Anda di halaman 1dari 28

KEUTAMAAN SHOLAWAT DAN MENGIDOLAKAN SEORANG RASUL SERTA

MENCINTAI AHLUL BAITNYA DAN PEWARISNYA.

Fikri Sanakri
Perbankan Syariah B
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN Syech Nur Jati Cirebon
Email: sanakri86@gmail.com

Pendahuluan
‫ اللهم صل‬.‫ والصالة والسالم علي رسولنا محمد صلي هللا عليه وآله وصحبه أجمعين‬،‫ والعاقبة للمتقين‬،‫الحمد هلل رب العالمين‬
ّ ‫ ناصر الحق بالحق والهادي إلي صراطك المستقيم وعلي آله‬،‫علي سيدنا محمد الفاتح لمآ أغلق والخاتم لما سبق‬
‫حق قدره ومقداره‬
‫ ومن شرور األعداء‬،‫ وخلصنا من ألم الفقر والذال واعصمنا من البالء والوباء والطاعون‬،‫ اللهم نظم أحوالنا وحسن أفعالنا‬.‫العظيم‬
‫ اللهم بعدنا من‬.‫ اللهم يسرلنا اإلنتظام في جميع األمور الدينية والدنيوية وحصل مرادنا بالخير‬.‫والشياطين والنفس األما رة باسوء‬
‫ سلمنا يا هللا‬،‫ يا محيمن يا سالم‬.‫ اللهم إنا نعوذ بك من جهد البالء ودرك الشقاء وسوء القضاء وشماتة األعداء‬.‫الشر والعصيان‬
‫ ال لهم سلمنا وسلم ديننا وال تسلب وقت النزع إيماننا وال تسلط علينا من ال يخافك وال يرحمنا‬.‫بالنبي الخير األنام وبأم المؤمنين‬
‫ أما بعد‬.‫وارزقنا خيري الدنيا واآلخرة إنك علي كل شيء قدير‬
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta'ala mengutus nabi kita Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam serta untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia, dan juru selamat baik didunia dan akhirat kelak bagi siapa saja yang mentaatinya,
memuliakannya, mengagungkannya dan menunaikan hak-hak nya, salah satunya yaitu dengan
bershalawat dan mengucapkan salam penghormatan kepadanya. Dizaman akhir seperti ini banyak
dari umatnya baik kalangan orang tua, remaja, dan anak anak sudah mulai melupakan Nabi
Muhammad SAW, dengan menjauhi Majlis Ta'lim, acara Maulid, serta menjauhkan apa yang
diperintahkan nya. Maka dari itu saya berkeinginan untuk membuat sebuah artikel tentang
"Keutamaan Bersholawat Kepada Rasul SAW", bertujuan supaya mengembalikan kecintaan
mereka kepada Rasulnya, menjalani apa yang di perintahkan Rasulnya, dan menjauhi apa yang
dilarangnya. Dengan itu semua semoga kita sebagai umatnya tidak dilupakan Nabi pada hari
kiamat kelak, dimana tidak ada pertolongan dan keselamatan kecuali hanya bagi Nabi Muhammad
SAW dan Umatnya.
Akhirnya, aku memohon kepada Allah ta'ala agar menjadikan artikel ini bermanfaat bagi
pengumpulnya, pembaca, serta yang mendengarnya. Dan supaya menjadikan amalan ini ikhlas
hanya mengharap wajah -Nya yang Mulia, dan menerimanya, karena sesungguhnya Dia adalah
Dzat yang Maha Pemurah. Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
kepada keluarga serta seluruh sahabatnya dan kita sebagai umatnya.

Metode Penilitan
Metode penulisan bersifat pustaka. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, dan kitab-kitab kuning yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan informasi yang diperoleh dari Kitab dan buku.

Pembahasan
Menurut Mahmud Yunus dalam Kamus Arab Indonesia sholawat adalah berasal dari kata
“Salat” dan bentuk jama’nya menjadi “Sholawat” yang berarti doa untuk mengingat Allah secara
terus-menerus. Dengan demikian, sholawat merupakan pujian atau kemuliaan kepada Nabi
Muhammad SAW, seperti halnya dzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Landasan dasar yang
menjadikan sholawat itu sebagai bentuk perintah Allah adalah sebagai berikut:

Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’anul Aziz:

‫إن هللا وملئكته يصلّون علي النّبي ياأيها الّذين ءامنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما‬
ّ

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-


orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56)

Maksud dari ayat ini ialah, bahwasannya Allah tabaraka wa ta'ala mengabarkan kepada
para hamba -Nya tentang kedudukan hamba sekaligus nabi -Nya di sisi -Nya dihadapan penduduk
langit, di mana Allah Shubhanahu wa ta'ala memujinya di hadapan para malaikat terdekat -Nya.
Dan bahwasannya para malaikat juga ikut mendo'akan keberkahan kepadanya, kemudian Allah
ta'ala memerintahkan untuk para penduduk bumi yang berada dibawah supaya bershalawat dan
menghaturkan salam penghormatan kepadanya, agar terkumpul pada Nabi pujian dari penduduk
langit yang berada di atas dan penduduk bumi yang ada di bawah seluruhnya.1 Dan dikatakan

1
Imanuddin Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur`anul Adzhim (Kairo: Darul Ibnu Jauzi,
1923). Juz 6. Hlm. 225
bentuk sholawat dari Allah itu sebagai Rahmat dan Ridhonya, dari Malaikat itu sebagai doa dan
istighfar, dan dari Ummatnya itu sebagai doa dan memulyakan bagi yang memerintahkannya. 2

Dari ayat diatas disebutkan sholawat kepada Nabi merupakan suatu ibadah yang paling
utama, karena tidak ada satupun perintah dari Allah yang sebelum memerintahkannya, Allah pun
melakukan hal itu dan melakukan apa yang diperintahkannya tidak ada satu ibadah yang demikian
kecuali ibadah sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. 3 Dan juga yang menyebabkan
sholawat termasuk ibadah yang paling utama adalah bahwa yang pertama, Allah bersholawat
kepadanya, yang kedua Allah memerintah para Malaikat untu bersholawat kepadanya, yang ketiga
Allah memerintah hamba-hambanya untuk bersholawat atasnya, 4 yang ke empat mensejajarkan
perintah Allah dan Malaikat-Nya.5 (Maksudnya ketika Allah dan para Malaikatnya bersholawat,
kita pun sebagai umatnya harus bersholawat supaya menyamai apa yang dilakukan Allah dan para
Malaikatnya).

Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW itu dihukumkan wajib untuk sekali seumur hidup
dan tidak ada ikhtilaf didalamnya, sedangkan banyak terjadi perbedaan didalam keadaan-keadaan
tertentu yang meenyebabkan hukumnya menjadi wajib, sebagian dari mereka, mewajibkan
sholawat setiap disebutkan Nama Nabi SAW. Dan sebagian dari mereka, mewajibkan sholawat
setiap didalam majlis satu kali serta jika mengulang-ngulang menyebutnya. Dan sebagian mereka,
mewajibkan satu kali seumur hidup. Keterangan ini bisa dilihat didalam Kitab Tafsir Imam
Qurthubi. 6

Jika ada pertanyaan yang datangnya dari Non-Muslim atau dari siapapun tentang kenapa
kita harus bersholawat kepada Kanjeng Nabi, bukankah derajat beliau sudah mulia dan dijamin
dari api Neraka? Atau dengan pertanyaan bagaimana seorang Muslim akan memperoleh
kesalamatan kalau Nabinya saja masih dimintakan doa selamat melalui umatnya dengan
bersholawat?

2
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Qurthubi, Tafsir Jami’ul Ahkam Al-Qur’an (Beirut:
Muassasatur Risalah, 2006). Juz 17. Hlm. 213
3
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Juz 11. Hlm. 314
4
Al Faqih Syech Nashor bin Muhammad bin Ibrahim As Samarqandi, Tanbihul Ghafilin (Surabaya: Darul Ilmi, n.d.).
hlm. 148
5
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Maki Al Hasani, Khosoishol Ummatil Muhammadiyah (Madinah: Huququ
Thabi Mahfudzoh, 2000). Hlm. 248
6
Al-Qurthubi, Tafsir Jami’ul Ahkam Al-Qur’an. Juz 17. Hlm. 215-216
Maka disini akan dijelaskan dari pertanyaan diatas bahwa masalah tersebut perlu disadari
bahwasanya Anugerah Allah itu tidak terbatas begitupun kekuasaan-Nya, tetapi sebaliknya
setinggi apapun derajat seorang makhluk dan semantap apapun ketaqwaan seorang makhluk
mereka akan tetap membutuhkan Tuhan yang maha kuasa. Begitupun kepada Kanjeng Nabi,
walaupun beliau seorang Rasul yang derajatnya tinggi dan mulia melebihi Nabi dan Rasul yang
lain, Kanjeng Nabi tetap statusnya itu adalah makhluknya Allah yang membutuhkan rahmat-Nya.

Jaminan Allah yang diberikan kepada Rasul berupa Anugerah dan keselamatan, itu hanya
sekelumit dari apa yang dimiliki Allah, sebagaimana keterangan diatas, jadi wajar saja jika
Kanjeng Nabi masih meminta doa kepadanya dan kita memohon keselamatan Rasul kepada Allah.

Sebagaimana pendapat Ibnu Hajar dalam kitabnya, yaitu Pendapat yang lain: sholawat dari
seorang hamba adalah doa, doanya hamba ada kalanya agar kebutuhannya terpenuhi oleh Allah
atau seorang hamba memuji kepada kekasih-Nya, menambah kemuliyaanya dan mempopulerkan
sebutan dan pangkatnya. Tidak diragukan bahwa Allah menyukai itu begtu juga Rasulnya, jadi
orang yang bersholawat telah menggunakan permintaan dan kecintaannya untuk mencari
kecintaan Allah dan Rasulnya dan dia mengalahkan pencarian kebutuhannya sendiri. 7

Hakikatnya Rasul tidak membutuhkan Sholawat kita, akan tetapi kita yang membutuhkan
sholawat kepada Rasul. Sesungguhnya sholawat itu kita bertujuan untuk menampakan keagungan
beliau, serta sebagai bentuk rasa terima kasih kita kepada yang telah berjasa mengantar kita menuju
pintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat. serta sekaligus merupakan sebuah peringatan buat
setiap orang agar tidak mengandalkan amal kebajikannya, karena jangankan Manusia biasa,
Manusia teragung pun seperti Kanjeng Baginda Nabi SAW bisa masuk kesurga bukan karena
amalan beliau, akan tetapi “semata-mata karena rahmatnya Allah.”8

Dan perlu diketahui, ‘Sesungguhnya tujuan memintakan rahmat kita untuknya adalah
memintakan rahmat yang belum terwujud untuknya karena tiada waktu yang berlalu kecuali
selama waktu tersebut ada rahmat yang belum terwujud untuknya. Oleh karena itu, dengan
permintaan rahmat tersebut, Rasulullah Muhammad selalu naik dalam kesempurnaan sampai
tingkatan yang tidak ada batasnya.’ Rasulullah Muhammad dapat menerima manfaat dari bacaan

7
Syech Ibnu Hajar Al Haitami, Ad Durrul Mandhud Fi Sholati Ala Rasulillah (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, n.d.). hlm.
48
8
Shihab, Tafsir Al-Mishbah. Hlm. 317-318
sholawat kita untuknya, sebagaimana menurut pendapat yang shohih. Akan tetapi, orang yang
bersholawat hendaknya tidak berniat memberi manfaat sholawat kepada Rasulullah Muhammad,
melainkan hendaknya ia berniat menjadikan Rasulullah Muhammad sebagai perantara kepada
Allah dalam memperoleh apa yang diinginkan oleh orang yang bersholawat tersebut. 9

Beberapa hadist yang menerangkan tentang keutamaan sholawat kepada Nabi SAW:

‫ والحديث االخر قال صلي هللا عليه وسلم من صلي علي ألفا لم تمسه النار‬،‫من صلي علي ألف مرة لم يمت حتي يبشر له بالجنة‬

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku seribu kali maka tidak akan meninggal sehingga
diberitakan baginya dengan surga, dan dihadis lain Nabi bersabda barangsiapa yang bersholawat
kepada ku seribu kali maka tidak akan menyentuh atasnya akan api neraka”. 10

‫ي فقد أخطأ طريق الجنة‬


ّ ‫نسي الصالة عل‬
َ ‫وقال صلي هللا وسلم من‬

“Dan diriwayatkan dari Amrun bin Dinar dari Abi Ja’far bahwasanya Nabi SAW bersabda
barangsiapa yang telah melupakan bersholawat atasku maka sungguh dia keliru akan jalan menuju
surga” (Hadis ini kedudukannya Mursal karena diperkuat oleh periwayat yang lain). 11

‫وقال صلي هللا وسلم إن أولي الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي صالة‬

“Dan diriwayatkan didalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairoh bahwasanya Nabi SAW
bersabda Sesungguhnya orang yang pertama kali bersama ku (orang yang pertama kali
mendapatkan syafaat kepadaku) pada hari kiamat yaitu orang yang paling banyak (serta istiqomah)
sholawatnya kepadaku”12

‫وقال صلي هللا وسلم ما من دعاء إال بينه وبين السماء حجاب حتي يصلي علي فإذا صلي علي انخرق ذلك الحجاب‬

“Dan Nabi SAW bersabda tiada dari pada doa kecuali antara doa dan langit itu ada hijab
(dinding) sehingga dia bersholawat kepadaku, maka apabila dia bersholawat kepadaku terbukalah
yang tersebut akan hijab itu”13

9
Syech Muhammad Nawawi Tanara Al Bantani, Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja (Beirut: Darul Ibnu Hazm,
2011). Hlm. 30
10
Syech Muhammad Nawawi Tanara Al Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsits (Surabaya: Haramain, 2015). Hlm. 11
11
Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur`anul Adzhim. Juz 6. Hlm. 232
12
Imam Zakariya Yahya An Nawawi, Al-Adzkar (Surabaya: Imaratullah, 2012). Hlm. 105
13
Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsits. Hlm. 12
‫ سبعين منها ألخرته وثالثين منها لدنياه‬،‫وقال صلي هللا وسلم من صلي علي في يوم مائة مرة قضي هللا له مائة حاجة‬

“Dan diriwayatkan dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir bin Abdullah dari Nabi SAW
bersabda barangsiapa yang bersholawat kepada ku satu hari seratus maka Allah menunaikan
baginya 100 hajat, 70 dari pada hajatnya untuk akhirat dan 30 dari padanya untuk dunianya”. 14

‫ي فإنّها نور في القبر ونورعلي الصراط ونور في الجنّة‬


ّ ‫وقال عليه السالم أكثروا من الصالة عل‬

“Dan Nabi alihis salam bersabda perbanyaklah atas kalian dari bersholawat kepadaku maka
sesungguhnya sholawat itu menjadi cahaya didalam kubur dan menjadi cahaya atas melewati
shirot, dan menjadi cahaya didalam surga”. 15

Dari beberapa hadis di atas, akan dikaitkan dengan beberapa hadis hikayat (cerita) yang
disepakati pada Mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tentang perjuangan Kanjeng Nabi SAW atas
ummatnya pada hari kiamat kelak.16 Fase demi fase pada hari kiamat, tidak ada satu fase pun
Kanjeng Nabi SAW tidak melewatinya kecuali sampai beliau bisa menolong ummatnya.
Perhatikan dan bertafakkurlah dengan membaca hikayat demi hikayat!

Ketika Malaiakat Israfil meniup sangkakala untuk membangkitkan seluruh Manusia dari
kuburnya, maka yang pertama kali dibangkitkan adalah Baginda Nabi SAW dengan dijemput oleh
Jibril dan Mikail, pada saat Rasul dibangkitkan dan keluar dari kuburnya, hanya ada satu
pertanyaan yang pertama kali ditanyakan oleh Rasul kepada Jibril, yaitu dimana sekarang segala
ummatku, semoga engkau menjauhkannya dalam azab kubur?

Setelah bangkit maka Kanjeng Nabi pun menuju Padang mahsyar, lagi-lagi Rasul mencari
dimana ummatnya, seketika Malaikat Jibril dan Rasul menemui suatu kaum yang memenuhi
Padang mahsyar, lalu ditanya apakah ini ummatku? Kata Jibril “iyah ini ummatmu wahai rasul”,
seketika Rasul langsung bertanya kepada ummatnya, bagaimana keadaan kalian ketika menerima
siksa kubur? Mereka hanya menjawab dengan tangis pilu lalu Rasul pun ikut menangis. (Betapa
perhatiannya beliau, sehingga Rasul pun ikut menangis, melihat umatnya merasakan siksaanya
Allah).

14
Samarqandi, Tanbihul Ghafilin. Hlm. 147
15
Abi Bakar Utsman bin Muhammad Syatho’, Ianatut Tholibin (Surabaya: CV. Pustaka “Assalam,” n.d.). Juz 1. Hlm.
6
16
H. Abdullah bin Abdul Mubin Asy-Syafi’i, Tanbihul Ghafilin (Bahasa Melayu) (Jakarta: Al Aydrus, n.d.). Hlm. 25-30
Setelah itu Allah memerintahkan Malaikat Zabaniah untuk menyalakan api neraka, ketika
Api neraka dinyalakan dan Allah memberikan kekuasaan kepada neraka untuk menyiksa siapa saja
yang mendurhakai-Nya, maka ara Nabi, Auliya, dan orang-orang Shaleh menangis
menyaksikannya, sehingga para Nabi berkata “Ya Sayyidi Ya Maulaya La As’alukal Yauma Illa
Nafsi-nafsi” kecuali Baginda Nabi SAW beliau hanya berkata Ummati… Ummati… Ummati…
Tiada aku meminta pada Hari ini kecuali Ummatku. (Betapa sibuknya beliau memperhatikan
ummatnya yang sedang kesusahan, sedangkan Nabi-Nabi yang lain hanya mengurusi dirinya
sendiri)

Maka sampailah pada hari Yaumul Mizan, semua manusia ditimbang amal kebaikan dan
keburukannya. Maka Rasul pun menyaksikan Ummatnya yang sedang ditimbang oleh Malaikat.
Ketika amal kebaikanya yang lebih berat, maka Rasul pun gembira melihatnya, akan tetapi ketika
amal keburukanya yang lebih berat, maka Rasul pun meletakan sorbannya pada pihak amal
kebajikannya, sehingga amal kebaikannya menjadi lebih berat dibanding amal keburukannya.

