Anda di halaman 1dari 16

DASAR DAN HUKUM DAKWAH DALAM AL-QUR’AN

MAKALAH

Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Cipta Selekta Dakwah

Dosen Pengampu:

Suyitno, S. Sos. I., M. Kom

Nama Kelompok :

Siti Aisyah K (211103010029)

Moh. Reza. F (211103010029)

M. Ilham Firmansyah (211103010029)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

Maret 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Dasar dan Hukum Dakwah dalam Al-Qur’an. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Suyitno, S. Sos. I., M. Kom.
pada mata kuliah Kapita Selekta Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana penyebar luasan media cetak dan
media penyiaran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suyitno, S. Sos. I., M.


Kom , selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta Dakwah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurnah. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 6 Maret 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1.................................................................................................... Latar Belakang


............................................................................................................................1
1.2............................................................................................... Rumusan Masalah
............................................................................................................................1
1.3................................................................................................ Tujuan Penelitian
............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2

2.1............................................................................... Dakwah Tugas Utama Rasul


..............................................................................................................................
2.2.............................................................................................. Kewajiban Dakwah
..............................................................................................................................
2.3. Hukum Dakwah .................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................

5.1...........................................................................................................Kesimpulan
..............................................................................................................................
5.2.................................................................................................................... Saran
..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BABA I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah hakikatnya adalah upaya untuk menimbulkan kecenderungan dan


ketertarikan. Menyeru seseorang pada agama islam, maksudnya adalah berupaya
untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang diserukan,
yakni islam. Karenanya dakwah islam tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan
saja, tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam
rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada islam. Dakwah
merupakan aktualisasi iman yang mengambil bentuk berupa suatu system
kegiatan manusia dalam bidang kemasyarakatan, yang dilaksanakan secara
teraturuntuk memengaruhi cara merasa, cara berfikir dan bersikap secara islami,
baik hiasan maupun perbuatan.

Dakwah berasal dari kata da’a, yad’una dan dakwah. Kata da’a adalah
fi’il madhi yang memiliki makna memohong, meminta, berdoa dan memanggil
yang disebutkan di dalam Al-Qur’an pada 10 surah dan 11 ayat. Namun hanya 3
ayat yang mengandung makna dakwah yaitu Al-Anfal ayat 28, Ar-Rum ayat 25
dan Fushshilat ayat 33. Kata yad’una adalah fi’il mudhari’ yang disebut di dalam
Al-Qur’an sebanyak 21 ayat pada 20 surah. Kata yad’una dalam makna
dakwahterdapat dalam 12 ayat. Kata dakwah merupakan isim mashdar yang
disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 5 kali dimana ayat bermakna doa dan 3 ayat
bermakna dakwah. Kata ud’u adalah bentuk fi’il amr yang disebut dalam Al-
Qur’an sebanyak 8 surat pada 12 ayat.

Dari beberapa macam bentuk ayat dakwah tertentu diantaranya juga


termaksud juga ayat yang menjelaskan tentang hukum dakwah. Diantara Al-
Qur’an tentu ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang hukum dakwah yang
telah ditetapkan. Sehingga apa yang telah disampaikan oleh Allah melalui Al-
Qur’an tentu saja perlu dijadikan pedoman bagi pelaku dakwah saat ini dalam
menyampaikan dakwahnya.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dakwah Tugas Utama Rasul

Kitab suci Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman
hidup bagi setiap umat Islam. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya. Selain itu, Al-Qur’an merupakan
kitab dakwah yang mencakup sekian banyak unsur-unsur dakwah, seperti da’i
(pemberi dakwah), mad’u (penerima dakwah),da’wah (unsur-unsur dakwah),
metode dakwah dan cara-cara menyampaikannya.1

Dakwah adalah tugas para Rasul, merupakan satu bagian yang pasti ada
dalam kehidupan ummat beragama. Dalam ajaran agama Islam, dakwah adalah
salah satu di antara kewajiban umat Islam yang dibebankan oleh agama kepada
pemeluknya. Hal ini menunjukkan bahwa agama ini senantiasa dijaga, dirawat
dan dikembangkan oleh para pemeluknya. Umat Islamlah yang berkewajiban
menjaga dan memelihara agama Islam, terutama para da`i yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas keilmuan, akhlah, moral, dan kemampuan
menyampaikan dakwah

1
Nihayatul Husna. Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an. (Kebumen: Institut
Agama Islam Nahdhatul Ulama Kebumen, 2021) Hal 97
Rasulullah merupakan pendakwah pertama yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Saat menyampaikan dakwah,
Rasulullah menghadapi tantangan yang sangat berat, terutama pada masa awal
mula kemunculan Islam beliau berhadapan dengan orang-orang kafir Quraisy
yang sangat kuat. Rasulullah Saw harus berdawah secara sembunyi-sembunyi.
Berkat kesabaran dan kegigihannya dalam berdakwah, dakwah Rasuluallah
sedikit demi sedikit membuahkan hasil dengan banyaknya kaum kafir Quraisy
yang memeluk agama Islam. Keberhasilan dakwah Rasulullah tidak serta merta
langsung diperoleh, namun dengan beberapa metode dakwah yang digunakan
untuk mencapai keberhasilan tersebut.

Di dalam al-Qur`an dan al-hadits, Allah dan rasul-Nya menyebutkan


dakwah dalam banyak dimensi, baik dakwah sebagai tugas utama para rasul,
dakwah sebagai kewajiban, media dakwah, materi dakwah, metode dakwah dan
dakwah sebagai ibadah tempat menanam kebajikan. Berikut beberapa ayat al-
Qur`an dan al-hadits yang terkait dengan hal-hal tersebut.2

Dakwah Tugas Utama Rasul Terkait dengan tugas utama kerasulan tersebut
diantaranya terdapat dalam al- Qur`an:

a. Ali Imran : 20

ۚ ‫َح ٓاُّج وَك َفُق ْل َأْس َلْم ُت َو ْج ِه َى ِلَّل ِه َو َم ِن ٱَّتَبَعِن ۗ َو ُقل ِّلَّل ِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِكَٰت َب َو ٱُأْلِّم ِّيۦَن َءَأْس َلْم ُتْم‬ ‫َف ِإْن‬
‫َأ َل و۟ا َق ِد ٱ َتَد و۟ا ۖ َّو ِإن َّل ۟ا َفِإَمَّنا َل ٱْل َٰل ُغۗ ٱلَّل ِص ي ِبٱْلِع اِد‬ ‫َفِإْن‬
‫َب‬ ‫َع ْيَك َب َو ُه َب‬ ‫َتَو ْو‬ ‫ْس ُم َف ْه‬
Artinya : Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam),
maka katakanlah : Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian
pula) orangorang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-
orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi :
Apakah kamu (mau) masuk Islam. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka
berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

2
Arifin Zain. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an dan AL-Hadits. Vol 2 (Aceh: Jurnal At-
Taujih, 2019) Hal 43
Tafsir : (Jika mereka menyanggah kamu) hai Muhammad dalam soal agama
(maka katakanlah) kepada mereka ("Kuserahkan wajahku kepada Allah)
artinya aku tunduk dan patuh kepada-Nya, aku (dan orang-orang yang
mengikutiku.") wajah disebutkan secara khusus, karena kedudukannya
yang mulia, maka yang lainnya lebih utama untuk berserah diri. (Dan
katakanlah kepada orang-orang yang diberi Alkitab) yakni orang-orang
Yahudi dan Nasrani (serta orang-orang yang tidak tahu baca tulis) yaitu
orang-orang Arab musyrik ("Apakah kamu mau masuk Islam?")
Maksudnya masuk Islamlah kamu! (Jika mereka masuk Islam, maka
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk) dari kesesatan (dan jika
mereka berpaling) dari agama Islam (maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan) risalah yang diamanatkan kepadamu (dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya) lalu diberi-Nya balasan atas amal
perbuatan mereka.

b. Surat Yasin : 17

‫َٰل‬
‫َو َم ا َعَلْيَنٓا ِإاَّل ٱْلَب ُغ ٱْلُم ِبُني‬
Artinya : Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah
Allah) dengan jelas.

Tafsir : (Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan -perintah


Allah- dengan jelas") menyampaikan yang jelas dan gamblang melalui
mukjizat-mukjizat yang terang, yaitu dapat menyembuhkan orang buta,
yang berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang mati.

c. As-Syura : 48

‫ِم‬ ‫ِاْل‬ ‫ِا ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِه ِف ِا‬ ‫ِا‬


