Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEMISKINAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Tafsir Ayat-Ayat Sosial

Dosen Pembimbing: Muhammad Hidayat Noor, S.Ag, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RAJIV DINAL M. (20105030122)

AHMAD MUJTAHIDIN (20105030133)

MUHAMMAD RIFKY M. (20105030124)

TAJA MUMTAZAH KALINDRA (20105030150)

DIHYANDHANI ZAYYAN Z. A. (20105030132)

UNIVERSITAS ISLAM SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik
yang membahas tentang Umat. Selanjutnya, Shalawat dan salam kami sanjungkan kepada
Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang telah membimbing dan mengajarkan ummat
manusia dari kebodohan menuju ke zaman penuh ilmu pengetahuan ini. Kami berterima kasih
kepada Muhammad Hidayat Noor, S.Ag, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Hadis Muamalah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah yang berisi tentang Umat ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Umat. Semoga makalah sederhana ini dapat
berguna bagi siapapun yang membacanya. kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan.

Yogyakarta, 27 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A. Ayat-Ayat Kemiskinan Beserta Penafsirannya ................................................................................. 3
B. Pesan Dan Makna Ayat Kemiskinan ................................................................................................ 3
C. Kontekstualisasi Kekinian................................................................................................................. 8
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemisikinan merupakan masalah pelik yang menimpa banyak bangsa. Menurut data
Badan Pusat Statistik, pada maret 2016, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai
28,01 juta orang.1 Angka ini tentulah bukan angka yang sedikit. Dari sini kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa dari semua penduduk Indonesia, 10,86% nya adalah orang
miskin.

Masalah ini bukanlah masalah yang patut diremehkan. Kemiskinan dapat berpotensi
melahirkan hal-hal negatif yang merugikan masyarakat. Orang yang tertimpa kemiskinan
bisa jadi akan nekat berbuat kejahatan-kejahatan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh
karena itu, kemiskinan haruslah ditanggulangi dengan cepat.

Sebagai agama rahmat bagi alam semesta. Tentunya islam sudah menyediakan solusi
untuk permasalahan pelik ini. Islam secara jelas menguraikan kiat-kiat yang harus
dilaksanakan manusia untuk membebaskan diri dari kemiskinan. Makalah ini akan banyak
menyinggung hal tersebut.

1 Mansur Efendi, “Pengelolaan Zakat Produktif Berwawasan Kewirausahaan Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan di

Indonesia”, Jurnal Al-Ahkam, Vol. 02, No. 1, 2017. hlm. 22.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran QS 4:100 tentang kemiskinan?

2. Bagaimana penafsiran QS 11:6 tentang kemiskinan?

3. Bagaimana penafsiran QS 14:34 tentang kemiskinan?

4. Bagaimana penafsiran QS 65:7 tentang kemiskinan?

C. Tujuan

1. mengetahui penafsiran QS 4:100 tentang kemiskinan

2. mengetahui penafsiran QS 11:6 tentang kemiskinan

3. mengetahui penafsiran QS 14:34 tentang kemiskinan

4. mengetahui penafsiran QS 65:7 tentang kemiskinan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat tentang Kemiskinan beserta Penafsirannya


1. Q.s An-Nisa ayat 100

ِ‫اجرا اِ َل هاّلل‬
ِ ‫ب يتِهٖ مه‬ ْۢ ِ ‫اّللِ ََِي ْد ِِف ْاْلَْر‬ ِ
ٰ ً َ ُ َْ ‫ض ُمَرا َغ ًما َكثِ ْ ًْيا َّو َس َعةً َۗوَم ْن ََّّيُْر ْج ِم ْن‬ ٰ‫۞ َوَم ْن يُّ َهاج ْر ِ ِْف َسبِْي ِل ه‬
١٠٠ - ࣖ ‫اّللُ َغ ُف ْوًرا َّرِحْي ًما‬ ِ‫ورسولِهٖ ُثَّ ي ْد ِرْكه الْموت فَ َق ْد وقَع اَجرهٖ علَى ه‬
ٰ‫اّلل ۗ َوَكا َن ه‬
ٰ َ ُْ َ َ ُ َْ ُ ُ ْ ُ ََ

