Anda di halaman 1dari 18

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANNYA

DOSEN PENGAJAR :
DR. ST. SALEHA MADJID. S.AG.,M.HI

KELOMPOK 1

ANDIKA SAFAR (105351100222)


M. ZACKI MUBARAK (105351101822)
SURYA FEBRIAN (105351102022)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


JL. SULTAN ALAUDDIN NO. 259 MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar dan baik. Shalawat dan salam tersanjungkan kepada junjungan kita,
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama Islam ini.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Dr.
ST. Saleha Madjid. S.Ag.,M.HI atas bimbingannya selaku dosen pengampu
dalam mata kuliah ini.
Kami mengetahui bahwasanya dalam makalah ini akan terdapat banyak
kekurangan ataupun kesalahan baik dari segi isi maupun penulisannya maka dari
itu adanya saran yang membangun benar-benar kami terima dengan terbuka guna
untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap bahwasanya selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyahan, makalah kami ini sekiranya dapat menjadi
tambahan referensi bagi para pelajar khususnya mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Makassar terkait mata kuliah atau pembahasan diskusi yang
sama.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Studi Al-Qur’an....................................................... 2
2.2. Ruang Lingkup Studi Al-Qur’an............................................... 5
2.3. Sejarah Perkembangan Studi Al-Qur’an................................... 9
2.4. Tokoh-tokoh Ulumul Qur’an dan Karyanya………………… 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Kesimpulan .............................................................................. 14
3.2. Saran.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam, sebuah mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan, panduan serta
pedoman hidup bagi segenap kaum muslim karena di dalamnya terkandung
aqidah, ibadah, hukum-hukum, akhlak, dan sejarah.
Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya (Choiruddin
Hadliri:1993) Dengan demikian, untuk dapat memahami ajaran Islam secara
sempurna, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami Al-
Qur’an.1
Berdasarkan uraian diatas, sangatlah penting bagi setiap umat muslim
memahami dan mempelajari Al-Qur’an sebagai panduan dan pedoman hidup,
agar senantiasa selamat, tidak terjerumus dalam lubang kesesatan yang penuh
kemaksiatan, dan mendapat keberkahan dalam menjalani hidup, baik di Dunia
maupun di Akhirat kelak. Amin Allahumma amin.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Studi Al-Qur’an?
2. Apa saja ruang lingkup Studi Al-Qur’an?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Studi Al-Qur’an?

1.3. Tujuan Masalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui dan memahami
pengertian, ruang lingkup, serta sejarah perkembangan Studi Al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Studi Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah kitab Allah yang berisi kalam dari Yang Maha Suci,
mukjizat Nabi Muhammad yang abadi, diturunkan kepada sorang Nabi yang
terakhir yakni Nabi Muhammad saw, penutup para Nabi dan Rasul dengan
perantaraan malaikat Jibril alaihissalam.
Dari segi bahasa Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata ulum dan Al-Quran. Kata ulum merupakan bentuk jamak dari kata ilmu.
Adapun Al-Quran sebagaimana didefinisikan oleh ulama ushul, ulama fiqh
dan ulama bahasa (Syahbah, 1992 : 18) adalah:
ِ ُ ‫املت َعبَّ َد بِتِالَوتِِه املْن ُق‬ ِ ‫حُم َّم ٍد صلَعم‬ ‫اهلل الْ ُمَنَّزل ُ َعلَى نَبِْي ِه‬
ِ ‫َكاَل م‬
ُ ُ‫ول بالت ََّواتُِر الْ َمكْت‬
‫ب‬ َ َ ‫املعجُز‬
ْ َْ َ َ ُ
.‫ف ِم ْن اََّو ِل ُس ْو َرةُ الْ َفاحِت َ ِة اِىَل اَ ِخ ِر ُس ْو َرةُ النَّاس‬ ِ ‫يِف الْمص‬
ِ ‫اح‬
َ َ ْ
Artinya: “Kalam Allah yang diturunkan kapada Nabi-Nya, Muhammad SAW
yang lafadzh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mengandung
nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf, mulai
dari awal surat Al-fatihah sampai akhir surat An-Naas”.
Adapun mengenai definisi Ulumul Quran berdasarkan istilah, para
ulama mengungkapkannya dengan redaksi yang tidak terlalu berbeda
sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Menurut Manna al-Qaththan: Ulumul Quran adalah ilmu yang mencakup
pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran dari sisi informasi tentang
asbab al-nuzul (sebab-sebab turunya al-Quran), kodifikasi dan tertib
penulisan al-Quran, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan
ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (Madaniyah), dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan al-Quran”. (Al-Qaththan, 1973 : 15)

2
2. Menurut al-Zarqani : Ulumul Quran adalah beberapa pembahasan yang
berkaitan dengan al-Quran dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi,
cara membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, penolakan hal-hal yang
dapat menimbulkan keraguan terhadapnya serta hal lainnya”. (Abd.
Azhim, tt : 27)
3. Menurut Abu Syahbah: Ulumul Quran adalah ilmu yang memiliki objek-
objek pembahasan yang berhubungan dengan al-Quran, mulai dari proses
penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca,
penafsiran, kemukjizatan nasikh-mansukh, muhkammutasyabih, serta
pembahasan lainnya. (Syahbah, 1992 : 25)
4. Menurut Ash-Shabuny: Ulumul Quran adalah seluruh pembahasan yang
berhubungan dengan al-Quran al-Karim yang abadi, baik dari segi
penyusunannya, pengumpulannya, sistematikanya, perbedaan antara surat
Makiyah dan Madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh,
pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta
pembahasan lain yang berhubungan dengan al-Quran al-Majid”. (Ash-
Shabuny, 1991 : 14)2
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh para ulama diatas,
pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang berarti, justru sepakat dalam
dua hal penting; Pertama, bahwa Ulumul Qur’an adalah sejumlah ilmu
pengetahuan yang membahas tentang Al-Qur’an. Kedua, masing-masing
membuka peluang kemungkinan masuknya aspek lain ke dalam pembahasan
Ulumul Qur’an, dengan artian bahwa tidak adanya batasan yang pasti tentang
jumlah ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori Ulumul Qur’an.
Sedangkan perbedaan yang terlihat ialah hanya pada aspek
pembahasan yang disampaikan, yang mana menurut penulis, semata-mata
hanya sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman terhadap definisi yang
dimaksud.

3
Dengan demikian, yang dimaksud Ulumul Qur’an adalah sejumlah
ilmu pengetahuan yang secara khusus membahas tentang Al-Qur’an dari
berbagai aspeknya. Sehingga sangat sulit untuk menentukan berapa banyak
cabang dari ilmu ini.
Mengenai kemunculan istilah Ulumul Qur’an untuk pertama kalinya,
para penulis menyatakan bahwa istilah ini muncul pada abad VI Hijriah oleh
Abu Al-Farj bin Al-Jauzi. Pendapat ini disitir pula oleh Asy-Suyuthi dalam
pengantar kitab Al-itqan. Az-Zarqani menyatakan bahwa istilah itu muncul
pada awal abad V Hijriah melalui tangan Al-Hufi (w. 430 H) dalam karyanya
yang berjudul Al-Burhan fi Ulumul Qur’an .
Analisis lain dikemukakan oleh Abu SyahbahDengan merujuk kepada
kitab Muqaddimatanifi ‘ulum A1-Qur’an yang dicetak tahun 1954 dan diedit
oleh Arthur Jeffri, seorang orientalis kenamaan, Syahbah berpendapat bahwa
istilah ‘Ulumul Qur’anmuncul dengan ditulisnya kitab Al-Mabani fi Nazhm
Al-Ma’aniyang ditulis tahun 425 H (abad V H). Sayangnya, penulis kitab itu
belum ditemukan sampai sekarang. Kitab yang hasil cetakannya mencapai
250 halaman itu menyajikan pembahasan-pembahasan tentang makki-
madani, nuzul Al-Qur’an, kodifikasi Al-Qur’an, penulisan dan mushaf,
penolakan terhadap berbagai keraguan menyangkut pengkodifikasi Al-Qur’an
dan penulisan mushaf, jumlah surat dan ayat, tafsir, ta’wil, muhkam-
mutasyabih, turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (sab’ah ahruf) dan
pembahasan-pembahasan lainnya. Lebih lanjut, Syahbah mengkritik analisis
yang dikemukakan oleh Az-Zarqani. Kritiknya itu menyangkut embel-embel
“Ulumul Qur’an” pada kitab Al-Burhan fi ‘Ulumul Qur’an yang dinyatakan
oleh Az-Zarqani sebagai kitab ‘Ulumul Qur’an yang pertama kali muncul.
Persoalannya, Az-Zarqani menyatakan juz I kitab itu hilang. Lalu, dari mana
ia memperoleh nama kitab itu? Tetapi setelah dilakukan pengecekan terhadap
kitab KasyfAzh-Zhunun, menurut Syahbah, ternyata kitab itu bernama Al-
Burhan fi Tafsir Al-Qur’an.

4
2.2. Ruang Lingkup Studi Al-Qur’an
Ruang lingkup Ulumul Qur’an/Studi Al-Qur’an adalah segala
pembahasan yang sangat luas mengenai Al-Qur’an, karena begitu luasnya
cakupan kajian Ulumul Qur’an, maka para ulama’ harus mengakhiri definisi
yang mereka buat dengan ungkapan ‘dan lain-lain’. Ungkapan ini
menunjukkan, kajian Ulumul Qur’an tidak hanya hal-hal yang disebutkan
dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang secara keseluruhan tidak
mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w. 554 H), seperti yang
dikutip oleh Az-Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup 77.450
ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan pendapat
sebagian kaum salaf yang melihat bahwa setiap kata dalam Al-Qur’an
mempunyai makna lahir dan batin, selain itu terdapat pula hubungan-
hubungan dan susunan-susunannya. Dengan demikian, ilmu ini tidak terkira
banyaknya dan hanya Allah sajalah yang mengetahui secara pasti.
Dari sekian banyak cakupan Ulumul Qur’an, yang menjadi induk atau
fokus utamanya adalah tauhid, tadzkir (peringatan), dan hukum. Tauhid
mencakup banyak hal, antara lain pengetahuan tentang makhluk, Sang
Pencipta, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Yang termasuk
dalam Tadzkir adalah al-wa’d (Janji balasan kebijakan), al-waid (Janji
ancaman), surga dan neraka serta penyucian lahir dan batin, hal yang
bermanfaat, dan hal-hal yang dapat mendatangkan kemudaratan.3
Mengenai hal ini, M. Hasbi Ash-Shiddiqy (1994:100) berpendapat
bahwasanya ruang lingkup bahasan Ulumul Qur’an terdiri atas enam macam
pembahasan diantaranya:
1. Pembahasan turunnya al-Quran (nuzulul Quran)
Persoalan ini menyangkut tiga hal :
a. Waktu dan tempat turunnya al-Quran
b. Sebab-sebab turunnya al-Quran (asbab al-nuzul)
c. Sejarah turunya al-Quran (tarikh al-nuzul)

5
2. Pembahasan Sanad (rangkaian para periwayat)
Persoalan ini menyangkut enam hal :
a. Riwayat mutawatir
b. Riwayat ahad
c. Riwayat syadz
d. Macam-macam qira’at nabi
e. Para perawi dan penghapal al-Quran
f. Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul)
3. Pembahasan qira’at (cara pembacaan al-Quran)
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini :
a. Cara berhenti (waqaf)
b. Cara memulai (ibtida’)
c. Imalah
d. Bacaan yang diperpanjang (mad)
e. Bacaan hamzah yang diringankan
f. Bunyi huruf yang sukun dimasukkan pada bunyi sesudahnya
(idgham)
4. Pembahasan kata-kata al-Quran
Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut ini :
a. Kata-kata al Quran yang asing (gharib)
b. Kata-kata al-Quran yang beubah-ubah harakat akhirnya (mu’rab)
c. Kata-kata al-Quran yang mempunyai makna serupa (homonim)
d. Padanan kata-kata al-Quran (sinonim)
e. Isti’arah, dan
f. Penyerupaan (tasybih)
5. Pembahasan makna-makna al-Quran yang berkaitan dengan hukum
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut :
a. Makna umum (‘am) yang tetap keumumannya
b. Makna umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus
c. Makna umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunah
d. Nash

6
e. Makna lahir
f. Makna global (mujmal)
g. Makan yang diperinci (mufashshal)
h. Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq)
i. Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j. Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k. Nash yagn musykil ditafsirkan karena terdapat kesamaran
didalamnya (mutasyabih)
l. Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat
pada kata itu sendiri (musykil)
m. Ayat-ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikh-
mansukh)
n. Ayat-ayat yang didahulukan (muqaddam)
o. Ayat yang diakhirkan (mu’akhkhar)
6. Pembahasan makna al-Quran yang terkait dengan kata-kata al-Quran
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini :
a. Berpisah (fashl)
b. Bersambung (washl)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang ( ithnab)
e. Uraian seimbang (musawah)
f. Pendek (qashr).4

Namun demikian, diantara sekian banyak cabang dari ulum al-


Qur’an tersebut, menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy (1990), ada 17 cabang
di antaranya yang paling utama, yaitu :
1. Ilm Mawatin al-Nuzul , yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat
turunnya ayat.
2. Ilm Tawarikh al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan
masa turunnya ayat dan tertib turunnya.

7
3. Ilm Asbab al-Nuzul, yaitu ilnu yang menerangkan sebab-sebab yang
melatar belakangi turunya ayat.
4. Ilm Qira’ah, yaitu yang menerangkan tentang macam-macam bacaan
Al-Qur’an, mana yang sahih dan mana yang tidak sahih.
5. Ilm al-Tajwid, yaitu ilmu tentang cara membaca Al-Qur’an, tempat
memulai dan pemberhentiannya, dan lain-lain.
6. Ilm Garib al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang makna kata-
kata (lafal) yang ganjil, yang tidak lazim digunakan dalam bahasa
sehari-hari.
7. Ilm I’rab al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang kedudukan
suatu lafal dalam kalimat (ayat), begitu pula tentang harakatnya.
8. Ilm Wujud wa al-Nazarir, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang lafal-
lafal dala Al-Qur’an yang meiliki banyak arti, dan menerangkan makna
yang dimaksud pada suatu tempat.
9. Ilm Ma’rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih, yaitu ilmu yang membahas
tentang ayat-ayat yang dipandang muhkam dan ayat-ayat yang dianggap
mutasyibah.
10. Ilm Nasikh wa al-Mansukh, yaitu imu yang menerangkan tentang ayat-
ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian ulama.
11. Ilm Bada’ii al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang keindahan
susunan ayat-ayat Al-Qur’an, menerangkan aspek-aspek kesusasteraan
Al-Qur’an, serta ketinggi balagahnya.
12. Ilm I’jaz al-Qur’an, yaitu ilmu yang secara khusu membahas tentang
segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an.
13. Ilm Tanasub Ayat al-Quran, yaitu ilmu yang membahas tentang
kesesuaian suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
14. Ilm Aqsam al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang arti dan tujuan
sumpah Tuhan dalam Al-Qur’an.
15. Ilm Amsal al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-
perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur’an.

8
16. Ilm Jidal al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk
debatan yang dikemukakan dalam Al-Qur’an, yang ditujukan kepada
segenap kaum musyrikin, dan lain-lain.
17. Ilm Adab Tilawah al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas segala aturan
yang harus dipakai dan dilaksanakan dalam membaca Al-Qur’an.5

Ilmu-ilmu Al-Qur’an yang demikian banyak, amat penting dalam


memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, sehingga sebagian ulama
menyebutkan Ulumul Qur’an dengan istilah usul At-Tafsir, dan nama-nama
ilmu tafsir.

2.3. Sejarah Perkembangan Studi Al-Qur’an


Sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, Ulumul Qur’an tidak
lahir sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan.
Istilah Ulumul Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal pertumbuhan
Islam. Istilah ini baru muncul pada abad ke-3, tapi sebagian ulama
berpandangan bahwa istilah ini lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada
abad ke 5. Karena Ulumul Qur’an dalam arti, sejumlah ilmu yang membahas
tentang Al-Qur’an, baru muncul dalam karya Ali bin Ibrahim al-Hufiy
(w.340), yang berjudul al-Burhan fiy Ulum al-Quran (Al Zarqaniy :35).
Untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan Ulumul Qur’an
, berikut ini akan diuraikan secara ringkas sejarah perkembangannya.
Pada masa Rasulullah saw, hingga masa kekhalifahan Abu Bakar (12
H–13 H) dan Umar (12 H-23H) ilmu Al-Qur’an masih diriwayatkan secara
lisan. Ketika zaman kekhalifahan Usman (23H-35H) dimana orang Arab
mulai bergaul dengan orang-orang non Arab, pada saat itu Usman
memerintahkan supaya kaum muslimin berpegangan pada mushaf induk, dan
membakar mushaf lainnya yang mengirimkan mushaf kepada beberapa
daerah sebagai pegangan.

9
Selanjutnya, pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, (35H-40H)
beliau telah memerintahkan Abu al-Aswad al-Duwali (w.69 H) untuk
meletakkan kaidah-kaidah bahasa Arab. Usaha yang dilakukan oleh Ali
tersebut, dipandang sebagai peletakan dasar ilmu I’rab al-Qur’an.
Adapun tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ulum al-
Qur’an melalui periwayatan, adalah :
1. Khulafa al-Rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin
Ka’ab, Abu Musa al-Asya’ariy, dan Abdullah bin Zubair. Mereka itu dari
golongan sahabat.
2. Mujahid, Ata, Takrimah, Qatadah, Hasan Basri, Said bin Jubair, dan Zaid
bin Aslam. Mereka golongan tabi’in di Madinah.
3. Malik bin Anas, dari golongan tabi’I tabi’in, beliau memperoleh ilmunya
dari Zaid bin Aslam.
Mereka inilah yang dianggap orang-orang yang meletakkan apa yang
sekarng ini dikenal dengan ilmu tafsir, ilmu Asbab al-Nuzul, ilmu Nasikh dan
Mansukh, ilmu Gharib al-Qur’an, dan lain-lain. (Al Zarqaniy : 30 – 31)
Pada abad ke-2 hijriah, upaya pembukaan Ulumul Qur’an mulai
dilakukan, namun pada masa ini perhatian ulama lebih banyak terfokus pada
tafsir. Diantara ulama tafsir pada masa ini adalah : Sufyan Sau’ry (w.161 H),
Sufyan bin Uyainah (w.198 H). wakil-wakil al-Jarah (w.197 H), Sybah bin al-
Hajjaj (w.160 H). Muqatil bin Sulaiman (w.150 H). Tafsir-tafsir mereka
umumnya memuat pendapat-pendapat sahabat dan tabi’in. (Abu Syahbah:
1992)
Pada masa selanjutnya, abad ke-3 H, muncullah Muhammad ibn Jarir
al-Tabariy (w.310 H) yang menyusun kitab tafsir yang bermutu karena
banyak memuat hadis-hadis sahih, ditulis dengan rumusan yang baik. Di
samping itu, juga memuat I’rab dan kajian pendapat. Pada masa ini juga telah
disusun beberapa Ulumul Qur’an yang masing-masing berdiri sendiri, antara
lain: Ali ibn al-Madiniy (w.234 H) menyusun kitab tentang asbab al-nuzul,
Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (w.224 H) menyusun kitab tentang naskh
dan mansukh. Ibnu Qutaibah (w.276 H) menyusun kitab tentang musykil al-

10
Qur’an, Muhammad bin Ayyub al-Darls (294 H) menyusun tentang ayat yang
turun di Mekah dan Madinah. Dan Muhammad ibn Khalf ibn al-Mirzaban
(w.309) menyusun kitab al-Hawiy fiy Ulumul -Qur’an.(Subhiy Salih: 1977)
Pada abad ke 4 H, lahir beberapa kitab Ulumul Qur’an, seperti: Aja’ib
Ulumul -Qur’an karya Abu Bakar Muhammad ibn al-Qasim al-Anbary
(w.328 H), dalam kitab ini dibahas tentang kelebihan dan kemuliaan Al-
Qur’an, turunnya Al-Qur’an dalam tujuh huruf, penulisan mushaf, jumlah
surah, ayat dan kata dalam Al-Qur’an. Di samping itu, Abu al-Hasan al-
Asy’ary (w.324 H) menyusun kitab al-Mukhtazan fiy Ulum al-Quran, Abu
Bakar al-Sajastaniy (w.330 H) menyusun kitab tentang Gharib al-Qur’an,
Abu Muhammad al-Qasab Muhammad ibn Ali al-Karkhiy (w.sekitar 360 H)
menyusun kitab Nakt al-Qur’an al-Dallah al-Bayan fiy Anwa al-Ulum wa al-
Ahkam al-Munabbiah’an Ikhtilaf al-Anam. Pada masa ini juga Muhammad
ibn Ali al-Adfawiy (w.388 H) menyusun al-Istigna’ fiy Ulumul Qur’an .
Selanjutnya, pada abad ke-5 muncullah Ali bin Ibrahim ibn Sa’id al
Hufiy (w.430 H) yang menghimpun bagian-bagian dari Ulumul Qur’an dalam
karyanya al-Burhan fiy Ulumul Qur’an . Dalam kitabnya ini, beliau
membahas Al-Qur’an menurut suruh dalam mushaf, selanjutnya beliau
menguraikannya berdasarkan tinjauan al-Nahwu dan al-Lugah, kemudian
mensyarahnya dengan tafsir bi al-Masur dan tafsir bi al-Ma’qul, lalu
dijelaskan pula tentang waqaf (aspek qira’at), bahkan tentang hukum yang
terkandung dalam ayat. Atas dasar inilah maka ulama menganggap al-Hufiy
sebagai tokoh pertama yang membukukan Ulumul Qur’an.(Manna al Qattan :
1973)
Selanjutnya, pada abad ke-6, Ibn al-Jauziy (w.597 H) menyusun kitab
Funun al-Afinan fiy Ulumul Qur’an , dan kitab al-Mujtaba fiy Ulum
Tata’allaq bi al-Qur’an. Selanjutnya disusul oleh Alamuddin al-Sakhawiy
(w.641 H) pada abad ke-7 H dengan kitabnya yang berjudul Jamal al-Qurra
wa Kamal al-Iqara, kemudian Abu Syamah (w.665 H) menyusun kitab al-
Mursyid al-Wajid fiy Ma Yata’allahq bi al-Qur’an al-Aziz. Pada abad ke-8 al-
Zarkasyi (w.794 H) menyusun kitab al-Burhan fiy Ulumul Qur’an . Lalu pada

11
abad ke-9, Jalal al-Din al-Bulqniy (w.824 H) menyusun kitab Mawaqi’ al-
Ulum fiy Mawaqi al-Nujum. Pada masa ini pula Jalal al-Din al-Sayoty (w.911
H) menyusun kitab al-Tahbir fiy Ulum al-Tafsir dan kitab al-itqan fiy Ulumul
Qur’an .
Setelah wafatnya al-Sayuti pada tahun 911 H, seolah-olah
perkembangan Ulumul -Qur’an telah mencapai puncaknya, sehingga tidak
terlihat penulis-penulis yang memiliki kemampuan seperti beliau. Hal ini
menurut Ramli Abdul Wahid (1994) disebabkan karena meluasnya sikap
taklid di kalangan umat Islam, yang dalam sejarah ilmu-ilmu agama
umumnya mulai berlangsung setelah masa al-Sayuti (awal abad ke -10 H)
sampai akhir abad ke-13 H.
Selanjutnya, sejak penghujung abad ke-13 H hingga saat ini, perhatian
ulama terhadap Ulumul Qur’an bangkit kembali. Pada masa ini pembahasan
dan pengkajian Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada cabang-cabang Ulumul
Qur’an yang ada sebelumnya, melainkan telah berkembang, misalnya
penterjemah Al-Qur’an kedalam bahasa asing. Juga telah disusun berbagai
kitab Ulumul Qur’an, diantaranya ada mencakup bagian-bagian (cabang-
cabang) Ulumul -Qur’an secara keseluruhannya, ada pula yang hanya
sebagian.

2.3.1 Tokoh-tokoh Ulumul Qur’an dan karyanya


Pada bagian terdahulu telah dikemukakan sejumlah tokoh
Ulumul Qur’an berikut karya ilmiahnya. Di antara mereka terutama
yang hidup sebelum abad ke-5 H, hanya membahas bagian-bagian
tertentu dari Ulumul Qur’an. Maka pada bagian ini akan dikemukakan
sejumlah tokoh yang membahas Ulumul Qur’an dengan merangkum
cabang-cabang Ulumul Qur’an dalam karya-karya mereka. Dan kitab-
kitab mereka inilah yang sebenarnya disebut kitab Ulumul Qur’an.
tokoh-tokoh yang dimaksud antara lain:
1. Ali ibn Ibrahim ibn Sa’id al-Hofiy (w.430 H) karyanya : al-Burhan
fiy Ulumul Qur’an.

12
2. Ibn al-Jauziy (w.597 H), karyanya: Funun al-Afinan fiy Aja’ib
‘Ulum dan al-Mujtaba’ fiy ‘Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an.
3. Abu Syamah (w.665 H), karyanya: al-Mursyid al-Wajiz Fi Ma
Yata’allaq bi al-Qur’an al-Aziz.
4. Badr al-Din al-Zarkasyi (w.794 H) karyanya : al-Burhan fiy
Ulumul Qur’an .
5. Jalal al-Din al-Sayuti (w.911 H). karyanya: al-Tahbir fiy ‘Ulum al-
Tafsir dan al-Itqan fiy Ulumul Qur’an .
6. Tahir al-Juzairi, al-Tibyan fiy Ulumul Qur’an .
7. Muhammad Ali Salamah, Manhaj al-Furqan fiy Ulumul Qur’an
8. Muhammadi Abd al-Azim al-Zarqaniy, karyanya :Manahil irfan fiy
Ulumul Qur’an .
9. Ahmad Ali, Karyanya: Muzakkarah Ulumul Qur’an .
10. Subhi Salim, Mabahis fiy Ulumul Qur’an .
11. Manna al-Qattan, karyanya : Mabahis fiy Ulumul Qur’an .
12. Ahmad Muhammad Ali Daud, karyanya: Ulumul Qur’an wa al-
Hadis.
13. Abu Bakar Ismail, Dirasat fiy Ulumul Qur’an .
14. Muhammad Ali al-Sabuniy, al-Tirbyan fiy Ulumul Qur’an .
Masih banyak tokoh dan kitab yang membahas tentang Ulumul
Qur’an.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ulumul Qur’an adalah beberapa pembahasan yang terkait dengan Al-
Qur’an dari segi tempat, waktu dan sebab turunya wahyu, lafal dan uslub
bahasanya, kesusasteraan (Balaghah) nya, penulisannya, pengumpulannya,
bacaannya, naskh-mansukhnya, tafsirnya dan hal-hal lain yang terkait dengan
Al-Qur’an.
Ulumul Qur’an yang terdiri dari berbagai macam dan cabangnya tidak
lahir sekaligus, melainkan melalui proses perkembangan yang dapat dibagi ke
dalam beberapa fase :
1. Fase periwayatan, mulai zaman Rasulullah saw hingga awal abad ke-2
2. Fase lahirnya cabang-cabang Ulumul Qur’an dan kodifikasinya, mulai
abad ke-2 hingga abad ke-5 dan
3. Fase kondifikasi Ulumul Qur’an sebagai suatu ilmu yang mencakup
berbagai ilmu Al-Qur’an, yaitu sejak abad ke-5 hingga saat ini.
Hingga saat ini telah lahir puluhan tokoh di bidang Ulumul Qur’an,
diantara mereka yang paling termasyhur adalah Jalil al-Din al-Sayuti
pengarang kitab al-Itqan fiy Ulumul Qur’an dan al-Zarqasyi pengarang kitab
al-Burhan fiy Ulumul Qur’an. Kedua kitab ini masih ada hingga sekarang dan
menjadi rujukan bagi kajian-kajian Ulumul Qur’an.
3.2 Saran
Ilmu Al-Qur’an sangatlah penting, baik untuk kehidupan di dunia
maupun di akhirat. Karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat islam yang
telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Maka sebagai seorang
Muslim, kita diwajibkan mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an. Kita amalkan
segala hal yang telah tertera dalam kitab suci Al-Qur’an ini, karena
sesungguhnya sumber dari segala sumber ilmu ialah Al-Qur’an.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dini, Chitra. “ULUM ALQURAN MAKALAH.” Diakses 24 September 2022


https://www.academia.edu/40415139/ULUM_ALQURAN_MAKALAH.
“ISI STUDI ULUMUL QURAN.pdf.” Diakses 23 September 2022.
http://repository.uinsu.ac.id/2458/1/ISI%20STUDI%20ULUMUL
%20QURAN.pdf.
Wahyuddin, Wahyuddin, dan Saifulloh Saifulloh. “ULUM AL-QURAN,
SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA.” Jurnal Sosial Humaniora 6
(2013). https://doi.org/10.12962/j24433527.v6i1.608.
Yafrianti, Fitri. “PENGERTIAN STUDY AL-QUR’AN, RUANG LINGKUP
DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA | sakura-ilmi.” PENGERTIAN
STUDY AL-QUR’AN, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA | sakura-ilmi (blog). Diakses 23 September 2022
http://sakura-ilmi.blogspot.com/2015/01/pengertian-study-al-quran-ruang-
lingkup.html.

15

Anda mungkin juga menyukai