‫َف ْن َاْع َر ُض ْو ا َفَم ٓا َاْر َس ْلٰن َك َعَلْي ْم َح ْيًظاۗ ْن َعَلْي َك اَّل اْلَبٰل ُغۗ َو َّنٓا َذٓا َاَذْقَن ا ا ْنَس اَن َّنا َر َمْحًة َفِر َح‬
‫ِد ِا ِاْل‬ ‫ِا ِص‬
‫َهِباۚ َو ْن ُت ْبُه ْم َس ِّيَئٌةۢ َمِبا َقَّد َم ْت َاْي ْيِه ْم َف َّن ا ْنَس اَن َك ُفْو ٌر‬
Artinya: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai
pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah
menyampaikan (risalah).
Tafsir : (Jika mereka berpaling) tidak mau mematuhi seruan-Nya itu (maka Kami
tidak mengutus kamu sebagai pemelihara bagi mereka) sebagai orang
yang memelihara amal perbuatan mereka, umpamanya kamu menjadi
orang yang memperturutkan apa yang dikehendaki oleh mereka. (Tidak
lain) tiada lain (kewajibanmu hanyalah menyampaikan risalah) hal ini
sebelum ada perintah untuk berjihad. (Sesungguhnya apabila Kami
merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami) berupa nikmat
seperti kekayaan atau kecukupan dan kesehatan (dia bergembira ria
karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa) Dhamir yang kembali
kepada lafal Al-Insaan memandang kepada segi maknanya atau jenisnya
(kesusahan) malapetaka atau musibah (disebabkan perbuatan tangan
mereka sendiri) disebabkan yang mereka lakukan; dalam ayat ini
diungkapkan kata 'tangan mereka sendiri' karena kebanyakan pekerjaan
manusia itu dilakukan oleh tangannya (karena sesungguhnya manusia itu
amat ingkar) kepada nikmat yang telah diberikan kepadanya.

c. Al-Jin : 23

‫َلهٗ َفِاَّن َله َنا َّن ٰخ ِلِد ِف ٓا َا ۗا‬ ‫ّٰل‬ ‫ِت‬ ‫ّٰلِه‬ ‫ِا‬
‫َر َجَه َم ْيَن ْيَه َبًد‬ ‫اَّل َبٰل ًغا ِّم َن ال َو ِر ٰس ٰل ۗه َو َمْن َّيْع ِص ال َه َو َرُسْو‬
Artinya: Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan
risalah-Nya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya.3

Tafsir: (Akan tetapi, aku hanya, menyampaikan peringatan) makna yang


dikandung dalam lafal ini merupakan pengecualian atau istitsna dari
maf'ul atau objek yang terdapat di dalam lafal amliku. Yakni aku tiada
memiliki bagi kalian selain hanya menyampaikan peringatan (dari Allah)
yang aku terima dari-Nya (dan risalah-Nya) lafal ini diathafkan kepada
lafal balaaghan dan lafal-lafal yang terdapat di antara mustatsna minhu
dan istitsna merupakan jumlah mu`taridhah atau kalimat sisipan yang
berfungsi untuk mengukuhkan makna tiada memiliki. (Dan barang siapa
3
Ibid 44
yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya) dalam hal ketauhidan, lalu ia
tidak beriman (maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam, mereka
kekal) lafal khaalidiina adalah hal atau kata keterangan keadaan dari
dhamir man. Sehubungan dengan lafal lahuu dhamir yang ada padanya
adalah untuk menyesuaikan maknanya dengan lafal man. Lafal
khaalidiina ini merupakan hal dari lafal yang tidak disebutkan,
lengkapnya mereka memasukinya dalam keadaan pasti kekal (di
dalamnya untuk selama-lamanya.)

B. Kewajiban Dakwah
a. Ali-Imran: 104
‫َن ِن ٱْل نَك ِر ۚ ُأ۟و َٰٓلِئ‬ ‫ِف‬ ‫ِب‬ ‫ِإ ِرْي‬
‫ُم‬ ‫ُه‬ ‫َك‬ ‫َو‬ ‫َو ْلَتُك ن ِّم نُك ْم ُأَّم ٌة َيْد ُعوَن ىَل ٱَخْل َو َيْأُمُر وَن ٱْلَم ْع ُر و َو َيْنَهْو َع ُم‬

‫ٱْلُم ْف ِلُح وَن‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada orang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Penafsiran menurut Buya Hamka: Dalam penafsiran Buya Hamka dalam


Istiqomah4 menyebutkan bahwa untuk memelihara kokohnya nikmat
islam yang dijelaskan pada ayat diatas, hendaklah ada dalam kalangan
jamaah muslim itu suatu golongan dalam ayat ditegaskan suatu umat
yang menyediakan diri mengadakan ajakan atau seruan, tegasnya
dakwah. Yang selalu mesti mengajak dan membawa manusia berbuat
kebaikan, menyuruh berbuat ma’ruf, yaitu yang patut, pantas dan sopan,
dan mencegah, melarang perbuatan munkar, yang dibenci dan yang tidak
diterima.