Terjemah : “Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan


mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah
ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”

Dalam tafsir Quraisy Shihab, Orang-orang yang berhijrah dengan tujuan membela
kebenaran, akan menemukan banyak tempat di muka bumi ini dan terhindar dari tekanan dan
kekerasan orang-orang yang memusuhi kebenaran. Mereka juga akan mendapatkan kebebasaan
dan tempat tinggal yang mulia, di samping disediakan pahala yang besar. Barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah ke tempat yang mulia, yaitu negeri Allah dan rasul-Nya,
kemudian mati sebelum sampai pada tempat tujuan, pahalanya telah ditetapkan. Allah berkuasa
untuk memberikan pahala, ampunan dan rahmat-Nya, karena Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Pemberi rahmat.

Sedangkan dalam Tafsir Jalalain, (Dan siapa yang berhijrah di jalan Allah, maka mereka
akan menemukan di muka bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan) dalam rezeki.
(Dan siapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya lalu
ia ditimpa oleh kematian) di tengah jalan seperti terjadi atas Junda bin Dhamrah Al-Laitsi (maka

3
sungguh, telah tetaplah pahalanya di Sisi Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang).2

2. Qs. Hud ayat 6

ٍ ‫اّللِ ِرْزقُ َها ويَ ْعلَم ُمستَ َقَّرَها وُمستَ ْوَد َع َها ۗ ُكلٌّ ِِف كِت‬
ٍ ْ ِ‫هب ُّمب‬ َِّ‫ض ا‬ ِ ٍ ۤ ِ
– ‫ْي‬ ْ ْ َ ْ ُ َ ‫ه‬
ٰ َ ‫ى‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ْل‬ ِ ‫ر‬
َْ‫اْل‬
ْ ‫ِف‬ ‫ة‬ َّ ‫۞ َوَما م ْن َد‬
‫ب‬ ‫ا‬

Terjemah : Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.
Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Dalam Tafsir Kemenag, Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang
meliputi binatang Yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya,
semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan
untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah dengan hikmat
dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian. Jika tidak diatur demikian, mungkin pada
suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan
hidup binatang-binatang yang Iain, atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu
keseimbangan lingkungan.

Jika ada sebagian binatang memangsa binatang Iainnya, hal itu adalah dalam rangka
keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan. Allah
mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiannya, bahkan ketika
masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu,Allah senantiasa menjamin rezekinya
dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauh Mahfudh, yang berisi semua
perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.3

Dan dalam Tafsir Ibnu Katsir, tertulis bahwa tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). Allah
Swt menceritakan bahwa Dialah yang menjamin rezeki makhlukNya, termasuk semua hewan
yang melata di bumi, baik yang kecil, yang besarnya, yang ada di daratan, maupun yang ada di

2 TafsirQ.com
3 Qur'an Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/sura/11/6

4
lautan. Dia pun mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Dengan
kata lain, Allah mengetahui sampai di mana perjalanannya di bumi dan ke manakah tempat
kembalinya, yakni sarangnya; inilah yang dimaksud dengan tempat penyimpanannya. Ali ibnu
Abu Talhah dan lain-lainnya telah menceritakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6) Yakni tempat
berdiamnya binatang itu (sarangnya) dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6) bila telah mati.

Diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6) Maksudnya, di dalam rahim. dan tempat penyimpanannya.
(Hud: 6) di dalam tulang sulbi, seperti yang terdapat pada surat Al-An'am. Hal yang sama telah
diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan sejumlah ulama. Ibnu Abu Hatim telah
menyebutkan pendapatpendapat ulama tafsir dalam ayat ini, juga menyebutkan pendapat mereka
tentang ayat dalam surat Al-An'am tersebut.4

3. QS. Ibrahim Ayat 345


ۡ ِۡ ِ ۡ ‫واه هتٮك ۡم ِم ۡن ك ِل ما سا ۡل تم ۡوه ٖ واِ ۡن ت عد ُّۡوا نِ ۡعمت هاّللِ ْل‬
‫اْلن َسا َن لَظَلُ ۡوم َكفَّار‬ ‫ص ۡوَها ٖ ا َّن‬ ‫ُت‬
ُ ُ َ ٰ َ َ َُ َ ُ ُُ ََ َ ٰ ُ ٰ ُ َ
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh,
manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Tafsir

Dan Dia telah memberikan kepadamu berbagai nikmat untuk keperluan hidup kamu
sebagai anugerah atas segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu berupaya
menghitung nikmat Allah tersebut, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh
banyak nikmat yang telah Allah karuniakan, tetapi banyak sekali manusia yang mengingkari
nikmat-nikmat itu. Mereka sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah."

Sebagai nikmat Allah juga ialah Dia telah menyediakan bagi manusia segala yang
diperlukannya, baik diminta atau tidak, karena Allah telah menciptakan langit dan bumi ini untuk

4 ceramah motivasi, Tafsir Surat Hud Ayat 6, 4 maret 2018,https://ceramahmotivasi.com


5
https://tafsirweb.com/10987-surat-at-talaq-ayat-7.html

5
manusia. Dia menyediakan bagi manusia segala sesuatu yang ada, sehingga dapat digunakan dan
dimanfaatkan kapan dikehendaki. Kadang-kadang manusia sendiri tidak mengetahui apa yang
menjadi keperluan pokoknya, dimana tanpa keperluan itu, ia tidak akan hidup atau dapat
mencapai cita-citanya. Keperluan seperti itu tetap dianugerahkan Allah kepadanya sekalipun
tanpa diminta. Ada pula bentuk keperluan manusia yang lain yang tidak mungkin didapat kecuali
dengan berusaha dan berdoa, karena itu diperlukan usaha manusia untuk memperolehnya.

Sangat banyak nikmat Allah swt yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, sehingga
jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup. Oleh karena itu, hendaknya setiap
manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt dengan jalan menaati segala
perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Mensyukuri nikmat
Allah yang wajib dilakukan oleh manusia itu bukanlah sesuatu yang diperlukan oleh Allah swt.
Allah Mahakaya, tidak memerlukan sesuatupun dari manusia, tetapi kebanyakan manusia sangat
zalim dan mengingkari nikmat yang telah diberikan kepadanya.

Dalam Tafsir Jalalain

(Dan Dia telah memberikan kepada kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-
Nya) sesuai dengan keperluan kalian (Dan jika kalian menghitung nikmat Allah) pemberian
nikmat-Nya kepada kalian (tidaklah dapat kalian menghitungnya) kalian tidak akan mampu
menghitung-hitungnya. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah orang kafir (sangat
lalim dan sangat ingkar) artinya banyak berbuat aniaya terhadap dirinya dengan cara melakukan
maksiat dan banyak ingkar terhadap nikmat Rabbnya.

4. Q.S At-Talaq6

ۚ ‫ف ٱ َّّللُ نَ ْف ًسا إَِّْل َمآ ءَاتَهٮ َها‬ ِ َّ ُ‫لِيُ ِنف ْق ذُو َس َع ٍة ِٰمن َس َعتِ ِهۦ ۖ َوَمن قُ ِد َر َعلَْي ِه ِرْزقُهُۥ فَ ْليُ ِنف ْق ِِمَّآ ءَاتَهٮه‬
ُ ٰ‫ٱّللُ ۚ َْل يُ َكل‬
‫ٱّللُ بَ ْع َد عُ ْسر يُ ْسًرا‬
َّ ‫َسيَ ْج َع ُل‬

