Anda di halaman 1dari 3

Mensyukuri Nikmat Allah

Yang kami muliakan dewan juri

Yang kami hormati para dewan guru

Dan para hadirin yang berbahagia

Alhamdulillah puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana pada
hari ini kita telah diberi nikmat, nikmat sehat jasmani dan rohani, dan yang terlebih penting lagi,
adalah nikmat iman wal islam, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam
rangka menyiarkan agama Islam dan lomba keterampilan agama. Dalam kesempatan ini saya
akan membawakan pidato dengan judul “Mensyukuri Nikmat Allah”.

Bersyukur menjadi sebuah kewajiban bagi kita, sebagai yang beriman, karena tak ada
barang sedikit pun dari hidup yang kita lalui terlepas kita selalu memanfaatkan dan menikmati
fasilitas serta anugrah Allah SWT, tanpa anugrah dan fasilitas dari Allah itu, dapatkah jantung
kita berdetak, darah kita mengalir, mata kita melihat, telinga kita mendengar. Betapa besar
anugrah dan nikmat Allah yang diberikan kepada kita (betul) dan banyak nikmat Allah yang
lainnya (betul). Andai kata kita mencoba untuk menghitung anugrah dan nikmat Allah, tentu kita
tak akan mampu menghitungnya. Seperti Allah berfirman dalan surat An-Nahl ayat 18.

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya”.
Saudara hadirin yang berbahagia, oleh karena itu, marilah kita syukuri nikmat Allah yang
diberikan kepada kita. Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang senantiasa selalu
bersyukur kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7

Artinya: “Jika engkau sekalian bersyukur, niscaya aku tambahkan bagimu, beberapa
kenikmatan dan jika engkau ingkar, ingatlah siksaku amat pedih”.

Saudara hadirin yang berbagia

Ada suatu kisah:

Seorang sahabat yang bernama Ubaid bin Umar, berkunjung ke rumah Siti Aisyah RA.
Siti Aisyah RA, bertanya: “ada apa Ubaid bin Umar?”, Ubaid bin Umar berkata: “ceritakan
kepada kami, apa yang kamu lihat dari amal perbuatan Rasululloh yang luar bisa”. Aisyah diam
sejenak, kemudian berkata: “ketika nabi terbangun dari tempat tidurku, Nabi SAW berwudhu
dan berdiri untuk sholat, dan selalu menangis hingga basah tempat sujudnya dan terus menangis
hingga dating bilal untuk adzan shubuh, dan ketika bilal melihat Nabi SAW sedang menangis, ia
bertanya: “ya Rasululloh SAW, mengapa engkau menangis, padahal Allah telah mengampunkan
semua dosamu yang lalu, maupun yang akan datang?” Nabi SAW menjawab: “tidaklah
selayaknya aku menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah””. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban).

Hadirin yang berbahagia. Jika Rasululloh yang seluruh dosanya sudah diampunkan, serta
dijamin masuk surga oleh Allah, masih begitu giat sholat malam, bersyukur dengan rasa (takut)
yang disaksikan dengan tetesan air mata. Rasululloh menangis sampai tempat sujudnya basah
dengan tetesan air matanya.

Saudara hadirin yang berbahagia. Tetapi kenapa kita yang setiap harinya tidak luput dari
berbagai dosa malah bertambah malas ibadahnya (betul), sholat malas, ngaji malas, puasa malas.
Kalau dunia getol, harta getol, tahta getol. Marilah kita rubah sikap yang tidak baik itu. Bukalah
mata hati kita. Dunia, harta dan tahta tidak bisa kita bawa mati (betul) cocok. Di dunia ini tidak
ada kesenangan yang sejati (betul), tetapi dengan banyak bersyukur hidup ini lebih berarti, cocok
cok galicok galagacok cocook. Allah berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 56:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku ”.

Artinya kita tetap selalu senantiasa menjadi orang yang bersyukur kepada Allah SWT
yang akhirnya bahagia di dunia wal akhiro, kita berdoa. Robbana atina fiddunya hasanah wafil
akhiroti hasanah waqina azab bannar. Billahitaufik wal hidayah wa ridho wal inayah,
wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Anda mungkin juga menyukai