Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AIK IV

DAKWAH BIL HAL MELALUI PENGEMBANGAN DAN


PENERAPAN IPTEKS

KELOMPOK 6 :

ULFA DAMAYANTI 2018310412


NURUL SAQILLA 2018310411
JUSMAWATI 2018310420

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN


DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BULUKUMBA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "DAKWAH
BIL HAL MELALUI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS" dengan
tepat waktu.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Sahir selaku
dosen mata kuliah AIK IV yang telah memberikan penulis wawasan dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bulukumba, 25 Desember 2021

Penulis
ii
TABLE OF CONTENTS
SAMPUL...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................1

PEMBAHASAN...............................................................................................................1

2.1 Pengertian Dakwah Bil Hal...................................................................................1

2.1 Hadist Mengenai Dakwah Bil Hal.........................................................................5

2.3 Penerapan Dakwah Bil Hal dalam Umat Islam...................................................5

2.4 Setiap muslim adalah Da’i.....................................................................................8

2.5 Bekerja adalah Dakwah.........................................................................................9

BAB III............................................................................................................................. 11
1

1
PENUTUP........................................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dakwah islam adalah suatu istilah yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian
 pesan ilahiah kepada umat manusia, karena dalam dakwah islam terjadi sebuah proses

 penyampaian ajaran agama, baik yang bersipat larangan maupun bersipat perintah dan
anjuran dari sang pencipta.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai
agama, yang cennderung membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi
ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu
saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk
memberikan suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan

sosial yang terjadi.


Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat
adalah proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena paling
mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata. Oleh karena itu untuk
mendukung dakwah Islamiyah perlu adanya satu lembaga khusus yang bertugas dalam
 bidang dakwah Islamiyah berdasarkan asas keimanan dan persaudaraan tanpa adanya
organisasi dan lembaga dakwah, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik
 bahkan kemungkinan besar akan berhenti sama sekali.

Melihat penomena di atas kita khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat
merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik

dan dikehendaki oleh islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena
islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat islam sangat tergantung dan
 berkaitan erat dengan kegiatan dakwah, oleh sebab itu para da’i harus mempunyai

 pemahaman yang mendalam bukan hanya menganggap bahwa dakwah dalam bingkai ”
Amar Ma’ruf Nahi Munkar “. 
1.2  Rumusan Masalah

1.   Apa pengertian dakwah bil hal ?

2.   Apa hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal ?

3.  Bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini ?

1.3  Tujuan Makalah

1.   Menjelaskan mengenai pengertian dakwah bil hal.

2.   Mengetahui hadits-hadits yang menjelaskan mengenai dakwah bil hal.

3.  Menjelaskan bagaimana penerapan dakwah bil hal pada masa kini.

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS2
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah Bil Hal

Secara etimologi Dakwah bil Hal merupakan gabungan dari kata dua kata yaitu kata
dakwah dan al-Haal. Kata dakwah artinya menyeru, memanggil. Sedangkan kata al-Haal

 berarti keadaan. Jika dua kata tadi dihubungkan maka dakwah bil hal mengandung arti

“memanggil, menyeru dengan menggunakan keadaan, atau menyeru, mengajak dengan

 perbuatan nyata”. 

Sedangkan secara termonologis dakwah mengandung pengertian: mendorong manusia


agar berbuat kebajikan dan menuntut pada petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan
dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagian
dunia akhirat.

Dengan demikian dakwah bil hal adalah: memanggil, menyeru manusia kejalan Alllah
SWT untuk kebahagian dunia akhirat dengan menggunakan keadaan manusia yang

didakwahi atau memanggil ke jalan Allah untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat
dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.
Dakwah bil al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW, terbukti bahwa pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan adalah
 pembangunan Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan
ukhuwah islamiyah dan seterusnya.
Menurut E. Hasim dalam kamus, istilah Islam memberikan pengertian bahwa yang

dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata,
karena merupakan tindakan nyata maka dakwah ini lebih mengarah pada tindakan

menggerakkan mad’u sehingga dakwah ini lebih berorentasi pada pengembangan


masyarakat.
Dakwah bi hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan
nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah. sehingga tindakan nyata
tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah
dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit.
Melaksanakan dakwah bukan hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum
diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan.
Ia harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah sakit-rumah sakit, di teater-
teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat
 perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat gedung pencakar

langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya


Oleh karena itu al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan “Ahsanul Qaul Wal
Haal” (ucapan dan perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Fushilat ayat 33, sebagai berikut:

