Anda di halaman 1dari 4

Nama/NIM : Rahmatunnisa/180101030074

Kelas : B 2018
Final Test Pendidikan Aqidah
1. Rukun iman yang ke 3 yaitu iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
a) Apakah ada perbedaan mengenai cara mengimani al-qur`an dan cara mengimani kitab yang
lainnya?, Bagaimana cara kita mengimani kitab-kitab Allah SWT tersebut?
b) Jika kitab asli selain al-qur`an ditemukan, misalkan kitab injil yang diturunkan kepada nabi
Isa AS ditemukan kitab aslinya dan di jamin keasliannya. Bagaimana sikap kita sebagai
seorang muslim atau umat Nabi Muhammad SAW?, Bisa kah kita mengamalkan ajaran-
ajaran yang ada di kitab injil tersebut?
Jawab:
a) Ya, Al-Qur’an adalah kitab yang harus kita yakini dan kita amalkan, sedangkan cara
mengimani kitab-kitab Allah selain Al-Qur’an adalah hanya dengan meyakininya saja.
b) Kita sebagai seorang muslim tetap meyakini Injil adalah salah satu kitab yang diwahyukan
Allah kepada Nabi Isa AS, tetapi untuk diamalkan kita tetap mengamalkan ajaran yang
terdapat di dalam Al-Qur’an sebagai kitab paling lengkap yang diturunkan oleh Allah.
Karena kitab-kitab terdahulu semuanya mansukh (dihapus) dengan turunnya Al Quran
yang telah Allah jamin keasliannya. Al Quran akan tetap menjadi hujjah bagi semua
makhluk sampai hari kiamat kelak. Dan sebagai konsekuensinya, tidak boleh berhukum
dengan selain Al Quran dalam kondidi apapun.

2. Rukun iman yang ke 4 yaitu iman kapada nabi dan rasul Allah SWT?
a) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kema`shuman bagi setiap nabi dan rasul?
b) Berikan tanggapan anda mengenai nabi dan rasul yang pernah melakukan kesalahan seperti
nabi Adam AS yang telah memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah SWT dan
nabi Muhammad saw yang pernah melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan
tentang tawanan perang badar?
Jawab:
a) Kema’shuman adalah terjemah dari kata ‘ish-mah dalam bahasa Arab, berasal dari kata ‘ashoma
(‫ص َم‬
َ ‫ع‬
َ ). Imam Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata, “’Ashama (‫ص َم‬ َ ‫ع‬
َ ) artinya mana’a, darinya
muncul kata ‘ish-mah (‫ص َمة‬ ْ
ْ ‫ )اَل ِع‬dalam agama, yaitu: terjaga dari kemaksiatan. Istilah maksum
menjadi sifat para nabi yang terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga
terjaga dari dosa-dosa besar. Para Nabi memang terkadang mengalami dosa kecil berupa lupa atau
keliru. Hanya Allah SWT meluruskan mereka jika mereka berbuat kesalahan.
b) Menurut saya kesalahan yang dibuat oleh Nabi Adam AS dan juga oleh Nabi Muhammad SAW
tersebut adalah skenario dari Allah. Mereka ditakdirkan berbuat kesalahan agar menjadi pelajaran
dan hukum bagi umat manusia, akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan beliau turun derajatnya
sebagai nabi dan rasul karena hal ini dijadikan pelajaran dan hukum bagi umat.
3. Coba jelaskan?, jika Allah SWT yang menciptakan kita dan semua perbuatan kita, lalu
mengapa ia mengadili perbuatan jahat yang kita lakukan, sedangkan ia yang telah
menciptakan perbuatan jahat tersebut?
Jawab:
Islam mengajarkan bahwa segala kejadian di alam semesta sudah ditakdirkan sejak sebelum
terbentuknya alam semesta berikut seluruh kronologisnya. Meyakini Allah tidak menciptakan
perbuatan manusia sama saja meyakini bahwa ada pencipta lain di alam ini selain Allah,
dalam hal ini manusia itu sendiri. Ini dianggap salah satu bentuk kesyirikan yang bertentangan
dengan ketauhidan. Kita harus memahami bahwa Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk
manusia dan perbuatannya, Allah tidak pernah menyuruh manusia berbuat jahat, akan tetapi
menyuruh mereka berbuat baik, dan manusia melakukan kejahatan tersebut atas dasar dan
ikhtiarnya sendiri yang harus dipertanggungjawabkannya. Allah bisa saja menyesatkan siapa
saja yang Dia kehendaki dan memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tapi
apabila tanpa memahami dari makna hidayah dan perintah Allah untuk mencari hidayah
maka ia pantas untuk diadili di akhirat kelak.

4. Apakah yang anda lakukan jika nanti ada tradisi yang mengandung kesyrikan dan anda
disuruh melakukannya karena itu tradisi yang sudah turun temurun dilakukan didaerah anda?
Coba berikan tanggapan anda dengan memberikan contoh tradisi atau adat yang mengandung
kesyrikan di daerah anda yang kemungkinan besar anda di suruh melakukannya nanti.
Berikan tanggapan anda di sertai dengan dalil al-qur`an lengkap dengan harakat dan
terjemah?
Jawab:
Di daerah saya Amuntai yang terdapat Candi Agung disana ada mitos untuk menancapkan lidi
di sebuah bagian dari situs candi apabila bertambah panjang maka keinginan kita akan
terkabul. Dari saya anak-anak saya tidak pernah mau melakukakan itu ketika berkunjung ke
Candi dengan teman-teman meski mereka memaksa karena larangan dari kedua orangtua saya
yang melarang bahwa itu adalah hal syirik atau mempercayai selain Allah dan dosanya besar,
maka saya menolak melakukannya. Adapun dalil naqlinya ialah:

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْر َبى َو ْال َج‬
ِ ‫ين َو ْال َج‬ َ ‫سانًا َو ِبذِي ْالقُ ْر َبى َو ْال َيت َا َمى َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫ش ْيئًا َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح‬
َ ‫َّللا َو ََل ت ُ ْش ِركُوا بِ ِه‬
َ ‫َوا ْعبُد ُوا ه‬
‫ورا‬ ً ‫َت أ َ ْي َمانُكُ ْم ِإ هن َّللاه َ ََل يُحِ بُّ َم ْن َكانَ ُم ْخت ًَاَل فَ ُخ‬
ْ ‫س ِبي ِل َو َما َملَك‬ ‫ب َواب ِْن ال ه‬ِ ‫ب ِب ْال َج ْن‬ ِ ِ‫َوالصهاح‬

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(Q.S An-Nisa: 36)
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tawasul?, beberapa ulama berbeda pendapat mengenai
tawasul, coba jelaskan perbedaannya dan argumentasi yang dikemukakan?
Jawab:
Tawassul adalah mengambil sarana/wasilah agar do’a atau ibadahnya dapat lebih diterima dan
dikabulkan. Al-wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang dapat menyampaikan dan
mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il (An-Nihayah fil Gharibil
Hadiit wal Atsar :v/185 Ibnul Atsir). Sedang menurut istilah syari’at, al-wasilah yang
diperintahkan dalam al-Qur’an adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada
Allah Ta’ala, yaitu berupa amal ketaatan yang disyariatkan.

Pandangan Ulama Madzhab

Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam
doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka
Imam Ahmad menjawab :"Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan
kita"

(‫ص النبهانى إسماعيل بن ليوسف الحق شواهد‬:166)


Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:

‫ ذريعتى النبى آل‬# ‫وسيلتى إليه وهم‬


‫ غدا أعطى بهم أرجو‬# ‫صحيفتى اليمن بيدى‬
(‫ص المكى حجر بن ألحمد المحرقة العواصق‬:180)
"Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap
melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan
kananku"

Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky


Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang
baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan
umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang
ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal
160)

Pandangan Ibnu Taimiyah


Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi
Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal.
Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW
dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi :
‫ يقول أن شخصا علم النبي أن‬: ‫ربك إلى بك أتوجه إنى محمد يا الرحمة نبي محمد بنبيك إليك وأتوسل أسألك إنى اللهم‬
‫)وصححه الترميذى أخرجه( في فشفعه ليقضيها حاجتى فيجلى‬.
Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)"Ya Allah sesungguhnya aku meminta
kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh kasih, wahai
Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan
kebutuhanku maka berilah aku sya'faat". Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu
Taimiyah jilid 3 halaman 276)

Pandangan Imam Syaukani


Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain
( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan
ijma’ para shohabat.

Anda mungkin juga menyukai