MAKALAH
Dosen Pengampu:
Nama Kelompok :
FAKULTAS DAKWAH
Maret 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Dasar dan Hukum Dakwah dalam Al-Qur’an. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Suyitno, S. Sos. I., M. Kom.
pada mata kuliah Kapita Selekta Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana penyebar luasan media cetak dan
media penyiaran.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
5.1...........................................................................................................Kesimpulan
..............................................................................................................................
5.2.................................................................................................................... Saran
..............................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah berasal dari kata da’a, yad’una dan dakwah. Kata da’a adalah
fi’il madhi yang memiliki makna memohong, meminta, berdoa dan memanggil
yang disebutkan di dalam Al-Qur’an pada 10 surah dan 11 ayat. Namun hanya 3
ayat yang mengandung makna dakwah yaitu Al-Anfal ayat 28, Ar-Rum ayat 25
dan Fushshilat ayat 33. Kata yad’una adalah fi’il mudhari’ yang disebut di dalam
Al-Qur’an sebanyak 21 ayat pada 20 surah. Kata yad’una dalam makna
dakwahterdapat dalam 12 ayat. Kata dakwah merupakan isim mashdar yang
disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 5 kali dimana ayat bermakna doa dan 3 ayat
bermakna dakwah. Kata ud’u adalah bentuk fi’il amr yang disebut dalam Al-
Qur’an sebanyak 8 surat pada 12 ayat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Kitab suci Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman
hidup bagi setiap umat Islam. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya. Selain itu, Al-Qur’an merupakan
kitab dakwah yang mencakup sekian banyak unsur-unsur dakwah, seperti da’i
(pemberi dakwah), mad’u (penerima dakwah),da’wah (unsur-unsur dakwah),
metode dakwah dan cara-cara menyampaikannya.1
Dakwah adalah tugas para Rasul, merupakan satu bagian yang pasti ada
dalam kehidupan ummat beragama. Dalam ajaran agama Islam, dakwah adalah
salah satu di antara kewajiban umat Islam yang dibebankan oleh agama kepada
pemeluknya. Hal ini menunjukkan bahwa agama ini senantiasa dijaga, dirawat
dan dikembangkan oleh para pemeluknya. Umat Islamlah yang berkewajiban
menjaga dan memelihara agama Islam, terutama para da`i yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas keilmuan, akhlah, moral, dan kemampuan
menyampaikan dakwah
1
Nihayatul Husna. Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an. (Kebumen: Institut
Agama Islam Nahdhatul Ulama Kebumen, 2021) Hal 97
Rasulullah merupakan pendakwah pertama yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Saat menyampaikan dakwah,
Rasulullah menghadapi tantangan yang sangat berat, terutama pada masa awal
mula kemunculan Islam beliau berhadapan dengan orang-orang kafir Quraisy
yang sangat kuat. Rasulullah Saw harus berdawah secara sembunyi-sembunyi.
Berkat kesabaran dan kegigihannya dalam berdakwah, dakwah Rasuluallah
sedikit demi sedikit membuahkan hasil dengan banyaknya kaum kafir Quraisy
yang memeluk agama Islam. Keberhasilan dakwah Rasulullah tidak serta merta
langsung diperoleh, namun dengan beberapa metode dakwah yang digunakan
untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Dakwah Tugas Utama Rasul Terkait dengan tugas utama kerasulan tersebut
diantaranya terdapat dalam al- Qur`an:
a. Ali Imran : 20
ۚ َح ٓاُّج وَك َفُق ْل َأْس َلْم ُت َو ْج ِه َى ِلَّل ِه َو َم ِن ٱَّتَبَعِن ۗ َو ُقل ِّلَّل ِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِكَٰت َب َو ٱُأْلِّم ِّيۦَن َءَأْس َلْم ُتْم َف ِإْن
َأ َل و۟ا َق ِد ٱ َتَد و۟ا ۖ َّو ِإن َّل ۟ا َفِإَمَّنا َل ٱْل َٰل ُغۗ ٱلَّل ِص ي ِبٱْلِع اِد َفِإْن
َب َع ْيَك َب َو ُه َب َتَو ْو ْس ُم َف ْه
Artinya : Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam),
maka katakanlah : Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian
pula) orangorang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-
orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi :
Apakah kamu (mau) masuk Islam. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka
berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
2
Arifin Zain. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an dan AL-Hadits. Vol 2 (Aceh: Jurnal At-
Taujih, 2019) Hal 43
Tafsir : (Jika mereka menyanggah kamu) hai Muhammad dalam soal agama
(maka katakanlah) kepada mereka ("Kuserahkan wajahku kepada Allah)
artinya aku tunduk dan patuh kepada-Nya, aku (dan orang-orang yang
mengikutiku.") wajah disebutkan secara khusus, karena kedudukannya
yang mulia, maka yang lainnya lebih utama untuk berserah diri. (Dan
katakanlah kepada orang-orang yang diberi Alkitab) yakni orang-orang
Yahudi dan Nasrani (serta orang-orang yang tidak tahu baca tulis) yaitu
orang-orang Arab musyrik ("Apakah kamu mau masuk Islam?")
Maksudnya masuk Islamlah kamu! (Jika mereka masuk Islam, maka
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk) dari kesesatan (dan jika
mereka berpaling) dari agama Islam (maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan) risalah yang diamanatkan kepadamu (dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya) lalu diberi-Nya balasan atas amal
perbuatan mereka.
b. Surat Yasin : 17
َٰل
َو َم ا َعَلْيَنٓا ِإاَّل ٱْلَب ُغ ٱْلُم ِبُني
Artinya : Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah
Allah) dengan jelas.
c. As-Syura : 48
c. Al-Jin : 23
َلهٗ َفِاَّن َله َنا َّن ٰخ ِلِد ِف ٓا َا ۗا ّٰل ِت ّٰلِه ِا
َر َجَه َم ْيَن ْيَه َبًد اَّل َبٰل ًغا ِّم َن ال َو ِر ٰس ٰل ۗه َو َمْن َّيْع ِص ال َه َو َرُسْو
Artinya: Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan
risalah-Nya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya.3
B. Kewajiban Dakwah
a. Ali-Imran: 104
َن ِن ٱْل نَك ِر ۚ ُأ۟و َٰٓلِئ ِف ِب ِإ ِرْي
ُم ُه َك َو َو ْلَتُك ن ِّم نُك ْم ُأَّم ٌة َيْد ُعوَن ىَل ٱَخْل َو َيْأُمُر وَن ٱْلَم ْع ُر و َو َيْنَهْو َع ُم
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada orang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
4
Istiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 73.
berdakwah agama menjadi hidup, tidak menjadi seolah-olah mati.
Bidang untuk menyampaikan dakwah terbagi dua, umum dan khusus.
Sedangkan di dalam ayat di atas bertemu tiga kewajiban yang dihadapi.
Yang dua berpusat kepada yang satu. Dia menimbulkan dua tugas.
Pertama menyuruh berbuat ma’ruf, kedua melarang berbuat munkar.
Metode dakwah: metode dakwah yang dijelaskan dalam ayat ini yaitu dalam
menyampaikan pesan dakwah hendaknya tidak dengan paksaan,
sampaikanlah pesan dakwah itu dengan persuasive diiringi dengan
ajakan yang baik. Artinya dalam melakukan dakwah, da’I harus bisa
menyampaikan pesan dakwah dan juga mempengaruhi sasaran dakwah
untuk bisa mengikuti atau melaksanakan kebaikan yang disampaikan
dalam dakwah dengan ajakan yang baik. Jika disampaikan dengan keras
atau memaksa, maka sasaran dakwah tidak lagi akan mau mendengarkan
pesan dakwah yang disampaikan.
5
stiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 77.
6
stiqomah, METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN SURAT ALI-IMRAN AYAT 104 AN-NAHL AYAT
125 THAHA AYAT 43-44 MENURUT PANDANGAN M. QURAISH SHIHAB DAN HAMKA, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2019), h. 78.
b. Ali-Imran: 110
ِم ِب ّٰلِه ِف ِب ِل ٍة
ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُاَّم ُاْخ ِر َج ْت لَّناِس َتْأُمُر ْو َن اْلَم ْع ُر ْو َو َتْنَهْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ُنْو َن ال ۗ َو َلْو ٰاَم َن
َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن َخ ْيًر ا ُهَّلْم ۗ ِم ْنُه ُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْك َثُر ُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
Asbabun Nuzul: ‘Ikrimah dan Muqatil berkata, ayat ini turun berkaitan dengan
Ibnu Mas’ud, Ubai bin Ka’b, Mu’adz bin Fabal dan Salim budak Abu
Hudzaifah. Ceritanya adalah, bahwa ada dua orang yahudi, baik Malik
bin As-Shaif dan Wahb bin Yahudza berkata kepada mereka.
“sesungguhnya agama kami lebih baik daripada agama yang kalian
dakwahkan kepada kami dan kami jauh lebih baik dan lebih mulia dari
kalian” Lalu Allah menurunkan ayat ini.7
Penafsiran menurut Ibnu Katsir: kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. Mereka sekali-kali
tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-
gangguan celaan saja; jika mereka berperang dengan kalian, pastilah
mereka berbalik melarikan diri kebelakang (kalah).
Metode: menunjuk pada ayat diatas, dakwah pada hakikatnya adalah suatu proses
pembangunan bangsa (umat) dengan menggunakan pendekatan budaya.
Dengan pendekatan ini, kemajuan tidak diukur dengan pendapatan, tetapi
dengan tingkat keberdayaan masyarakat dimana berbagai komunitas -
sesuai dengan potensi dan kekuatan yang dimiliki didorong agar tumbuh
dan berkembang menuju kemajuan.surat Ali-Imran ayat 110 ini
mengajarkan kepada kita beberapa asas pembangunan umat sebagai
berikut:
Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang Baik dan bantahlah mereka dengan cara yang Baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-Orang yang mendapat petunjuk.”
C. Hukum Dakwah
12
Ibn Taimiyah dalam Nurholiza menyatakan bahwa dakwah merupakan
kewajiban secara kolektif (fardhu kifayah), karena apabila sekelompok umat telah
melaksanakan aktivitas dakwah, maka kewajiban dakwah sudah terlepas bagi
kelompok umat yang lainnya. Ditambahkan oleh Muhammad Ghozali dalam
Nurholiza13 yang juga menyatakan bahwa umat Islam harus saling membantu
untuk tercapainya tujuan dakwah.
BAB III
PENUTUP
12
Ibid, h.4.
13
Ibid.
14
Ibid.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA