Anda di halaman 1dari 15

C.

Bukti-Bukti Adanya Allah Ayat : Ayat Kauniyah


1. Pengertian Ayat Kauniyah
Menurut Amin Muhammad dalam Akhmad Rusydi,
penggunaan kata ayat dalam Al Qur’an ada dua yaitu ayat
didalam syariat agama yaitu ayat-ayat yang terdapat di dalam
Al Qur’an dan ayat dalam penggunaan yang kedua di dalam Al
Qur’an yaitu ayat kauniyah yaitu ayat-ayat yang bermakna
tanda-tanda kebesaran dari sang pencipta.1 Sekilas dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa ayat kauniyah
adalah alam dan seisinya serta segala hal yang bisa disaksikan
sebagai bukti akan kebesaran Allah. Hal ini juga sesuai dengan
penjelasan Syekh Utsaimin dalam Kitab Al-Qaul Al-Mufid,
menurut beliau ayat Al Qur’an dibagi menjadi dua macam
yaitu ayat syar’iyah, dan ayat kauniyah, beliau menjelaskan
hukum bersumpah dengan ayat syar’iyah boleh, sedangan
bersumpah dengan ayat kauniyah tidak boleh. Karena hanya
Allah yang boleh bersumpah (Qasam) dengan ayat kauniyah
(makhluk).2
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang ada
disekeliling manusia yang diciptakan oleh Allah. Ayat ini
adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa
alam semesta dan semua yang ada di dalamnya. 3 Ayat-ayat ini
meliputi segala macam ciptaan Allah baik yang kecil maupun
yang besar bahkan diri manusia baik secara fisik maupun
psikis. Hanya Allah yang mampu mengatur alam ini dan segala
isinya dengan segala sistem dan peraturan yang unik, ini
sebagai tanda keagungan dan kebesaran Allah. Allah berfirman
dalam Q.S. Fushilat[41]: 53
‫َيْك ِف َأَو َلْم ۗ ٱْلَح ُّق َأَّنُه َلُهْم َيَتَبَّيَن َح َّتٰى َأنُفِس ِهْم َو ِفٓىٱْل َء اَفاِق ِفى َء اَٰي ِتَنا َس ُنِر يِهْم‬
‫َش ِهيٌدَش ْى ٍء ُك ِّل َع َلٰى َأَّن ۥُه ِبَر ِّبَك‬

Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda


tanda (kekuasaan) Kami disegala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
1
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 9
No. 17 (2016), hlm.123
2
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 9
No. 17 (2016) hlm 124
3
El-Fandi dan Muhammad Jamaluddin, “Al-Quran Tentang Alam Semesta”,
(Jakarta: Amzah, 2002), hlm. 26
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
menjadi sanksi atas segala sesuatu?” (Q.S.. Fushilat[41]: 53)4
2. Manfaat Ayat-Ayat Kauniyah
Manfaat ayat-ayat kauniyah yang menunjukkan
kekuasaan Alah diantaranya:5
a. Merasakan keagungan Allah dan kelemahan diri
Dengan mengangungkan Allah akan menciptakan rasa
takut untuk mendurhakai Allah serta selalu berharap hanya
kepada-Nya. Sedangkan menyadari kelemahan diri akan
membuat manusia mengembaikan segala urusan kepada
Allah sehingga dapat mejauhkan diri dari sifat sombong.
b. Setiap makhluk akan menjadi sumber inspirasi bagi
manusia dalam endapatkan maslahat duniawi dan ukhrawi.
Misalnya saja dalam pembuatan helikopter dan pesawat
karea terinspirasi dari capung dan burung.
c. Mendorong manusia untuk bersyukur.
d. Karena tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan oleh
Allah melainkan memberi manfaat untuk manusia.
Misalnya saja matahari yang diciptakan oleh Allah sebagai
penerangan gratis pada siang hari. Kenyataan ini akan
menimbulkan rasa syukur dan pengakuan dalam Q.S. Ali
Imran[3]: 191
‫َخ ْلِق ِفى َو َيَتَفَّك ُروَن ُج ُنوِبِهْم َو َع َلٰى َو ُقُعوًدا ِقَٰي ًم ا ٱَهَّلل َيْذ ُك ُروَن ٱَّلِذ يَن ٱ‬

‫َفِقَنا ُسْبَٰح َنَك َٰب ِط اًل َٰه َذ ا َخ َلْقَت َم ا َر َّبَنا َو ٱَأْلْر ِض ٱلَّس َٰم َٰو ِت‬
‫لَّناِر َع َذ اَب‬
Artinya: Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari
siksa neraka (Q.S. Ali Imran[3]: 191)6
Alam semesta di ciptakan Allah sangat luas dan penuh
misteri, para ilmuan juga masih penasaran dan terus mencari
tahu bagaimana asal mula alam ini tercipta, berapa luas
keseluruhannya, serta adakah makluk lain yang hidup selain di
bumi.7
4
Q.S.. Fushilat[41]: 53
5
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 9
No. 17 (2016),hlm 38
6
Q.S. Ali Imran[3]: 191
7
Agus Purwanto, “Ayat-Ayat Semesta. (Bandung: Mizan, 2008), hlm.25
a. Surah Yunus [10]: 101
‫َعن َو ٱلُّنُذ ُر ٱْل َء اَٰي ُت ُتْغ ِنى َو َم اۚ َو ٱَأْلْر ِض ٱلَّس َٰم َٰو ِت ِفى َم اَذ ا ٱنُظُرو۟ا ُقِل‬
‫ُيْؤ ِم ُنوَن اَّل َقْو ٍم‬
Artinya: “Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
dan Rasul-Rasul yang emberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman”(Q.S.. Yunus [10]: 101).8
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada nabi
Muhammad beserta umatnya untuk memperhatikan apa
yang ada di langit dan di bumi secara detail. Ini
dimaksudkan agar manusia menggunakan akalnya untuk
mempelajari, meneliti, dan mengelola segala sesuatu yang
sumber kekayaan ciptakan Allah.9
b. Surah Al Baqarah [2]: 164
‫ا ْخ ِت اَل ِف َو َو ا َأْلْر ِض الَّس َم ا َو ا ِت َخ ْل ِق ِف ي ِإ َّن‬
‫ا ْل َبْح ِر ِف ي َتْج ِر ي ا َّلِت ي َو ا ْل ُفْل ِك َو ال َّنَها ِر ال َّلْي ِل‬
‫ِم ْن الَّس َم ا ِء ِم َن ال َّلُه َأْن َز َل َو َم ا ال َّنا َس َي ْن َف ُع ِبَم ا‬
‫ِف ي َها َو َبَّث َم ْو ِتَها َب ْع َد ا َأْل ْر َض ِب ِه َف َأْح َيا َم ا ٍء‬
‫َح ا ِب َو الَّسالِّر َيا ِح َو َتْص ِر ي ِف َد اَّبٍة ُك ِّل ِم ْن‬
‫ِل َق ْو ٍم آَل َيا ٍت َو ا َأْل ْر ِض الَّس َم ا ِء َب ْي َن ا ْل ُمَس َّخ ِر‬
‫َي ْع ِق ُلو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan apa
yang Allah turunka dari langit berupa air, lalu dengan air itu
dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan sia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan hembusan
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Q.S.. Al Baqarah [2]:
164)10
8
Q.S.. Yunus [10]: 101
9
Fauziyah, dkk, “Kebenaran Al Quran dan Hadis”, (Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), hlm. 45.
10
Q.S.. Al Baqarah [2]: 164
Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya
untuk keperluan manusia. Oleh karenanya manusia harus
memperhatikan dan merenungkan rahmat dan segala
nikmat Allah tersebut sehingga akan bertambah ilmu
pengetahuan mereka mengenai alam ciptaan-Nya.11
Allah mendorong kepada manusia untuk selalu
memperhatikan dan meyelidiki apa yang tersebut dalam
ayat ini, yaitu:12
1) Bumi yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan di
dalamnya baik di darat maupun di laut tidak akan
pernah habis.
2) Langit dengat planet dan bintang-bintangnya semua
berjalan dan bergerak menurut aturan Allah.
3) Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan
pendeknya pada beberapa tempat karena perbedaan
letaknya, semua itu membawa manfaat yang amat besar
bagi manusia.
4) Kapal yang berlayar di lautan untuk membawa manusia
dari satu tempat ke tempat yang lain dan untuk
membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan
perekonomian.
5) Allah SWT menurunkan hujan dari langit sehingga
dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang
dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam
hewan dapat melangsungkan hidupnya.
6) Pegendalian dan pengisaran angin dari satu tempat ke
tempat yang lain adalah tanda dan bukti kekuasaan
Allah dan kebearan rahmatNya untuk manusia.
3. Penjelesan Beberapa Ayat Al Quran yang Berkaitan
dengan Kaun (Alam)
Begitu banyak ayat kauniyah yang terdapat dalam Al-
Quran, dari ayat yang berbicara tentang penciptaan alam,
kejadian gunung, tumbuhan, lautan, siklus alam, peredaran
planet-planet sampai proses penciptaan manusia. Abdullah
Syahat dalam kitab tafsir ayat kauniyah penyebut bahwa

