(Studi Kasus di Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh
Kota)
MANAGEMENT KEUANGAN
MAGISTER MANAGEMENT
2021
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2Permasalahan....................................................................................................................................5
1.3Tujuan serta Manfaat Penulisan.....................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................7
GAMBARAN UMUM...............................................................................................................................7
2.1DESA.................................................................................................................................................7
2.2 Dana Desa.........................................................................................................................................8
2.3 SISKEUDES....................................................................................................................................9
2.4 Pengawalan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)....................................................10
2.5 Keterbukaan Informasi Publik.....................................................................................................12
2.6 Konsep Akuntabilitas....................................................................................................................13
2.7 Konsep Good Governance............................................................................................................14
2.8 Transparansi Pengelolaan ADD...................................................................................................15
i
BAB I
PENDAHULUAN
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa). Undang-Undang tentang Desa memperkuat kewenangan desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanaan pembangunan, serta pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat desa (Indrawati, 2017) 1. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi desa dalam penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan desa dalam segala aspeknya
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa.
Dana Desa membuat pendapatan desa menjadi meningkat sehingga perlu diatur dan
dikelola dengan baik dalam pengelolaan keuangan desa. Asas pengelolaan keuangan desa dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
adalah transparan, akuntabel, partisipasif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran 2.
Proses pengelolaan dana desa harus didasari asas transparansi, akuntabel dan partisipatif. Dalam
pengelolaan dana desa, dituntut adanya suatu aspek tata pemerintahan yang baik (good
governance) dimana salah satu adalah akuntabilitas. Kepala desa dan aparat desa lainnya harus
transparan dan bertanggungjawab dalam mengelola keuangan desa mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Prinsip akuntabilitas harus
diterapkan oleh pemerintah desa dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(BPKP, Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, 2015) 3. Sehingga pemahaman tentang
pengelolaan keuangan dana desa sangat dibutuhkan sebagai media untuk transparansi dan
1
Indrawati, S. M. (2017). Buku Saku Dana Desa – Dana Desa Untuk Kesejahteraan Rakyat. Kementrian Keuangan
Republik Indonesia
2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
3
BPKP. (2015). Petunjuk dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Jakart
1
penyampaian pertanggungjawaban penggunaan dan pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh dana
desa.
Dalam membantu perangkat desa dalam membuat rekap laporan tentang APB desa,
pemerintah memberikan Aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) yang merupakan aplikasi
yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka
meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Tujuan dari diterapkannya sistem keuangan
desa (Siskeudes) adalah untuk memudahkan dalam pelaporan keuangan.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengambil rumusan
masalah yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini, yaitu:
1.Bagaimana Peran Siskudes dan Keterbukaan Informasi Publik dalam Upaya Peningkatan
Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari (Studi
Kasus di Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh Kota
2. Apa saja hambatan yang terjadi dalam menggunakan aplikasi SISKEUDES dan keterbukaan
informasi publik dalam Upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan,
Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima
Puluh Kota
a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana peran SISKEUDES dan
Keterbukaan informasi pubik dalam upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas
Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec.
Luak Kab. Lima Puluh Kota.
b. Manfaat Penulisan
2
1.Bagi penulis
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Managemen Keuangan yang sedang berlangsung.
Manfaat penulisan makalah ini bagi aparatur desa adalah agar aparatur desa bisa
menganalisa lebih mendalam serta melakukan perbaikan dalam pelaksanaan peningkatan
Transparansi dan Akuntabilitas Penyusunan, Pelaksanaan dan Pelaporan APB Nagari.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 DESA
Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah ada
dan tumbuh dan berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai wujud
pengakuan Negara terhadap Desa, khususnya dalam rangka memperjelas fungsi dan kewenangan
desa, serta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat desa sebagai subyek pembangunan,
diperlukan kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa yang diwujudkan dengan lahirnya
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.4
Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa
yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.hak dan kewajiban tersebut menimbulkan
pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.
Menurut hukum UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksuddengan desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, “Buku Pintar Dana Desa”, ( Jakarta: Menteri Keunangan, November
2017 ), h. 2
5
Ibid., h. 33
4
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/ Kota, terdiri dari: Desa dan Desa Adat. Dasar
Hukum peraturan Desa dan Desa yaitu :
2) PP No 47/ 2015 Tentag Perubahan atas PP No 43/ 2014 tentang peraturan pelaksanaan
UU 6/2014
3) PP No 8/2016 tentang perubahan kedua atas PP No 60/2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN.6
Menurut UU No.6 Tahun 2014 Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapat dan belanja daerah kabuppaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah, pelaksanaan, pembanguan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.7
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara
nasional dalam APBN setiap tahun. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke
Desa ditentukan 10% dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap.