Menyampaikan ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang


munkar itulah yang dinamai dakwah. Dengan adanya umat yang

4
Istiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 73.
berdakwah agama menjadi hidup, tidak menjadi seolah-olah mati.
Bidang untuk menyampaikan dakwah terbagi dua, umum dan khusus.
Sedangkan di dalam ayat di atas bertemu tiga kewajiban yang dihadapi.
Yang dua berpusat kepada yang satu. Dia menimbulkan dua tugas.
Pertama menyuruh berbuat ma’ruf, kedua melarang berbuat munkar.

Membahas tentang surat Ali-Imran ayat 104, Quraish Shihab


didalam Istiqomah5 menjelaskan bahwa semua orang islam berhak
menyampaikan dakwah dan perlu juga Sebagian umat yang khusus
melaksanakan dakwah dan perlu juga Sebagian umat yang khusus
melaksanakan fungsi dakwah ditengah masyarakat yang membutuhkan
informasi yang benar, maka memang perlu adanya Sebagian umat yang
khusus melaksanakan dakwah. Buya Hamka juga menjelaskan didalam
Istiqomah6 hendaknya ada suatu umat yang menyediakan diri
mengadakan ajakan atau seruan, tegasnya dakwah. Hendaklah ada
sehgolongan umat yang menjadi inti, yang kerjanya khusus mengadakan
dakwah. Atau hendaklah seluruh umat itu sendiri sadar akan
kewajibannya mengadakan dakwah.

Metode dakwah: metode dakwah yang dijelaskan dalam ayat ini yaitu dalam
menyampaikan pesan dakwah hendaknya tidak dengan paksaan,
sampaikanlah pesan dakwah itu dengan persuasive diiringi dengan
ajakan yang baik. Artinya dalam melakukan dakwah, da’I harus bisa
menyampaikan pesan dakwah dan juga mempengaruhi sasaran dakwah
untuk bisa mengikuti atau melaksanakan kebaikan yang disampaikan
dalam dakwah dengan ajakan yang baik. Jika disampaikan dengan keras
atau memaksa, maka sasaran dakwah tidak lagi akan mau mendengarkan
pesan dakwah yang disampaikan.

5
stiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 77.
6
stiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 78.
b. Ali-Imran: 110
‫ِم ِب ّٰلِه‬ ‫ِف‬ ‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ٍة‬
‫ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُاَّم ُاْخ ِر َج ْت لَّناِس َتْأُمُر ْو َن اْلَم ْع ُر ْو َو َتْنَهْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ُنْو َن ال ۗ َو َلْو ٰاَم َن‬

‫َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن َخ ْيًر ا ُهَّلْم ۗ ِم ْنُه ُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْك َثُر ُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.

Asbabun Nuzul: ‘Ikrimah dan Muqatil berkata, ayat ini turun berkaitan dengan
Ibnu Mas’ud, Ubai bin Ka’b, Mu’adz bin Fabal dan Salim budak Abu
Hudzaifah. Ceritanya adalah, bahwa ada dua orang yahudi, baik Malik
bin As-Shaif dan Wahb bin Yahudza berkata kepada mereka.
“sesungguhnya agama kami lebih baik daripada agama yang kalian
dakwahkan kepada kami dan kami jauh lebih baik dan lebih mulia dari
kalian” Lalu Allah menurunkan ayat ini.7

Penafsiran menurut Ibnu Katsir: kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. Mereka sekali-kali
tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-
gangguan celaan saja; jika mereka berperang dengan kalian, pastilah
mereka berbalik melarikan diri kebelakang (kalah).

Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi


kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka Kembali mendapat kemunkaran dari allah dan mereka diliputih
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
7
Wahbah az-Zuhaili dalam Istiqomah, Tafsir Al-Munir, h. 373
Allah dan membunuh para nabi tanpa alas an yang benar. Yang demikian
itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Allah
memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad SAW bahwa mereka
adalah sebaik-baik umat. Oleh sebab itu Allah SAW berfirman: kalian
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Abu Hurairah
mengatakan, makna yang dimaksud ilalah sebaik-baik manusia untuk
umat manusia, kalian datang membawa mereka dalam keadaan
terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk
islam.

Metode: menunjuk pada ayat diatas, dakwah pada hakikatnya adalah suatu proses
pembangunan bangsa (umat) dengan menggunakan pendekatan budaya.
Dengan pendekatan ini, kemajuan tidak diukur dengan pendapatan, tetapi
dengan tingkat keberdayaan masyarakat dimana berbagai komunitas -
sesuai dengan potensi dan kekuatan yang dimiliki didorong agar tumbuh
dan berkembang menuju kemajuan.surat Ali-Imran ayat 110 ini
mengajarkan kepada kita beberapa asas pembangunan umat sebagai
berikut:

1. Tujuan pembangunan adalah mencapai keunggulan umat, khaira


ummah (the best umah)
2. Pembangunan dilakukan dengan pengembangan SDM melalui
dakwah dan Pendidikan atau humanisasi
3. Dalam pembangunan ini, yang menjadi panglima bukan uang atau
kekayaan materian, melainkan moral atau akhlak bangsa (purifikasi)
alias al-nahyu ‘an al-munkar, yaitu suatu proses membebaskan
masyarakatdari kejahatan dan keburukan.
4. Pembangunan bangsa harus diletakkan dalam kerangka iman kepada
Allah SWT sehingga pembangunan bangsa yang kita lakukan
bermakna spiritual.8
8
A Ilyas Ismail, Dakwah Pembangunan, REPLUBIKA, 23 Februari 2022,
https://republika.co.id/berita/koran/khazanah-koran/14/09/02/nb9p2814-dakwah-
pembangunan
c. Surah An-Nahl ayat 125

Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang Baik dan bantahlah mereka dengan cara yang Baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-Orang yang mendapat petunjuk.”

M. Natsir dalam Nurholiza9 mengatakan Bahwa kewajiban dakwah merupakan


Tanggungjawab kaum muslimin dan Muslimat. Dan tidak boleh seorang
Muslim/muslimah pun dapat Menghindarkan diri dari padanya. Kemudian Toha
Jahya Omar Mengungkapkan bahwa hukum dakwah Adalah wajib. Kewajiban
dakwah menurut Toha Jahya Omar dalam Nurholiza10 pada ayat di atas, di
dasarkan Pada kata-kata ud’u yang diterjemahkan Dengan ajaklah adalah fi’il
amar. Menurut Aturan Ushul Fiqh amar menjadi perintah Wajib yang harus
dipatuhi selama tidak ada Dalil-dalil lain yang memalingkannya dari Wajib itu
kepada sunat dan lain-lainnya

C. Hukum Dakwah

Mengenai hukum dakwah masih terjadi kontradiksi apakah jenis


kewajiban dakwah ditujukan kepada setiap individu atau kepada sekelompok
manusia, perbedaan pendapat tersebut disebabkan perbedaan pemahaman
terhadap dalil naqli (Alquran dan Hadis), dan karena kondisi pengetahuan dan
kemampuan manusia yang beragam dalam memahami Alquran. Menurut Asmuni
Syukir dalam Nurholiza11, hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim,
karena hukum Islam tidak mengharuskan umat Islam untuk selalu memperoleh
hasil yang maksimal,akan tetapi usaha yang diharuskan maksimal sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, sedangkan berhasil atau tidak dakwah
merupakan urusan Allah, hal ini berlandaskan kepada firman Allah di dalam
Alquran suah at-Tahrîm (66) : 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
9
Siti Nurholiza, Hadis-Hadis Tentang Hukum Dakwah, (Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, ), h. 9
10
Siti Nurholiza, Hadis-Hadis Tentang Hukum Dakwah, (Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, ), h. 9.
11
Ibid, h.3.
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

12
Ibn Taimiyah dalam Nurholiza menyatakan bahwa dakwah merupakan
kewajiban secara kolektif (fardhu kifayah), karena apabila sekelompok umat telah
melaksanakan aktivitas dakwah, maka kewajiban dakwah sudah terlepas bagi
kelompok umat yang lainnya. Ditambahkan oleh Muhammad Ghozali dalam
Nurholiza13 yang juga menyatakan bahwa umat Islam harus saling membantu
untuk tercapainya tujuan dakwah.

Dari beberapa pendapat tentang hukum dakwah yang telah diuraikan,


maka menurut Nurholiza14 berdakwah hukumnya wajib secara kolektif bagi yang
mempunyai kemampuan dalam berdakwah, dan dakwah wajib secara individu
dalam menuntut ilmu agar mempunyai kemampuan untuk berdakwah, karena
tidak dapat secara menyeluruh umat Islam hanya berdakwah disebabkan selain
dakwah juga banyak aspek yang harus dipenuhi oleh umat Islam. Selain itu, tidak
dapat dikatakan bahwa dakwah hanya sekedar untuk orang-orang tertentu, akan
tetapi pada dasarnya kewajiban dakwah berada pada bagian yang menjadi
prioritas untuk umat Islam secara menyeluruh.

BAB III

PENUTUP

12
Ibid, h.4.
13
Ibid.
14
Ibid.
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai