Penulis :
TEKNIK ELEKTRO
PEKANBARU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Adapun pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah “Muhkam dan
Mutasyabihat”. Penulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui pengertian muhkam dan
mutasyabih, sebab-sebab terjadinya tasyabuh, pandangan ulama mengenai ayat-ayat mutasyabih,
ayat-ayat mutasyabih & keterangan tasyabuhnya
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................1
A. Kesimpulan ......................................................................................................................15
B. Saran ...................................................................................................................................15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ayat-ayat Al-Qur’an terbagi dalam dua bagian, yaitu muhkan dan mutasyabih berdasarkan
firman Allah dalam QS. ‘Ali Imran : 7, sebagai berikut :
هو ا لذي انز ل عليك الكتب منه ا يت محكمت هن ا م الكتب و ا خر متشبهت فاما ا الذين
في قلو بهم زيغ فيتبعون ما تشا به منه ابتغاء الفتنة وابتغاء ويله وما يعلم تأ ويله اال هللا والر
سخون فى العلم يقو لون ا منا به كل من عند ربنا وما يذ كر اال اولواااللباب
Muhkam Mutasyabbih ayat hendaknya dapat dipahami secara mendalam. Hal ini
dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian/pemahaman Al-Quran.
Jika kita tengok dalam Ilmu Kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan pendapat antara
firqoh satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pemahaman tentang ayat muhkam dan
mutasyabbih. Bahasa Al-Quran ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang belum jelas
(mitasyabih), hingga dalam penafsiran Al-Quran (tentang ayat muhkam mutasyabih-red) terdapat
perbedaan-perbedaan1
Ulama-ulama salaf mereka tidak mau menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Mereka hanya
mengimani dan mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al-Quran. Sedangkan
dikalangan ulama muta’akhirin mereka berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat
mutasyabihat. Entah apa alasan kongkrit kedua golongan ulama salaf yang tidak menafsirkan
ayat-ayat mutasyabih dan ulama khalaf yang mencoba menafsirkan ayat-ayat mutasyabih ini
1
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Study Al-Quran, (Malang: UIN-Malang Perss, 2008),25
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4. Untuk mengetahui Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf Dalam Menafsirkan Ayat-
Ayat Mutasyabih.
PEMBAHASAN
Menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan pengertian muhkam dan
mutasyabih, yakni sebagai berikut:
Ulama golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal muhkam adalah lafal
yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena
dengan ditakwilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan artinya hanya
dimonopoli Allah SWT. Manusia tidak ada yang bisa mengetahuinya. Contohnya, terjadinya
hari kiamat, keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf Muqaththa’ah.
2. Hanafiyah
Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang lafal
mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya, sehingga tidak terjangkau oleh akal
pikiran manusia atau pun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash (teks dalil-dalil). Sebab, lafal
mutasyabih termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang
ghaib.
3. Ahlul Fiqh
Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas
mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa ditakwilkan kecuali satu arah atau segi
saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat ditakwilkan dalam beberapah arah atau
segi, karena masih sama. Misalnya, seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.
2
Respitaory.uinsu.ac.id
4. Imam Ibnu Hanbal
Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam adalah lafal
yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan keterangan
yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri adalah lafal mutasyabih, yang
membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena adanya bermacam-macam takwilan terhadap
lafal tersebut. Contohnya seperti lafal yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing
(gharib), lafal yang berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.
5. Imamul Haramain,
Imamul Haramain mengatakan bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat susunan, dan
tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya sedangkan lafal
mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau oleh ilmu bahasa manusia,
kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau isyaratyang menjelaskannya. Contohnya
seperti lafal yang musytarak, mutlak, khafi (samara), dan sebagainya.
6. Imam Ath-Thibi
Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas maknanya, sehingga
tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam itu diambil dari
lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik atau bagus. Contohnya seperti yang
dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya. Sedangkan lafal yang mutasyabih ialah sebaliknya,
yakni yang sulit dipahami, sehingga mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya
seperti lafal musytarak, mutlak, dan sebagainya.
7. Menurut As-Suyuthi Muhkam adalah sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan
Mutasyabih adlah sebaliknya3
Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi maknanya dapat
diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal Al-Quran. Sedangkan lafal
mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu diamalkan, melainkan cukup diimani
3
As-Suyuthi, Al-Itqan fi ulumul Qur’an, juz 2, Dar Al Fikr,
eksistensinya saja. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang
mutasyabih mengandung banyak wajah.
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara isinya
ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran, dan yang lain ayat-ayat
mutasyabihat.” (Q.S. Ali Imran: 7)
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu sudah jelas, yakni
sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di atas. Sedang sebab adanya ayat-
ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an ialah karena ada kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-
4
Dar Al-Subhi Soleh, Terjemahan Pustaka Firdaus, Mabahits fi ulmu Qur;an, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993
5
Al-Khattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Penerjemah: Mudzakir AS, Bogor, Litera AntarNusa, 2004.
Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti yang lain, disebabkan karena bisa
ditakwilkan dengan bermacam-macam dan petunjuk pun tidak tegas, karena sebagian besar
merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.[5]
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah
SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari
kiamat, dan sebagainya.
2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal,
menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib,
dan sebagainya.
3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain,
bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang
hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu
pengetahuannya.
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih
dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan
6
Djalal, Abdul, Ulum/.ul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 2000
7 Ibid hlm 251
Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya
sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok
ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat
mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan
keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.
Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu
muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya
mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan
ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali
Imran.
8
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
1. Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1
surah Hud:”ِكتب ( ”آيتُهُ أُح ِك َمتsuatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih).
2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti
yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat
23 surah Az-Zumar:
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam
dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua
pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu
8
Repository.uinsu.ac.id
ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal masing-masing. Yang
berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih
dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan
Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya
sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok
ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat
mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan
keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih dahulu
sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.
Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti
dan faedahnya bagi mereka.
9
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung, Pustaka Setia, 2000.
10
Ibid hlm.289
Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan
ajaran-ajarannya.
Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan
Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan
jelas pula untuk diamalkan.
11
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung, Pustaka Setia, 2000.
Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan
manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa
besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala
sesuatu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih
mengandung banyak wajah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih,
mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-
ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang
tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat
memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka
dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-
Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk
diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan
kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan
kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan
ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
B. Saran
Sekianlah uraian tentang muhkam dan mutasyabih yang dapat saya ketengahkan. Selaku
insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam penulisan maupun dalam
menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang produktif lagi konstruktif adalah
harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah tentang muhkam dan mutasyabih ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung, Pustaka Setia,
2000.
Al-Khattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Penerjemah: Mudzakir AS, Bogor,
Litera AntarNusa, 2004.
MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Study Al-Quran, (Malang: UIN-Malang Perss, 2008),25
Dar Al-Subhi Soleh, Terjemahan Pustaka Firdaus, Mabahits fi ulmu Qur;an, Pustaka Firdaus,
Jakarta, 1993