Anda di halaman 1dari 16

AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASULNYA

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Aqidah Akhlak
Pada Madrasah”

Dosen Pengampu : Nurul Hidayah, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Maya Anjani 2101010024

Rivaldi 2101010177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH MEDAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
yang kita nantikan syafa’atnya diakhirat kelak. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada ibu dosen pengampu Nurul Hidayah, M.Pd.I yang memberikan amanah
untuk menyelesaikan pembahasan “Tentang Akhlak Kepada Allah dan
Rasulnya”

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami sendiri umumnya para pembaca
makalah ini.

Medan, 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I ......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuana Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Akhlak Kepada Allah SWT.......................................................................... 3


B. Akhlak Kepada Rasulullah SAW ................................................................ 8

BAB III ...................................................................................................................... 12

PENUTUP................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan.................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala
sumberdalam kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad
raya dengan segala isinya. Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian
luasnya. Allah SWT adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan
manusia dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam
diri setiap muslim maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah SWT
-lah yang pertama kaliharus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak
memiliki akhlak positif terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan memiliki akhlah
positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang
karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju
kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya
bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya dengan Islam,
bahkan yang memusuhi Islam sekalipun. Islam yang hadir pada saat manusia dalam
kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru, terutama
dalam hal "revolusi akhlak".
Nabiyyuna Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban, sebagaimana sabda
beliau SAW: "Sesungguhnya aku diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak". Oleh karena itu sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk
mengikuti sunnah-sunnah beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan
akhlak Nabi SAW. Begitu pentingnya akhlak,
maka dalam makalah ini akan dibahas akhlak terhadap Allah SWT dan
rasulNya, yakni Nabi Muhammad SAW.

1
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus
mempunyai akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW -lah, satu-
satunya manusia terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan bagi
dunia yang fana ini, dan beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu kala
gelap gulita. Yang sering dijuluki kekasih Allah SWT. Karena perilakunya beliau
pula lah, yang sangat patut untuk di contoh, ditiru dan di amalkan kesehariannya
oleh kita para umatnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dituliskan rumusan masalahnya


sebagai berikut:

1. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT ?


2. Mengapa seorang muslim harus pula berakhlak pada Rasulullah SAW ?
3. Mencakup apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dan
Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui cakupan mengenai
akhlak terhadap ALLAH SWT dan rasulnya yaitu bagaimana kita dapat mengerti
cara yang tepat berakhlak kepada ALLAH SWT dan Rasullah SAW dikarenakan
beliau adalah seorang manusia sekaligus rasul yang paling sempurna akhlaknya
diantara makhluk lain ciptaan Allah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
scharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah
disebut dalam latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT. Pertama, karena Allah SWT lah yang
menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan
dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah
SWT dalam surat At-Thariq ayat 5- 7, sebagai berikut:

ْ ُّ ‫َّ ْ ُ ُ ْْۢ َ ْ ن‬ َ َّ ْ َ ُ ُ َ ْ ْ ُ َْ َ
َ ‫ان َم َّم ُخل‬
‫الصل ِب‬ ‫ي‬ِ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ج‬‫ر‬ ‫خ‬ ‫ي‬ } ٦{ ‫ق‬
ٍ ‫اف‬
ِ ‫د‬ ‫آء‬
ٍ ‫م‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ق‬ ‫ل‬ِ ‫خ‬ } ٥{ ‫ق‬ ِ ‫فلينظ ِر ِاْلنس‬
َ ََّ ‫َو‬
}٧{ ‫الّت ِآئ ِب‬

Artinya : (5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia


diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar
dari tulang sulbi (punggung) dan tukang dada".

Kedua, karena Allah SWT -lah yang telah memberi perlengkapan panca
indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT
dalam surah an-Nahl ayat 78 :

ْ َّ ‫اّلل َا ْج َر َج ٌك ْم م ْْۢن ُب ُط ْون ُا َّم ٰهت ُك ْم َْل َت َع َل ُم ْو َن َش ْي ًٔـا َّو َج َع َل َل ُك ُم‬


ُ َ ‫َو‬
‫الس ْم َع َواْل ْب َص َار‬ ِ ِ ِ
َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْْ
}٧٨{ ‫َواْلف ِٕـدة ل َعلك ْم تشك ُر ْون‬

Artinya : (78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumi dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan
dan hati agar kamu bersyukur”.