 ‫س‬ ‫ا‬  ‫ي‬  ‫ل‬‫وق‬   ‫ص‬ ‫وع‬   ‫ ى‬ ‫دع‬   ‫ق‬ ‫أحس‬ ‫و‬ 

“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang
 yang menyerah diri?”. (An-Fushilat: 33)

Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan yang luas. Meliputi

 pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Pengembangan pendidikan


merupakan bagian penting dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa
 pendidikan harus diupayakan untuk menghidupkan kehidupan bangsa yang maju, efisien,
mandiri terbuka dan berorientasi masa depan. 
Pengembangan pendidikan mesti pula mampu meningkatkan penguasaan dan

 pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan mampu


menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam bidang ekonomi, pengembangan dilakukan peningkatan minat usaha dan etos
kerja yang tinggi serta menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber ekonomi umat. 
Sementara pengembangan sosial kemasyarakatan dilakukan dalam kerangka
merespon problem sosial yang timbul karena dampak modernisasi dan globalisasi,
seperti masalah pengangguran, tenaga kerja, penegakan hukum, HAM dan
 pemberdayaan perempuan.
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS3

2.1 Hadis Mengenai Dakwah Bil Hal

Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang anjuran dakwah bil hal yaitu sebagai

 berikut:

   
‫ب‬  ‫وأص ن‬ ‫ا‬‫ح‬  ‫أ‬    ‫ن‬   ‫ي‬‫ة‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫أ‬  ‫ع‬ ‫ي‬

   ‫ن‬ ‫ف‬‫م‬ ‫خ‬‫ع‬  ‫ت‬   ‫م‬ ‫ه‬ ‫ ث‬ ‫ون‬‫و‬  ‫ون‬‫خ‬

‫ع‬‫و‬ ‫ن‬‫ع‬‫ن‬   ‫ؤ‬‫ون‬  ‫ج‬َ ‫م‬ ‫ه‬  ‫ؤ‬ ‫ و‬‫ور ا‬ ‫س‬  

 ‫ذ ك‬  ‫ ا‬  ‫ح‬ ‫ن‬‫خ‬ ‫ة‬‫رو( دل‬‫وا‬‫اه‬ ‫م‬  ‫ا‬ ‫ب‬‫ن‬.)

“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari
umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang
melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang
 generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan
mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang
berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang
berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa
 yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin.

 sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H.

 R. Muslim)”. 

2.3 Penerapan Dakwah Bil Hal Dalam Umat Islam

Sejak agama Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke VIII agama Islam telah
mengalami pasang surut. Perkembangan Islam di Nusantara diawali dengan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti: kerajaan Samudera Pasai dan Perlak. Selanjutnya Islam
melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru Nusantara.
Selanjutnya Islam mengalami kemunduran pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda
dimana aktivitas umat Islam terpasung. Politik Belanda terhadap Islam dilandasi dengan
rasa curiga dan takut sehingga dengan cermat mereka mengawasi segala sesuatu yang
 berbau Islam. Kolonialisme tersebut meninggalkan jejak negatif yang panjang dalam

 perkembangan sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat Indonesia, bahkan sampai


sekarang. Selain itu juga pemilihan model pembangunan yang dipakai serta kesalahan
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS4

dalam mengurus pemerintahan di masa lalu menjadi faktor dominan yang mendorong
keterbelakangan umat.
Secara realitas menunjukkan bahwa kualitas ummat islam indonesia belum
membanggakan dari berbagai segi kehidupan, permasalahan-permasalahan ummat islam
semakin kompleks baik permasalahan pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan

sebagainya. K.H. Badruddin Hsubki mencoba mrumuskan berbagai persoalan ummat


islam di Indonesia sebagai berikut:

1.   Keterbelakangan sosial ekonomi

2.   Keterbelakangan dalam bidang pendidikan

3.   Lemahnya etos kerja ummat islam. Etos kerja ini menyangkut penerapan disiplin,

 penghargaan terhadap waktu, penentuan orientasi kedepan dan kemampuan kerja


keras dengan penuh semangat
4.   Belum terealisasinya ukhuwah islamiah

Isolasi diri ummat islam terhadap pergaulan dunia

Melihat persoalan ummat islam diatas, maka dakwah islam harus dilakukan
upaya yang serius dan butuh adanya kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan-
 perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan
umat.
Dalam bidang ekonomi, menurut catatan resmi tahun 1993 jumlah penduduk
yang hidup dibawah garis kemiskinan berjumlah 27 juta jiwa. Dan setelahnya, tahun
2002 terjadi krisis ekonomi yang diikuti dengan berbagai krisis dibidang lain. Ironisnya
ummat islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia merekalah yang terbanyak berada
dibawah garis kemiskinan tersebut. Kelemahan-kelemahan ummat islam di bidang
ekonomi kiranya tak lepas dari kebijakansanaan pemerintah dalam ekonomi yang lebih
 berorientasi pada kalangan atas, misalnya: kredit bank bagi pengusaha kecil hanya
diberikan kepada mereka yang beraset 20 juta. Memasuki pecaturan ekonomi pada
dasawarsa 1980-an suasana berubah. Para pengusaha mulai menghadapi kesulitan karena
sistem ekonomi modern yang tidak terpisahkan dari perbankan dan manajemen modern
yang tidak mereka kuasai dengan baik. Selain kemampuan manajemen yang tidak
kompetitif, keraguan ummat islam terhadap status hukum bunga bank dan kuatnya
mental tradisional dikalangan ulama dan ummat islam turut menghambat kemampuan
mereka.
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS 6

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS5
Dalam bidang pendidikan setelah meraih kemerdekaan bangsa indonesia mulai

 berbenah diri dengan didirikannya sekolah-sekolah umum maupun agama. Namun,


tercatat sejak tahun 1980-an yang sampai sekarang tingkat pendidikan ummat islam
masih sangat memprihatinkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendidikan islam
yang masih tertinggal dari segi mutu dibandingkan dengan pendidikan umum.

Lemahnya etos kerja ummat islam hampir melingkupi sebagian besar ummat
islam. Hal ini kemungkinan disebabkan orientasi keakhiratan yang lebih mendominasi

 pemikiran ummat islam, sehingga gairah untuk kerja (urusan keduniaan berkurang)

 padahal Al Qur’an telah menjelaskan bahwa antara akhirat dan dunia harus seimbang.

Permasalahan yang dihadapi umat Islam Indonesia pada dasarnya sudah


dipahami dan dimengerti sejak lama, berbagai organisasi telah mencoba menjawab
 berbagai persoalan tersebut. Muhamadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah, madrasah-
madrasah, rumah sakit, surat kabar dan majalah. Begitu juga dengan NU telah
mendirikan pesantren-pesantrennya dan berbagai organisasi Islam lainnya.

Banyak muncul organisasi-organisasi keislaman yang muncul yang mereka


 bekerja untuk dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah

 bil hal. Kerja dakwah yang telah dilakukan juga sudah cukup beragam, seperti
munculnya: perbankan- perbankan syari’ah, dompet dhu’afa’ dan pundi amal yang
dilakukan oleh stasiun TV dalam rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan ummat,
munculnya majalah-majalah bernuansa islam, acara-acara islami di TV dan sebagainya.
Meskipun berbagai persoalan telah ditangani nampaknya persoalan umat yang

 begitu banyak masih menuntut kerja ekstra umat Islam. Sekarang kita patut bergembira
karena telah banyak muncul organisasi-organisasi ke-Islaman yang bekerja untuk

dakwah juga pribadi-pribadi yang secara individual melaksanakan dakwah bil hal. Yang
mana dakwah ini telah banyak bekerja misalnya: munculnya perbankkan-perbankkan

Syari’ah, dompet Dhua’fah, dan pundi amal ynag dilakukan oleh stasiun TV dalam
rangka mengumpulkan dana untuk kepentingan umat, munculnya majalah-majalah
 bernuansa Islam, dan lain sebagainya.

 Namun demikian, kiranya perlu digalakkan kembali Ukhuwah Islamiyah dalam

 bentuk kerja sama antar berbagai organisasi keagamaan atau pribadi-pribadi yang

 berkecimpung dalam bidang dakwah sehingga akan ada perkembangan kerja antara
masing-masing yang dimaksudkan agar lahan dakwah tergarap secara merata.
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi ini pasti akan mewarnai pembangunan yang
membawa fenomena. Batas-batas system nasional disemua Negara hampir hilang dan
orang diseluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka. Globalisasi
merupakan hasil dari kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari revolusi industri.,
memang telah banyak memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan

manusia. Namun disisi lain manusia semakin tidak tenteram dan tidak  ada kedamaian
dalam kehidupannya akibat dari perasaan cemas dari dampak negative yang ditimbulkan

oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya setiap saat dapat mengancam kehidupan
mereka. 
Dari sekian gejala social yang ditimbulkan oleh globalisasi diatas, ada fenomena
umum yang dapat dirasakan atau dilihat dewasa ini apabila dikaitkan dengan dakwah,
maka hal tersebut merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah” bagi para da’i (juru
dakwah). Artinya para da’i harus tampil dengan jurus-jurus jitu dalam menyampaikan
 bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan era

globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara kondisi
kekinian tampil dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka mau tidak
mau, suka tidak suka pasti gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya upaya-upaya untuk
membumikan ajaran islam ditengah-tengah masyarakat, baik masyarakat kota maupun
masyarakat pedesaan pasti mengalamai hambatan.
Bila kita amatai dikawasan industri dan masyarakat perkotaan misalnya, berdomisili

 banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu serta para usahawan yang sukses. Namun
mereka haus ketenangan batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang dimilikinya tidak
mampu memberikan kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga mereka berusaha

menemukan itu melalui pendekatan ajaran spiritual keagamaan. Mereka berusaha


memadukan antara disiplin ilmu yang ditekuninya dengan ajaran ajaran  agama yang

diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti semakin rasional dan menyentuh. Oleh
karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini. 

2.4 Setiap Muslim Adalah Da’i 

“Kita adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat tersebut dapat kita simpulkan

 bahwa pada dasarnya, kita adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu profesi apapun.
Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi cerminan, bahwa pada hakikatnya,
seorang muslim adalah pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan memiliki
 pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu yang

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS8
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS7

dimilikinya tersebut. Ketika seseorang sadar bahwa ia telah memiliki bekal untuk
mengamalkan sunnah, saat itu pula ia berkewajiban menyeru orang lain kepada Islam.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita menjadi
seorang da’i, salah satunya adalah menjadi seorang murobby.
Murobby merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan dan
dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Sebab itulah peranan murobby sangat
mempengaruhi keberlangsungan serta output dari kegiatan tarbiyah. Sebagai simpul dakwah
terhadap jama’ah, seorang murobby dituntut memikirkan kegiatan dakwah dengan segenap
 perhatiannya. Untuk menjadi seorang murobby idaman, kita hendaknya memperhatikan

 beberapa hal, seperti ruhiyah. Ruhiyah adalah dasar keberhasilan dakwah. Jika ruhiyah
terabaikan, sebagus apapun retorika dakwah kita dan pemahaman kita terhadap kondisi
mad’u semuanya akan sia-sia.
Seorang murobby harus memiliki niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata,
membuang jauh-jauh tendensi untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya adalah
untuk mencari pengikut yang banyak. Niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala bermakna
seorang murobby melakukan tarbiyah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah
 subuhanahu wa ta’ala, memperbaiki hamba-Nya dan mengeluarkan mereka dari kegelapan

kebodohan dan kemaksiatan menuju cahaya ilmu ketaatan. Niat yang ikhlas juga akan
menggiring seorang murobby melahirkan dakwahnya dari dasar kecintaan kepada Allah dan
untuk agama- Nya, serta kecintaan kepada kebaikan untuk semua manusia. Allah Ta’ala
 berfirman yang artinya:

“ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami


berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka
di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat,
kecuali

neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16) 

2.4 Bekerja Adalah Dakwah 

Di dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah bertanggungjawab untuk berdakwah.


Tidak kiralah apa kategori pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang berhawa
dingin, di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun, tanggungjawab sebagai Da’i itu
terletak di bahu kita. Kita perlu dakwah di tempat kerja. Ia selaras dengan firman Allah
 subhanahu wa ta’ala dalam Surah Ali Imran ayat 110 yang artinya:

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah daripada yang munkar, dan beriman kepada Allah.” 
Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan dengan pengertian yang
sempit. Dakwah bukan bermaksud untuk mengajak manusia melupakan tanggungjawab
 bekerja dan melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja itu sendiri
merupakan satu amal ibadah apa lagi jika ianya diniatkan kerana Allah  subhanahu wa ta’ala
dan dilaksanakan dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas. Usaha dakwah juga jangan

ditafsirkan sebagai ‘hendak tunjuk alim’ atau ‘hendak tunjuk pandai’. Jika begitu, semua
orang akan takut untuk berdakwah kerana seorang Da’i yang memberikan dakwah tidak mau

dipandang sebagai penyibuk manakala yang menerima dakwah pula berasa tidak selaras dan
menganggap konteks dakwah itu sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Adapun ganjaran usaha dakwah. Firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat 104 :

‫ر‬ ‫ٱ‬  ‫ع‬  ‫ن‬‫و‬  ‫روف‬ ‫ب‬  ‫رون‬‫و‬  ‫ر‬‫ٱ خ‬  ‫ ى‬  ‫ن‬‫ع‬  ‫ة‬ ‫أ‬  ‫م‬   ‫و ت‬
 
‫ن‬ ‫ن‬  ‫ٱ‬ ‫هم‬ ‫وأو ئك‬ 

Artinya “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah

orang-orang yang beruntung."

Sebagai da’i di dalam konteks dunia pekerjaan, seseorang itu perlulah terlebih dahulu

memperlengkapkan dirinya supaya usaha dakwahnya akan menjadi sempurna. 

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS10
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu


menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus

dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar


menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu,
supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global.
Iptek adalah sarana hidup manusia untuk mampu dengan mudah menguasai dunia.
Setiap muslim wajib mencari iptek, baik guna meraih kebahagian dunia dan akhirat.
Iptek tanpa landasan agama, tanpa landasan moral, maka akan berdampak tak sekadar
dosa, tetapi juga akan berakibat negaif bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu ilmuwan

muslim harus giat agar berada pada garis depan dalam penguasaan iptek. Sejarah masa
keemasan Islam di Timur Tengah membuktikan bahwa ilmuwan muslim mampu berada

di garis depan dalam penguasaan iptek; Oleh sebab itu tiada kendala bagi ilmuwan
muslim masa kini untuk mengulang kembali sukses masa lalu tersebut.
Konsep pengembangan masyarakat islam dapat diserupakan dengan pengembangan

 prilaku individu dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. pengembangan


masyarakat Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat. Model pengembangan masyarakat Islam ini menunjuk kepada model
 pemberdayaan tiga potensi dasar manusia, yaitu potensi fisik, potensi akal dan potensi

kalbu.
Kata peranan menurut kajian sosiologis, berarti aspek dinamis dari status, dan status
adalah kedudukan seseorang atau kelompok yang diakui dalam masyarakatnya. Penting
 peranan penyuluh agama dalam pengembangan masyarakat secara konseptual, maka

 perlu menempatkan mereka dalam konteks atau serba kelembagaan dalam bidang
dakwah, sosial, ekonomi, budaya, politik dan pemerintahan. Mendukung penyuluh
agama sehingga dapat berperan dalam pengembangan masyarakat Islam. Adanya status
 penyuluh agama yang jelas sebagai pegawai negeri maupun tenaga honorer, adanya sikap
keterbukaan, kerjasama dan toleransi, mendapat penghasilan, memiliki kompetensi yang

relatif memadai dan sesuai dengan kondisi masyarakat.


Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami perubahan dan perubahan itu tidak
selalu lebih baik bahkan terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas
dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah, karena itu dakwah juga mengalami
 perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam era teknologi saat ini sudah selayaknya masyarakat Islam menunjukkan
eksistensinya dimata dunia. Perkembangan masyarakat Islam dituntut dalam segala

 bidang dan tetap berpegang teguh pada cita-cita dan perjuangan Rasulullah dalam
dakwah Islam. Untuk membuktikan perkembangan masyarakat Islam tersebut bukan saja
dengan jalan dakwah bil-lisan tetapi lebih ditunjukkan dengan dakwah bil-hal.

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS12
 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS11

DAFTAR PUSTAKA

http://gembullranran.blogspot.co.id/2014/05/
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.00

http://elmuqorrobin.blogspot.co.id/2014/12/dakwah-bil-hal.html
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.05

http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/dakwah-bil-hal-melalui-pengembangan-dan.html
Di akses pada tanggal 5 Juni pukul 14.10

 AIK III - Dakwah Bil Hal melalui pengembangan dan penerapan IPTEKS13

Anda mungkin juga menyukai