Makalah Metodologi Studi Islam Kelompok 6
Makalah Metodologi Studi Islam Kelompok 6
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami Ibuk Rosanita Dewi Harahap.
M.Pd selaku pengampu materi Metodologi Studi Islam
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
C. Tujuan............................................................................................................................... 5
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah diteladankan Umar ibn Khattab dan lain-lainnya, Islam sudah
semenjak lama menjadi benda hampa dan hiasan kuno yang hanya layak menjadi
tontonan, bukan tuntunan. Untung saja para ulama aktif memeras akal budi dan
berijtihad untuk mengatasi problem-problem zamannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Landasan Ijtihad
2. Metode Ijtihad
3. Kedudukan dan Fungsi Ijtihad
4. Hukum Melakukan Ijtihad
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan Landasan Ijtihad
2. Untuk mengetahui Metode Ijtihad
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi ijtihad
4. Untuk mengetahui bagaimana hukum melakukan ijtihad
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Boleh melakukan ijtihad apabila dalam suatu masalah tidak ada dasar
hukum yang terdapat dalam nash. Kebolehan ini di isyaratkan antara lain (Q.S. Al-
Baqarah: 149)
Artinya: Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. (Q.S. Al-Baqarah: 149)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berada jauh dari
masjidil haram, apabila akan shalat, dapat mencari dan menentukan arah itu melalui
ijtihad dengan mencurahkan akal pikirannya berdasarkan indikasi atau tanda-tanda
yang ada. Secara kodrati manusia mempunyai badan jasmani dan rohani. Badan
rohani berfungsi untuk memhami apa yang dilihat oleh manusia dan dialami oleh
akal pikiran sekaligus berfungsi untuk memahami segala sesuatu yang ada dialam
raya ini. Walaupun tidak ada petunjuk dari agama, maka dengan akal itu manusia
dapat memperoleh kebahagiaan hidup dan dapat berusaha menghindari bahaya.
Hadis lain juga yang mendukung akan persolan ini yaitu hadis nabi yang
ketika mengutus Muadz bin Jabal menjadi Guburnur di Yaman, hadis ini tidak asing
lagi bagi kita semua, “ Ketika itu Muads ditanya oleh Rasulullah : dengan apa
engkau menentukan hukum, Muazd menjawab dengan kitab Allah, jawab Muadz,
Rasulullah bertanya lagi kalau engakau tidak mendapat keterangan dari Al-Qur‟an,
Muadz menjawab saya mengambilnya dari sunnah Rasul, Rasulullah berkata lagi,
kalau engakau tidak mendapi dari keterangan sunah Rasululah SAW, Muadz
menjawab saya akan berijtihad dengan akal saya dan tidak akan berputus asa,
Rasulullah menepuk Muadz bin Jabal menandakan persetujuannya.
7
B. Metode ijtihad
1. Ijma‟
2. Qiyas
Qiyas merupakan hukum tentang suatu peristiwa yang diterapkan dengan cara
membandingkannya dengan hukum peristiwa lain yang sudah ditetapkan sesuai nash.
Contohnya adalah mengqiyaskan pembunuhan yang menggunakan alat berat dengan
pembunahan menggunakan senjata tajam.
3. Istihsan
4. Maslahah Mursalah
5. Istishab
Istishad merupakan metode yang dilakukan dengan menetapkan hukum yang sudah
ada sebelumnya sampai ada dalil yang merubahnya. Contohnya adalah setiap makanan
boleh dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.
8
6. „Urf
„Urf merupakan suatu perkataan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan dilakukan
turun menurun. Contohnya adalah halal bi halal yang dilakukan saat hari raya.
7. Saddzui Dzariah
Sadzzui dzariah merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah
ke kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke perjudian.
8. Qaul Al-Shahabi
Qaul al-shahabi merupakan pendapat sahabat yang berkaitan dengan perkara yang
dirumuskan setelah Rasulullah SAW wafat. Contohnya adalah pendapat Ibnu Abbas
yang menyatakan bahwa kesaksian anak kecil tidak diterima.
Syar‟u man qablana merupakan hukum Allah SWT yang disyariatkan untuk umat
terdahulu melalui nabi-nabi sebelum Rasulullah. Contohnya adalah kewajiban untuk
berpuasa.
Fungsi ijtihad :
Diterangkan bahwa fiqih itu adalah segala hukum yang dipetik dari
kitabullah dan sunah Rasul, dengan mempergunakan ijtihad maka menjadi
pentinglah bagi kita membahas apakah fungsi ijtihad itu. Oleh karena syariat islam
9
itu adalah syariat yang berdasarkan illahi, dipetik dari dasar-dasar yang sudah
terkenal, baik yang dinukilkan dari Nabi seperti Al-Qur‟an dan As-Sunah, ataupun
yang diwujudkan oleh akal seperti : Ijma‟, qiyas, Istihsan, dan lain-lain. Kemudian
menjadilah ijtihad itu sebagai jalan yang kita lalui untuk mengistimbatkan hukum
dari dalil-dalil itu dan jalan yang harus kita lalui untuk menentukan batasan yang
dikehendaki oleh kebutuhan masyarakat
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.” [An-Nahl/16 : 43, Al-Anbiya/21 : 7]
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa ijtihad
menurut asalnya adalah "bersungguh-sungguh" atau "pengerahan segala
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit" Atas dasar ini maka
tidak tepat apabila kata "ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu
yang mudah/ ringan.
Dasar hukum ijtihad adalah apabila dalam suatu masalah tidak ada
dasar hukum yang terdapat dalam nas. Kebolehan ini di isyaratkan antara
lain (Q.S. Al-Baqarah: 149).
Dalam sejarah pemikiran islam, Ijtihad telah banyak digunakan.
Ajaran Al-Qur‟an dan hadis memang menghendaki digunakannya ijtihad,
dari ayat Al-Qur‟an yang jumlahnya lebih kurang 500 ayat.
Fungsi ijtihad adalah ijtihad itu sebagai jalan yang kita lalui untuk
mengistimbatkan hukum dari dalil-dalil itu dan jalan yang harus kita lalui
untuk menentukan batasan yang dikehendaki oleh kebutuhan masyarakat.
B. Saran
Disarankan kepada kita semua agar lebih mendalami tentang ijtihad ini,
terutama di tengah problem kemanusiaan yang semakin kompleks. Problem
kehidupan yang sedemikian struktural dan sistemik, tentu butuh ijtihad dosis
tinggi dari para ulama. Kondisi ini tidak bisa dipasrahkan pemecahannya pada
model lama seperti yang terbaca dalam sejarah. Ideologi keislaman konservatif
yang terus merujuk ke model masa lalu, bukan saja menunjukkan watak tidak
kreatif, melainkan juga tidak realistis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al-Syaukani, Jawa Timur: PT Logos Wacana Ilmu,
1999.
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, cet. 2, Kuwait: An-Nashie, 1977.
13