Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MUHKAM DAN MUTASYABBAH


(disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ulumul qur`an )

Oleh:
RIO NOVRIZAL (230306012 )
M.ZAHRUL FUADI (230306016)

Dosen Pembimbing:
Dr.MUHAMMAD Zaini S.Ag.,M.Ag

PRODI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2023 M / 1445 H

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul “MUHKAM
DAN MUTASYABBAH ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul qur`an ,
selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dosen yang telah memberikan tugas
makalah ini yaitu Bapak Dr.Muhammad Zaini S.Ag,.M.Ag . selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Ulumul qur`an dan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca,terimakasih.

Banda Aceh, 26 Oktober 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 6

A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabbah ............................................................6


B. Karakteristik Almuhakam dan Al mutasyabbah .................................................7
C. Perbedaan ulama terhadap muhkam dan mutasyabbah ......................................8
D. Sebab sebab Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabbah .....................................9
E. Macam Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabbah ..........................................10
F. Hikmah adanya ayat muhkam dan mutasyabbah..............................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................................20

A. Kesimpula.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang

Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-hukum
yang terkandung dalam al-Qur'an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Para ulama'
yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama terhadap
nash-nash al-Qur'an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi
pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur'an dengan benar.

Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu muhkam wal
Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang
adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam
Al-Qur'an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang
mempelajari ayat atau surat Al- Qur'sn cukup penting kedududkannya. Sementara itu
muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial
dalam sejarah penafsiran Al-Qur'an, karena perbedaan 'interpretasi antara ulama mengenai
hakikat muhkam dan mutasyabih.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji diantaranya:
1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih?
2.Apa saja karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
3. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal Mutasyabih?
4. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
5. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih?
7. Apa saja hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih?

5
C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.


2. Mengetahui karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
3.Mengetahui perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabbah
4. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih.
5. Mengetahui macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih.
6.Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih

6
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Muhkam dan Mutasyabbih

1. Pengertian Muhkam Secara bahasa

Secara bahasa, term „Muhkam‟ dan „Mutasayabih‟ berasal dari bahasa Arab;
‫ يحكٌى‬dan ّ‫يرشات‬. Secara etimologis kata „muhkam‟ berasal dari „ihkam‟ yang menurut
al-Zarqani mempunyai berbagai konotasi, namun mengacu pada satu pengertian,
yaitu “al-man‟u (‫(“ ًُع ان‬yang berarti mencegah, ‫ االير احكى‬artinya “membuat sesuatu itu
menjadi kokoh dan tercegah dari kerusakan”. Pengertian serupa ini juga diakui dalam
kamus bahasa Arab misalnya dalam Tartib al-Qamus alMuhith. Dalam hubungan ini
maka penetapan sanksi hukum, ialah menetapkan ketentuan-ketentuan, yang
dengannya seseorang tercegah dari berbuat sesuatu di luar ketentuan tersebut dan
ketentuan itu harus sesuatu yang jelas dan tegas. Dari pengertian ini muncul kata al-
hikmah (kebijaksanaan), karena ia dapat mencegah pemiliknya dari hal-hal yang tidak
pantas. Dan juga kata al-hukm (‫( انحكى‬yang berarti memisahkan antara dua hal. Al-
hakim (‫( انحاكى‬adalah orang yang mencegah terjadinya kezaliman, memisahkan antara
yang hak dan yang batil, dan antara yang jujur dan bohong.7 Pengertian secara bahasa
ditemukan juga bahwa muhkam berasal dari kata-kata “hakamtu dabbata waahkamtu”
yang artinya saya menahan bintang itu. Kata al-hukm berarti memutuskan antara dua
hal atau perkara. Maka hakim adalah orang yang mencegah yang zalim dan
memisahkan antar dua pihak yang bersengketa, memisahkan antara yang hak dengan
yang bathil serta antara kebenaran dan kebohongan.
Sedangkan mutasyabih secara etimologis berasal dari kata syabaha-asy-
syibhu-asy-syabahu-asy-syabihu, hakikatnya adalah keserupaan, misalnya dari segi
warna, rasa, keadilan dan kezaliman. Apabila antara dua hal tidak bisa dibedakan

7
karena ada kemiripan (tasyabuh) antara keduanya maka di sebut asy-syubhah.
Misalnya tentang buah-buahan di surga (wa utu bihi mutasyabiha-mereka diberi
buah-buahhan yang serupa-Q.S. Al-Baqarah 2: 25). Buah-buahan di surga itu satu
sama lain serupa warnanya, bukan rasa dan hakikatnya. Dikatakan juga mutasyabih
adalah mutamatsil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi, tasyabuh al-kalam
adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, sebagiannya membetulkan sebagaian
yang lain. Dengan pengertian seperti itulah Allah mensifati al-Qur‟an bahwa
keseluruhan ayat-ayatnya adalahh mutasyabihah seperti diterangkan dalam firman-
Nya berikut: ..
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur‟an yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang....12(Q.S. Az-Zumar 39: 23) Dalam
ayat di atas dijelaskan bahwa kitab suci al-Qur‟an seluruhnya mutasyabih, dalam
pengertian ayat-ayatnya satu sama lain saling serupa dalam kesempurnaan dan
keindahannya, dan kandungan isinya satu sama lain saling membenarkan. inilah yang
dimaksud dengan attasyabuh al-‟am atau tasyabuh dalam arti umum.

3.Pengertian al-Muhkam dan al-Mutasyabih Secara Istilah.


Para ulama berbeda pendapat atau bermacam-macam dalam
mengungkapkan pengertian al-Muhkam ataupun al-Mutasyabih.
Imam az-Zarkasyiy –rahimahullah- berkata:

‫َو َأَّم ا ِفْي اِال ْص ِط اَل ِح َفُهَو َم ا َأْح َك َم ْت ُه ِباَألْم ِر َو الَّنْه ِي وَبَياِن ا ْل َح اَل ِل وال َح َر ا ِم‬

“Adapun secara istilah al-Muhkam adalah apa yang telah ditetapkan atau
dikuatkan dengan perintah dan larangan dan penjelasan tentang halal dan
haram.”
‫وأما الَم َتَش اِبُه ف َأْص ُلُه أن َيْش َتِبَه ال َلْفُظ في الَظ اِه ِر مع اْخ ِتاَل ِف اْل َم َع اِني‬

8
“Adapun al-mutasyabih pada dasarnya adalah kemiripin lafadz secara dhzahir
sementara maknanya berbeda.”
Kemudian beliau memaparkan pendapat ulama seputar al-Muhkam dan al-
Mutasyabih, kurang lebihnya seperti yang diikuti oleh Imam as-Suyuthiy dalam
ungkapannya sebagai berikut;
 Al-Muhkam
 Sesuatu yang maksudnya baik secara dzhahir atau ta'wil
 Adalah ayat yang jelas maknanya
 sesuatu yang tidak memiliki kemungkinan ta'wil lebih dari satu
 Apa saja yang termasuk ma'qulu al- ma'na
 Apa saja yang berdiri sendiri tanpa butuh yang lain sebagai penjelas-
 Apa saja yang penta'wilannya sesuai dengan nash turunnya(teksnya).
 Yang tidak berulang- ulang lafadznya
 Al-Faraid, janji dan ancaman
 An-Nasikh, halal dan haram, hudud dan faraid serta apa yang kita
wajib mengimaninya dan mengamalkannya
 Halal dan haram
 Al-Mutasyabbih
 apa saja yang hanya diketahui oleh Allah seperti hari kiamat,
keluarnya dajjal dan huruf-huruf muqatta'ah diawal-awal surat
 ayat yang tidak jelas maknanya
 sesuatu yang berkemungkinan lebih dari satu penta'wilan
 Apa saja yang termasuk ghairu ma'quli al-ma'na
 Apa saja yang tidak berdiri sendiri dan membutuhkan kepada yang
lain - sebagai penjelas-
 Apa saja yang tidak kecuali dengan dapat diketahui ta'wil
 Yang berulang-ulang lafadznya

9
 Kisah dan permisalan
 Mansukh, aqsam(sumpah) dan apa saja yang kita wajib mengimaninya
namun tidak untuk diamalkan.
 Selain halal dan haram

B.Karakteristik Al-Muhkam dan Al-mutasyabbih


Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih,
menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan
mutasyabih.
J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang
termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan
dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang menuntut
penelitian.
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
sebagai berikut ini:
 1.Muhkam
 Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
 Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
 Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.
 Mutasyabih
 Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari
kiamat.
 Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana baik dengan hadits
atau ayat muhkam
 Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas "Ya Alloh,
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah
pengetahuan tentang ta 'wil kepadanya,"

10
C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih
Dalam al-Qur'an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya
memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal tersebut, para ulama
memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang
jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz
mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk
hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang
ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita'wil
kecuali satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita
wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama. Madzhab salaf, yaitu para
ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk mengimaninya dan
menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah SWT. Bagi
kaum salaf, ayat ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab yang
mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha
mengimaninya.
3. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat-
ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai
dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta' wil lafdz istiwa'
(besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah.
Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan
dengan kedatangan perintah- Nya.

11
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih
Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat-ayat yang Muhkam dari yang
Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.
Ar-Raghib Al-Imam Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur'an menyatakan
bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib (asing),
atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas. Contoh
tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat di dalam surah
An-Nisa ayat 3:
‫َو ِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل ُتْقِس ُطوا ِفي اْلَيَتاَم ى َفاْنِك ُحوا ما طاَب َلُك ْم ِم َن الِّنَس اِء َم ْثَنى َو ُثاَل َث َو ُر َباع‬

Artinya: "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak- hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat..." "
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak
yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik. dua, tiga atau empat.
Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.

2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-
sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya.Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau
oleh pikiran manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai
berikut:

12
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus. Contohnya,
ayat 5 surah At-Taubah:
‫فا قتلوا المشركين حيث وجد تموهم (التوبة‬

Artinya: "Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka
itu".
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban agama
atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:
)‫واقم الصلوة لذكرى (طه‬

Artinya: "Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)". Dalam ayat ini terdapat
kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat mengingatkan kepada Allah
SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.
Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:

)‫يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar


taqwa kepada-Nya". Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas
taqwa yang benar- benar itu.

d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam ayat
189 surah Al-Baqarah:

):‫وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهور ها (البقة‬


Atinya: Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar" Tempat mana
yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.

13
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih
Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. Contoh:
‫َوِع ْنَدة مفاِتُح اْلَغْيِب ال َيْع َلُم ها ِإاَّل ُهَو‬
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang
mengetahuinya, kecuali Dia sendiri" (QS. al-An'am: 59)

2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-urusan
yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu
pengetahuan.

F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih


Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat
berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan oleh
umat di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita tanpa
ada sebabnya. Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan
dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1. Al-Muhkam
a. Jika maka seluruh ayat Al-Qur'an terdiri dari ayat-ayat muhkamat. akan
sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan.bahasa Arabnya
lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
c. Memudahkan menghayatinya. manusia mengetahui arti maksud dan

14
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-
Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
e. Menghilangkan mempelajari isinya. kesulitan dan kebingungan umat dalam
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.

2. Al-Mutasyabbih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur'an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur'an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang
datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan
kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-
Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur'an dengan
khusyu' sambil merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk
mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang
mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya
yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur'an
menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu
sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat
Al-Qur'an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan
amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al- Qur'an
mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk
bagi manusia

B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami 'Ulumul Qur'an
lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran- ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.

16
Daftar Pustaka

Anwar, Rosihon. 2012. Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Setia.


Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993. Ilmu-ilmu Al-Qur'an. Jakarta:Bulan Bintang.
Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran. Bandung:Remaja Rosdakarya. Jamil,
Syaih Muhammad. 1995. Bagaimana Memahami Al-Quran. Jakarta:
Pustaka Al Kautsar.
Jalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Marzuki, Kamaluddin. 1992. Ulumul Qur'an. Bandung: Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai