Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HADIST

DOSA – DOSA BESAR

Dosen Pengampu : Bapak Musthafa, S.Th.I., M.Hum.

KELOMPOK 5

DINI MAWIZHA NASUTION 71210211107


ARIF HAMDANI TAMBUNAN 71210211092

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanyalah untuk Allah SWT. Yang
telah memberi jalan petunjuk kepada kita semua. Terima kasih kepada Bapak
Musthafa, S.Th.I., M.Hum. yang telah memberikan bimbingan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul : DOSA – DOSA
BESAR
Mohon maaf bila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat dan dapat memotivasi bagi
kami dan semua pembaca dalam proses belajar mengajar.

Medan, 1 November 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

2.1 Pengertian Dosa Besar ........................................................................... 6

2.2 Menyekutukan Allah SWT .................................................................... 6

2.2.1 Riwayat Hadits .................................................................................... 6

2.2.2 Penjelasan (syarah) Hadits .................................................................. 7

2.3 Tujuh Macam Dosa Besar ........................................................................ 7

2.3.1 Riwayat Hadits ............................................................................... 7

2.3.2 Penjelasan (syarah) Hadits .................................................................. 8

2.3.3 Intisari / Kandungan Hadits .............................................................. 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16

3.2 Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah adalah satu-satunya makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini.
Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sempurna melebihi manusia. Sebagaimana Allah
sendiri telah menyatakan dalam al-Qur’an surat At-Tin ayat 4, yang artinya “ kami (Allah) benar-
benar telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk”. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
Allah mengangkat manusia sebagai kholifah di muka bumi ini mengalahkan makhluk-makhluk lain
yang telah diciptakan ribuan tahun lebih dahulu. Hal seperti ini seharusnya patut di syukuri oleh
manusia dengan selalau melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah kepadanya dan
menjauhi segala sesuatu yang dilarangnya.
Namun kadang-kadang label kesempurnaan manusia itu justru ia rusak sendiri dengan
melakukan hal-hal yang dilarangnya dan meninggalkan hal-hal yang telah diperintahkannya.
Sehingga menyebabkan manusia diturunkan oleh Allah ke tempat yang amat hina melebihi
makhluk-makhluk lain yang hina. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat At-Tin ayat 5 yang
artinya; “ kemudian kami kembalikan manusia itu ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”.
Oleh karena itulah kami memilih makalah ini karena topiknya yang amat menarik untuk
dibahas karena berkaitan erat dengan amal perbuatan manusia. Sehingga untuk selanjutnya
pemakalah mengharap kepada pembaca agar dapat meniti jalan yang di ridloi Allah dan tidak justru
mengikuti jalan yang dilaknat olehnya.
Makalah ini akan membahas tentang berbagai macam perbuatan yang berakibat dosa bagi
para pelakunya. Namun terkonsentrasi pada dosa-dosa besar saja karena dosa besar ketika dilakukan
oleh seorang muslim maka tentu saja dalam bertaubat atau memohon ampunanNya pun juga berat
sehingga dengan sekuat kemampuan harus kita curahkan untuk menghindarinya. Walaupun kita
tidak boleh melupakan bahwa dosa-dosa kecilpun ketika ditumpuk-tumpuk dengan tanpa bertaubat
juga akan semakin besar.
Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono
(serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum menjadi suatu dosa
besar.
Dalam makalah yang berjudul “ Dosa-dosa besar” ini, kami akan mengupas tentang Dosa – dosa
besar :
1) Menyukutukan Allah
2) 7 macam dosa – dosa besar

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami akan membahas permasalahan,
diantaranya:
1. Apakah pengertian dosa besar itu ?
2. Apa saja 7 macam dosa besar ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dosa besar.
2. Untuk mengetahui apa saja 7 macam dosa besar itu.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dosa Besar


