Anda di halaman 1dari 7

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

َ ‫ـح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬


‫صحْ بِ ِه‬ َ ‫ نَبِيِّنَا َو َحبِ ْيبِنَا ُم‬، َ‫ف اَأل ْنبِيَا ِء َوالـ ُمرْ َسلِ ْين‬
ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َأ ْش َر‬
َّ ‫ َوال‬، َ‫الـح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَـ ِم ْين‬
َ
‫َأ‬
‫ َّما بَ ْع ُد‬، ‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
ٍ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬، َ‫جْ ـ َم ِع ْين‬ ‫َأ‬

‫✨ صباح الخير‬

Selamat pagi semuanya 🙏🏻✨

Semoga dibuatnya grup ini Allah meridhoi kita dan kita bisa mengambil manfaat apa yg ada
didalamnya aamiin...

Langsung saja, jadi program nya adalah one day one hadits... Insyaallah setiap harinya akan
di share 1 hari 1 hadits dan penjelasannya.. adapun yg mau ingin bertanya langsung chat 🙏🏻..
Grup akan aktif hanya 40 hari... Dan bagi yg bertanya tentang grup belajar fiqih insyaallah
akan menyusul adanya...

Dan yg akan alfaqir sampaikan disini adalah hadits yg di ambil dari buku Al musnid as
Sayyid Al habib Umar Umar Ibn Muhammad Ibn salam ibn hafidz hafudzahullahu ta'ala.

Kami teringat dalam suatu ungkapan hadits Baginda nabi Muhammad Saw yang berkaitan
dengan fadhoil/keutamaan-keutamaan dari menghafal, dan menyalami makna yang
terkandung dalam hadits-hadits nabi. Adapun ungkapan hadits ini disebutkan oleh AL-IMAM
AL- GHAZALI rh. Didalam kitabnya "IHYA ULUMUDDIN" pada awal-awal bab
pembahasan tentang fadhilatul_'ilm (keutamaan ilmu)
hadits nya sebagai berikut :

‫ كث له شفيعا وشهيد اليوم‬، ‫ من حفظ على أمتي أربعين حديثا من الشئة حتى يؤديها إليهم‬: ‫وقال عليه الصالة والسالم‬
‫» القيامة‬
‫رواه أبونير والبيهقي وابن عبدالبر‬

Nabi' alayhish shalâtu wassalâm bersabda :


Barang siapa yang menghafal 40 ( empat pu luh ) hadits atas umatku dari as-Sunnah, lalu ia
mengajarkan hafalannya itu kepada orang lain, maka aku akan memberinya syafa'at dan men
jadi saksi baginya pada hari kiamat kelak " ( HR . Abu Nu'aim , al - Baihaqi dan Ibnu Abdil
Barr )

‫ لقي هللا عز وجل يوم القيامة فقيها عالما » رواه تمام وابن‬، ‫ « من حمل من أمتيأربعين حديثا‬: ‫وقال عليه الصالة والسالم‬
‫ عبدالبر‬.

Nabi ' alayhishshalâtu wassalâm bersabda : Barang siapa di antara umatku yang mem bawa
40 ( empat puluh ) hadits, maka ia akan menghadap Allahu ' azza wa jalla di hari kiamat
dalam keadaan faqih dan juga 'alim ( HR . Tammam , dan Ibnu Abdil Barr )

Masya Allah Tabarakallah, kiranya telah jelas apa yang terungkap dalam hadits-hadits di atas.

Kami akan bertanya,

" Semisal ada seorang yang sanggup menghafal 40 hadits ( hanya 40 hadits ), lantas apakah
orang tersebut sudah bisa dikatakan menjadi orang yang ' alim ( berilmu ) ? " Tentu jawa
bannya , " Belum . " Akan tetapi , karena ia menghafal 40 hadits nabi dan juga menguasainya,
maka ia ber hak mendapat syafa'at Rasulullah shallallahu ' alaihi wa sallam serta juga
persaksian beliau.
Bahkan , ia pun akan menghadap kelak di hari kiamat kepada Allahu subhanahu wa ta'âlâ
dengan keadaan menjadi orang ' alim dan juga faqih . Subhanallah.
Alangkah baiknya bagi yg mau belajar membaca niat ini.

Berkenaan dengan Doa Niat Belajar tersebut, Para ulama berkata:

"Barang siapa membaca niat yang di ajarkan oleh Al Imam


Quthubul Irsyad Wa Ghoutsil Bilad Wal 'Ibad Al Habib
'Abdullah bin 'Alwy Al Haddad dalam menuntut 'ilmu maka
nasab ke'ilmuannya akan bersambung kepada Habib 'Abdullah Al
Haddad dan terus sampai kepada Rosulullah Saw."
Penjelasan :

Nanti disetiap hadits ada 3 warna yaitu hijau, hitam dan biru.
keterangannya :

1. HIJAU📗 ( namanya adalah RAWI/orang-orang yang


meriwayatkan atau membawa hadits ).

2. HITAM⚫( namanya adalah MATAN/perkataan-perkataan yang


dinukil sampai ke akhir sanad/inti hadits ).

3. BIRU📘 ( namanya adalah SANAD/mata rantai perawi yang menghubungkannya ke matan


).

Catatan :

1. Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam.
Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga
ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota
badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i
bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan
ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.

2. Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan
tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan
untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan
“Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :


1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak
akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).

2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.

3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal
shaleh dan ibadah.

4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.

5. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari
keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.

6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.

7. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan
pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah
membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
[08.46, 3/11/2022] Fml Ustadz Hasan: Semoga Allah mudahkan untuk urusan semuanya,
semoga hari ini lebih baik dari kemaren aamiin 🏻..
Bagi ada yg mau ditanyakan silahkan chat langsung....

KISAH PENGEMIS BUTA

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu
berkata kepada setiap orang yang mendekatinya.

“Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu
tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan


makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang
dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahawa yang
menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari
sampai baginda wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap
pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abu Bakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau
bertanya kepada anaknya itu.
“Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”

Aisyah RA menjawab, ”Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak
ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah itu?”, tanya Abu Bakar RA.


“Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan
untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana”, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya AbuBakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan
kepada pengemis itu. Abu Bakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu
kepadanya. Ketika Abu Bakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil
menghardik,“Siapakah kamu?”

Abu Bakar RA menjawab, ”Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).”

“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, Bantah si pengemis buta itu.

“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini
mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu
dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku,” pengemis itu melanjutkan
perkataannya.

Abu Bakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambilberkata kepada
pengemis itu.
“Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salahseorang dari
sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW."

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar RA, dan
kemudian berkata.
“Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya,ia tidak pernah
memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku denganmembawa makanan setiap pagi, ia begitu
mulia...."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan AbuBakar RA saat itu juga
dan sejak hari itu menjadi muslim.

Lihatlah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW?

Atau adakah setidaknya berniat untuk meneladani baginda? Baginda adalah Ahsanul Akhlaq,
semulia-mulia akhlaq.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani baginda seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha
meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya .
[‫ص ٌِل وسلم وبارك عليه وعلى آله‬
َ ‫صلواعلى النبي محمد ❤️ اللهم‬

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Izin bertenya mengenai penjelasan hadist yang sudah di share di grup, tentang niat.
Dari cacatan yang ke 2 menjelaskan bahwa ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke
Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama :
“Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian
dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
Pertanyaan nya: bagaimana jika ada seorang yang dulunya tidak pernah beribadah, tidak
pernah datang ke majlis ilmu. Keseharianya hanya bermaksiat. Dan kemudian datanglah
seseorang yang mengajak berhijrah untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan
orang yang selalu bermaksiat itupun sekarang telah berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Dengan niat hijrah karena ajakan teman bukan karena dorongan dari diri
sendiri.
Ketika ia di tanya oleh teman yang dulu selalu mengajak bermaksiat ”wah penampilan
lu sekarang udah berubah ya, memakai baju syar’i dan tidak pernah main ga jelas lagi
sering datengin majlis ilmu pula” dan orang yang berhijrahpun menjawab “iya nih gue
nyoba-nyoba aja pake pakaian syar’I dan datengin majlis ilmu, soalnya ini ajakan temen
gue yang agamis banget orangnya”.
Dari kata gue nyoba-nyoba itu termasuk niat baik apa buruk?

Bukan tentang perkataan nya. Mksdnya tuh dari dia bilang hijrah karena coba-coba itu
termasuk niat baik apa buruk?
Sedangkan niat itu harus ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena allah bukan
karena makhluk.

Tapi setelah ia selalu datang ke majlis ilmu dan banyak pengetahuan yang ia dapat. Ia pun
merubah niat yang awalnya karena ajakan teman menjadi hijrah lilahi ta’ala,

Anda mungkin juga menyukai