3
Ketiga, karena Allah SWT-lah yang menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Jatsiyah ayat 12-13 :

ْ َ َُ َ َ ُ ُْْ َ ْ ُ َ َّ َ َُ َ
‫ّلل ال ِذ ْي َسخ َر لك ْم ال َب ْح َ ِرلت ْج ِر َي الفلك ِف ْي ِه ِبا ْم ِرِه َو ِلت ْبتغ ْوا ِم ْن فض ِل ِه‬ ‫ا‬
ْ
,‫ض َج ِم ْي ًعا ِمنه‬ ‫ر‬ْ ‫الس َم َاوات َو َما نف ْال َأل‬ َّ ‫} َو َس َّخ َ َرل ًك ْم َّما ف‬١٢{ ‫َو َل ًع َل ُك ْم َت ْش ُك ُر ْو َن‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ ََ َ ٰ َ َ َ ْ ‫َّ ن‬
}١٣{ ‫ف ذ ِالك ْل ٰي ٍت ِلق ْو ٍم َّيتفك ُر ْون‬ ‫ِان ِ ي‬
Artinya: "(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur. (13). Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya
(sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.

Keempat, Allah SWT -lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa' ayat 70:

ٰ ٰ ْ َّ َ َّ َْٰ ْ ْ ْٰ َ ٰ ْ‫َ َ َ ْ َ َّ ْ َ َ ن ي‬
‫ن اد َم َو َح َملن ُه ْم ن ِف ال ََ ِّّت َول َب ْح ِر َو َرزقن ُه ْم ِّم َن الط ِّي ٰب ِت َوفضلن ُه ْم َعٰل‬ ‫ولقد كرمنا ب ِ ي‬
ً َْ ََْ َ َ
}٧٠{ ‫ك ِث ْ ٍّت ِّم َّم ْن خلقنا تف ِض ْيًل‬

Artinya: "(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna". 1

Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada
Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat
perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang
diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

1
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002), h. 10.

4
Macam Akhlak Kepada Allah SWT

1. Taat Terhadap Perintah-Nya


Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim adalah beretika Kepada
Allah SWT, adalah dengan menaati segala perintah-Nya, padahal Allah SWT -lah
yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah SWT berfirman dala Al-
Qur'an surat An-Nisa ayat 65 Artinya: "Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman
sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan. (schingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya". Dengan demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi
keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini
merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan pada diri seseorang tersebut.

2. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amanah Yang Di Embankan Padanya


Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah
memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya. Karena
pada hakekatnya, kehidupan ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh
karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT berikan
padanya, maka itu menjaga amanah yang kelak akan diminta pertanggung jawaban
dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda dari ‘Umar r.a
Rasulullah SAW bersabda: "Setia kalian adalah peminpin, dan setiap kalian
bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang Amir
(presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba
adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas aa
yang dipimpinnya". (HR. Muslim).

3. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT


Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT,
adala ridho terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya.

5
Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun keluarga yang
kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal
lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin terhadap
apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa
keburukan. Rasulullah SAW bersabda : "Sungguh mempesona perkara orang
beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia
mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan
hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Bukhari). Apalagi
terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pendangan kita terhadap
sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik, justru
buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai
kebaikan bagi diri kita

4. Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya


Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh karena itulah,
etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus kedalam kelupaan
sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada
Allah SWT. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman dalam surat Ali ‘imran ayat
135 yang artinya: "Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa
selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka
mengetahui".

5. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya


Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim terhadap
Allah SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang
bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena. pada hakekatnya
seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an
Allah SWT berfirman "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan

6
supaya mereka kepada-Ku". beribadah Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak
gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan
seorang muslim terhadap Allah SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki
sikap mahdhah saja, seperti puasa, shalat, haji dan lain sebagainya. Perealisasian
ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktifitas dalam
rangkaian tujuan untuk dapat menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini.
Sehingga islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam
pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

6. Banyak Membaca Al-Qur'an


Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim
terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi
ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu,
tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin
yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut asma-Nya dan
juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi manakala kita
mengetahui keutamaan membaca Al-Qur'an yang demikian besarnya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada kita: "Bacalah Al-Qur'an,
karena sesungguhnya Al-Qur'an itu dapat memberikan syafa'at di hari kiamat
kepada para pembacanya". (HR. Muslim) Adapun bagi mereka yang belum bisa
atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa
mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus
terbata-bata dalam membaca Al-Qur'an tersebut, maka Allah SWT pun akan
memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda: "Orang (mu'min) yang membaca Al-Qur'an dan ia lancar dalam
membacanya, maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang
mu'min yang membaca Al-Qur'an sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat
(dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat".
(HR. Bukhori Muslim). 2

2
Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : RajaGrafindo, 2004), h. 14.

7
B. Akhlak kepada Rasulullah SAW
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan
untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita banyak
mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun ke anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang berharga,
yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh pada keduanya
dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang yang
melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak hanya itu, mereka kemudian
malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak sesuai dengan syari'at.

