NASIKH MANSUKH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur‟an dan Hadist
Dosen Pengampu:
Dr. H. Moh. Toriquddin, Lc., M.HI
Oleh:
Rindi Yani (230201210043)
Ricky Dwi Septian (230201210044)
Abdullah Syarif (230201210053)
Dengan limpahan ucap syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah
telah menuntun kita kepada agama terang benderang ini yaitu Islam. Tak terlupakan
Toriquddin, Lc. M.HI. selaku dosen pengajar mata kuliah Studi Al-Qur‟an dan
kerjasamanya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan pembelajaran bagi mahasiswa agar dapat
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang. Demikian semoga makalah ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an sebagai pedoman pertama serta paling utama bagi umat Islam
yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril
dengan menggunakan bahasa arab. Namun hal ini menjadi permasalahan dan
perbedaan akibat perbedaan bahasa dan kapasitas berpikir pada setiap manusia
dalam memahami Al-Qur‟an karena orang arab sendiri yang berbahasa arab tidak
mudah untuk memahami maksud dari Al-Qur‟an itu sendiri terlebih bagi orang
yang non arab („ajam). Bahkan para sahabatpun ada yang keliru dan berbeda
ini menjadikan semangat para sahabat dan ulama‟ setelahnya untuk menghasilkan
cabang ilmu Al-Qur‟an sehingga memudahkan umat islam dalam memahami isi
adalah Asbabun Nuzul, Qira‟at, Muhkam Mutasyabih dan Nasikh Mansukh. Hal
ini dipandang penting dalam proses memahami isi atau maksud dari Al-Qur‟an
1
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M. Ag., Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an), (Kencana:
Jakarta, 2017), 5.
1
Berdasarkan ilmu-ilmu Al-Qur‟an yang ada, dalam Makalah ini akan
dijelaskan secara rinci tentang Nasikh Mansukh yang akan menerangkan tentang
apa itu Nasikh Mansukh, macam-macam beserta madzhabnya dan implikasi atau
hikmah dari adanya ilmu Nasikh Mansukh sehingga dapat menentukan maksud
ayat yang terkandung dalam Al-Qur‟an sehingga akan mengetahui hukum atau
norma yang terdapat dalam Al-Qur‟an sesuai dengan ijtihad para ulama‟.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
SAW. Agar dapat digunakan umat muslim sebagai pegangan hidup selama di
dunia dan di akhirat. Al-Qur'an menjadi prinsip dalam hidup umat muslim yang
berfungsi menata kehidupan baik di dunia ini ataupun kehidupan akhirat. Umat
pemahaman tentang isi dan pelajaran yang terkandung didalam Al-Qur'an. Pada
pembelajaran ini, terdapat banyak hal yang perlu dibahas secara mendalam, salah
satunya adalah Nasikh Mansukh, yang mana bagian tersebut merupakan hal yang
fundamental yang harus diketahui dan dipelajari oleh seorang muslim, terutama
syara‟ (lampau) dengan dalil syara‟ yang baru. Yang dimaksud pengangkatan
hukum yang ditetapkan terakhir (baru). Mansukh secara etimologi artinya “suatu
3
“hukum syara‟ yang menempati posisi awal, yang belum diubah dan belum
Mansukh adalah kitab Mabahits Fi Ulumul Al-Qur’an karya imam Manna Khalil
Al-Qattan. Dalam kitab ini dijelaskan tentang pengertian Nasikh Mansukh, syarat-
kekaburan Naskh, dan contoh-contoh Naskh.3 Berikut adalah contoh dari Nasikh
Mansukh menurut imam Manna Khalil Al-Qattan yaitu QS. Al-Baqarah ayat 115
الِلَ َو ِاس ٌع َعلِْي ٌم ِ ِ وِهلِلِ الْمش ِرق والْمغ ِرب فَاَي نما ت ولُّوا فَثم وجو ه.
ّالِل ۗ ا َّن ه
ّ ُ ْ َ َّ َ ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ّ َ
Artinya: “Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di
2
Anita Rahmalia dan Ridho Pramadya Putra, “Nasikh Mansukh”, El-Mu’jam, (Kebumen: Vol.2, No.1,
2022), 30. View of NASIKH WA AL-MANSUKH (iainu-kebumen.ac.id)
3
Imam Masrur, “Konsep Nasikh Mansukh Jalaluddin As-Suyuti dan Implikasi Metode Pengajaran di
Perguruan Tinggi”, Realita, (Kediri: Vol. 16, No.1, 2018), 7.
http://jurnallppm.iainkediri.ac.id/index.php/realita/article/view/65/61
4
ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد ِ ِ ِ ِ السم ۤا
َ َ ْ َ َ َ ْ َ ً ْ َ َ َ ُ َ َّ ك ِِف
ه ج و ل
ّ و ف
َ ۖ اهىه
ض ر ت ةَل ب ق َّك
ن يّلو نَل ف
َ ء َ ب َو ْج ِه ُّ
َ قَ ْد نَ هرى تَ َقل
maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka
Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran
dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.
syara‟ dari hukum lama menuju hukum baru yang bersumber dalil syara‟. Maka
dalam menasakh diperlukan dua unsur penting yaitu Nasikh dan Manshuk.
Dimana Nasikh merupakan dalil syara‟ yang sifatnya menghapus suatu hukum
(subjek), sedangkan Mansukh merupakan dalil syara‟ yang nantinya dihapus atau
diganti (objek).
wajib dipenuhi oleh mujtahid dan akan berakibat fatal jika salah dalam
5
Mansukh terlalu mendesak untuk digunakan sebagai sarana untuk memahami Al-
Qur'an. Sejumlah ulama juga percaya bahwa tiada kontradiksi pada setiap ayat di
kontradiktif tersebut.
diragukan).
Imam Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad bin Hambal sedangkan Imam
4
H.M. Arsyad Almakki, “Sejarah Al-Qur‟an dan Nasikh Mansukh”, Fikruna, (Yogyakarta: Vol.4,
No.2, 2022), 89. View of SEJARAH AL-QUR'AN DAN NASIKH MANSUKH (stitibnurusyd-
tgt.ac.id)
6
Syafii‟i, Ahli Zahir dan Ahmad merasa enggan menerima karena
Sunnah itu bukan lebih baik dari Al-Qur‟an dan bukan pula sebanding
dengannya.
Menasikh Sunnah dengan Al-Qur‟an ini dilarang oleh Syafi‟i. Sebab bila
Pembagian diatas merupakan hal penting yang harus diketahui agar tidak
asal dalam menaskh khususnya bagi imam mujtahid, hal ini berkaitan pula dengan
1. Ayat yang dinaskh lafal atau bacaannya akan tetapi tidak dengan
Umar bin Khattab dan Ubai bin Ka‟ab mengatakan bahwa kalimat: laki-
7
laki tua dan perempuan tua (sudah menikah) apabila berzina, maka
sekarang.5
2. Ayat yang dinasakh kandungan hukumnya akan tetapi tidak dengan lafal
atau bacaannya. Salah satu contohnya ayat „iddah satu tahun dalam QS.
Al-Baqarah ayat 240: “Dan orang-orang yang akan mati di antara kamu
rumah). Tetapi jika mereka keluar (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu
(mengenai apa) yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri dalam
„iddah 4 bulan 10 hari dalam QS. Al-Baqarah ayat 234: “Dan orang-
apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada dosa bagimu
mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka menurut cara
yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
5
Karunia Hazyimara, “Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur‟an”, Setyaki, (Makassar: Vol.1, No.1,
2023), 68. View of The Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur‟an (kalimasadagroup.com)
8
ayatnya. Karena Al-Qur‟an adalah firman Allah, dan bagi siapa yang
membaca berhak pahala baginya. Selain itu agar umat Islam mengetahui
sekaligus. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Nasa‟i dari Aisyah “dari
Aisyah, ia berkata bahwa Allah Swt. telah menurunkan ayat. Dan Al-
ketentuan itu dinaskh oleh lima susuan yang maklum. Ketika Rasulullah
wafat, lima susuan ini termasuk ayat Al-Qur’an yang dibaca.” Hadis di
Nasikh hanya terjadi pada perintah dan larangan, baik yang diungkapkan
dengan tegas dan jelas maupun yang diungkapkan dengan kalimat berita (khabar)
yang bermakna perintah (amar) atau larangan (nahy). Jika hal tersebut tidak
berhubungan dengan persoalan akidah, yang berfokus kepada Dzat Allah Swt,
sifat-sifat-Nya, para rasul-Nya dari hari kemudian, serta tidak berkaitan pula
6
Khoiron Nahdliyyin, Tekstualitas Al-Quran: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: LKiS,
2005), 152.
7
Khoiron Nahdliyyin, 152.
9
dengan etika dan akhlak atau dengan pokok-pokok ibadah dan mu‟amalah maka
tidak bisa dinasakh. Hal ini karena semua syari‟at ilahi tidak lepas dari pokok-
pokok tersebut. Nasikh tidak terjadi dalam berita atau kabar yang jelas-jelas tidak
bermakna talab (tuntutan, perintah atau larangan), seperti janji (al-wa‟d) dan
ancaman (al-wa‟id)
membaca, memahami serta menafsirkan al-Qur‟an. Namun ada beberapa hal yang
mansūk. Latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda dari setiap orang
serius adalah munculnya asumsi adanya kontradiksi antar ayat di dalam al-
Qur‟an8 Kontroversial nasikh mansukh muncul pada kalangan Mufassir dan para
ulama sejak para ulama tafsir menemukan kontradiksi dalam ayat al-Qur‟an dan
dikalangan para ulama dari ulama pada masa klasik, pertengahan hingga
8
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1997), h. 144.
10
Perbedaan pendapat para ulama tentang ada tidaknya nāsikh-mansūk
diantaranya:
hukum yang Allah tetapkan tetap berlaku dan tidak dihapuskan. Bebrapa
11
pertemuan dengan Kami berkata,‟Datangkanlah al-
(Kiamat).”
karena tidak ada yang serupa dengan al-Qur‟an, maka berlaku pula hal
jelasnya, maka dalam al-Sunnah tidak ada ucapan manusia pun yang
9
Imam al-Syafi‟i, al-Risalah, Edisi terjemahan, (Jakarta selatan: Penebit Buku Islam
Rahmatan),h.211-212.
12
serupa dengan al-Sunnah. Sehingga sebagaimana al-Qur‟an yang
memiliki nash yang jelas, maka al-Sunnah pun hanya dapat di nasakh
oleh al-Sunnah.
hal yang tidak berulang.10 Ibnu Hazm mempunyai pendapat bahwa boleh
ini berdasar pada hakikat al-Qur‟an dan al-Sunnah adalah wahyu yang
dalam QS. An-Najm [53] ayat 3 dan 4 yang artinya: “Dan tiadalah yang
maupun diam (ketetapan) nya merupakan wahyu dari Allah. Oleh karena
itu diperbolehkan, karena sama berasal dari Allah. Hal ini berlaku pula
10
Ibnu Hazm, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Kitab al-Islamiyyah, 1985),h. 475.
11
Ibnu Hazm , h. 518
12
Ibnu Hazm , h. 519
13
Argumen Imam Jalaluddin al-Suyuti dalam kitab al-Itqan fi Ulum al-
berasal dari sisi Allah. Serta mengenai argumen yang menyatakan bahwa
yang sama dengan Imam al-Syafi‟i dengan mengutip perkataan Imam al-
Syafi‟i.
14
diamalkan sebagaimana maksud Allah menurunkan ayat al-
dalil yang kuat, yaitu ayat al-Qur‟an QS. Al-An‟am [5] ayat 106 yang
tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”
Al-Razi menjadikan ayat tersebut dalil tidak adanya naskh dalam al-
Qur‟an, sehingga tidak ada ayat (wahyu) yang dihapuskan (tidak diikuti)
dalam al-Qur‟an.14
13
Imam Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Terjemah: Ulumul Qur‟an II, (Surakarta:
Indiva Pustaka, 2009), h. 175-190.
14
Firdaus, Studi Kritis Tafsir Mafatih al-Ghaib, Jurnal Mubarak, Vol 3, No. 1 (Sinjai, 2018),h. 59.
15
dan mansukh Ahmad Hassan tidak menganggap keduanya terjadi di
bahwa di dalam al-Qur‟an tidak ada satu pun ayat yang menunjukkan
bahwa ayat tertentu mansukh oleh ayat lain. Di dalam hadits pun tidak
terdapat hal tersebut (mansukh) dan tidak ada satu pun hadits yang
mengenai kata ayah dalam dalil adanya nasikh mansukh oleh jumhur
ulama yaitu QS. Al-Baqarah [2] ayat 106, mukjizat bukan kata ayah
15
Ahmad Zuhri, Jididn Mukti. Analisis Pandangan Ahmad Hssan terhadap Nasakh dalam al-Qur'an,
Jurnal Ibn Abbas, Vol. 4, No.1, (Medan: UIN Sumatera Utara, September 2021), h. 63.
16
kemudian Allah menggantinya dengan mukjizat yang lebih baik atau
sebanding dengannya.16
suatu hukum ayat. Jika suatu ketika hukum tersebut tidak dibutuhkan lagi,
kontradiksi ayat yang satu dengan ayat yang lain. Jika memang ada
ayat yang bertentangan maka hal itu bukan dari Allah. Disebutkan
dalam QS. Al-Nisa [4] ayat 82 yang artinya: "Maka apakah mereka
16
Ahmad Zuhri, h. 64.
17
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,(Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2006), h. 158.
17
Hasbi ash-Shiddiqie menanggapi argumen pendukung nasikh
Quran itu ada yang batal. Padahal Allah berfirman dalam QS.
18
Hasbi ash-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan tafsir, cet.III, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2010), h. 94-95.
18
zaman, kehidupan masyarakat telah berbeda. Dahulu Allah Swt menurunkan
pada masa itu, yang hingga saat ini hukum itu masih dipergunakan. Sehingga
hal tersebut menjadikan hukum seperti kaku dan tidak bisa pula menjadi
menafsirkan Alquran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya
dilihat dari dua periode, yaitu terdapat pada periode klasik dan periode
1. Periode Klasik
Makna naskh yang ditetapkan oleh para ulama ialah mengangkat atau
menghapuskan hukum syara‟ dengan hukum syara‟ lainnya. Para ulama yang
menganut teori naskh mengakui proses tahapan pengiriman wahyu ilahi yaitu
agama, yang mana jika hukum itu sekiranya diberikan secara sekaligus maka itu
19
Risa Fadhilah, “Konsep Nasikh Mansukh Di Era Modern Dalam Prespektif Imam Al-Tabathaba‟i”,
Jurnal Studi Hukum Islam: Isti’dal, no.(2021):307.
19
hukum tersebut secara tahap demi tahap, sesuai dengan kebutuhan hukum waktu
itu. Maka jika ada hukum yang dinaskh itu bukan hukum yang berlaku abadi.
Jumhur ulama, berpendapat bahwa naskh adalah suatu hal yang dapat diterima
akal dan telah pula terjadi dalam hukum-hukum syara‟.20 Dalilnya adalah:
Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa
Rad/13:39).
Konsep naskh yang dibawa oleh para ulama klasik adalah berdasarkan Alquran
Artinya: “Dan apabila kami letakan suatu ayat ditempat ayat yang lain sebagai
20
Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Manna’ Khalil al-Qattan (Bogor: Litera AntarNusa, 2016),
334.
20
karena pendekatan antara tokoh-tokoh yang berbeda-beda sehingga menyebabkan
Disamping itu, telah disepakati oleh para ulama bahwa terjadinya naskh itu
hanyalah pada masa Nabi Muhammad dan tidak terjadi naskh mansukh itu
sesudah nabi wafat.22 Kemudian jika konsep naskh diterapkan pada masa periode
klasik ini (padahal ulama cenderung memahami naskh adalah penghapusan) maka
mengurangi fungsi al-Qur'an sebagai hidayah. Karena harus "dibuang" maka tidak
2. Periode Kontemporer/Modern
sesuatu menjadi jauh, mulai dari cara berpikir, berperilaku, kebiasaan dan segala
sesuatu yang serba digital dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tidak dapat
dipungkiri bahwa hal ini akan mengubah hukum yang ada di masyarakat, dengan
21
Rolly,”Al-Nasikh Wa Al-Mansukh dan Implikasinya Dalam Penafsiran Al-Qur‟an”(Undergraduate
thesis,Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003).
22
https://aliboron.wordpress.com/2010/10/25/nasikh-dan-mansukh-dalam-al-quran-berbagai-
perspektif/
21
perdebatan karena perbedaan pendapat dari para ulama, sehingga dalam hal ini
menjadikan Alquran semakin abstrak jika tidak dikaji melalui banyak pendekatan.
bahwa naskh bisa saja memiliki arti penghapusan atau penangguhan ayat yang
datang belakangan oleh ayat yang turun terlebih dahulu, apabila memang kondisi-
diperlukan maka dapat kembali diaktifkan pada kesempatan lain sesuai dengan
kebutuhannya. Maka ini yang dimaksud dengan “intiqal min nas ila nas” yaitu
peralihan dari teks yang telah berfungsi sesuai dengan tujuannya ke teks lain yang
tertunda menunggu waktu yang tepat. Cara kerja naskh yang dilakukan oleh
ayat madaniyah sebagai nasikh dan ayat makkiyah sebagai mansukh. Berbeda
sebaliknya, karena menurut beliau ayat Makiyah adalah ayat yang bersifat
universal dan tidak diskriminatif, lebih relevan bagi kehidupan umat manusia saat
qur'an secara utuh dan mampu menjawab tantangan zaman. Hal ini disebabkan
23
Ahmad Taufiq, “Pemikiran Abdullah Ahmed An-Naim tentang Dekontruksi Syariah sebagai Sebuah
Solusi”, International Journal Ihya’ Ulum Al-Din, no.2(2018): 160.
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/4044/Pemik%20an-Naim
22
oleh tidak adanya naskh dalam arti penghapusan, maka ayat-ayat yang disebut
dimana ayat-ayat tersebut cocok dan dapat diterapkan pada suatu masa tertentu.
Sejumlah ulama meyebutkan bahwa ada beberapa hikmah yang dapat diambil
membuktikan bahwa atas kuasa Allah lah syariat Islam dapat diubah serta
ditetapkan.
b. Sebagai bentuk ujian bagi kita untuk membuktikan dengan jelas golongan
umat yang memilih taat pada syariat atau golongan umat yang memilih
untuk menentang.
naskh tersebut berubah menjadi hukum yang semakin berat tentu akan
dimana hal tersebut merupakan tujuan pokok adanya syariat agama Islam
23
e. Dapat menaikkan tingkat iman kita kepada Allah SWT tentang kejadian
24
Anita Rahmalia dan Ridho Pramadya Putra, “Nasikh Wa Al-Mansukh”, El-Mu’jam:Jurnal Kajian Al
Qur’an dan Hadis, no.1(2022):36-37 https://ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/el-mujam
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nasikh mansukh merupakan salah satu metode dalam ulumul Qur‟an
dengan Mutawatir, Ahad dengan Ahad, Ahad dengan Mutawatir dan Mutawatir
dengan Ahad).
penghapusan hanya pada bagian tertentu dan salah satunya saja dan terdapat
beberapa ulama‟ yang menerima dan menolak pada konsep Nasikh Mansukh
dalam Al-Qur‟an sesuai dengan dalil dan pandangan ulama‟ sehingga tidak bisa
kini sehingga terdapat dua zaman dalam pengajiannya yakni zaman klasik dan
sesuai perkmebangan zaman namun hal ini memiliki hikmah yang dapat diambil
25
dan dijadikan pelajaran dengan adanya Nasikh Mansukh pada Al-Qur‟an yaitu
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
26
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddiqie Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan tafsir, cet.III,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010)
Al-Syafi‟i Imam, al-Risalah, Edisi terjemahan, (Jakarta selatan: Penebit Buku Islam
Rahmatan)
AS Mudzakir, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Manna’ Khalil al-Qattan (Bogor: Litera
AntarNusa, 2016)
Arsyad M. Almakki, “Sejarah Al-Qur‟an dan Nasikh Mansukh”, Fikruna,
(Yogyakarta: Vol.4, No.2, 2022) View of SEJARAH AL-QUR'AN DAN
NASIKH MANSUKH (stitibnurusyd-tgt.ac.id)
Drajat Prof. Dr. H. Amroeni, M. Ag., Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu Al-
Qur’an), (Kencana: Jakarta, 2017)
Fadhilah Risa, “Konsep Nasikh Mansukh Di Era Modern Dalam Prespektif Imam Al-
Tabathaba‟i”, Jurnal Studi Hukum Islam: Isti’dal, no.(2021)
Firdaus, Studi Kritis Tafsir Mafatih al-Ghaib, Jurnal Mubarak, Vol 3, No. 1 (Sinjai,
2018)
Hazm Ibnu, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Kitab al-Islamiyyah, 1985)
Hazyimara Karunia, “Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur‟an”, Setyaki, (Makassar:
Vol.1, No.1, 2023) View of The Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur‟an
(kalimasadagroup.com)
Jalaluddin Imam al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Terjemah: Ulumul Qur‟an II,
(Surakarta: Indiva Pustaka, 2009)
Masrur Imam, “Konsep Nasikh Mansukh Jalaluddin As-Suyuti dan Implikasi Metode
Pengajaran di Perguruan Tinggi”, Realita, (Kediri: Vol. 16, No.1, 2018)
http://jurnallppm.iainkediri.ac.id/index.php/realita/article/view/65/61
Mustafa Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,(Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2006)
Nahdliyyin Khoiron, Tekstualitas Al-Quran: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an,
(Yogyakarta: LKiS, 2005)
Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur‟an
https://aliboron.wordpress.com/2010/10/25/nasikh-dan-mansukh-dalam-al-quran-
berbagai-perspektif/
27
Quraish M. Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1997)
Rahmalia Anita dan Ridho Pramadya Putra, “Nasikh Wa Al-Mansukh”, El-
Mu’jam:Jurnal Kajian Al Qur’an dan Hadis, no.1(2022) https://ejournal.iainu-
kebumen.ac.id/index.php/el-mujam
Rolly ”Al-Nasikh Wa Al-Mansukh dan Implikasinya Dalam Penafsiran Al-
Qur‟an” (Undergraduate thesis, Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2003).
Taufiq Ahmad, “Pemikiran Abdullah Ahmed An-Naim tentang Dekontruksi
Syariah sebagai Sebuah Solusi”, International Journal Ihya’ Ulum Al-Din,
no.2(2018)
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/4044/Pemik%20an-Naim
Zuhri Ahmad, Jididn Mukti. Analisis Pandangan Ahmad Hssan terhadap
Nasakh dalam al-Qur'an, Jurnal Ibn Abbas, Vol. 4, No.1, (Medan: UIN Sumatera
Utara, September 2021)
28