Setelah melewati Yaumul Mizan maka masuklah ke fase selanjutnya yaitu, melewati
jembatan Shirotol Mustaqim, maka bermacam-macam orang melewatinya, ada yang seperti kilat,
ada yang menaki kendaraan, dan ada pula yang berjalan dengan merangkak, ketika Rasul melihat
ummatnya yang berjalan dengan merangkak, Rasul berdoa kepada Allah “Sallim-sallim-sallim”
(semoga selamat - semoga selamat - semoga selamat). Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, yaitu:

‫ص َراطِ يَمِي ًنا‬ّ ِ ‫ان َجنَ َبت َْي ال‬ ‫س ُل ْاأل َ َمانَةُ َو ه‬
ِ ‫الرحِ ُم فَتَقُو َم‬ َ ‫ ( َوت ُ ْر‬:‫سله َم‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ قَا َل َرسُ ْول هللا‬: َ‫ع ْنهُ قَال‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِ ْي ه َُري َْرة َ َر‬ َ
َ ‫ق َكي‬
‫ْف يَ ُم ُّر َويَ ْر ِج ُع فِي‬ ِ ‫ أَلَ ْم ت ََر ْوا إِ َلى ْالبَ ْر‬:‫ق؟ َقا َل‬ ِ ‫ش ْيء َك َم ِ ّر ْالبَ ْر‬
َ ‫ي‬ ُّ َ ‫ قُ ْلتُ بِأ َ ِبي أ َ ْنتَ َوأ ُ ّمِي أ‬:‫ قَا َل‬،)‫ق‬
ِ ‫َو ِش َم ًاال فَيَ ُم ُّر أ َ هولُكُ ْم ك َْالبَ ْر‬
‫س ِلّ ْم َحتهى‬
َ ‫س ِلّ ْم‬
َ ِ ّ‫ص َراطِ يَقُو ُل َرب‬ ّ ِ ‫علَى ال‬ َ ‫ال ت َجْ ِري بِ ِه ْم أ َ ْع َمالُ ُه ْم َونَبِيُّكُ ْم قَائِ ٌم‬ ّ ِ ّ‫ش ِد‬
ِ ‫الر َج‬ َ ‫طي ِْر َو‬‫يح ث ُ هم َك َم ِ ّر ال ه‬ ّ ِ ‫عيْن؟ ث ُ هم َك َم ِ ّر‬
ِ ‫الر‬ َ
َ ‫ط ْرفَ ِة‬
َ ‫ِيب ُم َعلهقَةٌ َمأ ْ ُم‬
‫ورة ٌ بِأ َ ْخ ِذ َم ْن‬ ُ ‫ص َراطِ ك ََالل‬ّ ِ ‫سي َْر ِإ هال زَ حْ ًفا َقالَ َوفِي َحافَت َ ْي ال‬ ‫ت َ ْع ِجزَ أ َ ْع َما ُل ْال ِعبَا ِد َحتهى َي ِجي َء ه‬
‫الر ُج ُل فَ َال يَ ْستَطِ ي ُع ال ه‬
ٌ ‫ُوش نَاج َو َم ْكد‬
ِ ‫ُوس فِي ال هن‬
‫ار‬ ٌ ‫ت ِب ِه فَ َم ْخد‬ َ ُ ‫أ‬.
ْ ‫مِر‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-
kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak
dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap
mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda
yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri
di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! Selamatkanlah! Sampai para hamba yang
lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan
merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang
bergatungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang
terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. [HR. Muslim]

Ketika Rasul sudah berada didalam surga, Malaikat Jibril menghampiri Baginda Nabi
SAW dengan membawa kabar yang buruk, bahwa masih ada sebagian Ummatmu berada didalam
neraka. Mereka menyebut-nyebut Namamu “dimana Kanjeng Nabi, beliau sedang menikmati
kelezatan didalam surga, sedangkan kami ummatnya yang Ahli Tauhid, Ahli Sholawat masih
berada didalam neraka, dimana Kanjeng Nabi?”

Ketika Kanjeng Nabi mendengarnya, beliaupun menangis dan bersegera memanggil para
Nabi dan Aulia dan semua makhluk yang ada disurga untuk ikut bersama Rasul dibawah panjinya
Kanjeng Nabi dengan melakukan sujud kepada Allah serta meminta syafaat bagi ummatnya yang
masih berada didalam neraka. Maka Allah pun mengabulkan doa Nabi dan menyuruh untuk pergi
ke Malaikat Malik untuk menjemput ummatmu yang Ahli Tauhid dan Sholawat masih berada
didalam neraka.

Dari hikayat diatas dapat diambil hikmah, bahwasanya perhatian dan rasa peduli Kanjeng
Nabi kepada ummatnya sangatlah besar, sehingga beliau berdoa agar tidak ada seorangpun dari
ummatnya masuk kedalam neraka. Sebagaimana Allah berfirman didalam Qur’an:

‫لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم‬

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaum mu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS. At Taubah: 128)

Dan dari hikayat diatas pun jelas bahwasanya hanya Baginda Nabi yang bisa
menyalamatkan, menolong dan memberi syafaat kepada kita pada Hari kiamat. Selain beliau dan
umatnya yang dikhususkan tidak ada yang berhak memberikan syafaat kepada kita meskipun dia
seorang Nabi, karena syafaat dan orang yang menerima syafaat itu Allah anugerahkan hanya
kepada Kanjeng Nabi kita Muhammad SAW dan kita sebagai ummatnya.
Sebagaimana firman Allah, yaitu: “Pada hari itu (hari kiamat) tidak berguna syafaat,
kecuali (syafaatnya) seorang yang telah diizinkan Allah Sang Maha Pemurah, dan diridhai
perkataannya” (QS. Thaha: 109). Landasan tersebut diperkuat lagi oleh Imam Ghazali dalam
kitabnya dengan mengutip hadis dari Umar bin ‘Ash bahwa pada suatu hari ketika Nabi membaca
doanya Nabi Ibrahim dan Nabi Isa, setelah selesai membaca doa dengan tiba-tiba air mata beliau
menetes, serta menyebut: “Umatku (bagaimana nasib) umatku!” Karena Allah Swt mengetahui,
maka langsung merespon dengan mengutus Jibril untuk menemui Muhammad Saw. Perintah itu,
Allah Swt. berkeinginan Jibril menanyakan kepada Muhammad, apa faktornya dia menangis sedih.
Tapi ketika Jibril menanyakannya, Nabi malah membalas: “Allah yang lebih tahu segalanya’’.
Setelah Jibril kembali, Allah kemudian berfirman:’’ Wahai Jibril, pergi dan temui Muhammad!
Sampaikan kalau Aku akan menerima kehadiran umatnya dan tidak akan berbuat jahat kepada
umatnya. 17

Dan ingatlah syafaat nya Nabi itu bukan untuk orang-orang yang bertaqwa akan tetapi
diperuntukkan untuk orang-orang yang berdosa dan yang berbuat, sebagaimana Nabi SAW
bersabda:

‫وعن أبي موسي رضي هللا عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال خيرت بين أن يدخل نصف أمتي الجنة وبين‬
‫ ولكنها للمذنبين الخطا ئين‬،‫ أترونها للمتقين؟ ال‬،‫ ألنها أع ّم‬،‫الشفاعة‬

“Dan Abi Musa radhiallahu anhu dari Nabi SAW bersabda: aku diberi pilihan antara
memilih dimasukan sebagian ummatku kesurga atau memilih syafaat, maka akupun memilih
syafaat, karena bahwasanya syafaat itu bersifat merata atau keseluruhan. Apakah syafaat itu untuk
orang yang bertaqwa? Tidak, akan tetapi syafaat itu untuk orang yang berdosa dan berbuat salah”
(HR. Ibnu Majah No. 4311)

Di sisi yang lain bahwa syafaat hanya diperuntukan bagi orang-orang yang mengucap dua
kalimat syahadat, sebagaimana hadist Nabi yang berbunyi:

‫ شفاعتي لمن شهد أن ال إله‬:‫ قلت يا رسول هللا! ماذا ورد عليك في الشفاعة؟ فقال‬:‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ يصدق لسانه قلبه‬،‫إال هللا مخلصا‬

17
Imam Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya Ulumuddin (Indonesia: Darul Ihya Kutub Arabiyah, n.d.). Juz
4. Hlm 510
“Dan dari abi hurairah berkata: aku berkata wahai Rasulallah! Apa yang telah diwaridkan
atasmu didalam syafaat? Maka Nabi bersabda: syafaatku diperuntukan bagi orang yang bersaksi
bawah tiada tuhan selain Allah dengan ikhlas dan membenarkannya dengan lisan serta hatinya” 18

Hadits diatas diperkuat lagi oleh Syaikhuna Yusuf dalam kitabnya Fathul Qadir Murid,
beliau berkata: “Allah akan mensyafaati hamba yang mengucapkan kalimat Syahadat dan yang
menetapkan risalah bagi rasul yang diutus oleh-Nya kepada hamba tersebut, meskipun hamba
tersebut belum pernah melaksanakan amal kebaikan sama sekali. Setelah Allah memberinya
syafaat, maka Dia akan memberikan anugerah kepada hamba tersebut dengan tidak masuk ke
dalam neraka tanpa perantara syafaat siapapun (dari hamba-hamba-Nya yang dikhususkan).” 19

Bukan berarti setiap orang yang mengucap Syahadat berhak mendapat syafaat terlebih lagi
masuk surga, karena ada satu pendapat dari Wahab bin Munabbih yang mensyarahi hadits yang
diriwayatkan Abu Dawud tentang “kunci surga itu laa ilaha illallah.” Bahwa dikatakan kepada
Wahab bin Munabbih bukankah kunci surga itu laa ilaha illallah? Beliau menjawab: iya, akan
tetapi setiap kunci pasti mempunyai gigi/jeruji, jika jeruji nya pas maka akan kebuka pintunya jika
tidak maka tidak akan terbuka. Dan jerujinya itu adalah bahwa engkau mengesakan Allah mentaati
perintah-Nya menjauhi yang dilarang-Nya, dan beriman dengan ucapan dan perbuatan. 20

Pendapat Syech Yusuf sebenarnya kurang logis, karena menurut saya setiap orang pasti
akan melakukan kebaikan walaupun itu sekecil biji zarrah, walaupun dia orang yang ahli maksiat.
Karena setiap Manusia mempunyai hati nurani atau didalam islam dikenal dengan istilah “fuad”. 21
Mungkin dari pendapat diatas maksudnya seseorang yang masuk Islam dengan mengucap dua
kalimat syahadat atau seorang ahli maksiat yang taubat dengan taubatan nasuha dan mereka belum

18
Imam Qadhi Abi Fadhl Iyadh Al Yahshubi, Asy Syifa Bi Ta’rifi Huquqil Mushtofa (Dubai: Jaizatu Dubai Dauliyah Lil
Qur’anil Karim, 2013). Hlm. 270-271
19
Syech Muhammad Nawawi Tanara Al Bantani, Mirqatus Su’ud Tashdiq Fi Syarah Sullamut Taufiq (Surabaya:
Haramain, 2010). Hlm. 7
20
Syech Abdul Wahab Asy Sya’rani, Mukhtashor Tadzkiroh Qurtubi (Surabaya: Haramain, n.d.). Hlm. 112
21
“Fuad” atau “afidah”. Dalam bahasa Arab kata “fuad” berarti hati, tetapi letaknya lebih dalam dari Qolb, srhingga
kata “fuad” biasa dikatakan sebagai “hati yang lebih dalam”.
Fuad itu ibarat ruang kosong, dan yang pertama kali hadir di dalamnya adalah Jiwa dan Ruh yang suci dari Allah
SWT, memiliki karakter dasar yang jujur apa adanya (QS. 53:11). Dapat dipalingkan (QS. 6:110). Bisa diisi – oleh
keimanan atau kekufuran (QS. 28:10, QS. 14:43, QS. 6:113, QS. 23:78, QS. 67:23). Berinteraksi kuat dengan Al-
Qur’an (QS. 25:32, QS. 11:120), pondasinya ilmu (QS. 16:78), kecenderungan mencintai sesama (QS. 14: 37),
dipengaruhi oleh indera pendengaran dan penglihatan (QS. 46:26), jenis hati yang pertama kali diaktifkan (QS.
32:9) dan yang kelak mempertanggungjawabkan amaliyahnya di hadapan Allah SWT (QS. 17:36, QS. 104:7).
melakukan kebaikan dikarenakan kematian menjemputnya lebih dahulu sehingga amalan
keburukan mereka dihapus oleh Allah dengan sebab dua kalimat syahadat dan taubatan nasuha.

Sedangkan pendapat Ibnu Hajar Al Asqalani beliau memberi penjelasan dari hadits tentang
semua umat Nabi masuk surga (HR. Bukhori No. 7280), yaitu beliau berkata “dalam hadits
tersebut diterangkan ada golongan umatnya yang dikecualikan, yaitu orang yang tidak mau masuk
surga, sehingga para sahabat kaget mendengar ada diantara umatnya yang enggan masuk surga.
Lalu Nabi saw menerangkan bahwa masuk surga itu bagi umatnya yang taat kepada Beliau. Dan
diterangkan bahwa orang yang maksiat kepadanya itu adalah orang yang tidak mau masuk surga.
Orang yang tidak mau masuk surga yang artinya enggan mentaati Nabi SAW. Jika dia kafir maka
tidak akan masuk surga sama sekali, dan jika dia itu muslim maka maksudnya dia tidak akan masuk
surga beserta orang-orang yang pertama memasukinya. Jadi dia bakal masuk tapi ada proses dulu
yang membuat masuknya lambat.”22

Dari hadits diatas jangan kemudian dipakai sebagai alat untuk mengkafirkan sesama
Muslim, hanya karena alasan-alasan yang bersifat fundamental. Maka tidak pantas bagi sesama
Muslim mengkafirkan Muslim lainnya, padahal dari hadist diatas jelas Ahli Tauhid bakal masuk
surga semuanya. Justru yang dimaksud hadits diatas tentang yang menentang maksudnya, seorang
Muslim yang diberi kesempatan dengan jalan yang mudah untuk masuk surga (subulus salam),
melalui amalan-amalan sesuai syariat, namun ia mengabaikannya.

Maka dari itu, dimana peran kontribusi kita sebagai ummatnya kepada Nabi? Sudah
melakukan apa kita untuk Nabi? Hal apa yang membuat Nabi bangga atas diri kita sebagai
ummatnya? Sudah sampai mana kecintaan dan kerinduan kita kepada Nabi? Tidak kah kita
menyakiti hatinya ketika kita mengidolakan seseorang selain Nabi, Keluarganya dan Pewarisnya,
bahkan yang kita idolai itu seseorang yang tidak pernah sama sekali ada peran kontribusi terhadap
kita baik didunia dan diakhirat? Apa yang kita ingin dengan mengidolakannya, mereka tidak
pernah memikirkan, memberi perhatian kepada kita, diri mereka pun kesulitan menjalani hidup
didunia apalagi diakhirat, maka untuk apa kita mengidolakannya?

22
Syech Syhabbudin Ahmad bin Hajar Al Asqalani, Fathul Bari Bi Syarah Shahih Bukhori (Riyadh: Darut Thoyyibah,
2005). Juz 17. Hlm 138
Yang terjadi saat ini, para remaja kebenyakan dari mereka justru mengidolakan figur-figur
yang tidak pantas dijadikan teladan dalam hidup, dalam benak remaja saat ini, yang dianggap
ganteng, cantik, gaul, dan keren adalah kriteria mereka. Mereka tidak melihat lagi apakah sosok
idola mereka memiliki akhlak yang terpuji ataupun tidak menyimpang dari ajaran Islam. Tapi kita
sebagai ummat Islam sudah seharusnya idola kita itu hanya Nabi Muhammad SAW. Jikalau kita
ingin seseorang sebagai idola kita, maka jangan sampai melewati batas karena sesuatu yang
melampaui batas itu dilarang dalam Syariat Islam, sewajarnya saja dalam mengidolakan seseorang
dan jangan berlebihan serta tetap yang paling utama itu hanya Kanjeng Baginda Nabi Muhammad
SAW.

Dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi SAW bersabda “Engkau akan bersama dengan
orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhori No. 6171 dan Muslim No. 2639). Dari hadits tersebut
bahwasanya kita harus mencari seseorang idola yang bertaqwa kepada Allah agar kita bisa
bersama-sama dengan mereka didalam surga, begitupun sebaliknya, jika kita mengidolakan
seseorang yang jauh dari Allah apalagi sampai seseorang itu Non-Muslim, maka kita akan
bersamanya didalam neraka.

Didalam mencintai seseorang tidaklah cukup jika hanya dengan sebuah ucapan, akan tetapi
harus dibuktikan dengan perbuatan, begitupun mencintai Nabi ada tata cara dan perilaku yang
menjadi bukti bahwa kita itu mencintai Nabi, yaitu dengan cara bersholawat kepadanya karena
dengan sholawat derajat Nabi akan semakin tinggi dan mulia. Mencintai keturunannya serta
mencintai para pewarisnya, karena dengan mencintai mereka itu sama saja kita mencintai Nabi
Muhammad SAW. 23 Dan dikatakan juga bukti tanda mahabbah kita kepada Allah dan Rasulnya
adalah dengan menjalankan perintah keduanya, menjauhi apa yang dilarang oleh keduannya,
beradab dengan adab yang diperintahkan syariat.24

Terus kenapa kita sebagai umat Islam harus mengidolakan seorang Rasulallah? Ada apa
sih, didalam diri Rasulallah? Apa sih keistimewaan yang Rasulallah punya, yang tidak dipunya
oleh para Nabi dan Rasul yang lain? Disini akan dijelaskan dari beberapa pertanyaan tersebut,
yaitu:

23
Syech Muhammad Nawawi Tanara Al Bantani, Qamiut Thugyan (Beirut: Darul Kitab Islami, n.d.). Hlm. 6
24
Imam Zakariya Yahya bin Syarif An Nawawi, Shahih Muslim Bisyarah An Nawawi (Beirut: Darul Ma’rifah, n.d.).
Juz 16. Hlm. 186
1. Karena didalam diri Nabi terdapat akhlak yang mulia lagi sempurna, sebagaimana Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
‫لقد كان لكم في رسول هللا إسوة حسنة لمن كان يرجوا هللا واليوم اآلخر وذكر هللا كثيرا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) seorang Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21). Sedangkan didalam Hadits Nabi SAW
bersabda:
‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari,
kitab adab).
Tujuan dari hal tersebut, agar terciptanya sebuah ketentraman, kebahagiaan, dan kesejahteraan
seluruh makhluk hidup baik didunia dan diakhirat. Maka dari itu kita sebagai umatnya harus
mencontoh didalam berbagai perkataan, perbuatan, dan perilakunya. Terlebih lagi pada zaman
akhir sekarang ini, banyak dari Manusia sudah kehilangan akhlaknya, sehingga menyebabkan
perbuatan maksiat merjalela, seperti mabuk-mabukan, perzinahan, mencuri secara sembunyi
maupun terang-terangan (begal), judi, bahkan pencurian kelas atas (korupsi) yang menelan
harta masyarakat triliyunan rupiah.
Jadi jelaslah siapa saja yang menginginkan kehidupan yang damai, tentram, bahagia, dan
sejahtera, maka berakhlaklah kalian sebagaimana akhlakanya Nabi Nuhammad SAW, dan
mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan As Sunnah.
2. Karena Rasulallah mempunyai maqam yang terpuji yaitu syafaat, tidak ada seorangpun yang
diberikan Allah dengan maqam yang terpuji selain Nabi Muhammad SAW, maka dari itu
hanya seorang Rasul saja yang bisa memberikan syafaat kepada umatnya. Sebagaimana
penjelasan diatas yang sudah saya jelaskan.
3. Dengan kita mencintai Rasulallah, maka kita akan bersama dengannya di Hari Kiamat kelak,
sebagaimana Hadits Nabi SAW bersabda “sesungguhnya engkau akan bersama dengan orang
yang kamu cintai kelak.”
4. Dengan mencintai Nabi SAW menjadi sebab kesempurnaan iman kita, sebagaimana Nabi
bersabda: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku
(Rasulullah SAW) lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR Al-
Bukhari dalam kitab Al-Iman, Bab Hubbur Rasul Minal Iman, no. 14).
Sebenarnya banyak hikayat-hikayat tentang mulianya akhlak beliau, keindahan yang ada
didalam tubuh Rasulallah, sifat pemurah beliau, sifat pemaaf beliau, dan sifat kasih sayang beliau
yang tidak memandang fisik, ras, agama, dan Negara. Kasih sayang beliau bersifat merata ketika
didalam dunia, berbeda hal ketika sudah diakhirat hanya umatnya lah yang beliau perhatikan.

Kalau kalian membaca sirah perjalanan Rasulallah, sedikit demi sedikit kalian akan
mengenalnya, ketika kalian sudah mengenalnya maka timbul lah rasa cinta kepada beliau. Oleh
sebab itu lah, zaman sekarang banyak yang lupa akan Rasulallah dari segi manapun, karena kita
tidak mau mengenalnya, kita tidak mau membaca sirah perjalanannya, sehingga membuat kita
malah berpaling darinya dengan mengidolakan seseorang selain Nabi. Kalau kalian malas untuk
membaca sirahnya, maka cintailah para ahlul baitnya dan pewarisnya, karena dengan kita dekat
serta cinta kepadanya maka akan timbul rasa cinta dari hati kita kepada kakek moyangnya, yaitu
Nabi Muhammad SAW, dan beliaupun akan mencintai kita dengan sebab kita mencintai para ahlul
baitnya dan pewarisnya.

Mecintai para ahlul baitnya pun sangatlah penting, karena mereka itu adalah keturunan
Rasulallah, yang dibersihkan dari kotoran dengan sebersih-bersihnya, sebagaimana Allah
berfirman didalam Qur’an:

‫إنما يريد هللا ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا‬

“Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai


ahlul bait yakni keluarga Rasulullah dan membersihkan engkau semua dengan sebersih-
bersihnya." (QS. Al Ahzab: 33)

Maksud dari ayat diatas yaitu, Allah hendak menghilangkan keburukan dan kenistaan dari
kalian, wahai ahlul bait Muhammad, serta mernbersihkan kalian dari kotoran yang biasa melekat
pada orang-orang yang suka berbuat maksiat, dengan sebersih-bersihnya. 25

Sedangkan keharusan mencintai Ahlul Bait, sebagaimana keterangannya didalam Hadits


Nabi SAW, yaitu:

25
Abu Ja`far Muhammad bin Harir Ath Thabari, Tafsir Jamiul Bayan An Ta`wil Al-Qur`an (Kairo: Dar Hijr, 2001). Juz
19. Hlm. 101
َ‫ فلَ هما َجلسْنا ِإلَي ِه قَال‬،‫َّللا عنهم‬
‫رقم رضي ه‬ َ َ ‫ وع ْم ُرو بن ُم ْسلِم ِإلَى زَ ْي ِد ب ِْن أ‬،َ ‫سب َْرة‬
َ ‫ ا ْنط َل ْقتُ أَنا و ُحص ْي ُن ْب ُن‬:‫وعن يزيد بن حيهانَ َقا َل‬
ْ‫ لَقَد‬:ُ‫ص هليتَ خ َْلفَه‬َ ‫ َو‬،ُ‫ وغَزَ ْوتَ َم َعه‬،ُ‫ وس ِمعْتَ َحدِيثَه‬،‫س هلم‬ َ ‫علَ ْي ِه و‬َ ُ‫ص ّلى هللا‬ ‫ َرأَيْتَ رسو َل ه‬،ً‫ لَقَد لَقِيتَ َيا ز ْيد ُ َخيْرا ً َكثِيرا‬:‫لَهُ ُحص ْي ٌن‬
َ ‫َّللا‬
‫ وقَد ُم‬،‫رت ِسنِّي‬ ْ ِ‫وَّللا لَقَدْ َكب‬ ِ ‫ يَا ابْنَ أَخِ ي ه‬:‫ قَا َل‬.‫سلهم‬ َ ُ‫صلّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬ َ ‫رسول َّللاه‬
ِ ‫ َحدِّثْنَا يَا زَ ْيد ُ َما س ِمعْتَ م ِْن‬،ً‫لَقِيتَ يَا زَ ْيد ُ َخيْرا ً َكثِيرا‬
‫ قام‬: َ‫ َو َماال فَال ت ُ َك ِلّفُونِي ِه ث ُ هم قَال‬،‫ فَاقبَلُوا‬،‫ فَ َما َحدهثْتُكُ ْم‬،‫سلهم‬ َ ُ‫صلّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬ ‫ت أَعِي م ِْن رسو ِل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ض الهذِي كن‬ َ ‫ ونسِيتُ ب ْع‬،‫ع ْهدي‬
:‫ ث ُ هم قَا َل‬،‫وذَ هك َر‬،
َ ‫ظ‬َ ‫ع‬ َ ‫ َوأَثْنى‬،‫َّللا‬
َ ‫ وو‬،‫عليْه‬ ‫ فَ َح ِمدَ ه‬،ِ‫سلهم يَ ْوما ً فِينَا خطِ يبا ً بِ َماء يُدْعي ُخ ّما بَيْنَ م هكةَ َوال َمدِينَة‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬َ ُ ‫صلّى هللا‬ ‫َرسُول ه‬
َ ‫َّللا‬
‫ فِي ِه ال ُهدى‬،‫َّللا‬ِ ‫ِتاب ه‬ َ ُ ‫ َفإِنه َما أَنَا بَش ٌَر يُو ِشكُ أ َ ْن يَأْت َِي رسو ُل ربِّي َفأ‬،‫اس‬
ُ ‫ أ َ هول ُهما ك‬:‫ وأَنَا ت َِاركٌ فِيكُ ْم ثَقَلَي ِْن‬،‫جيب‬ ُ ‫ أَال أَيُّ َها النه‬:ُ ‫"أ َ هما ب ْعد‬
،‫أهل بيْتي‬ِ ‫َّللا في‬ ‫ أُذ ّكِركم ه‬،‫ ث هم قَالَ"وأ َ ْه ُل َب ْيتِي‬.ِ‫ب فِيه‬ ‫ ور ه‬،‫َّللا‬
َ ‫غ‬ ‫ب ه‬ِ ‫علَى ِكت َا‬
َ ‫حث‬ ‫ َوا ْست َ ْم ِسكُوا ِبهِ"فَ ه‬،‫َّللا‬
‫ب ه‬ ِ ‫ فَ ُخذُوا ِبكِتا‬،‫ور‬ ُ ُّ‫َوالن‬
‫من أه ِل بي ِت ِه َولَكِن أ َ ْه ُل‬
ْ ‫ نساؤُه‬: َ‫أهل بيتهِ؟ قَال‬ َ ‫ و َم ْن أ َ ْه ِل َب ْي ِت ِه َيا ز ْيد ُ؟ أَلَي‬:‫ص ْي ٌن‬
ِ ‫ْس نساؤُه م ِْن‬ َ ‫َّللا في أهل بيتي" فَقَا َل لَهُ ُح‬
‫أذ ّك ُِركم ه‬
‫صدقَةَ؟‬‫ كُ ُّل هُؤالءِ ُح ِر َم ال ه‬:‫ قَا َل‬،‫ َوآ ُل عبهاس‬،‫ وآ ُل َج ْعفَر‬،‫عقِيل‬ َ ‫ وآ ُل‬،‫ي‬ّ ‫ هُ ْم آ ُل عل‬:‫ و َم ْن هُم؟ قَا َل‬:‫ قَال‬،ُ‫صدقَة ب ْعدَه‬ ْ ‫ب ْيتِ ِه‬
‫من ُح ِرم ال ه‬
‫ و َم ْن‬،‫علَى ال ُهدى‬ َ َ‫من اتهبَعه َكان‬ ‫َّللا َوهُو ح ْب ُل ه‬
ِ ،‫َّللا‬ ُ َ ‫ أَحدُهَما ِكت‬:‫ "أَال َوإِنِّي ت َِاركٌ فِيكُ ْم ث َ ْقلَيْن‬:‫ وفي رواية‬.‫ رواه مسلم‬.‫ نعَ ْم‬:‫قَا َل‬
‫اب ه‬
‫ضاللَة‬
َ ‫علَى‬
َ َ‫ت ََر َكهُ كان‬

“Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama Hushain bin Sabrah dan Umar
bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu
Hushain berkata padanya: "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali.
Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah SAW, mendengarkan Hadisnya, berperang
besertanya dan juga bersembahyang di belakangnya. Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh
kebaikan yang banyak sekali. Cobalah beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau dengar
dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: "Hai anak saudaraku, demi Allah, sungguh usiaku ini telah
tua dan janji kematianku hampir tiba. Dan juga saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah
pernah saya ingat dari Rasulullah SAW. Maka dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu
semua, maka terimalah itu, sedang apa yang tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua
jangan memaksa-maksakan padaku untuk saya terangkan." Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah
SAW pernah berdiri berkhutbah di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah
dan Madinah. Beliau s.a.w. lalu bertahmid kepada Allah serta memuji-Nya, lalu menasihati dan
memberikan peringatan, kemudian bersabda: "Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia,
bahwasanya saya ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku -
yakni malaikatul-maut, kemudian saya harus mengabulkan kehendak-Nya, yakni diwafatkan. Saya
meninggalkan untukmu semua dua benda berat dan agung, yaitu pertama Kitabullah yang di
dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah, amalkanlah dengan berpedoman kepada
Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang
teguh serta mencintai benar-benar kepada kitabullah itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan
juga ahli baitku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam
memuliakan ahli baitku, sekali lagi saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa
kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku." Hushain lalu berkata kepada Zaid: "Siapakah ahli
baitnya itu, hai Zaid. Bukankah isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?" Zaid
menjawab: "Ahli baitnya Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan - Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far
dan Alu Abbas." Hushain mengatakan: "Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan
menerima sedekah." Zaid berkata: "Ya, benar." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua benda berat agung, pertama
ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah. Barangsiapa yang mengikutinya ia dapat
memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa yang meninggalkan - mengabaikan - padanya, ia akan
berada dalam kesesatan."26

Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau keturunannya
dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah dan merekapun haram
pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya diberi nama "Sayyid" bagi yang
lelaki dan "Sayyidah" bagi yang wanita. Golongan sayyid atau sayyidah itu adalah dari keturunan
Sayidina Hasan r.a. Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama "Syarif"
bagi yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah pemuka
dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya adalah orang
yang mulia dari kata Syarafa Yasyrufu, maknanya mulia.

Sedangkan pendapat Syech Nawawi yang dimaksud Ahlul Bait adalah seluruh umat yang
menerima ajakan dakwahnya karena adanya hadis, “Keluarga Muhammad adalah setiap orang
yang bertakwa.” Hadis ini diriwayatkan oleh Tabrani. Pengertian keluarga Rasulullah di atas
adalah yang lebih pantas dalam maqom doa, meskipun mereka adalah orang-orang yang
bermaksiat karena orang-orang yang bermaksiat lebih membutuhkan untuk didoakan daripada
yang selain mereka. Adapun dalam maqom zakat, yang dimaksud dengan keluarga Rasulullah
adalah mereka yang berasal dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthollib. 27

26
Imam Zakariya Yahya bin Syarif An Nawawi, Riyadush Sholihin Min Kalamil Sayyidil Mursalin (Surabaya: Darul
Ilmi, n.d.). Hlm. 178-179
27
Bantani, Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja. Hlm. 31
Jadi kita sebagai Muslim harus menghormati sekaligus mencintai keluarga dan keturunan
Rasulallah SAW. Dari hadits diatas bahwasanya Rasulallah menghimbau kita sebagai umatnya
untuk mencintai dan menghormati keluarga dan keturunannya, akan tetapi jikalau diantara mereka
ada yang menyimpang dari jalan kakeknya yaitu Rasulallah, maka hendaklah ada seseorang yang
menegurnya dengan cara yang baik tetap dalam kriteria menghormati. Pendapat ini sebagaimana
dikemukakan oleh Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam kitabnya, beliau berkata:

‫ قل ال‬:‫ وبذالك أمرهللا تعالى في كتابه في قوله تعالى‬.‫ألهل بيت رسول هللا صلى هللا من الوصيّة بهم والحث على حبّهم ومودتهم‬
.‫أسألكم عليه أجرا إال المودة في القربى‬

“Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan


perhatiannya yang besar kepada mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar
umatnya mencintai dan menyayangi mereka. Dengan itu pula Allah subhanahu wataála telah
memerintahkan di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya: “Katakanlah wahai Muhammad, tiada
aku minta suatu balasan melainkan kecintan kalian pada kerabatku.”

Selanjutnya beliau berkata: “Seluruh kaum Muslimin hendaknya memastikan kecintaan


dan kasih sayang mereka kepada Ahlul Bait, serta menghormati dan memuliakan mereka secara
wajar dan tidak berlebih-lebihan.” Terhadap Ahlul Bait yang menyimpang dari apa yang
dicontohkan Rasulullah SAW, Sayyid Abdullah Al-Haddad mengimbau agar mereka tetap
dihormati semata-mata karena mereka adalah kerabat Nabi Muhammmad SAW dengan tidak
meninggalkan perlunya memberikan nasihat kepada mereka sebagaimana kutipan berikut:

ّ ‫ فينبغي أيضا أن يع‬،‫وأما من كان من أهل هذا البيت الجهل‬


‫ وال‬.‫ظموا ويحترموا لقرابتهم من رسول هللا هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ واألخالق الحسنة‬،‫ من العلم والعمل الصالح‬،‫يدعوا المتأهل للنصيحة نصحهم وحثّهم على األخذ بما كان عليه سلفهم الصالح‬
.‫والسيرالمرضية‬

“Adapun mereka yang berasal dari keluarga dan keturunan Rasulullah ini yang tidak
menempuh jalan leluhur mereka yang disucikan, lalu mencampur adukkan antara yang baik dan
yang buruk disebabkan kejahilannya, seyogyanyalah mereka tetap dihormati semata-mata karena
kekerabatan mereka dengan Nabi SAW. Namun siapa saja yang memiliki keahlian atau kedudukan
untuk memberi nasihat, maka hendaknya tidak segan-segan menasihati dan mendorong mereka
kembali menempuh jalan hidup para pendahulu mereka yang saleh-saleh, yang berilmu dan
beramal kebajikan, berakhlak terpuji dan berperilaku luhur.” 28

Jadi sekali lagi, ada kewajiban bagi kaum Muslimin untuk menghormati dan mencintai
Ahlul Bait karena mereka memiliki kekerabatan dengan Rasulullah SAW. Perintah ini memiliki
dasar di dalam Al-Qur’an, QS. Asy-Syura: 23. Disamping itu ada kewajiban lain bagi orang-orang
tertentu yang memiliki kapasitas untuk menasihati jika ada dari mereka berbuat kemaksiatan dan
berperilaku tercela. Perbuatan dosa yang mereka lakukan akan dilipat gandakan hukumannya.
Namun cara menasihati mereka harus tetap baik dan hormat karena bagaimanapun mereka adalah
dzurriah Rasulullah SAW.

Al Imam Muhammad bin Idris Asy Sayfi’I berkata dalam syairnya:

‫ولما رأيت الناس قد ذهبت بهم مذاهبهم في ابحر الغي والجهل ركبت علي اسم هللا في سفن النجا وهم أهل بيت المصطفي خاتم‬
‫الرسل‬

“Ketika aku melihat Manusia semua pemikirannya telah bermuara disamudera kesesatans dan
kebodohan justru aku meniki perahu keselamatan atas nama Allah, perahu keselamatan itu adalah
(mencintai dan mengikuti) keluarga Nabi SAW sang penutup Rasul.”

Yang selanjutnya, kenapa kita mesti mencintai para pewarisnya (ulama) Nabi? Karena hal
demikian adalah perintah Allah dan Rasulnya, sebagimana Allah berfirman:

‫ الإله إال هو العزيز الحكيم‬،‫شهد هللا أنه ال إله إال هو والمآلئكة وأول العلم قآئما بالقسط‬

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakan keadilan, para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu), tidak ada tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang maha perkasa lagi
maha bijaksana” (QS. Ali Imran: 18). Dan lagi firmannya:

‫إنما يخشي هللا من عباده العلماء‬

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah para


Ulama” (QS. Fathir: 28).

28
Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad, Al-Fushul Al-‘Ilmiyyah Wal Ushul Al-Hikamiyyah (Beirut: Darul Hawi, 1998).
Hlm. 87-90
Nabi Muhammad SAW bersabda:

‫إن العلماء ورثة األنبياء الخ‬

“Sesungguhnya Ulama itu adalah pewaris para Nabi.” (HR. Tirmidzi No. 2681 dan Musnad
Ahmad juz 5 hlm 169).

Apasih hikmah didalam mencintai para Ulama? Banyak hikmah dari mencintai para ulama
salah satunya dengan mencintai mereka, maka sama saja dengan kita mencintai Nabi SAW.
Sebagaimana didalam hadits Nabi SAW bersabda: “Hendaknya kamu semua memuliakan para
ulama, karena mereka itu adalah pewaris para Nabi, maka barangsiapa memuliakan mereka berarti
memuliakan Allah dan Rasul-Nya.”29

Dizaman akhir seperti ini seharusnya untuk kita jangan menjauhi para Ulama, karena
mereka bisa menyebabkan keselamatan bagi kita baik dikehidupan dunia maupun akhirat. Mereka
itu orang-orang yang mengetahui segala macam bidang ilmu Agama, kita tidak akan bisa mengenal
Allah dan Nabi-Nya jika tidak dengan perantara dari para Ulama. Jika kita menjauhinya dizaman
akhir seperti sekarang ini, maka tiadalah menimpa atas kita kecuali saling sesat menyesatkan,
sebagaimana Nabi SAW bersabda:

‫اس ُرؤ ُْوسا ً ُج ههاالً فَسُ ِألُوا‬ ِ ‫ َحتهى إِذَا لَ ْم يُ ْب‬. ِ‫ْض ْالعُلَماَء‬
ُ ‫ق عاَلِما ً ات ه َخذَ ال هن‬ ِ ‫ َولَك ِْن بِقَب‬،ِ‫ض ْالع ِْل َم ا ْنتِزَ اعا ً يَ ْنت َِزعُهُ مِنَ ْالعِباَد‬
ُ ِ‫إِ هن هللاَ الَ يَ ْقب‬
‫ضلُّو‬ َ َ‫فَأ َ ْفت َْوا ِبغَي ِْر ع ِْلم ف‬
َ َ ‫ضلُّوا َوأ‬

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan
tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan
seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh.
Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan
menyesatkan.”(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673). Dihadits yang lain akibat menjauhi
para Ulama, sebagaimana Nabi SAW bersabda:

‫يفرون من العلماء والفقهاء فيبتليهم هللا بثالث بليّات أالها يرفع هللا البركة من كسبهم والثانية يسلّط هللا‬
ّ ‫سيأتي زمان على أمتي‬
‫تعالى صلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمان‬

29
Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsits. Hlm. 8 (HR. Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra).
“Akan datang satu zaman atas umatku dimana mereka lari (menjauhkan diri) dari (ajaran
dan nasihat) ulama’ dan fuqaha’, maka Allah Taala menimpakan tiga macam musibah atas mereka,
yaitu:

1. Allah mengangkat (menghilangkan) keberkahan dari rizki (usaha) mereka,


2. Allah menjadikan penguasa yang zalim untuk mereka dan
3. Allah mengeluarkan mereka dari dunia ini tanpa membawa iman.”30

Maka sudah seharusnya bagi kita untuk memuliakan para Ulama sebagaimana perintah
Allah dan Rasul-Nya. Agar kita bisa selamat, berkah, dan bahagia didunia dan akhirat.

Keutamaan-keutamaan seseorang dalam membaca sholawat, yang mana keutamaan itu


untuk dirinya sendiri dengan sebab bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Didalam Kitab
Hadaiqul Anwar karangan Imam Muhammad bin Umar Bahroq bahwasanya keutamaan sholawat
kepada Nabi SAW itu ada 41. Sedangkan didalam Kitab Khosoishol Ummatil Muhammadiyah
terdapat 38 keutamaan bagi yang membacanya, disini saya akan menyebutkan hanya beberapa saja
tidak semua, karena akan panjang pembahasannya, yaitu:

1. Menjadi sebab terkabulnya doa.


2. Menjadi sebab tertunaikannya segala hajat
3. Menjadi sebab terjaga dari lupa kepada Nabi SAW
4. Menjadi sebab berhak mendapatkan syafaat
5. Menjadi sebab mudahnya menjalani proses hari qiamat serta tidak akan tersesat dari jalan
menuju surga.
6. Menjadi sebab mendapat petunjuk dalam menjalani hidup serta hati tidak akan mati.
7. Menjadi sebab tetap atas imannya. 31

Keutamaan-keutamaan diatas diperuntukkan hanya untuk orang yang mendawamkannya


bukan hanya satu kali sholawat sebagaimana mendawamkan lafadz tahlil, tahmid, takbir, dll
sebagaimana keterangannya didalam kitab Khosoishol.

30
Syech Muhammad Nawawi Tanara Al Bantani, Nashoihul Ibad (Jakarta: At Turmusy Lit Turos, 2019). Hlm. 18
31
Syech Abdus Shamad Al Falembani, Siyarus Salikin Fi Thariqis Sadati Shufiyah (Surabaya: Al Haramain, n.d.). Juz
1. Hlm. 98-104
Sholawat kepada Nabi tidak harus selalu dalam keadaan khusyu’, seperti halnya dzikir. Ketika
hati tidak hadir dalam membaca sholawat itu sudah mendapat pahala 10 dalam setiap satu kali
bersholawat, serta didalam Kitab Jauhirul Mahbub diterangkan bahwasanya orang yang tidak hadir
hatinya ketika membaca sholawat maka Allah akan memberinya sebuah bukit dan malaikat
memintakan ampunan baginya, tapi tetap harus dalam keadaan suci sebagai bentuk adab kepada
Nabi SAW.

Akan tetapi jika dia dalam keadaan hatinya hadir (khusyu’) maka pahalanya tidak ada yang
tahu kecuali Allah SWT. Maka semestinya bagi seseorang apabila bersholawat kepada Nabi SAW
maka bahwasanya dia itu dengan menyempurnakan keadaan-keadaanya dengan bersuci serta
berwudhu, menghadap qiblat dan mentafakkuri dzatnya yang mulia 32

Maka ada satu keterangan yang menyampaikan bentuk pahala yang didapatkan bagi seseorang
yang membaca sholawat kepada Nabi SAW, sebagaimana hadis yang ditakhrijkan oleh Syech
Syarif Habib Muhammad bin Sulaiman Al Jazuli

‫ي إال خرجت الصالة مسرعة من فيه فال يبقي بر وال بحر‬


ّ ‫ ما من عبد صلي عل‬:‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬
‫ وتقول أنا صالة فالن بن فالن صلي علي محمد المختار خير خلق هللا فال يبقي شيء إال وصلي‬،‫والشرق والغرب إال وتمر به‬
‫عليه يخلق من تلك الصالة طائر له سبعون ألف جناح في كل جناح سبعون ألف ريشة في كل ريشة سبعون ألف رأس في كل‬
‫رأس سبعون ألف وجه في كل وجه سبعون ألف فم في كل فم سبعون ألف لسان كل لسان يسبح هللا تعالي بسبعون ألف لغة‬
‫ويكتب هللا له ثواب ذلك كله‬

“Tidaklah seorang hamba yang bersholawat kepadaku kecuali dikeluarkan sholawat itu dengan
cepat dari dalamnya, maka tidak dijumpai daratan dan lautan, timur dan barat kecuali telah
dijangkau dengan sholawat itu, dan berkata sholawat itu (saya sholawat fulan bin fulan yang telah
bersholawat kepada Muhammad Al-Mukhtar sebaik-baiknya makhluk Allah). Maka tidak didapati
segala sesuatu kecuali bersholawat kepadanya. Kemudian Allah menciptakan dari pada sholawat
ini seekor burung yang mempunya 70 ribu sayap, setiap sayap terdapat 70 ribu bulu, setiap bulu
terdapat 70 ribu kepala, setiap kepala terdapat 70 ribu muka, setiap muka terdapat 70 ribu mulut,
setiap mulut ada 70 ribu lidah, dan setiap lidah bertasbih kepada Allah dengan 70 ribu Bahasa.
Dan ditulisakan akan Allah baginya pahala sedemikian tersebut semuanya kepada orang yang
bersholawat kepada Nabi SAW.”

32
Syatho’, Ianatut Tholibin. Hlm. 7
Selanjutnya disini akan membahas tentang keutamaan menjadi umatnnya Nabi SAW. Banyak
sekali keterangan didalam kitab-kitab salaf yang menjelaskan keutamaan menjadi umatnya Nabi,
cuman disini akan saya kasih beberapa keutamaan saja karena akan panjang juga pembahasannya,
meskipun hanya beberapa insya Allah bermanfaat, dan keterangan yang saya pakai itu didalam
kitab Tanbihul Ghafilin, yaitu:33

1. Bahwasanya surga itu diharamkan kepada para Nabi sehingga Nabi Muhammad masuk
kedalamnya dan juga surga itu diharamkan kepada para umat sehingga umatnya Nabi
masuk kedalamnya.
2. Bahwasanya Nabi Musa alaihissalam menemukan di lauhul keutamaan yang banyak
kepada salah satu umat, dan Nabi Musa berdoa supaya umat itu dijadikan umatnya, akan
tetapi Allah tidak mengabulkannya. Karena umat itu adalah umatnya Nabi Muhammad
SAW. Keutamaanya itu adalah:
a. Umat yang bisa mensyafaati kepada yang lain dan umat yang disyafaati.
b. Kesalahan-kesalahan yang dilakukannya akan dihapus hanya dengan sebab sholat lima
waktu.
c. Umat yang bisa membunuh ahli kesesatan yaitu Dajjal Al Masih.
d. Umat Nabi mengambil shodaqoh dan memakannya sedangkan umat terdahulu mereka
membakar shodaqoh dengan api.
e. Ketika berniat melakukan kebaikan tetapi tidak melakukannya maka mendapat satu
kebaikan, tetapi jika dilakukannya mendapat 10 kebaikan.
f. Ketika berniat melakukan keburukan tetapi tidak melakukannya maka tidak dicatat
keburukannya, dan jika dilakukannya maka hanya dicatat satu keburukan.
g. Tujuh puluh ribu umatya akan dimasukan kesurga dengan tanpa hisab (semoga kita
termasuk didalam golongan ini).
3. Dan Ka’ab Al Ahbar berkata bahwasanya umat Nabi diberikan 3 kemuliaan sebagaimana
kemuliaan ini diberikan kepada para Nabi, yaitu:
a. Allah berfirman kepada Rasul “makanlah kalian dari yang baik-baik dan lakukanlah
amalan-amalan shalih”, sedangkan kepada umat Nabi Allah berkata “makanlah kalian
dari yang baik-baik dengan apa yang kami rezekikan kepada kamu.”

33
Samarqandi, Tanbihul Ghafilin. Hlm. 183-184
b. Setiap Nabi menjadi saksi atas kaumnya, sedangkan umat Nabi mereka menjadi saksi
atas seluruh umat manusia.
c. Allah berfirman setiap Nabi doanya di ijabah, dan Allah berfirman kepada umat Nabi
“berdoalah kalian kepadaku niscaya akan aku ijabah doa kalian.”
4. Dan disebutkan bahwasanya Nabi Adam berkata sesungguhnya Allah memberikan empat
kemuliaan kepada umat Nabi yang tidak aku dapatkan, yaitu:
a. Allah menerima taubatku jika aku berada di Mekkah, sedangkan umat Nabi, mereka
bertaubat disetiap tempat mana saja maka Allah akan menerima taubat mereka,
b. Allah menjadikan aku tidak berpakaian ketika aku berbuat satu kali maksiat dan
diturunkan dibumi, sedangkan umat Nabi ketika mereka berbuat maksiat berapa
kalipun, maka Allah tetap memberikannya pakaian.
c. Allah memisahkan ku dengan isteriku ketika aku berbuat maksiat, sedangkan umat
Nabi ketika berbuat maksiat berapa kalipun, maka Allah tidak memisahkan mereka
dengan isteri mereka.
d. Sesungguhnya aku dikeluarkan dari surga karena kesalahanku satu kali dan tidak bisa
kembali, sedangkan umat Nabi mereka berbuat maksiat berapa kalipun yang
menyebabkan keluar (tidak bisa masuk) kesurga, akan tetapi ketika mereka bertaubat,
Allah memasukannya kesurga.

Dan masih banyak lagi keutaamaan yang Allah berikan kepada umatnya Nabi SAW. Dan
ingatlah keutamaan ini Allah berikan karena dia mencintai kekasihnya, maka tidak aka nada
keutamaan ini jika Nabi Muhammad tidak diutus kepada kita, lantarannya lah kita mendapatkan
keberkahan, keselamatan, anugerah dari Allah. Maka sudah sepantasnya kita berterima kasih
dengan beliau, yaitu dengan cara bersholawat kepadanya, menjalankan sunnahnya, menjauhi apa
yang dilarangnya, mencintai ahlul baitnya, dan mencintai pewarisnya.

Sebelum mengakhiri karya ini, penulis akan memberikan sedikit amalan sholawat yang
insya Allah dengan membacanya segala kebutuhan kita terpenuhi, membacanya satu hari seribu
kali dengan minimal membacanya sampai 41 hari tanpa putus, tidak ditentukan waktunya kapan
harus membacanya. Akan tetapi lebih baik dilakukan setelah melaksanakan sholat subuh jamaah
atau tepat waktu, atau bisa juga ketika disepertiga malam, dan berikut sholawatnya:

‫عتُه * ِلکُ ِّل ه َْول مِنَ ْاأل َ ْه َوا ِل ُم ْقتَحِ ِم‬ َ ‫ي ت ُ ْرجی‬
َ ‫شفَا‬ ُ ‫ه َُو ْال َح ِبي‬
ْ ‫ْب اله ِذ‬
“Dialah kekasih diharapkan syafaatnya – untuk menghadapi setiap peristiwa dahsyat yang
menimpa umat Manusia.”34 (1 Hari 1000 kali). Maka selanjutnya,

Jika dikaji lebih jauh lagi maka artikel ini membutuhkan banyak halaman, karena sangat
panjang dan banyak keterangan tentang tema yang saya ambil, baik itu keterangan dari kitab
kuning salaf maupun dari buku-buku. Maka saya jelaskan tidak terlalu komprehensif didalam
artikel ini, saya hanya mengambil point-point penting dengan mengutip dari kitab kuning salaf.
Dan semoga artikel yang saya bikin ini bermanfaat kepada para pembaca, dan sesudah membaca
artikel ini kepada para pembaca lebih cinta dan mengenal akan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad
SAW.

Kesimpulan

Sholawat adalah pujian atau kemuliaan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam QS. Al
Ahzab: 56. Bahwasanya Allah dan para Malaikatnya bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW,
sholawat Allah merupakan Rahmat dan Ridhonya, sedangkan sholawatnya Malaikat merupakan
doa dan istighfar. Tidak hanya itu Allah pun menyuruh kita sebagai umatnya untuk bersholawat
kepada beliau, sebagai bentuk rasa terima kasih kita kepada rasul serta bertujuan untuk
menampakan keagungan beliau, serta menjadi doa. Doa kita kepada Nabi ada kalanya agar
kebutuhannya terpenuhi oleh Allah atau seorang hamba memuji kepada kekasih-Nya, menambah
kemuliyaanya dan mempopulerkan sebutan dan pangkatnya, sebagaiman pendapat Ibnu Hajar Al
Haitami.

Pada hari kiamat kelak banyak dari para umat dan manusia dalam keadaan yang sangat
sulit, sehingga banyak dari mereka membutuhkan pertolongan seseorang agar bisa menyelamatkan
mereka. Dan seseorang itu hanyalah Baginda Nabi SAW, beliau mendapatkan anugerah dengan
maqom yang terpuji (syafaat) pada hari kiamat, agar bisa memberikan syafaat atau keselamatan
kepada umatnya yang sedang kesusahan dan kesulitan mulai dari fase dibangkitkan dalam kubur
sampai ke fase melewati jembatan Shirot. Setiap fasenya beliau tidak ingin melewatkannya tanpa
benar-benar mengetahui bahwa umatnya selamat.

Maka dari itu, marilah kita mencari seorang idola yang bisa memberikan keselamatan
sekaligus kebahagiaan di hari kiamat kelak, sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan Imam

34
Salah satu syair qasidah burdah karangan Syech Abdillah Muhammad Al-Bushiri.
Bukhari “kamu akan dikumpulkan bersama dengan orang yang kamu sukai.” Hadits tersebut
memberikan peringatan kepada kita agar berhati-hati dalam memilih seorang idola, karean efek
negatifnya akan kelihatan pada hari kiamat, jika kita mengidolakan seorang yang jauh dari Allah
dan Rasulnya atau bahkan mengidolakan seorang Non-Muslim, maka secara otomatispun kita akan
bersama mereka di hari kiamat, sedangkan tempat mereka pada hari kiamat jelas neraka jika tidak
bertaubat. Maka hanya Baginda Nabi SAW seorang sajalah yang seharusnya kita idolakan, kita
cintai, dan kita cintai para ahlul baitnya dan pewarisnya. Karena hanya beliau dan mereka yang
bisa memberikan syafaat kepada kita.

Dan karena pangkat kemuliaan dan derajat yang tinggi atas anugerah yang Allah berikan
kepada Nabi Muhammad SAW, kita pun sebagai umatnya kecipritan berkahnya dari beliau
sehingga banyak keutamaan dan kemuliaan yang Allah berikan kepada umatnya Nabi yang Allah
tidak berikan kepada Nabi dan umatnya yang terdahulu. Dan banyak Allah menganugerahkan
keringanan kepada umatnya Nabi dalam melakukan berbagai macam ibadah. Maka sudah
semestinya kita berterima kasih atas beliau dan mengagungkannya, memuliakannya serta
mencintai para ahlul baitnya dan pewarisnya.
Daftar Pustaka

Ad-Dimasyqi, Imanuddin Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir. Tafsir Al Qur`anul Adzhim.
Kairo: Darul Ibnu Jauzi, 1923.

Al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar. Tafsir Jami’ul Ahkam Al-
Qur’an. Beirut: Muassasatur Risalah, 2006.

Asqalani, Syech Syhabbudin Ahmad bin Hajar Al. Fathul Bari Bi Syarah Shahih Bukhori.
Riyadh: Darut Thoyyibah, 2005.

Asy-Syafi’i, H. Abdullah bin Abdul Mubin. Tanbihul Ghafilin (Bahasa Melayu). Jakarta: Al
Aydrus, n.d.

Bantani, Syech Muhammad Nawawi Tanara Al. Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja. Beirut:
Darul Ibnu Hazm, 2011.

———. Mirqatus Su’ud Tashdiq Fi Syarah Sullamut Taufiq. Surabaya: Haramain, 2010.

———. Nashoihul Ibad. Jakarta: At Turmusy Lit Turos, 2019.

———. Qamiut Thugyan. Beirut: Darul Kitab Islami, n.d.

———. Tanqihul Qoul Al Hatsits. Surabaya: Haramain, 2015.

Ghazali, Imam Muhammad bin Muhammad Al. Ihya Ulumuddin. Indonesia: Darul Ihya Kutub
Arabiyah, n.d.

Haddad, Sayyid Abdullah bin Alwi Al. Al-Fushul Al-‘Ilmiyyah Wal Ushul Al-Hikamiyyah.
Beirut: Darul Hawi, 1998.

Haitami, Syech Ibnu Hajar Al. Ad Durrul Mandhud Fi Sholati Ala Rasulillah. Beirut: Darul
Kutub Ilmiah, n.d.

Hasani, Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Maki Al. Khosoishol Ummatil
Muhammadiyah. Madinah: Huququ Thabi Mahfudzoh, 2000.

Nawawi, Imam Zakariya Yahya An. Al-Adzkar. Surabaya: Imaratullah, 2012.

Nawawi, Imam Zakariya Yahya bin Syarif An. Riyadush Sholihin Min Kalamil Sayyidil
Mursalin. Surabaya: Darul Ilmi, n.d.

———. Shahih Muslim Bisyarah An Nawawi. Beirut: Darul Ma’rifah, n.d.

Samarqandi, Al Faqih Syech Nashor bin Muhammad bin Ibrahim As. Tanbihul Ghafilin.
Surabaya: Darul Ilmi, n.d.

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sya’rani, Syech Abdul Wahab Asy. Mukhtashor Tadzkiroh Qurtubi. Surabaya: Haramain, n.d.

Syatho’, Abi Bakar Utsman bin Muhammad. Ianatut Tholibin. Surabaya: CV. Pustaka
“Assalam,” n.d.

Syech Abdus Shamad Al Falembani. Siyarus Salikin Fi Thariqis Sadati Shufiyah. Surabaya: Al
Haramain, n.d.

Thabari, Abu Ja`far Muhammad bin Harir Ath. Tafsir Jamiul Bayan An Ta`wil Al-Qur`an. Kairo:
Dar Hijr, 2001.

Yahshubi, Imam Qadhi Abi Fadhl Iyadh Al. Asy Syifa Bi Ta’rifi Huquqil Mushtofa. Dubai:
Jaizatu Dubai Dauliyah Lil Qur’anil Karim, 2013.

Anda mungkin juga menyukai