahmat
bagi alam semesta. Beliau adalah junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Melalui beliau Allah
menunjukan manusia menuju alam yang penuh dengan cahaya kimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Oleh sebab itu di bulan Rabiul Awwal ini marilah kita jadikan sebagai sarana dan media untuk
mengumpulkan kaum muslimin di masjid-masjid, majelis ta’lim dan tempat-tempat lainnya dengan tujuan :
1. Untuk menanamkan, memupuk dan menambah rasa cinta (Mahabbah) kita kepada Rasulullah Saw.
Allah telah mensejajarkan dan menempatkan secara bersama-sama antara ketaatan kita kepada-Nya dan
kepada Rasul-Nya. Sedangkan Nabi Saw. lebih utama dari kita, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-
Ahzab ayat 6 :
ِ ُالنَّبِ ُّي أَ ْولَ ٰى بِا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ِمنْ أَنف
س ِه ْم
Artinya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukminin dari diri mereka sendiri.” (Q.S Al-Ahzab: 6)
Karena itu, kita harus cepat-cepat menyatakan loyal kepada Rasulullah Saw. dan mencintainya, melebihi
besarnya cinta kepada diri kita sendiri. Beliaulah yang memberikan petunjuk kepada kita akan kebenaran,
sementara kita selalu cenderung untuk mengikuti hawa nafsu, sedangkan hawa nafsu itu selalu mengajak
kita kepada kejahatan. Dengan demikian, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mendahulukan kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya di dalam hati, lebih dari siapa atau apa yang dicintai
Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin wa bihi nasta’in wa ‘ala umurid dunya wad din. Wa shatu wa
salam ‘alla sayiddina wa maulana Muhammad saw wa ‘ala ashabihi wa ahli baity. Aamiin.
Kepada yang terhormat bapak ibu hadirin yang dimuliakan Allah. Pada kesempatan ini marilah kita
ucapkan rasa syukur kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kita
masih diberi nikmat sehat tanpa halangan suatu apapun. Sehingga pada kesempatan yang mulia ini kita
masih diberi umur yang panjang dan dapat berkumpul dalam acara peringatan maulid Nabi.
Shalawat serta salam mari kita haturkan kepada penyelamat kita dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benderang yaitu Nabi Muhammad. Nabi sejuta umat baginda Nabi Agung Muhammad Saw yang kita
nantikan pertolongannya di hari akhir kelak.
Pada kesempatan kali ini sedikit saya sampaikan pidato Maulid Nabi agung Muhammad saw tentang sifat
terpuji dari beliau. Amatlah penting bagi kita sebagai umat muslim untuk mengetahui sifat yang dimiliki
baginda Rasulullah.
Sebagaimana telah termaktub dalam Al Qur’an bahwa Allah telah benar benar memberikan suri tauladan
yang baik. Rasulullah dengan segala kebaikan dan budi luhurnya wajib kita tiru. Walaupun sebagai
manusia biasa kita tidak dapat meniru seratus persen sifat beliau namun sifat ini dapat kita jadikan acuan
dalam berperilaku.
Perilaku jujur atau Shiddiq merupakan sifat utama yang dimiliki Rasulullah. Mengapa demikian. Karena
seseorang yang berbuat jujur akan mudah diterima di masyarakat dan lingkungan. Tidak hanya jujur
dengan orang lain saja, yang utama adalah berbuat jujur dengan diri sendiri.
Seseorang yang terbiasa dengan perilaku jujur dalam berperilaku akan menunjukkan perilaku yang baik
pula. Demikian juga orang yang memiliki kejujuran yang rendah akan menunjukkan kualitas akhlak yang
kurang baik pula.
Dalam berperilaku harusnya nabi Muhammad sebagai tolak ukur kita. Hal tersebut dimaksudkan sebagai
rasa kecintaan kita terhadap baginda. Sudah seharusnya kita tidak mengharap pujian atas gemerlapnya
dunia ini.
Mari kita senantiasa menyambut peringatan ini dengan rasa syukur yang mendalam. Semoga senantiasa
diberi kemudahan jalan, rezeki, dan peningkatan iman taqwa kita.
1. Menanamkan, Memupuk dan Menambah Rasa Cinta (Mahabbah) Kita Kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa sallam.
Mencintai dan menyayangi Nabi Muhammad melebihi diri sendiri dan orang tercinta merupakan amalan yang
sangat utama. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat :
النَّبِ ُّي أَوْ لَ ٰى بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِم ْن أَنفُ ِس ِهم
Artinya, “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukminin dari diri mereka sendiri.” (QS Al-Ahzab: 6)
Dengan demikian, sudah menjadi keharusan bagi umat Muslim untuk mendahulukan kecintaan kepada Allah
dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam hati, lebih dari siapa atau apa yang dicintai.
E. Pidato Ke-5
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh. Alhamdulillahi hamdan katsiran kama amar. Asyhadu alla ilaha
illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Allahumma sholli ala Muhammad wa ala ali sayyidina wa maulana
Muhammad.
Yang terhormat, Bapak/Ibu Kepala…. Yang terhormat, Bapak/Ibu Tamu Undangan Kegiatan Peringatan Maulid Nabi.
Serta teman yang seperjuangan dengan saya. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan kita nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga hari ini, 12 Rabiul Awal kita bisa berkumpul di
ruangan yang penuh berkah dalam rangka melaksanakan kegiatan Maulid Nabi. Shalawat berbingkai salam kita
sampaikan kepada Baginda Nabiyullah Muhammad SAW. Muhammad akhirul anbiya, Muhammad al Mustofa. Rasul
terbaik penutup para Nabi. Semoga dengan seringnya bershalawat kita akan mendapat syafaat beliau di Yaumul Akhir
nanti.
Bapak, Ibu, serta hadirin yang dirahmati oleh Allah; Hari ini adalah hari bahagia. Di hari yang sama tepatnya pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah yang bertepatan 20 April 571 Masehi telah lahir seorang tauladan berbudi pekerti
agung.Dialah Muhammad, dialah Nabi Muhammad SAW. Tiada henti kita lantunkan shalawat atas beliau, karena
bahkan Allah dan malaikat-Nya saja selalu bershalawat untuk Rasulullah.
Tidak hanya sekadar berbahagia, ada beragam peristiwa besar yang mengiringi kelahiran Nabi. Sebut saja seperti
hancurnya Pasukan Gajah, keluarnya cahaya yang menyinari istana-istana Syam pada saat kelahiran Rasulullah,
runtuhnya 14 balkon istana Kisra, padamnya api Majusi, hingga runtuhnya gereja di Buhairah. Sungguh! Di sanalah
awal titik balik Islam untuk kembali memunculkan kilaunya.
Hadirin yang berbahagia; Di era milenial seperti hari ini, apakah cukup bagi kita hanya sekadar bershalawat dan
mengenal Nabi terbaik saja? Tentu saja tidak. Sombong sekali rasanya jika kita mengaku sudah cinta kepada Nabi,
sudah sayang kepada Rasul, namun tidak berusaha untuk meneladan perjuangan, akhlak, serta kepribadian ala
Rasulullah. Padahal Allah sudah berfirman dalam Surah Al-Qalam ayat 4: “Wa innaka la’ala khuluqin Azhim” yang
artinya; Dan sesungguhnya dia memiliki budi pekerti yang luhur/agung. Sungguh! Rasulullah adalah contoh alias
teladan yang sangat baik untuk kita ikuti.
Maka dari itulah, pada momentum yang berbahagia ini, marilah kita jadikan Maulid Nabi bukan sekadar peringatan,
bukan sekadar perayaan, melainkan kesempatan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Rasulullah.
Hadirin yang berbahagia; Setidaknya ada beberapa langkah dan upaya dalam menumbuhkembangkan kecintaan
terhadap Rasulullah. Pertama, kita sebagai pribadi dan keluarga mesti senantiasa bershalawat kepada Nabi,
mendekatkan diri kepada Al-Quran, serta konsisten membaca sembari memetik hikmah dari kisah Rasul.
Ya, ada banyak sekali kisah yang tertuang dalam Sirah Nabawiyyah. Di sana kita bisa mengambil banyak sekali
pelajaran sekaligus bekal untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah. Kedua, istiqomah melaksanakan Sunnah
Nabi Muhammad SAW dan dimulai dari yang kecil dan ringan. Benar sekali. Kita tidak perlu mencari amalan yang
susah-susah dan berat demi merengkuh pahala. Soalnya Allah lebih suka dengan amalan yang ringan namun
konsisten. Contohnya? Banyak. Misalnya rutin bersedekah, puasa Senin-Kamis, dan masih banyak lagi.
Adapun yang ketiga dan yang paling utama adalah memulai mencintai dan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap
Nabi Muhammad dari diri sendiri. Iya. Kita tidak boleh hanya sekadar menyuruh orang untuk bershalawat, sedangkan
kitanya enggan. Kita pula tidak boleh hanya sekadar mengajak orang untuk melaksanakan Sunnah Nabi, sedangkan
kitanya malah angin-anginan.
Bapak, Ibu, serta para tamu undangan yang berbahagia; Maulid Nabi Muhammad 1443 Hijriah adalah momentum
yang sangat baik bagi kita untuk memperbaiki diri, hati, keluarga, bangsa dan negeri ini. Islam akan semakin kuat jika
ditopang oleh pasukan muslim yang berakhlak mulia. Maka dari itu, mari kita memanfaatkan kesempatan umur yang
sedikit ini untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah seraya menumbuhkembangkan kecintaan terhadap Nabi
Muhammad SAW.
Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Banyak maaf. Saya akhiri;
Buah semangka buah pepaya Tumbuhnya di dekat batang ubi Kita doakan Islam menjadi jaya Lalu tumbuhkan cinta
kepada Nabi. Wassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh
F. Pantun
Pantun Pembuka Pidato Maulid Nabi