Artinya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah

6 https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-65-at-talaq/ayat-7

6
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Talaq Ayat 7

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan, yaitu suami yang berkecukupan, memberi
nafkah kepada istri yang ditalaknya selama masa idah dan memberikan imbalan kepadanya
karena telah menyusui anaknya, dari kemampuannya yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan
adapun orang yang terbatas rezekinya, yakni suami yang tidak sanggup, hendaklah memberi
nafkah kepada istri yang ditalaknya selama masa idah dari harta yang diberikan Allah kepadanya
sesuai dengan kesanggupannya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan apa
yang diberikan Allah kepadanya, rezeki dan kemampuan; Allah akan memberikan kemudahan
kepada seseorang setelah ia menunjukkan kegigihan dalam menghadapi kesulitan. 8. Dan betapa
banyak penduduk dari suatu negeri yang mendurhakai perintah tuhan mereka dan rasul-rasul-
Nya, seperti penduduk al-hijr, madyan, sodom, dan gomorah; maka kami buat perhitungan
terhadap penduduk negeri itu dengan perhitungan yang ketat, yaitu dengan mengazab mereka di
dunia sebanding dengan pembangkangannya; dan kami pun mengazab mereka dengan azab yang
mengerikan di akhirat.

Tafsir ibnu Katsir

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah
berikan kepadanya. (Ath-Thalaq: 7) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya: (Al-Baqarah: 286) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakkam, dari Abu Sinan yang mengatakan
bahwa Umar ibnul Khattab pernah bertanya mengenai Abu Ubaidah. Maka dikatakan kepadanya,
bahwa sesungguhnya Abu Ubaidah mengenakan pakaian yang kasar dan memakan makanan
yang paling sederhana. Maka Khalifah Umar mengirimkan kepadanya seribu dinar, dan
mengatakan kepada kurirnya, "Perhatikanlah apakah yang dilakukan olehnya dengan uang seribu
dinar ini jika dia telah menerimanya." Tidak lama kemudian Abu Ubaidah mengenakan pakaian

7
yang halus dan memakan makanan yang terbaik, lalu kurir itu kembali kepada Umar dan
menceritakan kepadanya perubahan tersebut. Maka Umar mengatakan bahwa semoga Allah
merahmatinya. Dia menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Hendaklah orang yang mampu
memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. (At-Thalaq: 7) Al-Hafidzh Abul
Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan di dalam kitab Mu'jamui Kabir-nya, telah menceritakan
kepada kami Hasyim ibnu Yazid At-Ath-Thabarani, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan
kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid ibnu Abu Malik Al-Asy'ari yang nama
aslinya Al-Haris, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: . Ada tiga
orang yang salah seorang dari mereka memiliki sepuluh dinar, lalu ia menyedekahkan sebagian
darinya sebanyak satu dinar. Dan orang yang kedua mempunyai sepuluh auqiyah (emas), lalu ia
menyedekahkan satu auqiyah dari miliknya. Dan orang yang ketiga memiliki seratus auqiyah,
lalu ia menyedekahkan sebagiannya sebanyak sepuluh auqiyah. Kemudian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan bahwa mereka sama dalam kadar pahala yang
diperolehnya, masing-masing dari mereka telah menyedekahkan sepersepuluh miliknya. Allah
subhanahu wa ta’ala telah berfirman, "Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. (Ath-Thalaq: 7) Hadits ini gharib bila ditinjau dari segi jalurnya. Firman Allah
subhanahu wa ta’ala: Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath-
Thalaq: 7) Ini merupakan janji dari Allah, dan janji Allah itu benar dan tidak akan disalahi-Nya.

B. Kontekstualisasi Kekinian
1. An-Nisa’ ayat 100
Jika melihat pada konteks masa kini, Hijrah bukanlah sesuatu hal yang baru
diperbincangkan. Namun, fenomena yang berkembang di masyarakat menjadikan
pembahasan ini menarik untuk dibahas dan telah menjadi problem tafsir. Hal demikian
terjadi karena fenomena hijrah dikalangan artis. Pergeseran makna hijrah nampak sekali
dimana seorang artis yang mengubah penampilan mereka nampak Islami akan disebut
telah berhijrah. Hijrah diartikan sebagai perpindahan nuansa kehidupan yang sebelumnya
tidak Islami menjadi Islami, seperti memakai jilbab, berjenggot, dan lain sebagainya yang