Macam Akhlak Kepada Rasulullah SAW

1. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita
sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah- sunah yang telah
beliau wariskan. "Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-
sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala)
seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah).
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum muslimin atau antara mereka
dengan Ulil Amri atau sesama Ulil Amri maka wajib baginya mengembalikan
persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu dgn merujuk kepada
kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan
kembali kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya dalam menyelesaikan segala
perkara dan tidak akan berhukum kepada selain keduanya. Jika tidak maka iman
seseorang dapat diragukan dari ketulusannya.

2. Mencintai Keluarga Nabi SAW


Rasulullah SAW bersabda, "Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua
perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan
yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang
teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu

8
denganku di telaga al-Haudh." (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz 2, Tirmidzi,
Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam kitabnya
Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).
Tidak dipungkiri lagi bahwa keluarga Nabi SAW yang terkenal dengan sebutan
ahlubait adalah manusia-manusia yang mempunyai kelebihan dan keutamaan-
keutamaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya setelah Rasulullah SAW. Akan
tetapi sangat disayangkan sekali bahwa banyak sekali kaum Muslimin yang
melupakan dan bahkan tidak mengetahui eksistensi mereka (keluarga Nabi SAW).
Hadits di atas adalah salah satu dari puluhan bukti otentik yang sangat jelas yang
mengisyaratkan kepada kita semua bahwa begitu besar keutamaan mereka hingga
Nabi SAW berwasiat kepada para sahabatnya dan kita khususnya sebagai umat
Islam agar selalu berpegang teguh kepadanya (Al-Quran & Ahlulbait), jika tidak
maka akan tersesatlah mereka yang berpaling dari dua perkara besar tersebut.
Mengapa keluarga Nabi Saw? Apakah beliau Saw berkata seperti itu hanya
dikarenakan faktor kasih sayang beliau terhadap keluarganya dan juga karena
hubungan darah semata? Tentu saja tidak, karena segala perkataan yang keluar dari
mulut suci beliau pasti atas dasar petunjuk dari Allah SWT, sebagaimana firman-
Nya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat." (QS. An-Najm: 3-5).

3. Membaca Shalawat dan Salam


Selawat atau Shalawat (bahasa Arab : ‫ ص لوات‬adalah bentuk jamak dari kata
salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT. Membaca shalawat untuk
Nabi SAW, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah
SWT untuk Nabi SAW dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga
beliau (Nabi SAW) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya
tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang
muslim membaca selawat untuk Nabi SAW, dimaksudkan mendoakan beliau
semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan selalu mendapatkan keselamatan.

9
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi
SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi SAW hendaknya disertai dengan
niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan
menghormati beliau. 3

4. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti masuk atau
mengunjungi. Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat tertentu
yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah. Namun sering kali kata ziarah disebut
oleh kebanyakan orang adalah berkunjung ke makam dan dan mendoakannya
sambil mengingat akan diri sendiri dan mengambil pelajaran tentang kematian.
Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni beerziarah menurut syari'at
dan berziarah yang berbentuk bid'ah. Pada awal sejarah islam, yang namanya ziarah
itu diharamkan bagi laki-laki maupun perempuan, dikarenakan khawatir akan
goncangnya keimanan. Namun, ketika aqidah umat islam sudah demikian mantap
dan telah diketahui hukum berziarah serta tujuannya, maka dibolehkan karena pula
ada hadits yang membolehkannya. Madzhab syafi'i berpendapat bahwa ziarah
kubur hukumnya sunnah, sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah kubur
hukumnya mubah.

5. Melanjutkan Misi Rasulullah.


Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas
yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan
Allah tidak akan mengutus lagi scorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan
nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang
sebenamya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul
ini ditegaskan oleh Rasul Saw: Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa

3
2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/.(online).Medan. Diakses pada 13 Oktober
2023

10
hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang
baik kepada Nabi Muhammad Saw. 4

4
Masyur, Akidah Akhlak II, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 1997), H. 176.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kajian tentang akhlak Kepada allah dan Rasulnya merupakan kajian yang
sangat penting, karena jatuh bangunnya suatu bangsa ataupun masyarakat
tergantung pada bagaimana akhlak manusia. Seseorang yang berakhlak mulia akan
memenuhi kewajiban terhadap dirinya, memberikan hak kepada yang berhak, dia
akan melakukan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap Rosulnya, Oleh karena
itu, secara tidak langsung berahlak kepada allah dan rosulnya dapat mewujudkan
kehidupan yang sejahtera dan harmonis di dunia ini, dan menjadi kunci
kebahagiaan abadi di akhirat kelak

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini pastilah banyak khilaf dan salah. Oleh
karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan demi terpenuhinya makalah dengan
kriteria yang baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2002.


Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo, Jakarta. 2004
Mansyur, Akidah Akhlak II. Ditjen Binbaga Islam, Jakarta. 1997.
2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/.(online).Medan. Diakses pada 13
Oktober 2023

13

Anda mungkin juga menyukai