Anda di halaman 1dari 21

Peran SISKEUDES dan Keterbukaan Informasi Publik dalam Upaya Peningkatan

Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari

(Studi Kasus di Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh
Kota)

MANAGEMENT KEUANGAN

MAGISTER MANAGEMENT

STIE KBP PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2Permasalahan....................................................................................................................................5
1.3Tujuan serta Manfaat Penulisan.....................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................7
GAMBARAN UMUM...............................................................................................................................7
2.1DESA.................................................................................................................................................7
2.2 Dana Desa.........................................................................................................................................8
2.3 SISKEUDES....................................................................................................................................9
2.4 Pengawalan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)....................................................10
2.5 Keterbukaan Informasi Publik.....................................................................................................12
2.6 Konsep Akuntabilitas....................................................................................................................13
2.7 Konsep Good Governance............................................................................................................14
2.8 Transparansi Pengelolaan ADD...................................................................................................15

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa). Undang-Undang tentang Desa memperkuat kewenangan desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanaan pembangunan, serta pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat desa (Indrawati, 2017) 1. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi desa dalam penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan desa dalam segala aspeknya
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa.

Dana Desa membuat pendapatan desa menjadi meningkat sehingga perlu diatur dan
dikelola dengan baik dalam pengelolaan keuangan desa. Asas pengelolaan keuangan desa dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
adalah transparan, akuntabel, partisipasif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran 2.
Proses pengelolaan dana desa harus didasari asas transparansi, akuntabel dan partisipatif. Dalam
pengelolaan dana desa, dituntut adanya suatu aspek tata pemerintahan yang baik (good
governance) dimana salah satu adalah akuntabilitas. Kepala desa dan aparat desa lainnya harus
transparan dan bertanggungjawab dalam mengelola keuangan desa mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Prinsip akuntabilitas harus
diterapkan oleh pemerintah desa dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(BPKP, Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, 2015) 3. Sehingga pemahaman tentang
pengelolaan keuangan dana desa sangat dibutuhkan sebagai media untuk transparansi dan
1
Indrawati, S. M. (2017). Buku Saku Dana Desa – Dana Desa Untuk Kesejahteraan Rakyat. Kementrian Keuangan
Republik Indonesia
2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
3
BPKP. (2015). Petunjuk dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Jakart
1
penyampaian pertanggungjawaban penggunaan dan pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh dana
desa.

Dalam membantu perangkat desa dalam membuat rekap laporan tentang APB desa,
pemerintah memberikan Aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) yang merupakan aplikasi
yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka
meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Tujuan dari diterapkannya sistem keuangan
desa (Siskeudes) adalah untuk memudahkan dalam pelaporan keuangan.

Pada pemerintahan skala desa, aparat setempat memiliki wewenang dalam


memanagemen keuangan baik itu dalam penyusunan, pelaksanaan serta pelaporan APB desa
yang berisi tentang anggaran penerimaan dan pengeluaran kas desa dalam jangka waktu 1 tahun.
Selain itu aparatur desa juga berkewajiban untuk memberikan informasi terkait APB desa baik
itu pada masyarakat setempat maupun ke pemerintah pusat. Dalam melaksanakan kewajiban
demi adanya transparansi tersebut pemerintah turut mendukung aparat desa untuk mempermudah
proses manajerial anggaran serta pelaporan anggaran kepada pusat.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengambil rumusan
masalah yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini, yaitu:
1.Bagaimana Peran Siskudes dan Keterbukaan Informasi Publik dalam Upaya Peningkatan
Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari (Studi
Kasus di Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh Kota

2. Apa saja hambatan yang terjadi dalam menggunakan aplikasi SISKEUDES dan keterbukaan
informasi publik dalam Upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan,
Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima
Puluh Kota

1.3 Tujuan serta Manfaat Penulisan

a. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana peran SISKEUDES dan
Keterbukaan informasi pubik dalam upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas
Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec.
Luak Kab. Lima Puluh Kota.

b. Manfaat Penulisan

2
1.Bagi penulis

Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Managemen Keuangan yang sedang berlangsung.

2.Bagi aparatur desa

Manfaat penulisan makalah ini bagi aparatur desa adalah agar aparatur desa bisa
menganalisa lebih mendalam serta melakukan perbaikan dalam pelaksanaan peningkatan
Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 DESA

Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah ada
dan tumbuh dan berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai wujud
pengakuan Negara terhadap Desa, khususnya dalam rangka memperjelas fungsi dan kewenangan
desa, serta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat desa sebagai subyek pembangunan,
diperlukan kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa yang diwujudkan dengan lahirnya
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.4

Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa
yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.hak dan kewajiban tersebut menimbulkan
pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.

Sisklus Pengelolaan Alokasi dana desa meliputi Perencanaan, Pelaksanaan,


Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban ADD berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 pasal 20, 24, 38, dan 44 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, dengan periodisasi 1 ( satu ) tahun anggaran, terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.5

Menurut hukum UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksuddengan desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan


masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.33

4
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, “Buku Pintar Dana Desa”, ( Jakarta: Menteri Keunangan, November
2017 ), h. 2
5
Ibid., h. 33
4
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/ Kota, terdiri dari: Desa dan Desa Adat. Dasar
Hukum peraturan Desa dan Desa yaitu :

1) UU No 6/2014 Tentang Desa

2) PP No 47/ 2015 Tentag Perubahan atas PP No 43/ 2014 tentang peraturan pelaksanaan
UU 6/2014

3) PP No 8/2016 tentang perubahan kedua atas PP No 60/2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN.6

2.2 Dana Desa

Menurut UU No.6 Tahun 2014 Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapat dan belanja daerah kabuppaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah, pelaksanaan, pembanguan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.7

Tujuan Alokasi Dana Desa adalah:

a. Meningkatkan penyelenggaraan penerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan dan


kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan, pelaksanaan


dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

c. Meningkatnya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha


bagi masyarakat desa.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara
nasional dalam APBN setiap tahun. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke
Desa ditentukan 10% dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap.

6
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, “Buku Pintar Dana Desa”., h.3
7
Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
5
2.3 SISKEUDES

Pengembangan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) telah dipersiapkan sejak


awal dalam rangka mengantisipasi penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Persiapan
ini selaras dengan adanya perhatian yang lebih dari Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI
maupun Komisi Pemberantasan Korupsi. Launching aplikasi yang telah dilaksanakan pada
tanggal 13 Juli 2015 merupakan jawaban atas pertanyaan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Komisi XI tanggal 30 Maret 2015, yang menanyakan kepastian waktu penyelesaian aplikasi
yang dibangun oleh BPKP, serta memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk menyusun sistem
keuangan desa bersama dengan Kementerian Dalam Negeri.8

Aplikasi tata kelola keuangan desa ini pada awalnya dikembangkan Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Barat sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei 2015.
Aplikasi ini telah diimplementasikan secara perdana di Pemerintah Kabupaten Mamasa pada
bulan Juni 2015. Keberhasilan atas pengembangan aplikasi ini selanjutnya diserahkan kepada
Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaran Keuangan Daerah setelah melewati
tahapan Quality Assurance (QA) oleh Tim yang telah ditunjuk. Terhitung mulai tanggal 13 Juli
2015 pengembangan aplikasi keuangan desa ini telah diambil alih penanganan sepenuhnya oleh
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Pusat di Jakarta.9

Kelebihan dan Fitur-Fitur Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)

Aplikasi sisitem keuangan desa (SISKEUDES) memiliki beberapa

kelebihan yaitu :

a. Sesuai dengan regulasi pengelolaan keuangan desa yang berlaku,

b. Memudahkan tata kelola keuangan desa dan dana desa,

c. Kemudahan dalam penggunaan untuk level pemerintah desa,

d. Didukung dengan petunjuk pelaksaan implementasi dan manual aplikasi,

e. Dibangun dan dikembangkan dengan melibatkan seluruh pihak yang

terkait dengan pengelolaan keuangan desa,

f. Kesinambungan maintenance karena merupakan aplikasi resmi

8
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 Juni 2021).
9
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 Juni 2021).
6
pemerintah,

g. Aplikasi dapat diintegrasikan dengan aplikasi terkait pengelolaan

keuangan desa lainnya, seperti aplikasi OM-SPAN milik Kemenkeu dan

SIPEDE milik Kemendesa PDTT.

Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dibuat sederhana dan
user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi sistem keuangan
desa (SISKEUDES). Proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada, dapat
menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan laporan yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, antara lain:10

a. Dokumen Penatausahaan,

b. Bukti Penerimaan,

c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP),

d. Surat Setoran Pajak (SSP),

e. Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per sumber

dana),

f. Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak,

Buku Pembantu, dan Register

2.4 Pengawalan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawas
Keuangan Dan Pembangunan (BPKP), BPKP telah diberi mandat untuk mengawal akuntabilitas
keuangan dan pembangunan nasional, termasuk pengelolaan keuangan desa khususnya melalalui
aplikasi sistem keuangan desa,11 dengan tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan :

1) Memastikan seluruh Ketentuan dan Kebijakan dalam implementasi UU Desa


khususnya keuangan dan pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik
untuk seluruh Tingkatan Pemerintah.

10
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 juni 2021).
11
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan keuangan dan
Pembangunan, Pasal 2.
7
2) Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa secara
akuntabelmulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan.

b. Ruang Lingkup :

Kebijakan keuangan dan pembangunan desa beserta implementasinya. Tahap


pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengawalan pengelolaan keuangan desa,
dapat diidentifikasi titik-titik kritis di tingkat pemerintahan maupun dalam proses
pengelolaan keuangannya, sebagai berikut:12

a. Tingkat Pemerintahan:

1) Pemerintah Pusat:

a) Koordinasi antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Keuangan.

b) Sinkronisasi Peraturan Pelaksanaan antar Kementerian.

c) Peraturan Pelaksanaan yang belum mendukung, misal Perpajakan dan PBJ.

2) Pemerintah Provinsi:

a) Pembinaan dan Pengawasan

b) Fasilitasi pendampingan

3) Pemerintah Kabupaten/Kota:

a) Kebijakan penghitungan alokasi: Dana Desa (APBN), Alokasi Dana


Desa (APBD Kabupaten/Kota) dan Bagi Hasil Retribusi/Pajak Daerah

b) SDM (Kecamatan, Inspektorat, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan


Pemerintahan Desa (BPMPD), Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan
dan Aset Daerah (DPPKAD))

c) Kebijakan PBJ Desa dan Pengelolaan Keuangan Desa.

4) Pemerintah Desa:

a) SDM Kepala Desa, perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa


(BPD)

12
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 juni 2021).
8
b) Sarana dan Prasarana Desa

c) Kebijakan tingkat Desa

2.5 Keterbukaan Informasi Publik

Keterbukaan informasi publik bagi masyarakat Indonesia dimulai sejak tahun 2008
setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008. 13 Munculnya keterbukaan informasi
publik, dikarenakan amanat UndangUndang Dasar Tahun 1945, Pasal 28 tentang hak asasi
manusia dalam menyampaikan pendapat serta memperoleh informasi. Menurut undang undang
keterbukaan informasi menjelaskan bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang
bagi pengembangan pribadi, dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi
ketahanan nasional. Keterbukaan informasi publik menjadi sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala
sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

Keterbukaan informasi publik menurut undang-undang bertujuan untuk menjamin hak


warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik,
dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
Tujuan berikutnya, mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan
Badan Publik yang baik; mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, untuk mengetahui
alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak; mengembangkan ilmu
pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan meningkatkan pengelolaan dan
pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang
berkualitas.

Menurut undang-undang, informasi publik yang harus disampaikan kepada masyarakat


oleh badan publik dijelaskan pada Pasal 9 ayat 2, bahwa informasi publik meliputi : informasi
yang berkaitan dengan Badan Publik; informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik
terkait; informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau informasi lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Badan publik juga diatur undang-undang untuk menyediakan
informasi setiap saat terkait dengan daftar seluruh informasi yang dimiliki tidak termasuk
informasi yang dikecualikan, hasil keputusan, seluruh kebijakan yang dihasilkan, rencana kerja
beserta perkiraan pengeluaran tahunan, perjanjian dengan pihak ketiga, prosedur kerja pelayanan

13
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
9
bagi masyarakat, dan laporan mengenai pelayanan akses informasi publik.14 Oleh sebab itu
keterbukaan informasi publik sudah menjadi hak asasi manusia dalam perolehan dan
penyampaian informasi terkait permasalahan publik yang melibatkan semua badan publik serta
penyelenggara negara.