Para ulama berbeda pendapat dalam membedakan pengertian dosa-dosa besar dengan dosa
kecil. Akan tetapi, mayoritas mereka memilih bahwa dosa besar adalah setiap kemaksiatan yang
bersekuensi hadd (hukuman), atau ancaman neraka, atau laknat atau murka Allah.
Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan, “setiap kemaksiatan yang di lakukan seseorang
dengan tidak disertai perasaan takut, wanti-wanti dan penyesalan, misalnya orang yang meremehkan
perbuatan dosa dan berani membiasakannya, maka sikap itu justru termasuk dosa besar.” Sedangkan
kesalahan yang terjadi karena keseleo lidah karena tidak terkontrolnya jiwa serta karena kevakuman
kesadaran akan adanya pengawasan Allah Swt. sembari tidak terlepas dari penyesalan, maka hal itu
tidaklah menghilangkan sifat adalah (integritas) dan tidak termasuk dosa besar.
Apabila kita ingin mengetahui perbedaan dari dosa besar dan dosa kecil, maka kita lihat
dari mafsadat (bahaya) nya suatu perbuatan dosa tersebut dan nash yang sudah ditentukan.
2.2 Menyekutukan Allah SWT

2.2.1 Riwayat Hadits

‫صلَّى هللا عليه وسلم يَقُ ْو ُل‬ َ ‫هللا‬


ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَن ٍَس َر‬َ :
َ‫علَى َما َكانَ ِم ْنك‬
َ َ‫غفَ ْرتُ لَك‬ َ َ‫ إِنَّكَ َما د‬،‫ يَا ابْنَ آدَ َم‬: ‫قَا َل هللاُ تَعَالَى‬
َ ‫ع ْوتَنِي َو َر َج ْوتَنِي‬
‫ يَا‬، َ‫غفَ ْرتُ لَك‬ َ ‫سما َ ِء ث ُ َّم ا ْستَ ْغفَ ْرتَنِي‬ َّ ‫عنَانَ ال‬ ْ ‫ يَا ابْنَ آدَ َم لَ ْو بَلَغ‬،‫َوالَ أُبَا ِلي‬
َ َ‫َت ذُنُ ْوبُك‬
َ‫شيْئا ً ألَتَ ْيتُك‬
َ ‫ض خَطاَيا َ ث ُ َّم لَ ِق ْيتَ ِني الَ ت ُ ْش ِر ْك ِبي‬ِ ‫ب اْأل َ ْر‬ِ ‫ ِإنَّكَ لَ ْو أَتَ ْيتَ ِني ِبقُ َرا‬،‫ابْنَ آدَ َم‬
] ‫ِبقُ َرا ِب َها َم ْغ ِف َرةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح‬
Artinya : “Dari Anas r.a. dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah ta’ala
berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-
Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu).
Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak awan di langit kemudian engkau minta
ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau
datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak
menyekutukan Aku sedikitpun maka akan aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan.”
(Riwayat Turmudzi dan dia berkata: hadits hasan shahih). 1

1
Riwayat Turmudzi – Hadits Hasan Shaih. Dikutip oleh: Firdaus, Firdaus. "Leksiologi Bahasa
Tinjauan Variasi Lafaz Dalam Hadis." Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir 3.2
(2018): 17-27.

6
2.2.2 Penjelasan (syarah) Hadits
Dalam hadits di atas diterangkan tentang dosa besar, yakni menyekutukan Allah.
a. Musyrik (Menyekutukan Allah)
Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang
tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik diharamkan untuk masuk
surga, sebagaimana firman Allah SWT :

‫ى ِإس َٰ َْٓر ِءي َل‬ َ َّ ‫لَقَدْ َكفَ َر ٱلَّذِينَ قَالُ ٓو ۟ا ِإ َّن ٱ‬


‫ّلل ه َُو ٱ ْل َمسِي ُح ٱب ُْن َم ْر َي َم ۖ َو َقا َل ٱ ْل َمسِي ُح‬
ٓ ‫َٰ َي َب ِن‬
ُ‫ٱ ْل َجنَّةَ َو َمأْ َو َٰىه‬
‫ع َل ْي ِه‬ ِ َّ ‫ّلل َر ِبى َو َربَّ ُك ْم ۖ ِإنَّهۥُ َمن يُ ْش ِر ْك ِبٱ‬
َ ُ‫ّلل فَقَدْ َح َّر َم ٱ َّّلل‬ ۟ ‫ٱ ْعبُد‬
َ َّ ‫ُوا ٱ‬
‫ار‬
ٍ ‫ص‬ َّ َٰ ‫ار ۖ َو َما ِل‬
َ ‫لظ ِل ِمينَ ِم ْن أَن‬ ُ َّ‫ٱلن‬
Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al
Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” ( Q.S. Al-Ma’idah: 72).
Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:
Mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak
dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang pemimpin, atau para
pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – Wal’iyadzubillah - Perbuatan ini merupakan
syirik terbesar. Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja menyuruh sesuatu
ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan hingga waktu shalat telah habis
pula mereka tidak akan peduli.
Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama besarnya atau
melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan melihat ia sering menuntut agar dirinya
lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan orang-orang
yang dimabuk asmara

2.3 Tujuh Macam Dosa Besar

2.3.1 Riwayat Hadits

َ ‫سلَّ َم‬
‫ع ِن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ُ‫ّللا‬ ٰ ‫س ْو ُل‬
ُ ‫سئِ َل َر‬ُ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ُ‫ّللا‬
ٰ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ْث أَن ٍَس َر‬
ُ ‫َح ِدي‬
َّ ‫وق ْال َوا ِلدَي ِْن َو قَتْ ُل النَّ ْف ِس َوا‬
ُّ ُ ‫ش َهادَة‬
‫الز ْو ِر‬ ُ ُ‫عق‬ ِ ٰ ِ‫اَ ِإل ْش َراكُ ب‬:‫ْال َكبَائِ ِر قَا َل‬
ُ ‫اّلل َو‬
(‫ باب ما قيل فى شهاداة الزور‬١٠ ‫ كتاب الشهادات‬٥٢: ‫)أخرجه البخارى فى‬
“Anas r.a. berkata, ketika Nabi ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau menjawab: “Syirik
(mempersekutukan Allah), durhaka terhadap kedua ayah-bunda, membunuh jiwa manusia, dan

7
saksi palsu” (Dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab “Syahadat”, bab: Apa yang
diucapkan dalam saksi palsu).2

2.3.2 Penjelasan (syarah) Hadits


Allah Ta’ala berfirman,yang artinya :

٣١ ‫سيِاتِ ُك ۡم َونُ ۡد ِخ ۡل ُكم ُّم ۡدخ اَٗل َك ِر ايما‬ َ ‫ع ۡنهُ نُ َك ِف ۡر‬


َ ‫عن ُك ۡم‬ َ َ‫ِإن ت َۡجتَنِبُواْ َكبَآئِ َر َما ت ُ ۡن َه ۡون‬

Artinya “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami
masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (QS An-Nisa [4]: 31)
Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi tujuh dosa yang
membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa yang
membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa yang
dimaksudkan dalam hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Musyrik (Mempersekutukan Allah)


Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah
dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat
Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan
mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa musyrik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (musyrik) itu,
bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan siapa saja yang musyrik kepada Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa [4]: 48)

B. Durhaka Terhadap Orang Tua


Orang tua merupakan orang yang merawat kita sejak kecil hingga dewasa. Ibu kita telah
melahirkan kita dengan perjuangan melahirkan selama 9 bulan, sedangkan Ayah kita berjuang
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Keduanya merawat anak-anaknya
dengan cinta dan kasih sayang tanpa mengharap pamrih.