8
merujuk pada ayat al-Quran yang secara literal memerintahkan untuk berhijrah. Adapun
ayat al-Quran yang membahas mengenai hijrah adalah QS. al-Nisa/4: 100.. Jika melihat
ayat-ayat tentang hijrah, maka hijrah dapat dimaknai sebagai perubahan dalam segala
dimensi kehidupan menuju ke arah yang lebih baik.
2. Hud ayat 6
Di zaman saat ini masih banyak orang meragukan jaminan rezeki dari allah,
sebagian mereka takut akan tidak mendapatkan rezeki. Terlebih ketika masa pandemi saat
ini banyak orang yang kehilangan pekerjaannya sehingnyakan dari mereka bingung
mendapatkan rezeki dari mana. Padahal Allah SWT telah mengatur segala hidup dan mati
makhluk-Nya. Termasuk jaminan atas rezeki. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Hud
ayat 6. Ayat tersebut menjelaskan tentang jaminan rezeki dari Allah SWT. Binatang-
binatang melata yang hidup di bumi meliputi binatang merayap, merangkak atau berjalan
dengan kedua kakinya semua mendapat jaminan rezeki dari Allah SWT., ayat tersebut
menjelaskan tentang jaminan rezeki dari Allah SWT.

3. Ibrahim ayat 34
Manusia sering merasa iri melihat kehidupan orang lain yang lebih baik darinya.
Ketika melihat orang yang lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih sukses darinya,
tidak jarang muncul keinginan dalam diri seseorang untuk bisa seperti mereka, atau
bahkan bisa melebihi mereka. Inilah kondisi umum yang terjadi pada diri seseorang yang
tidak pandai bersyukur. Dia selalu melihat orang lain lebih baik serta lebih sukses
darinya. Dia selalu melihat rumput tetangga lebih hijau. Padahal, kalau dia sadari, dalam
dirinya sungguh banyak nikmat, anugerah serta potensi yang Allah berikan dan harus
disyukuri. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat kesempatan serta nikmat-nikmat lainnya
adalah anugerah serta modal luar biasa yang Allah berikan. Tinggal bagaimana seseorang
menggunakannya.

4. At-Talaq ayat 7
Hakikat nafkah perempuan ialah suami berkewajiban memberikan nafkah kepada
yang menjadi tanggung jawabnya, baik yang masih menjadi istrinya maupun yang sudah
ditalak dan mempunyai anak. Diantara nafkah yang wajib diberikan kepada mereka yaitu

9
nafkah lahir seperti makanan, tempat tinggal dan lain-lain serta nafkah batin seperti kasih
sayang.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan
(povertyline) atau batas kemiskinan (povertytresshold). Orang yang ditimpa kemiskinan akan
mengalami penderitaan. Tak jarang dari mereka yang nekat untuk berbuat jahat demi mengentas
kemiskinannya.

Kemisikinan sangat menimbulkan banyak potensi negatif yang membahayakan. Oleh


karena itu, keberadaanya harus segera dibumihanguskan. Dalam hal ini, hadis sebagai bahan
formatur regulasi islam memiliki beberapa asas yang berfungsi mengentas kemiskinan. Asas-asal
itu adalah asas kerja keras, asas persaudaraan, asas jihad fi sabilillah, dan asas jamaah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Mansur, “Pengelolaan Zakat Produktif Berwawasan Kewirausahaan Sosial dalam
Pengentasan Kemiskinan di Indonesia”, Jurnal Al-Ahkam, Vol. 02, No. 1, 2017.

TafsirQ.com

Qur'an Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/sura/11/6

ceramah motivasi, Tafsir Surat Hud Ayat 6, 4 maret 2018,https://ceramahmotivasi.com

https://tafsirweb.com/10987-surat-at-talaq-ayat-7.html

12

Anda mungkin juga menyukai