DOSEN PENGAMPUH:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nyu, memohon pertolongan dan
ampunan kepada-Nya kami berlindungkepada Allah dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan hmal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi beri petunjuk, maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka
tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada illah yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya
Nabi Muhammad shallallaahu'alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya
Tidak lupa pula ucapan terimah kasih saya kepada dosen pengampu kami
Bapak kami Dr. Ilyas Daud. MSI yang mengajarkan kami mengenai al-qur’an
hadits dan yang telah pula memberikan saya kesempatan dan kepercayaan dalam
menyusun makalah ini yang In Syaa Allah bisa bermanfaat kepada banyak ummat
muslim.
Dengan kuasa Allah Ta’ala dan juga disusul dengan ketekunan Hamba-mu ini
Ya Allah, Sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan harapan saya
sebagai penyusun makalah ini adalah semoga mendatangkan banyak manfaat
bagi kita semua serta membangkitkan rasa semangat dan kami semua dalam
menggali ilmu yang bermanfaat.
Terlepas dari itu, Saya Eko Samfatwa Mokodompit meminta maaf yang
sebesar-besarnya jika dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan
yang mungkin kurang berkenan dihati hati anda, Akhir kata dari saya Syukron
Jazakumullahu Khoyron, Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita Semua…
Gorontalo, , 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………................................
C. Tujuan……………………………………………………………………………………………………..
D. Manfaat…………………………………………………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Hadits…………………………………………………………………………………
B. Kedudukan Al-Hadits…………………………….………………………………………………….
C. Fungsi Al-Hadits Terhadap Al-Qur’an…………………………………………………………
D. Hubungan Al-Hadits Dengan Al-Quran………………………………………………………
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………..
BAB 1 - PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. APA ITU AL-HADITS?
2. APA KEDUDUKANNYA?
3. APA FUNGSINYA?
4. APA HUBUNGANNYA DENGAN AL-QUR’AN?
C. TUJUAN
1. AGAR MENJADI FAHAM DAN TAU MENGENAI DEFINI AL-HADITS
2. MENGETAHUI ARTI DARI KEDUDUKAN SUATU HADITS
3. MENGETAHUI ARTI DARI FUNGSI SUATU HADITS
4. MENGETAHUI HUBUNGANNYA DENGAN AL-QUR’AN
D. MANFAAT
Makalah ini dibuat bukan hanya dengan tujuan menuntaskan tugas yang telah
menjadi kewajiban kami sebagai maha siswa melainkan dengan harapan agar bisa
memotivasi banyak orang bahwa yang namanya belajar merupakan sesuatu yang
penting dalam hidup kita ini, Imam Al-Ghozali pernah berkata, “Jika kalian tidak
ingin merasakan lelahnya belajar maka kalian harus siap menanggung pahitnya
kebodohan”.
Juga sebagai tuntunan dalam akademik bagi para pejuang (Pelajar) yang ingin
tetap ada pada garis keinginannya dalam hidupnya (Yakni terus Belajar) yang
dengan perjuangan merekalah sehingga bisa menghasilkan keturunan yang penuh
dengan pengetahuan terhadap masa depan agama dan Negara kita tercinta ini.
BAB 2 - PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Hadits
Sebagai manusia yang tidak luput dari yang namanya perbedaan pendapat bisa
kita maklumi bersama bahwa para ulama dalam memandang definisi Hadits,
mereka memiliki perbedaan pendapat, Yakni:
Menurut para ahli hadits, hadits merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan,
hal ihwal (kejadian, peristiwa, masalah), dan ketetapan lainnya yang disandarkan
kepada Nabi Muhahmmad SAW.
Pengetian hadits juga dijelaskan oleh ahli ushul fiqh (Ushuliyyun). Menurut ahli
ushul fiqh, hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang hanya berhubungan dengan
hukum-hukum islam.
B. Kedudukan Al-Hadits
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh umat mentaati Rasul, Ketaatan kepada
rasulullah ﷺsering dirangkaikan dengan keharusan mentaati Allah
Terkait dengan penjelasan kedudukan hadits di atas, Maka tidak boleh bagi
seorang muslim menyelisihinya sunnah Nabi Muhammad ﷺhanya karena
mengikuti pendapat yang bathil, sebagaimana perkataan Imam Asy-Syafi’i di akhir
kitab ar-Risalah, ”Tidak halal menggunakan Analogi, padahal ada dalil (nash)”.
Dan serupa dengan perkataan beliau adalah apa yang telah dikenal di
kalangan ulama masa kini dari kalangan ulama pakar ushul, ”Apabila ada atsar
(hadits) maka batallah analogi (qiyas)”. Maka pendapat ini juga masuk dalam
kategori kedudukan hadits.
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian dari ayat-
ayat dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah
belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits yang pada dasarnya,
hadits memiliki fungsi utama sebagai menegaskan, memperjelas dan menguatkan
hukum-hukum dan hal lain yang ada di Al-Qur’an. Para ulama sepakat semua
ummat islam diwajibkan untuk mengikuti perintah yang ada hadits-hadits
terkhususnya hadits yang shahih.
Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-
Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl ayat 64:
َ ك ْال ِك ٰت
ْ ب اِاَّل لِتُبَيِّنَ لَهُ ُم الَّ ِذى
اختَلَفُوْ ا فِ ْي ۙ ِه َوهُدًى َّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن َ َو َمٓا اَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي
“Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad),
melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.
Juga firman Allah Ta’ala dalam suroh An-Nisa ayat 59:
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَاِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل
ࣖ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل
Dinukil dari jurnal Fungsi Hadits Terhadap Alquran karya Hamdani Khairul
Fikri, berikut ini adalah fungsi-fungsi hadits:
1. Menguatkan dan menjelaskan hukum-hukum yang tersirat dalam Al-Qur’an
atau dikenal dengan istilah Bayan Taqrir.
Bayan Taqrir artinya hadits berfungsi untuk memantapkan dan mengokohkan
apa yang telah ditetapkan Alquran sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan
lagi.
Contohnya seperti pada surat Al-Maidah ayat 6:
ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَىِ ِٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف
ْال َك ْعبَي ۗ ِْن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا
Contoh lainnya dari Bayan at-Taqrir adalah terkait perintah sholat. Allah
SWT berfirman, “Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. 4/An-Nisa`: 103)
Dalam dua ayat diatas Allah SWT tidak memberikan penjelasan tentang
jumlah rakaat didalam shalat dan juga bagaiman tata cara pelaksanaannya. Maka
dari itu Rosulullah SAW menjelaskan dengan berupa perbuatan/praktek ataupun
dengan perkataan. Rasulullah SAW bersabda, ” Sholatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku sholat. ” (HR. Bukhori), Hadits tersebut maknanya sama
dengan Alquran, namun lebih tegas ditinjau dari bahasanya maupun hukumnya.
2. Menafsirkan isi kandungan yang ada pada Al-Qur’an yang diistilahkan
dengan Bayan Tashir.
Bayan At-Tafsir atau hadits berfungsi untuk menafsirkan isi Al-Qur’an, Fungsi
hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi
Al-Qur’an yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-
batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid).
Contohnya beranjak dari firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 38:
َِّارقَةُ فَا ْقطَعُوْ ااَ ْي ِد يَهُ َما َجزَ ا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكاالً ِمنَ هللا ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah” (QS.Al-Maidah:38)
Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri
dengan memotong tangannya, Namun ayat ini masih bersifat umum, kemudian
disusul dengan hadits Nabi ﷺ:
Mengenai hukum mengonsumsi darah, para ulama membagi dua jenis darah,
yakni darah yang mengalir dan darah yang tidak mengalir. Jenis darah yang haram
untuk dimakan adalah darah yang mengalur.
Sementara darah yang halal untuk dimakan adalah darah yang tidak mengalir.
Darah yang tidak mengalir tersebut maksudnya adalah hati, limpa dan darah yang
tersisa di urat daging, Hal tersebut juga pernah dijelaskan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam haditsnya:
Salah satu contohya adalah beranjak dari dalil tentang keharaman bangkai dan
darah, Dalam qur’an surat Al Maidah ayat 3:
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum
dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di atas. Allah
SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam
pengalaman itulah terletak tujuan yang maksudkan. Tetapi pengalaman hukum
Allah diberi penjelasan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Dari beberapa uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahawa:
B. Saran
Sesungguhnya yang dijadikan kalimat terakhir ialah sabar dan teguh serta
bersungguh-sungguh dalam menempuh dunia pemkuliahan serta memperbanyak
untuk menghadiri kajian-kajian yang dapat menambah wawasan kita selaku insan
yang tetap memerlukan yang namanya ilmu.
Saya Eko Samfatwa Mokodompit diakhir makalah ini sangat berharap dengan
komentar-komentar dari lisan anda sebagai pembaca untuk dapat memberikan
masukan-masukan yang positif yang dengannya bisa menambah kreatifitas dan
wawasan saya sebagai penyusun makalah ini, Saya juga sadar bahwa apa yang
saya buat ini masih sangat jauh dari yang namanya sempurna untuk itu saya
memohon maaf jika ada kesalahan dalam isi makalah saya ini جزاكم هللا خيرا
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Haji, Ushul Fiqh – Cet. 1. Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1997
Drs, Mudasir,Haji, Ilmu Hadis- Cet. 1. Bandung : Pustaka Setia, 1999
Pulungan, Suyuthi, Fiqh Siyasah : ajaran, sejarah dan pemikiran Cet. 5.
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002
Abu Zahroh, Ushul Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1980
Al-Shiddieqie, T.M. Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1999