2.6 Konsep Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru, hampir
seluruh instansi dan lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam
menjalankan fungsi administratif kepemerintahan15. Fenomena ini merupakan imbas dari
tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi pada tahun 1998.
Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu
diterapkan secara konsisten di setiap kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu
penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia.16

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diartikan sebagai kewajiban


Pemerintah Daerah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan pemerintahan
di daerah dalam rangka otonomi daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
media pertanggungjawaban yang terukur baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya.
Pemerintah daerah sebagai pelaku pemerintahan harus bertanggungjawab terhadap apa yang
telah dilakukannya terhadap masyarakat dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, dan
kewajiban Pemerintah Daerah.17

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas


keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan secara berkala. 18
Menurut lembaga administrasi negara dan badan pengawasan keuangan dan pembangunan RI
akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban menerangkan kinerja
dan tindakan seseorang/pimpinan organisasi kepada pihak yang memiliki wewenang untuk
pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting dalam menjamin nilai–nilai seperti
efisiensi, efektifitas, reliabilitas, dan prediktibilitas. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi

14
Ibid pasal 9 ayat 1
15
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan “Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan
Keuangan Desa”, h. 38
16
Auditya.dkk,2013,Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah,Jurnal Fairness Volume3
17
Nasihatun dan Suryaningtyas,2015,Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,Bisnis,Vol.3,No.1.
18
Mardiasmo,2012,Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakata:Andi offset,h.46)
10
kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui prosedur yang sangat spesifik mengenai
masalah dalam pertanggungjawaban.

Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala


kegiatan, terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media
pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban, akan tetapi
juga mencakup aspek-aspek kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi, baik
langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan, sehingga akuntabilitas dapat
tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan
pertanggungjawaban.

2.7 Konsep Good Governance

Konsep good governance muncul karena adanya perbaikan pelayanan pemerintah kepada
urusan publik. Di Indonesia, konsep good governance diterapkan setelah memasuki era reformasi
demokrasi. Prinsip ini diterapkan untuk memperbaiki sistem birokrasi pada pelayanan publik
yang bersifat terpusat dan dianggap buruk bagi masyarakat. Fenomena tersebut tercermin
melalui pelayanan publik yang kurang transparan, prosedur pelayanan menggunakan alur
birokrasi yang cukup panjang, dan timbulnya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
setiap pelayanan publik. Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian good
governance sebagai penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta
efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-
domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Good governance memiliki karakteristik atau
prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik. Adapun prinsip-prinsip good governance menurut UNDP (1997)
meliputi:

1. Partisipasi (Participation): Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki


maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai
dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing

2. Akuntabilitas (Accountability): Para pengambil keputusan dalam sektor publik,


swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas)
kepada publik, sebagaimana halnya kepada stakeholders.

11
3. Aturan hukum (Rule of law): Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan
harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum
tentang hak azasi manusia.

4. Transparansi (Transparency): Transparansi harus dibangun dalam rangka


kebebasan aliran informasi. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

5. Daya tangkap (Responsiveness): Setiap intuisi dan prosesnya harus diarahkan


pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).

6. Berorientasi konsensus (Consensus Orientation): Pemerintah yang baik akan


bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk
mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan yang
berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi
kepentingan masing-masing pihak, dan berbagai kebijakan dan prosedur yang
akan ditetapkan pemerintah.

7. Berkeadilan (Equity): Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan


yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.

8. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifity and Effeciency): Setiap proses kegiatan dan
kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai
sumber yang tersedia.

9. Visi Strategis (Strategic Vision): Para pemimpin dan masyarakat memiliki


persfektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintah
yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan
untuk pembangunan tersebut.

2.8 Transparansi Pengelolaan ADD

Pada pasal 4 ayat 7 peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 113 tahun
2014, tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan transparan adalah prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untik mengetahui dan mendapatkan akses info
seluas-luasnya tentang keuangan daerah19. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang mengenai penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
19
Permendagri No. 113 tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
12
hasilhasil yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada
pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.

Transparansi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah dalam


menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat memiliki wewenang mengambil
berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang banyak,pemerintah harus meyediakan
informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan transparansi, kebohongan
sulit untuk disembunyikan. Dengan demikian transparansi menjadi instrumen penting yang dapat
menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi.

Transparasi pengelolaan keuangan publik merupakan prisip good governance yang harus
dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dengan dilakukannya transparansi tersebut pubik akan
memperoleh informasi yang aktual dan fluktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi
tersebut untuk20 :

1) Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan (realisasi


vs anggaran).

2) Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban anggaran.

3) Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait.

4) Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen


organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.

Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungkapkan hal-


hal yang sifatnya meterial secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan, dalam
hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa
tersebut. Prinsip-prinsip transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut:

a. Mekasnisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-
proses pelayanan publik.

b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentangberbagai


kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik

20
Mahmudi, Manajemen Keuangan,( Jakarta: Erlangga, 2010), h.17-18
13
c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun
penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani21

BAB III

PEMBAHASAN

21
Mahmudi, Manajemen Keuangan,( Jakarta: Erlangga, 2010), h.17-18
14
A. Gambaran umum Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh

Kota

Nama kenagarian Sikabu-kabu Tanjung Haro, telah mengalami perubahan beberapa

kali, antara lain Sikabu-kabu (masa Belanda sampai PRRI), Sikabu-kabu Tanjung Haro

(masa Orla dan Orba), Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang ( era reformasi / tahun

2000).

Pada masa era otonomi daerah, Nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro terdiri dari 3

jorong, yaitu: Jorong Sikabu-kabu, Jorong Tanjung Haro dan Jorong Padang Panjang.

Namun sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sekarang Nagari Sikabu-kabu

Tanjung Haro Padang Panjang telah berjumlah menjadi 6 (enam) wilayah jorong sesuai

dengan Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 171 Tahun 2009 tanggal 25 Maret

2009 tentang Perubahan Nama dan Jumlah Jorong dalam Wilayah Pemerintahan Nagari

Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang Kecamatan Luak, Jorong dimaksud antara

lain: Jorong Sikabu-kabu, Jorong Lakuak Dama, Jorong Bukik Kanduang, Jorong Tanjung

Haro Utara, Jorong Tanjung Haro Selatan dan Jorong Padang Panjang. Semenjak dulu,

secara umum nagari ini lebih dikenal namanya dengan sebutan Kenagarian Sikabu-kabu

Tanjung Haro.

Dalam sejarahnya, Kenagarian Sikabu-kabu Tanjung Haro telah dipimpin oleh

beberapa orang walinagari/kepala desa. Asal mula sejarah Kenagarian Sikabu-kabu Tanjung

Haro yang bersumberkan dari beberapa legenda dan pendapat adalah seperti berikut ini.

1. Sikabu-kabu adalah sebatang pohon kayu besar yang mirip dengan pohon kapuk. Konon

kabarnya kayu tersebut telah berumur ratusan tahun dengan tinggi batang hampir hampir

mencapai 70 m. Sekitar tahun 2000 kayu dimaksud disambar petir dan akhirnya

15
tumbang. Sampai sekarang nama pohon Sikabu-kabu masih merupakan bagian dari nama

Kenagarian Sikabu-kabu Tj. Haro Pd. Panjang. 

2. Tanjuang Haro adalah suatu hamparan berupa tanjuang yang konon ditumbuhi oleh kayu

aro (sampai sekarang kayu aro masih ada di beberapa tempat di wilayah Gunung Sago).

Kemudian akibat perkembangan bahasa dan interaksi sosial masyarakat, maka Tanjuang

Aro menjadi Tanjung Haro.

3. Padang Panjang adalah suatu daerah yang semulanya dirintis dengan menggunakanan

pedang yang tergolong panjang lalu daerah rintisan tersebut dalam masa perkembangan

menjadi hamparan padang/ladang yang membujur dari utara sampai ke selatan yang

terdapat di Jorong Padang Panjang.

Berikut adalah penampakan Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab.

Lima Puluh Kota

16
Profil Perangkat Nagari

Perangkat Kantor Wali Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kec.Luak Kab.Lima

Puluh Kota ada 14 orang, di antaranya :

Data Inventaris Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kec.Luak Kab.Lima Puluh

Kota

Nama Perangkat Jumlah

Trisna,S.Sos Wali Nagari 1 orang

Herry Wanda,A.Md.Kom Sekretaris Nagari 1 orang

Dety Purnama Roza,S.Kom Kepala Urusan Tata Usaha 1 Orang

dan Umum

Pino Yuanda Kepala Urusan Perencanaan 1 Orang

Neldia Putri,S.Pd Kepala Urusan Keuangan 1 Orang

Ipit Endang Purnama,A.Md Kepala Seksi Pemerintahan 1 Orang

Muhammad Rizki,S.Pd.i, Kepala Seksi Kesejahteraan 1 Orang

Nila Safitri,A.Md Kepala Seksi Pelayanan 1 Orang

Roni Putra,Ss Staf Operator 1 Orang

Alfitra Salam, Herman, Kepala Jorong / Kewilayahan 6 orang

A.Wahid, Fauzan Hazmi, Boy

17
Febrian, dan Arif Rahman,A.Md

Data penduduk yang di ambil dari website

https://www.tanjungharosikabukabupadangpanjang.desa.id/

Laki Laki Perempuan Total

2.647 2.680 5.327

Data

Bibliography
There are no sources in the current document.

Works Cited
There are no sources in the current document.

18

Anda mungkin juga menyukai