2
HR .Imam Al-Bukhari , Kitab Syahadat. Dikutip oleh : Purba, Ardiansyah. Upaya meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran akhlak materi dosa besar dengan menggunakan metode
mind mapping pada siswa kelas x Madrasah Aliyah negeri Dolok Masihul tahun ajaran
2016/2017. Diss. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

8
‫ قَالُ ْوا‬،‫سلَّ َم أَالَ أُنَبِئ ُ ُك ْم بِأ َ ْك َب ِر ْال َكبَائِ ِر ؟( ثَالَثًا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ُ ‫ قَا َل َر‬:
‫س َو َكانَ ُمتَّ ِكئًا‬ َ َ‫عقُ ْو ُق ْال َوا ِلدَي ِْن ( َو َجل‬ ِ ‫اإل ْش َراكُ ِبا‬
ُ ‫هلل َو‬ ِ ) : ‫هللا قَا َل‬
ِ ‫س ْو َل‬ُ ‫لى َيا َر‬ َ ‫( َب‬
َ‫س َكت‬ َ ُ‫ى قُ ْلتُ لَ ْيتَه‬ َّ ‫َحت‬ ‫الز ْو ُر ( َما زَ ا َل يُ َك ِر ُرهَا‬ ُّ ‫أَالَ َوقَ ْو ُل‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai
dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu
bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau
menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang
perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari
dan Muslim).3

C. Membunuh Jiwa.
Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam hadis di atas
adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena suatu hukuman tertentu seperti
qishas atau rajam.
Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa besar yang dapat
membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan, sang pelaku telah menghilangkan rasa
aman di lingkungannya, menebar rasa takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama manusia,
khususnya di kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa membunuh satu
orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini tercantum dalam ayat
berikut.

‫ض‬ ِ ‫س ٖاد فِي ۡٱل َ ۡر‬ َ َۢ ‫ي ِإ ۡس َٰ َٓر ِءي َل أَنَّ ۥهُ َمن قَتَ َل ن َۡف‬
َ َ‫سا ِبغ َۡي ِر ن َۡف ٍس أَ ۡو ف‬ َ ‫ِم ۡن أَ ۡج ِل َٰذَلِكَ َكت َۡبنَا‬
ٓ ِ‫علَ َٰى َبن‬
ُ ‫يع ۚا َولَقَ ۡد َجا ٓ َء ۡت ُه ۡم ُر‬
‫سلُنَا‬ ‫اس َج ِم ا‬ َ َّ‫يعا َو َم ۡن أَ ۡحيَاهَا فَ َكأَنَّ َما ٓ أَ ۡحيَا ٱلن‬ ‫اس َج ِم ا‬ َ َّ‫فَ َكأ َنَّ َما قَتَ َل ٱلن‬
ِ ‫ت ث ُ َّم ِإ َّن َكثِ ايرا ِم ۡن ُهم بَعۡ دَ َٰذَلِكَ فِي ۡٱل َ ۡر‬
٣٢ َ‫ض لَ ُم ۡس ِرفُون‬ ِ َ‫ِب ۡٱلبَ ِي َٰن‬
Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-
rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

3
HR. Bukhari dan Muslim. Dikutip oleh : Saputra, Edriagus. PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA
MILENIAL (DALAM LINGKARAN ISLAM). Insan Cendekia Mandiri, 2021.

9
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS
Al-Maidah [5]: 32)
Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi
juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu bagaikan
membunuh manusia seluruhnya, karena orang-seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena
membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.4

D. Kesaksian Palsu
Syahâdat zûr (persaksian palsu) adalah salah satu dari dosa-dosa besar yang paling besar. Oleh
karena selayaknya kita memahaminya, mewaspadainya lalu menjauhinya. Allâh Azza wa Jalla telah
melarang perkataan dusta, termasuk syahâdat zûr. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ْ َّ‫ّللا فَ ُه َو َخي ٌْر لَهُ ِع ْندَ َر ِب ِه ۗ َوأ ُ ِحل‬


‫ت لَ ُك ُم ْاأل َ ْن َعا ُم ِإ َّال َما‬ ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫َٰذَلِكَ َو َم ْن يُ َع ِظ ْم ُح ُر َما‬
‫ور‬ ُّ ‫ان َواجْ تَنِبُوا قَ ْو َل‬
ِ ‫الز‬ ِ َ‫س مِنَ ْاأل َ ْوث‬ َ ْ‫الرج‬ ِ ‫علَ ْي ُك ْم ۖ فَاجْ تَنِبُوا‬
َ ‫يُتْلَ َٰى‬
Demikianlah (perintah Allâh). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di
sisi Allâh, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi kamu
semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. [Al-Hajj/22: 30]
Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla melarang qauluz zûr (perkataan dusta), termasuk syahâdat
zûr (persaksian palsu). Larangan ini digabungkan dengan perintah menjauhi berhala-berhala yang
najis itu, yaitu syirik. Ini menunjukkan betapa persaksian palsu itu sangat berbahaya sebagaimana
bahaya syirik. Bahkan bahaya persaksian palsu itu bisa menimpa orang lain disamping menimpa
pelaku itu sendiri, sedangkan bahaya syirik hanya menimpa pelakunya saja.
Sebagaimana dalam al-Qur’ân, di dalam hadits juga, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggabungkan larangan qauluz zûr (perkataan palsu) dengan syirik, antara lain dalam hadits:

‫ي أَ َال أُنَبِئ ُ ُك ْم بِأ َ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر ثَ َالثًا‬


ُّ ‫ع ْن أَبِي ِه قَا َل قَا َل النَّ ِب‬
َ َ‫الر ْح َم ِن ب ِْن أَبِي بَ ْك َرة‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
‫س َو َكانَ ُمتَّ ِكئًا َفقَا َل‬ َ َ‫عقُو ُق ْال َوا ِلدَي ِْن َو َجل‬ ِ ْ ‫ّللا قَا َل‬
ِ َّ ِ‫اإل ْش َراكُ ب‬
ُ ‫اّلل َو‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫قَالُوا بَلَى يَا َر‬
َ ُ‫ور قَا َل فَ َما زَ ا َل يُ َك ِر ُرهَا َحتَّى قُ ْلنَا لَ ْيتَه‬
َ‫س َكت‬ ُّ ‫أَ َال َوقَ ْو ُل‬
ِ ‫الز‬
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallah anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para shahabat), maukah aku tunjukkan kepada
kalian dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya

4
http://www.indonesiaquran.com/qs-5-32-quran-surat-al-maidah-ayat-32

10
tiga kali. Kemudian para shahabat mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allâh dan durhaka kepada kedua orang tua.” Dan
beliau duduk, sedangkan sebelumnya beliau bersandar, lalu bersabda, “Perhatikanlah! dan
perkataan palsu (perkataan dusta)”, beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata,
“Seandainya beliau berhenti”. 5 [HR. Al-Bukhâri dan Muslim].

E. Sihir
Sihir merupakan kekafiran. Mempelajari sihir dan mengamalkannya merupakan dosa besar,
bahkan merupakan kekafiran. Dan pada hakikatnya sihir tidak akan terjadi kecuali dengan
peribadahan kepada setan. Allâh Ta’ala berfirman:

‫سلَ ْي َما ُن َو َٰلَ ِك َّن‬


ُ ‫سلَ ْي َمانَ ۖ َو َما َكفَ َر‬ُ ‫علَ َٰى ُم ْل ِك‬
َ ‫اطي ُن‬ ِ َ‫شي‬ َّ ‫َواتَّبَعُوا َما تَتْلُو ال‬
‫علَى ْال َملَ َكي ِْن بِبَابِ َل‬ َ ‫السح َْر َو َما أ ُ ْن ِز َل‬
ِ ‫اس‬ َ َّ‫اطينَ َكفَ ُروا يُعَ ِل ُمونَ الن‬ ِ َ‫شي‬َّ ‫ال‬
‫وال ِإنَّ َما نَحْ ُن ِف ْتنَةٌ فَ َال‬ َ ُ‫ان ِم ْن أَ َح ٍد َحتَّ َٰى َيق‬ِ ‫اروتَ ۚ َو َما يُ َع ِل َم‬ ُ ‫َاروتَ َو َم‬ُ ‫ه‬
‫تَ ْكفُ ْر‬
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil, yaiu
Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir“. [al-
Baqarah/2:102].6

5
HR. Al-Bukhari dan Muslim. Dikutip oleh : Pangestu, Ferlin Wahyu. Tinjauan yuridis terhadap
tindak pidana perbuatan menghalangi petugas melakukan upaya penegakan hukum perspektif
hukum positif dan hukum Islam’.(studi kasus Putusan No. 684 K/pid. sus/2009). BS thesis.
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
Lubis, Mariati. Sihir dalam qs al-Baqarah: 102 menurut tafsir al-Maraghi dan tafsir al-Misbah.
Diss. IAIN Padangsidimpuan, 2019.

11
F. Berpaling dari Barisan Perang
Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang
kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan karena
menimbulkan dua bahaya:
1. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin
2. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin
Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin berani
memerangi kaum muslimin.
Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung
dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan
akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk
membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat
menguntungkan.
Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya seperti
seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk memakai baju
besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa.

َّ ‫ع ْن يَ ِزيدَ ب ِْن أَبِي ِزيَا ٍد عَ ْن عَ ْب ِد‬


‫الر ْح َم ِن ب ِْن‬ َ ‫ان‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ابْ ُن أَبِي عُ َم َر َحدَّثَنَا‬
ُ َ‫سفْي‬
َ ‫سلَّ َم فِي‬
‫س ِريَّ ٍة‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬َّ ‫سو ُل‬ َ ‫أَبِي لَ ْيلَى‬
ُ ‫ع ْن اب ِْن عُ َم َر قَا َل بَعَثَنَا َر‬
َّ ‫سو َل‬
ِ‫ّللا‬ ُ ‫صةً فَقَ ِد ْمنَا الْ َمدِينَةَ فَا ْختَبَيْنَا بِ َها َوقُلْنَا َهلَ ْكنَا ث ُ َّم أَت َ ْينَا َر‬
َ ْ‫اس َحي‬ ُ َّ‫اص الن‬
َ ‫فَ َح‬
‫ارو َن قَا َل بَ ْل أَنْت ُ ْم‬ ُ ‫ّللاِ نَ ْح ُن ْالفَ َّر‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم فَقُلْنَا يَا َر‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
‫س ٌن َال نَ ْع ِرفُهُ ِإ َّال ِم ْن‬ َ ‫ِيث َح‬ٌ ‫سى َهذَا َحد‬ َ ‫ارونَ َوأَنَا فِئَتُكُ ْم قَا َل أَبُو ِعي‬ ُ َّ‫الْ َعك‬
‫صةً َيعْنِي أَ َّن ُه ْم فَ ُّروا‬ َ ‫اس َح ْي‬ ُ َّ‫اص الن‬ َ ‫ث يَ ِزيدَ ب ِْن أ َ ِبي ِز َيا ٍد َو َمعْنَى قَ ْو ِل ِه فَ َح‬ ِ ‫َحدِي‬
ُ‫ص َره‬ ُ ‫ارونَ َو ْالعَ َّك‬
ُ ‫ار الَّذِي يَ ِف ُّر ِإلَى إِ َما ِم ِه ِليَ ْن‬ ُ ‫ِم ْن ْال ِقت َا ِل َو َمعْنَى قَ ْو ِل ِه بَ ْل أَ ْنت ُ ْم ْالعَ َّك‬
‫ْف‬ َ ‫ْس ي ُِريد ُ ْال ِف َر‬
َّ ‫ار ِم ْن‬
ِ ‫الزح‬ َ ‫ل َي‬
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar berkata, telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari Yazid bin Abu Ziyad dari 'Abdurrahman bin Abu Laila dari Ibnu Umar ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutuskan kami dalam sebuah ekspedisi,
lalu orang-orang melarikan diri dari peperangan. Katika sampai di Madinah, kami bersembunyi
karena malu. Kami lalu berkata; "Kita telah celaka." Setelah itu kami mendatangi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, kami adalah orang-orang yang

12
telah lari dari peperangan!" beliau menjawab: "Bahkan kalian adalah orang-orang yang kembali
pada kancah peperangan, dan aku berada pada kelompok kalian”. 7
terdapat hadis lain yang semakna dengan hadis tersebut riwayat imam Abu-Daud, At-
Tirmidzi, dan imam Al-Hakim dari sahabat Ibnu Mas’ud sebagaimana berikut.

َ ‫يم الَّذِي‬
‫ال‬ َ ‫ أ َ ْست َ ْغ ِف ُر ّللاَّ َ الْعَ ِظ‬:َ‫ َم ْن قَال‬:‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللاُ عَلَيْ ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ارا ِم َن‬ ًّ َ‫ت لَهُ ذُنُوبُهُ َوإِ ْن َكانَ ف‬ ْ ‫غ ِف َر‬ ُ ُ ‫ي ْالقَيُّو ُم َوأَت‬
ُ ‫وب إِلَ ْي ِه ثَالَث ًا‬ ُّ ‫إِلَهَ إِالَّ ه َُو ْال َح‬
‫ْف‬ َّ
ِ ‫الزح‬.

Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mengucapkan Astaghfirullahal ‘adzim alladzi laa
ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih (Aku meminta ampunan kepada Allah yang
Maha Agung yang tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri. Aku
bertaubat kepadaNya) tiga kali, maka dosa-dosanya telah diampuni meskipun ia lari dari medan
peperangan (di mana hal itu adalah termasuk dosa yang besar).”

7
https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/1638

13
G. Memakan Riba
Diantara proses jual beli yang diharamkan dan dilarang dengan keras dalam islam antara lain adalah
Riba. Riba secara bahasa berarti penambahan, Pertumbuhan, Kenaikan ,dan Ketinggian. Dalam
Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah haram. Riba
sendiri termasuk dalam dosa dosa besar dan mereka yang memakan harta riba akan dilaknat baik di
dunia hingga kelak di akhirat.

Sistem riba ini menghancurkan ekonomi, masyarakat bahkan negara. Maka dari itu hendaknya setiap
muslim yang beriman menjauhi segala hal yang berbau riba. Untuk itu penting kiranya memahami
dalil dalil baik ayat suci Al-Quran maupun hadist tentang riba karena didalamnya dijelaskan segala
macam hal mengenai riba.
Dalam kitab suci Al Quran, Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat sebagai berikut :

‫﴾ فَإِن‬٢٧٨﴿ َ‫الر َبا ِإن ُكنتُم ُّمؤْ ِمنِين‬ ِ َ‫ي مِن‬ َ ‫َيا أَيُّ َها َّالذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّـ َه َوذَ ُروا َما َب ِق‬
‫وس أَ ْم َوا ِل ُك ْم َال‬ ٍ ‫لَّ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْذَنُوا ِب َح ْر‬
ُ ‫ب ِمنَ اللَّـ ِه َو َر‬
ُ ‫سو ِل ِه ۖ َو ِإن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬
٢٧٩﴿ َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ ‫َظ ِل ُمونَ َو َال ت‬ْ ‫ت‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.8 (QS Al Baqarah: 278-279).

8
Syirfana, Ramdaniar Eka, and Neneng Nurhasanah. "Analisis Fikih Muamalah terhadap
Pemikiran M. Dawam Rahardjo Mengenai Bunga Bank." Jurnal Riset Ekonomi Syariah (2021):
26-31.

14
2.3.3 Intisari / Kandungan Hadits
a. Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu apapun, karena hal itu akan
membinasakan diri baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
b. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa terbesar setelah menyekutukan Allah.
c. Jiwa seseorang apalagi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram hukumnya untuk mengambil
nyawa orang lain tanpa alasan yang haq.
d. Syahâdat zûr (persaksian palsu) adalah salah satu dari dosa-dosa besar yang paling besar. Oleh
karena itu selayaknya kita memahaminya, mewaspadainya lalu menjauhinya. Allâh Azza wa Jalla
telah melarang perkataan dusta.
e. Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan tersebut adalah bersekongkol
dengan jin dan syetan.
f. Seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang kafir.
Perbuatan ini termasuk dosa besar.
g. Kita dilarang untuk memakan harta riba atau memungut riba atau mendapatkan keuntungan
berupa riba pinjaman adalah haram. Riba sendiri termasuk dalam dosa-dosa besar dan mereka yang
memakan harta riba akan dilaknat baik di dunia hingga kelak di akhirat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya.
Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang tua,
membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, lari dari medan perang, memakan harta riba, dan
lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang
paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang
menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya
tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang
membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat
membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang Islam
yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat laknat
dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menghindarkan diri dari
berbuat dosa padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang
mengerjakannya.
Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki
kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal
demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa
tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)
Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar itu sangat
banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di
atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh
Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya agar tidak terjerumus
kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di atas.
Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa
musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun dosa-
dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam
hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh jiwa, persaksian palsu
atau dusta, sihir, lari dari medan perang, memisahkan diri dari al-jama’ah, menebar fitnah,
melanggar bai’at, memakan harta anak yatim, dan memakan riba.

16
3.2 Saran
Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil secara
terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan dari Amru Ibnul Ash,
Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar,
dan tidak ada dosa kecil sama sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa
besar itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah SWT, dan dosa kecil itu bisa
berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa kecil
ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki rasa
kepedulian yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar itu
memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd, diancam
dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah, sementara orang yang
melakukannya disebut fasik."

17
DAFTAR PUSTAKA

Riwayat Turmudzi – Hadits Hasan Shaih. Dikutip oleh: Firdaus, Firdaus. "Leksiologi Bahasa

Tinjauan Variasi Lafaz Dalam Hadis." Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan

Tafsir 3.2 (2018): 17-27.

HR .Imam Al-Bukhari , Kitab Syahadat. Dikutip oleh : Purba, Ardiansyah. Upaya meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran akhlak materi dosa besar dengan menggunakan

metode mind mapping pada siswa kelas x Madrasah Aliyah negeri Dolok Masihul tahun

ajaran 2016/2017. Diss. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

HR. Bukhari dan Muslim. Dikutip oleh : Saputra, Edriagus. PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA

MILENIAL (DALAM LINGKARAN ISLAM). Insan Cendekia Mandiri, 2021.

http://www.indonesiaquran.com/qs-5-32-quran-surat-al-maidah-ayat-32

HR. Al-Bukhari dan Muslim. Dikutip oleh : Pangestu, Ferlin Wahyu. Tinjauan yuridis terhadap

tindak pidana perbuatan menghalangi petugas melakukan upaya penegakan hukum

perspektif hukum positif dan hukum Islam’.(studi kasus Putusan No. 684 K/pid. sus/2009).

BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Lubis, Mariati. Sihir dalam qs al-Baqarah: 102 menurut tafsir al-Maraghi dan tafsir al-Misbah.

Diss. IAIN Padangsidimpuan, 2019.

https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/1638

Syirfana, Ramdaniar Eka, and Neneng Nurhasanah. "Analisis Fikih Muamalah terhadap Pemikiran

M. Dawam Rahardjo Mengenai Bunga Bank." Jurnal Riset Ekonomi Syariah (2021): 26-

31.

18

Anda mungkin juga menyukai