Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Materi Hadits MA/SMA
Dosen Pengampu: Drs. Asep Herdi, M.Ag
Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Muhammad Rifqi Mutawakkil (1202020109)
2. Ranny Amalia (1202020128)
3. Reza Fahlefi (1202020133)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
A. Pengertian Musibah dan Berkabung ....................................................
B. Teks,Terjemah, Mufrodat.....................................................................
C. Macam-macam Musibah......................................................................
D. Esensi Hadits: Ta’rif Istilah dan Ta’rif Dilalah....................................
E. Ta’rif Arkan Hadits .............................................................................
F. Kualitas Hadits .....................................................................................
G. Tashih dan I’tibar Hadits......................................................................
H. Ta’ammul Hadits..................................................................................
I. Munasabah dan Asbabul Wurud ..........................................................
J. Istinbat Ahkam dan Hikmah ................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Implikasi ..............................................................................................
C. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang pasti pernah mendapat musibah baik pada jiwa, harta, atau
keluarganya. Sudah menjadi takdir Allah bahwa semua orang pasti merasakan
yang namanya musibah baik kecil maupun besar. Musibah yang menimpa semua
manusia pasti atas kehendak Allah. Umat manusia yang Allah berikan musibah
bukan berarti Allah swt. ingin menyusahkan hamba-Nya tersebut.
Allah swt. memberikan musibah kepada hamba-Nya karena ingin
menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahan hamba-Nya tersebut. Seorang
hamba yang sabar ketika mendapat musibah maka Allah akan menghapus
sebagian kesalahannya. Namun, apabila hamba tersebut tidak sabar menanggung
penderitaan maka jelas hanya penderitaan yang bertambah berat.
Mufradat
ج النَّبِ ِّي
ِ ْزَ و Istri Nabi Muhammad
ْس ِم ْن َأ َح ٍد
َ لَي Tidak ada satu orang pun
ِ اَل ي
ُُصيبُه Tidak terkena musibah
ُ َب هَّللا
َ ِإاَّل َما َكت Melainkan karena Allah
telah mentaqdirkannya
kepadanya
Teks tersebut dikatakan hadits secara arkan karena terdiri dari unsur rawi, sanad,
dan matan.
Sanad:
ت َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ بُ َر ْي َدةَ ع َْن يَحْ يَى ب ِْنيل َح َّدثَنَا دَا ُو ُد بْنُ َأبِي ْالفُ َرا ِ
اع ََح َّدثَنَا ُمو َسى yبْنُ ِإ ْس َم ِ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي هَّللا ُ َع ْنهَا َزوْ ِ
ج النَّبِ ِّي َ ض َyيَ ْع َم َر ع َْن عَاِئ َشةَ َر ِ
Matan:
ُون فََأ ْخبَ َرنِيَ yأنَّهُ َع َذابٌ يَ ْب َعثُهُ هَّللا ُ َعلَى َم ْن يَ َشا ُء َوَأ َّن هَّللا َ َج َعلَهُ َرحْ َمةً لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ
ع َْن الطَّاع ِ
َب هَّللا ُ
ُصيبُهُ ِإاَّل َما َكت َ صابِ ًراُ yمحْ تَ ِسبًا يَ ْعلَ ُم َأنَّهُ اَل ي ِ
ث فِي بَلَ ِد ِه َ ْس ِم ْن َأ َح ٍد يَقَ ُع الطَّاعُونُ فَيَ ْم ُك ُ
لَي َ
لَهُ ِإاَّل َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر َش ِهي ٍد
Perawi dan Mukharrij:
F. Kualitas Hadits
Hadist ini merupakan hadits shahih karena sanadnya bersambung. Setiap
hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz
dan ‘illah.
Tashhih dalam hal ini berarti penganalisisan hadits melalui pengkajian rawi, sanad
dan matan sesuai dengan kaidah. Terdapat dua kategori terkait kualitas hadits
Yaitu Maqbul dan mardud. Maqbul artinya hadits yang diterima serta dapat dijadiak
sebagai hujjah. Sebaliknya hadits Mardud tidak dapat diterima dan tidak dapat dijadikan
sebagai hujjah. Kemudian karena pada pembahasan poin sebelumnya hadits ini
dikatakan shahih dengan kata lain Maqbul yang telah dikemukakan pula komentar
terhadap perawi tersebutt dalam uraian biografi singkat para perawi. Hadits ini pula
tidak bertentangan dengan Al-qur’an serta sanadnya bersambung (muttashil)
Dalam ilmu muṣṭalaḥ hadis, dikenal sebuah istilah yang bernama i‘tibār. I‘tibār ialah
suatu cara untuk mencari hadis syāhid dan hadis mutābi‘ dengan jalan mengobservasi
rawi yang sama antara sebuah hadis dengan hadis lain, atau mengenai suatu matan hadis
yang bersesuaian atau menguatkan terhadap matan hadis yang lain. Kaidah i‘tibar, yaitu
penelitian literatur hadis untuk mencari dan mengkaji kualitas hadis yang ditulis dalam
literatur hadis tersebut. Artinya, kualitas sebuah hadis bisa dilihat berdasarkan tinjauan
terhadap keberadaan hadis tersebut dalam literatur hadisnya.
Sebelum dilakukannya al-i‘tibar terlebih dahulu dilakukan kegiatan takhrij hadis,
sebagai langkah awal penelitian untuk hadis yang akan diteliti, maka seluruh sanad
hadis dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan kegiatan i‘tibar. I‘tibār menurut
bahasa; al-I‘tibār Maṣdar dari kata “i‘tabara” sedang makna I‘tibār adalah
memperhatikan/meninjau suatu perkara untuk mengetahui sesuatu jenis lainnya.
Hadits tentang musibah didapatkan pada Kitab Fathul Bari Ibnu Hajar jilid 10
halaman 277 hadis nomor 3215, Shahih Bukhari hadis nomor 3215.
H. Ta’ammul Hadits
ك ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ْال ُم ْن َك ِد ِر َوع َْن َأبِي ِ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز
ٌ ِيز بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل َح َّدثَنِي َمال
ص ع َْن َأبِي ِه َأنَّهُ َس ِم َعهُ يَ ْسَأ ُل
ٍ النَّضْ ِر َموْ لَى ُع َم َر ب ِْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ع َْن عَا ِم ِر ب ِْن َس ْع ِد ب ِْن َأبِي َوقَّا
ال ُأ َسا َمةُ قَا َل ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي الطَّاع
َ َُون فَق َ ِ ُأ َسا َمةَ ْبنَ َز ْي ٍد َما َذا َس ِمعْتَ ِم ْن َرسُو ِل هَّللا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الطَّاعُونُ ِرجْ سٌ ُأرْ ِس َل َعلَى طَاِئفَ ٍة ِم ْن بَنِي ِإ ْس َراِئ
يل َأوْ َعلَى َ ِ َرسُو ُل هَّللا
ض َوَأ ْنتُ ْم بِهَا فَاَل ت َْخ ُرجُوا
ٍ ْض فَاَل تَ ْق َد ُموا َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َوقَ َع بَِأر
ٍ َْم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم فَِإ َذا َس ِم ْعتُ ْم بِ ِه بَِأر
ُم ِإاَّل فِ َرارًا ِم ْنهyْ ِم ْنهُ قَا َل َأبُو النَّضْ ِر اَل ي ُْخ ِرجْ ُكyفِ َرا ًرا
“Telah bercerita kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah berkata, telah
bercerita kepadaku Malik dari Muhammad bin Al Munkadir dan dari Abu an-
Nadlar, maula ‘Umar bin ‘Ubaidullah dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abu Waqash
dari bapaknya bahwa dia (‘Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada
Usamah binZaid; “Apa yag pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tentang masalah tha’un (wabah penyakit sampar, pes,
lepra)?”. Maka Usamah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tha’un adalah sejenis kotoran (siksa) yang dikirim kepada satu
golongan dari Bani Isra’il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika
kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian
memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang
terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya”. Abu an-Nadlar
berkata; “Janganlah kalian mengungsi darinya kecuali untuk menyelematkan
diri”
Hadits diatas, memiliki kesamaan isi atau hukum dengan hadits dalam
lafadz Shahih Bukhari yang berbunyi:
ِ ُول هَّللا
َ ت َرس ُ ت َسَأ ْلْ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَال ِ ْي هَّللا ُ َع ْنهَا زَ و
َ ج النَّبِ ِّي ِ ع َْن عَاِئ َشةَ َر
yَ ض
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن الطَّاعُو ِن فََأ ْخبَ َرنِي َأنَّهُ َع َذابٌ يَ ْب َعثُهُ هَّللا ُ َعلَى َم ْن يَ َشا ُء َوَأ َّن هَّللا َ َج َعلَه َ
ُمحْ ت َِسبًا يَ ْعلَ ُم َأنَّهُ اَلyصابِ ًرا
َ ث فِي بَلَ ِد ِه ُ ْس ِم ْن َأ َح ٍد يَقَ ُع الطَّاعُونُ فَيَ ْم ُك
َ َرحْ َمةً لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ لَي
َب هَّللا ُ لَهُ ِإاَّل َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر َش ِهي ٍد
َ صيبُهُ ِإاَّل َما َكت
ِ ُي
Asbabul Wurud
Suatu kali Ummu Salamah tertimpa musibah dengan kematian suaminya tercinta Abu
Salamah. Saat itu Ummu Salamah teringat pesan Nabi SAW agar berdoa` bila tertimpa
musibah. Dia mengucapkan doa` itu:" Ya Allah SWT, berilah pahala atas musibah yang
menimpaku dan gantilah dengan yang lebih baik daripadanya". Di samping itu Ummu Salamah
percaya bahwa sebagaimana Rasulullah SAW berkata akan diganti dengan yang lebih baik.
Tapi Ummu Salamah bertanya-tanya, "Siapakah yang lebih baik dari suamiku
Abu Salamah ?" Ternyata setelah masa iddah-nya habis, Rasulullah SAW
meminangnya. Maka Ummu Salamah semakin yakin bahwa Allah SWT betul-betul
telah menggantinya dengan yang lebih baik yaitu Rasulullah SAW . Semakin seseorang
kuat imannya, ujian dan musibah semakin banyak.
Umat muslim diajarkan Allah SWT agar jika terkena musibah segera
mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun ( kita milik Allah dan akan kembali
kepada Allah ). Sebagian ulama salaf berkata :" Segala musibah yang menimpa diri kita,
pada hakekatnya ringan, selama musibah itu tidak menyangkut keutuhan agama kita ".
B. Saran
Tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah ditimpa musibah dan
tidak ada satu pun manusia yang tidak punya kesalahan. Allah swt.
Memberikan cobaan kepada hambanya, sebenarnya bukan untuk menyiksa
hamba tersebut di dunia, tapi salah satu cara Allah swt. Menghapus sebagian
dosa atau kesalahan hambanya tersebut agar siksaan di Akhirat berkurang.
Maka dari itu, marilah kita berusa untuk bisa bersabar ketika mendapat
musibah agar sebagian dari kesalahan yang pernah kita kerjakan diampuni.
Khilaf melakukan kesalahan sudah menjadi fitrah umat manusia. Namun,
bukan berarti kita terus larut dalam kekhilafan tersebut. Kita harus terus
berusaha menjadi lebih baik dan berusaha bersabar ketika mendapat musibah
agar sebagian kesalahan yang pernah kita perbuat Allah swt. Ampuni dengan
asbab kesabaran kita menghadapi musibah sebagaimana isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maktabah Asy-Syamilah, Versi I 1442.004 (Versi Terbaru)
Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul. Al-Lu‟lu‟u wal Marjan II.
Fariq bin Gasim Anuz, “Hikmah diBalik Musibah: Pesan-pesan Unruk Orang Yang
Tertimpa Musibah dan dirundung duka”, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2007), hlm. 34.
M. Quraish Shihab, “Musibah dalam Perspektif al-Qur‟an “ dalam Jurnal Study al-
Qur‟an vol.I.No I., hal. 11-14
Muhammad, H. Abu Bakar. (1997). Hadis Tarbawi. Surabaya: Karya Abditama.
Yunus, Mahmud. (2007). Kamus Arab Indonesia. Ciputat, PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah.
http://staimaarifjambi.blogspot.com/2009/01/makalah-tugas-terstruktur-perorangan.html