6
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, “Buku Pintar Dana Desa”., h.3
7
Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
5
2.3 SISKEUDES
Aplikasi tata kelola keuangan desa ini pada awalnya dikembangkan Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Barat sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei 2015.
Aplikasi ini telah diimplementasikan secara perdana di Pemerintah Kabupaten Mamasa pada
bulan Juni 2015. Keberhasilan atas pengembangan aplikasi ini selanjutnya diserahkan kepada
Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaran Keuangan Daerah setelah melewati
tahapan Quality Assurance (QA) oleh Tim yang telah ditunjuk. Terhitung mulai tanggal 13 Juli
2015 pengembangan aplikasi keuangan desa ini telah diambil alih penanganan sepenuhnya oleh
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Pusat di Jakarta.9
kelebihan yaitu :
8
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 Juni 2021).
9
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 Juni 2021).
6
pemerintah,
Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dibuat sederhana dan
user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi sistem keuangan
desa (SISKEUDES). Proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada, dapat
menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan laporan yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, antara lain:10
a. Dokumen Penatausahaan,
b. Bukti Penerimaan,
e. Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per sumber
dana),
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawas
Keuangan Dan Pembangunan (BPKP), BPKP telah diberi mandat untuk mengawal akuntabilitas
keuangan dan pembangunan nasional, termasuk pengelolaan keuangan desa khususnya melalalui
aplikasi sistem keuangan desa,11 dengan tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan :
10
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 juni 2021).
11
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan keuangan dan
Pembangunan, Pasal 2.
7
2) Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa secara
akuntabelmulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan.
b. Ruang Lingkup :
a. Tingkat Pemerintahan:
1) Pemerintah Pusat:
2) Pemerintah Provinsi:
b) Fasilitasi pendampingan
3) Pemerintah Kabupaten/Kota:
4) Pemerintah Desa:
12
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan” (On-Line), tersedia di:
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/2448/Leaflet-Simda-Desa.bpkp (16 juni 2021).
8
b) Sarana dan Prasarana Desa
Keterbukaan informasi publik bagi masyarakat Indonesia dimulai sejak tahun 2008
setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008. 13 Munculnya keterbukaan informasi
publik, dikarenakan amanat UndangUndang Dasar Tahun 1945, Pasal 28 tentang hak asasi
manusia dalam menyampaikan pendapat serta memperoleh informasi. Menurut undang undang
keterbukaan informasi menjelaskan bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang
bagi pengembangan pribadi, dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi
ketahanan nasional. Keterbukaan informasi publik menjadi sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala
sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
13
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
9
bagi masyarakat, dan laporan mengenai pelayanan akses informasi publik.14 Oleh sebab itu
keterbukaan informasi publik sudah menjadi hak asasi manusia dalam perolehan dan
penyampaian informasi terkait permasalahan publik yang melibatkan semua badan publik serta
penyelenggara negara.
Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru, hampir
seluruh instansi dan lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam
menjalankan fungsi administratif kepemerintahan15. Fenomena ini merupakan imbas dari
tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi pada tahun 1998.
Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu
diterapkan secara konsisten di setiap kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu
penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia.16
14
Ibid pasal 9 ayat 1
15
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan “Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan
Keuangan Desa”, h. 38
16
Auditya.dkk,2013,Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah,Jurnal Fairness Volume3
17
Nasihatun dan Suryaningtyas,2015,Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,Bisnis,Vol.3,No.1.
18
Mardiasmo,2012,Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakata:Andi offset,h.46)
10
kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui prosedur yang sangat spesifik mengenai
masalah dalam pertanggungjawaban.
Konsep good governance muncul karena adanya perbaikan pelayanan pemerintah kepada
urusan publik. Di Indonesia, konsep good governance diterapkan setelah memasuki era reformasi
demokrasi. Prinsip ini diterapkan untuk memperbaiki sistem birokrasi pada pelayanan publik
yang bersifat terpusat dan dianggap buruk bagi masyarakat. Fenomena tersebut tercermin
melalui pelayanan publik yang kurang transparan, prosedur pelayanan menggunakan alur
birokrasi yang cukup panjang, dan timbulnya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
setiap pelayanan publik. Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian good
governance sebagai penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta
efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-
domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Good governance memiliki karakteristik atau
prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik. Adapun prinsip-prinsip good governance menurut UNDP (1997)
meliputi:
11
3. Aturan hukum (Rule of law): Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan
harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum
tentang hak azasi manusia.
8. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifity and Effeciency): Setiap proses kegiatan dan
kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai
sumber yang tersedia.
Pada pasal 4 ayat 7 peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 113 tahun
2014, tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan transparan adalah prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untik mengetahui dan mendapatkan akses info
seluas-luasnya tentang keuangan daerah19. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang mengenai penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
19
Permendagri No. 113 tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
12
hasilhasil yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada
pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.
Transparasi pengelolaan keuangan publik merupakan prisip good governance yang harus
dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dengan dilakukannya transparansi tersebut pubik akan
memperoleh informasi yang aktual dan fluktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi
tersebut untuk20 :
2) Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban anggaran.
a. Mekasnisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-
proses pelayanan publik.
20
Mahmudi, Manajemen Keuangan,( Jakarta: Erlangga, 2010), h.17-18
13
c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun
penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani21
BAB III
PEMBAHASAN
21
Mahmudi, Manajemen Keuangan,( Jakarta: Erlangga, 2010), h.17-18
14
A. Gambaran umum Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab. Lima Puluh
Kota
kali, antara lain Sikabu-kabu (masa Belanda sampai PRRI), Sikabu-kabu Tanjung Haro
(masa Orla dan Orba), Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang ( era reformasi / tahun
2000).
Pada masa era otonomi daerah, Nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro terdiri dari 3
jorong, yaitu: Jorong Sikabu-kabu, Jorong Tanjung Haro dan Jorong Padang Panjang.
Namun sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sekarang Nagari Sikabu-kabu
Tanjung Haro Padang Panjang telah berjumlah menjadi 6 (enam) wilayah jorong sesuai
dengan Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 171 Tahun 2009 tanggal 25 Maret
2009 tentang Perubahan Nama dan Jumlah Jorong dalam Wilayah Pemerintahan Nagari
Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang Kecamatan Luak, Jorong dimaksud antara
lain: Jorong Sikabu-kabu, Jorong Lakuak Dama, Jorong Bukik Kanduang, Jorong Tanjung
secara umum nagari ini lebih dikenal namanya dengan sebutan Kenagarian Sikabu-kabu
Tanjung Haro.
beberapa orang walinagari/kepala desa. Asal mula sejarah Kenagarian Sikabu-kabu Tanjung
Haro yang bersumberkan dari beberapa legenda dan pendapat adalah seperti berikut ini.
1. Sikabu-kabu adalah sebatang pohon kayu besar yang mirip dengan pohon kapuk. Konon
kabarnya kayu tersebut telah berumur ratusan tahun dengan tinggi batang hampir hampir
mencapai 70 m. Sekitar tahun 2000 kayu dimaksud disambar petir dan akhirnya
15
tumbang. Sampai sekarang nama pohon Sikabu-kabu masih merupakan bagian dari nama
2. Tanjuang Haro adalah suatu hamparan berupa tanjuang yang konon ditumbuhi oleh kayu
aro (sampai sekarang kayu aro masih ada di beberapa tempat di wilayah Gunung Sago).
Kemudian akibat perkembangan bahasa dan interaksi sosial masyarakat, maka Tanjuang
3. Padang Panjang adalah suatu daerah yang semulanya dirintis dengan menggunakanan
pedang yang tergolong panjang lalu daerah rintisan tersebut dalam masa perkembangan
menjadi hamparan padang/ladang yang membujur dari utara sampai ke selatan yang
Berikut adalah penampakan Nagari Tj Aro Sikabu 2 Padang Panjang, Kec. Luak Kab.
16
Profil Perangkat Nagari
Perangkat Kantor Wali Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kec.Luak Kab.Lima
Data Inventaris Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kec.Luak Kab.Lima Puluh
Kota
dan Umum
17
Febrian, dan Arif Rahman,A.Md
https://www.tanjungharosikabukabupadangpanjang.desa.id/
Data
Bibliography
There are no sources in the current document.
Works Cited
There are no sources in the current document.
18