11
Samsul Nizar, “Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Nabi Muhammad Sampai Indonesia”, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
230.
12
Samsul Nizar, “Sejarah Pendidikan Islam: hlm. 230.
terdapat 277 ayat Al Quran yang tersebar di 55 tempat. 13
MenurutPurwanto, jumlah ayat kauniyah yang ada di dalam Al
Quran lebih dari 800 ayat, jumlah tersebut baru dihitung
berdasarkan ayat yang berbicara tentang kaun (alam) secara
tersurat, belum lagi ayat Al Quran yang berbicara tentang kaun
(alam) secara tersirat.14 Dalam makalah ini akan di bahas
beberapa diataranya:
a. Ayat Al-Quran tentang Penciptaan Alam Semesta
Berbagai teori tentang penciptaan dan asal mula penciptaan
alam, salah satu yang paling terkenal adalah teori Big Bang
atau ledakan besar yang menyatakan bahwa asal muasal
terbentuknya alam ini adalah karena adanya ledakan besar
yag telah terjadi sejak ribuan miliyar tahun yang lalu.
Penciptaan alam semesta secara utuh menurut Al-Quran
sebagai berikut:15
1) Allah lah yang menciptakan alam semesta ini dengan
kalimat kun fayakun yang artinya “jadilah maka
jadilah”. Dapat dilihat pada Q.S.. Al Baqarah [2]:77 dan
Q.S.. Yasin [36]:82.
2) Allah membangun dan menyempurnakan ciptaannya
supaya berimbang, sehingga alam semesta pun seimbang
dan tidak ada keretakan di dalamnya (Q.S.. Al Mulk
[67]:3, kemudian Allah menopang bumi dan langit
supaya jangan sirna (Q.S.. Al Hajj [22]: 65, padahal Ia
menciptakan langit tersebut tanpa tiang (Q.S.. Al
Anbiya’ [21]: 32.
3) Allah menciptakan bumi dan langit tidak dengan main-
main (Q.S.. Al Anbiya’ [21]: 16), dan tidak untuk tujuan
yang sia-sia (Q.S.. Ali Imran [3]: 191)
b. Ayat Al Quran tentang Gunung
Dalam Al Quran Allah menciptakan gunung dalam dua
masa sebagaimana yang terdapat dalam Q.S.. Al Fusshilat
[41]: 1016
13
Abdullah As-Syahat, “Tafsir Ayat Kauniyah”, (Kario: Darul I’thisham,
1400 H), cet pertama, hlm. 31
14
Agus Purwanto, “Ayat-Ayat Semesta. (Bandung: Mizan, 2008), hlm.25
15
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 9
No. 17 (2016),hlm 132
16
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, “Pelestarian Lingkungan Hidup
(Tafsir Al Quran Tematik)”, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, 2009),
hlm. 42.
Tim tafsir kemenang menafsirkan ayat-ayat tersebut sebagai
berikut: “pada ayat ini diterangkan keindahan penciptaan
dan hukum hukum yang berlaku di permukaan bumi. Dia
telah menjadikan gunung-gunung di permukaan bumi, ada
yang tinggi , yang sedang, ada yang merupakan dataran
tinggi saja, ada yang berapi, dan ada gunung-gunung,
permukaan pasak atau paku bumi. Dengan adanya adanya
gunung permukaan bumi menjadi indah, ada yang tinggi dan
ada yang rendah, tumbuh-tumbuhan pegunungan berbeda
dengan tumbuhan di dataran rendah, demikian pula
hewannya. Dengan adanya gunung, sungai-sungai mengalir
dari dataran tinggi menuju dataran rendah dan akhirnya
bermuara di laut, seakan-akan gunung-gunung tersebut
merupakan tempat penyimpanan air yang terus mengalir
memenuhi kebutuhan manusia17. Sedangkan makna
pembentukan bumi pada dua hari atau masa dimaksudkan18:
1) Hari pertama adalah masa ketika sekitar 4,5 milyar
tahun yang lalu, awan debu dan gas yang mengapung di
ruang angkasa mulai mengecil (Q.S.. Al- A’raf [7]:54),
materi pada pusat awan itu menggumpal menjadi
atahari, sisa gas dan debunya membentuk cakram di
sekitar matahari, kemudian butir-butir debu dalam awan
saling melengket dan membentuk planetisimal yang
kemudia saling melengket, bertubrukan, membentuk
planet diantaranya bumi.
2) Hari kedua diawali ketika proses pemanasan akibat
peluruhan radioaktif menyebabkan proto bumi meleleh
dan bahan yang berat seperti besi tenggelam ke pusat
bumi, sedangkan yang tinggi seperti air dan
karbondioksida beralih keluar, planet bumi mendingin
dan sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu bumi terlihat
seperti apa yang dilihat sekarang.
Lafadz gunung dalam Al Quran terdapat 3 penamaan
gunung yang berbeda yaitu al-jibal, ar-rawasi, al-a’lam.19
1) Al-Jibal

17
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, hlm. 42.
18
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, hlm. 43.
19
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 9
No. 17 (2016),hlm 134
Lafadz jabal tanpa alif lam (dalam bentuk nakirah)
disebutkan sebanyak 6 kali di 5 tempat yang berbeda
yaitu (Q.S.. Al Baqarah [2]: 260, Q.S.. Hud [11]:43,
Q.S.. AL Hasyr [59]:21, Q.S.. Al- A’raf [7]:143 dan
171. Sedangkan Lafadzh Jabal dalam bentuk jama’
dengan alif dan lam terulang sebanyak 37 kali
diantaranya adalah Q.S.. Saba’ [34]: 10, Q.S.. Ibrahim
[14] :34, Q.S.. Ar Ra,ad [13]: 31, Q.S.. Ibrahim [14]: 46
dan sebagainya).20
2) Ar-Rawasi
Kata Rawasi dalam makna gunung disebutkan dalam Al
Quran sebanyak 8 kali dan 1 kali disebutkan dengan
lafadz rasiyah, adapun yang berbunyi rawasi disebutkan
pada 4 kesempatan disandigkan dengan lafadz alqa
yang beararti dilemparkan atau ditancapkan yaitu Q.S..
Al Hijr [15]:19, Q.S.. Al Luqman[31]:10, Q.S..
Qaf[50]:7, Q.S.. An Nahl [16]:4, dan ada empat ayat
yang tidak menggunakan kata alqa yaitu Q.S.. Ar Ra’d
[13]:3, Q.S.. Al Anbiya [21]:31, Q.S.. Al Mursalad
[77]:27, Q.S.. An Naml [27]:61.
3) Al-A’lam
Dalam Al Quran Allah menyebutkan gunung dalam
lafadz A’lam terdapat pada 2 surah yaitu Q.S..Asy
Syura [42]:32 dan Q.S.. Ar Rahman [55]:24.21

Sifat-sifat gunung juga dijelaskan di dalam Al Quran


diantaranya:
1) Ketinggian gunung dan kebesarannya, terdapat dalam
Q.S..Al Ghasyiyah [88]:19.
2) Batu-batuan yang berwarna warni dari gunung, terdapat
dalam Q.S.. Fatir[35]:27.
3) Gunung sebagai saksi sejarah terdapat dalam Q.S.. Al
A’raf [7]:74.
4) Gunung tidak statis melainkan bergerak-gerak terdapat
dalam Q.S.. An Naml[27]:88.22
c. Ayat Al Quran yang Berbicara Tentang Air

20
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, hlm.45
21
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, hlm 47
22
Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, hlm 48.
Kata air di dalam Al Quran disebutkan sebanyak 59 kali
dengan istilah “ma” dalam bentuk nakirah dan “al-
ma”dalam bentuk ma’rifah yang berarti air. Sedangkan
penyebutan air dengan disandarkan pada dhamir atau kata
ganti orang, sebanyak 3 kali sehingga jumlah penyebutan
“ma” dalam Al Quran sebanyak 62 kali. Hal ini
menunjukkan pentingnya fungsi air bagi seluruh makhluk
hidup di muka bumi.23
Begitu banyak ayat-ayat Al Quran yag berbicara tentang
kegunaan air dan kelebihannya, diantaranya:
1) Allah menjadikan air sebagai sebab hidupnya para
makhluk di bumi, terdapat pada Q.S.. Al Baqarah
[2]:164, Q.S..Al ‘Ankabut [29]:63, Q.S.. Az
Zukhruf[43]:11, Q.S.. Al Anbiya’ [21]:30
2) Diciptakannya manusia dari setets air yang hina,
terdapat pada Q.S.. As Sajdah [32]:8
3) Menghijaukan bumi, terdapat pada Q.S..Al Hajj [22]:63.
D. Iman dan Persoalan Makna Serta Tujuan Hidup
Term iman berasal dari Bahasa Arab yaitu dari kata dasar
amana yuminu-imanan, yang artinya beriman atau percaya.
Percaya ke dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata
adanya24. Iman berarti kepercayaan/keyakinan. Iman berasal dari
bahasa Arab yang berarti tasdiq membenarkan, sedangkan menurut
syara’, iman yaitu meyakini ke dalam hati, mengucapkan dengan
lisan dan mengerjakan dengan segenap anggota badan. Keimanan
merupakan aqidah dan pokok yang diatasnya berdiri syariat Islam.
Aqidah dan Syariat satu sama lain sambung menyambung
sebagaimana pohon dan buahnya. Rangakaian keimanan meliputi
iman tasdiq ke dalam hati, yaitu diikrarkan dengan lisan, dan
dibuktikan dengan perbuatan. Seseorang yang beriman dengan
sungguh dan dituturkanya dengan lisan dan perbuatan maka itulah
sebenarnya orang mukmin.25

23
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, “Pelestarian Lingkungan Hidup
(Tafsir Al Quran Tematik)”, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, 2009),
hlm. 112
24
Kaelany HD, “Iman, Ilmu dan Amal Saleh”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 58
25
Taib Thahir Abdul Muin, “Ilmu Kalam”, (Jakarta: Widjaya, 1981), hlm.
126.
1. Tujuan Hidup dalam Prespektif Al-Qur’an
Allah telah menegaskan bahwa, Ia tidak menciptakan
langit dan bumi serta semua yang ada di alam semesta tanpa
adanya tujuan yang benar. Ini sesuai dengan firman Allah
dalam Q.S.. Al-Ahqaf [46]:3
ۚ‫ُّمَس ًّمى َو َأَجٍل ِبٱْلَح ِّق ِإاَّل َبْيَنُهَم ٓاَو َم ا َو ٱَأْلْر َض ٱلَّس َٰم َٰو ِت َخ َلْقَنا َم ا‬
‫ُم ْع ِرُضوَن ُأنِذ ُرو۟ا َع َّم ٓاَكَفُرو۟ا َو ٱَّلِذ يَن‬

Artinya: “Dan Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan


apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang
benar dan dalam waktu yang ditentukan”(Q.S.. Al-Ahqaf
[46]:3)26
Begitu juga dengan manusia, Allah menciptakan manusia
dengan memberikan kelebihan dari sekian makhluk yang ada
tentu memiliki tujuan yang besar. Tidak mungkin Allah
menciptakan manusia tanpa adanya maksud dan tujuan. Allah
berfirman dalam Q.S.. Al-Mu’minun [23] :115
‫ُتْر َج ُعْو َن اَل ِاَلْيَنا َّو َاَّنُك ْم اَع َبًثَخ َلْقٰن ُك ْم َاَّنَم ا َاَفَحِس ْبُتْم‬

Artinya: “Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya


Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa
kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”(Q.S.. Al-
Mu’minun [23] :115).27

Tentang tujuan hidup manusia Al-Quran telah memparkan


dengan jelas dalam Q.S.. Al-Bayyinah[98]: 5
‫الِّدي َن َل ُه ُم ْخ ِلِص ي َن ال َّلَه ِلَي ْع ُبُد وا ِإ اَّل ُأِم ُر وا َو َم ا‬
‫َٰذ‬
‫َو ِل َك ۚ ال َّز َك ا َة َو ُيْؤ ُتوا الَّص اَل َة َو ُيِق ي ُم وا ُح َنَف ا َء‬
‫ِد ي ُن ا ْل َق ِّي َم ِة‬
Artinya: “Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya
dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan solat serta menunaikan zakat, dan demikian itulah
agama yang lurus.” (Q.S.. Al-Bayyinah[98]: 5).28
2. Iman dan Persoalan Makna Serta Tujuan Hidup
26
Q.S.. Al-Ahqaf [46]:3
27
Q.S.. Al-Mu’minun [23] :115
28
Q.S.. Al-Bayyinah[98]: 5
Iman dan persoalan makna serta tujuan hidup menurut
Madjid:29
a. Makna dan Tujuan Hidup
Pembahasan tentang persoalan makna dan tujuan
hidup bisa dibuat dengan mengacu kepada kesimpulan
yang telah dibuat secara umum dan mantap dikalangan
orang muslim. Yaitu bahwa tujuan hidup manusia ialah
“bertemu” (Niqa’) dengan Allah, Tuhan yang maha esa,
dalam ridho-Nya. Sedangkan makna hidup manusia
diperoleh dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan itu, melalui iman kepada Allah dan amal
kebaikan.30 Ini sesuai dengan Q.S.. Al Kahf [18] : 110.
b. Pandangan kaum pesimis
Tidak sedikit kelompok dari kalangan pemikir yang
berpendapat bahwa hidup tidak bermakna da bertujuan.
Bahkan dengan mengambil pengalaman keseluruhan
manusia sebagai dasar penalarannya, kaum pesimis
berpendapat bahwa hidup ini tidak saja tanpa makna dan
tujuan melainkan juga penuh kesengsaraan, hingga mati
sebenarnya lebih baik dari pada hidup. Karena itu
seandainya bisa memilih, mereka akan memilih tidak
pernah hidup, dan puas dengan “dalam ketiadaan yang
serba berkecukupan”.
Tentu tidak semua orang pesimis dalam memandang
hidup, ada juga kalangan optimis yang berpendapat bahwa
hidup ini bermakna dan bertujuan. Menariknya semua
orang yang berpandangan optimis percaya kepada ajara
agama. Sementara itu, kaum pesimis menolak percaya
dengan adanya makna dan tujuan hidup serta tidak
beragama bahkan anti agama.31 Ini berbanding terbalik
dengan kaum optimis. Yang berpendapat hidup ini
bermakna dan bertujuan serta percaya kepada ajaran
agama. Kaum komunis misalnya tergolong optimis dalam
29
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan”, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka
Utama,2019), hlm. 22.
30
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan”, hlm. 22.

31
Siti Nafsiah, “Prof Hembing:Pemenang The Star Of Asia Award”,
(Jakarta:Prestasi Insan Indonesia, 2000), hl 181.
arti memandang dalam penuh makna dan tujuan namun
sama dengan kaum pesimis, kaum komunis yang optimis
itu menolak kematian sebagai sifat peralihan, seperti
halnya pandangan keagamaan tentang hakikat akhir hayat
manusia. Karena pandangan mereka terhadap kematian
hanya sebagai kemusnahan pribadi yang bersifat final,
kaum komunis menolak agama sebagai sumber makna
dan tujuan hidup yang mereka sendiri yakin akan adanya
itu.32
Bersumber dari rasa pesimis terhadap hidup itu,
mereka menolak adanya makna dan tujuan hidup.
Mendasarkan pandangannya atas kenyataan bahwa dalam
hidup tidak ada kebahagiaan sejati dan gambaran
mengenai kebahagiaan adalah palsu. Lantaran
kebahagiaan yang bersifat palsu dan semu itu maka
menurut pandangan mereka manusia adalah makhluk yang
sengsara.
Argumen lain kaum pesimis dalam mnafsirkan
makna da tujuan hidup ialah defenisi negatif mereka
tentang kebahagiaan. Misalnya “ kebahagiaan adalah
tidak adanya kesengsaraan”.33 Hal- hal positif, seperti
kelengkapan organ tubuh justru tidak memberikan
kebahagiaan berarti karena dianggap lazim dan lumrah
oleh orang orang pesimis. Namun jika suatu bagian tubuh
kita terpotong (dalam kecelakaan} maka kesengsaraanlah
yang timbul. Tipikal ucapan kaum pesimis ialah “ segala
yang lalu telah tiada, segala yang akan datang belum
terjadi dan segala yang ada sekarang tidak memadai. Jadi
merindukan masa lalu adalah sia-sia, memimpikan masa
depan adalah tetap impian belaka dan menjalani hidup
sekarang tidak cukup menarik.
Kenyataan bahwa umumnya orang menjadi dengki
(Hasad) campur kekhawatiran terhadap orang lain yang
dikira bahagia atau beruntung, menunjukkan bahwa orang

32
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan”, hlm. 24.
33
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan”, hlm. 24-25.
yang dengki itu tidak pernah bahagia karena pikirannya
selalu mendambakan kebahagiaan orang lain.34
c. Pandangan kaum optimis
Penyebutan masalah kedengkian atau hasad dilakukan
dalam mengaitkan masalah kebahagiaan yang semu dan
mustahil. Kesengsaraan bagi kaum pesimis melekat pada
hakikat hidup manusia. Dan kembali kepada argumen
awal, kesengsaraan manusia yang final dan tak bisa tidak
adalah kematian. Kematian selalu tragis dan menakutkan
karena merupakan akhir bagi manusia untuk meraih hal
berharga bagi dirinya. Namun, jutru dari masalah
kematian ini, kaum optimis yaitu mereka yang
berpendapat tentang adanya makna dan tujuan hidup,
membalikkan argumen kaum pesimis. Tidak semua kaum
optimis adalah agamawan, karena dalam kelompok ini
termasuk kaum komunis.35
Meski demikian, semua kaum optimis melihat hidup
ini cukup berharga, dan tidak masuk akal bahwa mati
lebih baik dari pada hidup. Karena itu, dibalik argumen
kaum pesimis pun, tanpa mereka sadari, masih terselip
pandangan bahwa hidup ini cukup berharga, karena
mempunya makna dan tujuan. Tujuan hidup ialah
memperoleh kebahagiaan, meskipun mereka
mengatakannya mustahil, dan makna hidup ada dalam
usaha mencapai tujuan itu, meskipun mereka mengatakan
ilusif.36

d. Tinjauan dari sudut keimanan


Kaum optimis, yang beragama dan yang anti agama
sama-sama berpendapat bahwa hidup ini cukup berharga,
karena mengandung makna dan tujuan. Dan itulah
pandangan manusia pada umumnya. Kesadaran hidup
bermakna dan bertujuan diperoleh seseorang hampir
34
Siti Nafsiah, “Prof Hembing:Pemenang The Star Of Asia Award”,
(Jakarta:Prestasi Insan Indonesia, 2000), hl 181
35
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan” Jakarta: Pt Gramedia Pustaka
Utama,2019), hlm. 25.
36
Nurcholish Madjid, “Islam Doktrin dan Pearadaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang keimanan, Kemanusiaan dan Kemodrenan”, hlm.25.
semata-mata karena dia mempunyai tujuan yang diyakini
cukup berharga untuk diperjuangkan, jika perlu dengan
pengorbanan. Tapi mengatakan bahwa seseorang
hidupnya bermakna, atau mungkin sangat bermakna, tidak
dengan sendirinya mengatakan hidup itu bernilai positif,
yakni baik.
E. Iman dan Implikasi dalam Kehidupan Sosial
1. Pengertian Iman
Iman berasal dari kata “ ‫ “ يمان ا‬dan merupakan bentuk
masdhar (kata jadian) dari fi’il madhi “‫ “ امن‬yang menurut bahasa
membenarkan dan mempercayakan. Sedangkan ima menurut istilah,
iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan,
dan mengamalkan dengan anggota badan. Menurut Husain, iman
adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan
dengan anggota ttubuh. Amal perbuatan dengan segala macamnya,
baik amalan hati maupun amalan anggota tubuh termasuk hakikat
keimanan.37
Allah berfirman dalam Q.S.. Al-Baqarah[2]: 3
Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan solat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami
anugerahkan kepada mereka.” (Q.S.. Al-Baqarah[2]: 3)38

Bahwasanya iman yang membenarkan dalam hati yaitu iman


yang mempercayai akan adanya iman semesta dan isinya, sedangkan
mengikrarkan dalam lisan seperti mengucapkan dua kalimat syahadat,
dan mengamalkan dengan anggota tubuh seperti melakukan ibadah-
ibadah sesuai dengan fungsinya.39
Dari segi ilmu fiqh dan hukum syariat, makna kata islam dan
iman itu Saling berkaitan, baik secara hukum akhirat maupun
hukum dunia. Yang dimaksud dengan iman dan islam pada
hukum akhirat adalah, melepaskan diri manusia dari panasnya
api neraka, sekaligus mencegah azab yang kekal didalamnya.
Sebagaimana Nabi Saw pernah bersabda, “Siapa saja yang
didalam qalbunya terdapat iman meski hanya seberat biji sawi,
maka ia akan dikeluarkan dari siksa api neraka.” Para ulama
berbeda pendapat mengenai makna kata iman. Ada pendapat
37
Husnel Anwar Matondag, “Konsep Al-Iman dan Al-Islam: Analisis
Terhadap Pemikiran Al-‘Izzin Ibn ‘Abd As-Salam”, Analytica Islamica Vol.4 No.1,
2015, hlm.55-56
38
QS. Al-Baqarah[2]: 3
39
Yusron Masduki dan Idi Warsah, “Psikologi Agama”,(Palembang: Tunas
Gemilang,2020), hlm. 267
yang mengatakan, bahwa iman adalah semata-mata ikatan pada
qalbu. Ada pendapat lain yang mengatakan, bahwa iman adalah
ikatan pada qalbu dan pengakuan melalu lisan. Dan ada
pendapat lainnya yang mengatakan, bahwa iman adalah iman
ikatan pada qalbu , pengakuan melalui lisan, dan diamalkan
dalam perbuatan anggota tubuh.40
2. Iman dan Kehidupan Sosial
Iman dalam konteks kehidupan sosial sebagaimana yang
terdapat dalam hadis-hadis nabi yang memiliki jangkauan yang
luas dala raung lingkup yang tidak terbatas. Berdasarkan
informasi dari hadist rasulullah, iman memiliki 63 atau 73 lebih
bagian (cabang). Dapat dikatakan bahwa iman mencakup
seluruh dimensi kehidupan manusia, karena semua amal
perbuatan dari seorang muslim didahului dengan niat. 41
Rasulullah mengajarkan keimanan secara totalitas,
dengan hati, lisan, dan perbuatan. Artinya kepercayaan dan
keyakinan kepada Allah harus diikuti dengan perbuatan baik
(amal soleh) dalam setiap kesempatan dan dimanapun berada.
Karena hidup di dunia hakekatnya hanya singgah sementara,
dan yang menjadi tujuan utama adalah akhirat.dengan
demikian tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal yang baik
(Islam), baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain
secara ikhlas.42
Apabila seseorang mampu mengintegraskan
(menyelaraskan) seluruh amal baik yang berhubungan dengan
Allah dan hubungan dengan sesama manusia secara istiqomah
sehingga tercipta jalinan relasional yang harmonis, maka
implikasinya seorang hamba akan dapat mengenyam
kebahagiaan di dunia dan akhirat.43

40
Ihya Ulumiddin, “Ilmu dan Keyakinan”, (Jakarta: Republika,2002), hlm.
259.
41
Shofaussamawati,”Iman dan Kehidupan Sosial”, Jurnal Studi Hadis, Vol.2
NO. 2 (2016), hlm. 223
42
Ihya Ulumiddin, “Ilmu dan Keyakinan”, (Jakarta: Republika,2002), hlm.
259.
43
Shofaussamawati, “Iman dan Kehidupan Sosial”, Studi Hadis, Vol.2 No.2,
2016, hlm. 223-224
Daftar Pustaka
As-Syahat, A. (1400 H). Tafsir Ayat Kauniyah. Kairo: Darul I'thisham.
El-Fandy, M. J. (2000). Al Quran Tentang Alam Semesta. Jakarta:
Amzah.
Fauziyah, d. (2007). Kebenaran Al Quran dan Hadis. Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
HD, K. (2000). Iman Ilmu dan Amal Soleh. Jakarta: Rineka Cipta.
Madjid, N. (2019). Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis
Tentang Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum.
Matondang, H. A. (2015). Konsep Al-Iman dan Al-Islam: Analisis
Terhadap Pemikiran Al-Izzin Ibn 'Abd As-Salam. Analytica
Islamica, 55-56.
Nafsiah, S. (2000). Prof Hembing:Pemenang The Star Of Asia Award.
Jakarta: Prestasi Insani Indonesia.
Nizar, S. (2009). Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Nabi Muhammad Sampai Indonesia. Jakarta:
Kencana.
Purwanto, A. (2008). Ayat-Ayat Semesta. Bandung: Mizan.
Rusydi, A. (2016). Tafsir Ayat Kauniyah. Jurnal Ilmiah Al Qalam, 124.
Shofaussamawati. (2016). Iman dan Kehidupan Sosial. Studi Hadis,
223-224.
Ulumiddin, I. (2002). Ilmu dan Keyakinan. Jakarta: Republika.
Warsah, Y. M. (2020). Psikologi Agama. Palembang: Tunas Gemilang.

Anda mungkin juga menyukai