Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ISLAM DAN PERSOALAN HIDUP DAN KERJA”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH AL
ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN III

Dosen Pengampu :
Risdiani, M.Si

Disusun Oleh :

1. Umi Hani Fuadiah ( 202102080004 )


2. Amelia Fatmawati ( 202102080007 )

PRODI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Islam dan persoalan hidup dan kerja” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah “Al-Islam Kemuhammadiyahan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Akhlak secara umum bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Risdiani M.S.I. selaku dosen mata
kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 30 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Islam dan Persoalan Hidup dan Kerja.........................................................................5
1. Hakikat hidup dan kerja...........................................................................................5
2. Rahmat Allah Terhadap Orang Yang Rajin Bekerja...............................................7
3. Akhlak dalam bekerja..............................................................................................8
4. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja............................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi,
seperti kebutuhan makan, minum, handphone, tas, rumah, kendaraan dan lain
sebagainya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita harus bekerja. Agama
Islam yang berdasarkan Al-Quran dan Hadist sebagai tuntunan dan pegangan
bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah
saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah
yang berkenaan dengan kerja. Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita
dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan
tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak
boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan Alquran dan Hadis. Dalam
makalah ini akan membahas tentang hakekat hidup dan kerja, rahmat Allah
terhadap orang yang rajin bekerja, akhlak dalam bekerja, keharusan
profesionalisme dalam bekerja.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana hakekat hidup dan kerja dalam Islam?
2. Seperti apa rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja?
3. Bagaimana akhlak dalam bekerja menurut Islam?
4. Bagaimana keharusan profesionalisme dalam bekerja menurut Islam?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan hakekat hidup dan kerja dalam Islam?
2. Menjelaskan rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja?
3. Menjelaskan akhlak dalam bekerja menurut Islam?
4. Menjelaskan keharusan profesionalisme dalam bekerja menurut Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan Persoalan Hidup dan Kerja


Hakekat hidup dan kerja, rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja,
akhlak dalam bekerja, keharusan professionalisme dalam bekerja.

1. Hakikat hidup dan kerja


Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi
yang membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an , nafs
diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Allah swt. Katakana
dalam surat al-Syams ayat 7-8“Demi Nafs serta penyempurnaan ciptaanny,
Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketaqwaan”. Allah
mengilhamkan, berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat
menangkap ma’na baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan
kebaikan dan keburukan.

Meskipun nafs berpotensi positif  dan negative, namun diperoleh pula


isyaratka bahwa pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada
potensi negetifnya. Hanya saja daya Tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik
kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar memelihara kesucian nafsnya. Firman
Allah dalam surat al-Syams ayay 9-10.”sungguh beruntunglah orang-orang yang
menyucikannya dan merugilah orang-orang yang Mengotorinya”Kecendrungan
nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari isyarat ayat, misalnya  terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 286 “  Allah  tidak membebani seseorang,
tetapi  sesuai dengan kesanggupan nya. 

Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh


siksa dari apa yang diusahakannya”Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat
qalb yang sering diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada
dalam diri manusia, qalb pun demikian, hanya saja qalb yang merupakan wadah
dipahami dalam arti alat, sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 179
“mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan untuk memahami”. Selain
kata qalb,dalam al-qur’an juga terdapat kata fu’ad, seperti dalam firman-Nya
dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu maka Dia memberimu (alat) pendengaran, (alat)
penglihatan serta hati, agar kamu bersyukur  (mempergunakannya memperoleh
pengetahuan)”Kemudian manusia juga memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya
dalam surat al-Isra’ ayat 85 “ Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh,
katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”
Ada yang berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa,  tetapi apa bedanya
manusia dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain ?. Dalam surat al-
mu’minun dijelaskan bawa dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk
ini khalq akhar (makhluk yang unik), yang berbeda dengan makhluk lain. Karena
manusia memiliki ruh lah ia mudah menerima wahyu dari Allah swt.
Mempelajari wahyu dikatakan santapan rohani, bukan santapan nyawa.
Manusia berpotensi mendapatkan  hidayah Karena mempunyai roh.Selain
memiliki nafs, qalb, dan ruh manusia juga memiliki ‘aql. Kata ‘aql dalam al-
qur’an menggunakan bentuk kata kerja masa kini dan lampau. Dari segi bahasa,
kata ini dapat diartikan tali pengikat, penghalang. ‘Aql merupakan sesuatu yang
mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau berbuat
dosa.

Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 151 “…” dan janganlah kamu
mendekati perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan  Allah kecuali demi kebenaran, itulah
wasiat Allah kepadamu agar kamu ber’aqal (dapat memahaminya)” Menurut
Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup, Islam  sangat memuliakan ‘aql, maka
dari itu Islam adalah agama yang menjunjung tinggi “aql. Orang yang dapat
menempatkan dirinya merasa terikat pada aturan-aturan Allah dalam firman-
firman-Nya, maka itulah sebenarnya orang-orang yang ber’aqal. 
Seorang muslim dalam aktifitas kehidupnya dapat menggunakan ‘aqalnya
jauh dari perbuatan keji, ruhnya banyak berisikan wahyu Allah, hatinya jadi
tentram sehingga dirinya terkendali kejalan yang diredhai Allah, terhindar dari
langkah-langkah syetan yang buruk   Demikianlah hakekat hidup manusia dengan
berbagai potensi yang terdapat dalam dirinya untuk melaksanakan pekerjaan.

2. Rahmat Allah Terhadap Orang Yang Rajin Bekerja


Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abu bakar siddiq berkata “aku
benci orang berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk dunia
atau untuk kepentingan di akherat kelak”Dalam hal ini khalifah umar sangat
menghargai dan menyenangi orang yang rajin bekerja dan beraktifitas Sebagai
muslim yang ta’at, Umar selalu mendorong umat Islam untuk memiliki
semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas.

Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah


pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan
dikendalikan orang lain. Dan akau berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan
dari fitnah (ketika hidup dan mati). (H.R Bukhari dan Muslim)Orang muslim
yang akan berhasil dalam hidupnya adalah kemampuannya meninggalkan
perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan digantinya dengan
amalam yang bermanfa’at. Sabda Rasulullah Saw. Dari Abu hurairah“ Sebaik-
baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak
bermanfa’at” (HR. Tarmizi).

Bekerja bagi seorang muslim adalah dalam rangka mendapatkan rezki


yang halal dan  memberikan manfa’at yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
sebagai ibadahnya kepada Allah swt. Firman-Nya :“Apabila shalat telah
ditunaikan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya  agar kamu beruntung” (al-Jmu’ah:
10)Dalam pandangan Islam bekerja merukapan bagian dari ibadah,
makaaplikasi dan implementasinya perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/etika,
yang senantiasa disebut etika profesi. Etika/akhlaq yangmencerminkan sifat
terpuji, yaitu Shiddiq, istiqamah, futhanah, amanah dan tablig. Dari uraian
diatas, dapat difahami, bahwa seorang muslim yang akan mendapat kasih
sayang dari Allah swt.  Adalah  apabila orang itu jauh dari sifat malas, senang
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfa’at, rajin bekerja, tidak menyia-
nyiakan waktu, menyadari bahwa semua aktifitas yang dilakukan adalah dalam
rangka beribadah kepada Allah Swt.

3. Akhlak dalam bekerja


Seorang muslim dalam bekerja selalu berhati-hati dan terbuka pikirannya
kepada keindahan ciptaan Allah.

Dia menyadari bahwa Allah lah yang mengontrol  segala urusan dunia dan
kehidupan manusia. Dia mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, senantiasa
berzikir dan tawakal kepada-Nya. “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang bertawakal ( yaitu) orng-orng yang mengingatAllah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi ( sambbil berkata) Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini  dengan sis-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami
dari api neraka” (Ali Imran ayat 190-191)
Dalam bekerja dia tulus danpatuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun,
tidak boleh melampai batas, selalu ta’at mengikuti bimbingan Allah meskipun
tidak sesuai dengan keinginannya. Dia bertanggung jawab menjalankan
kewajiban pekerjaan yang telah ditetapkan untuknya. Bila ia mendapatkan
kendala, segera mencari penyebabnya dan siapmemikul semua konsekwensinya.
Dia memahami sabda Rasul Saw.  “Betapa indahnya  urusan orang Islam.
Seluruh urusan (kerjanya) adalah baikbagi dirinya. Jika ia mengalami
kemudahan, ia bersyukur, dan yang demikian itu baik bagi dirinya, jika ia
mengalami kesulitan , ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, dan itupun
juga baikbagi dirinya (HR. Bukhari).

Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu


bersyukur, ketika menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar . Mudah dan sulit
baginya sama, karena semua itu adalah untuk menguji kekuatan imannya. Pada
sa’atnya ia mendapatkan kesalahan dalam bekerja, menyimpang dari ketentuan
Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat akan Tuhannya,
menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas kekeliruannya.
“Sesungguhnya  orang-orang yangbertaqwa bila dalam dirinya timbul perasaan
was-was dari setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka waktu itu juga
mereka melihat kesalahan-kesalahannya (al-A’raf :201) Demikianlah akhlak
seorang muslim dalam bekerja.

4. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja


Profesonal  berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu bidang
pekerjan yang menjadi profesinya. Suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh
seseorang yang memang ahlinya, tentu akanmendapatkan hasil yang bermutu
dan baik. Sebaliknya suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang
bukan profesinya, akan mendapatkan hasil yang tidak bermutu dan bahkan akan
berantakan. Sabda Rasul Saw.  “Bila menyerahkan suatu urusan kepada yang
bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”.

Menurut sabda Rasul ini, seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya,


kalau ingin mengharpkan hasil yang berkualitas dan baik, maka dia harus
profeisinal / ahli dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya itu.

Ahli dalam bekerja, berarti  menguasai ilmu pengetahuan yang


berhubungan lansung dengan pekerjannya. Seorang pekerja yang bekerja dalam
dunia pertanian, tentu dia harus bereilmu tentang tanaman, pemupukan,
pengiran dan lain-lain. Dia harus mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya dalam pertanian. Sifat
kreatifits dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yangbermanfa’at
tentang pertanian akan muncul dalam dirinya.

Tentunya kreatif dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala


seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan,
peraturan, dan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk
pekerjanya.
Sebagai seorang guru (pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu keguruan,
jangan setengah-setengah, tapi belajar, terus belajar tentang profesi
keguruan  sampai akhir hayatnya.

Firmam Allah dalam al-Baqarah : 208  ”Hai orang yang beriman,


masuklah kamu kedalam kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah
kamu ikuti langkah-langkah setan, karena setan itu adalah musuhmu yang
nyata”. Tersirat dalam ayat ini, bahwa aktifitas  apapun yang dilakukan
menuntut pelakunya untuk  berilmu  secara mendalam dan menyeluruh (kaffah)
sesuai dengan profesinya.
Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya  kedalam wadah
islam secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah
islam /kedamaian. Ia damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia,
binatang, tumbuh tumbuhan dan alam raya semuanya. Wadah Islam secara
menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam secara menyeluruh
sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas dan bermutu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik,
psikologis, maupun sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan
sosial dan individu itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu
karena Allah tidak menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan
manusia harus mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa pentingnya
kemandirian ekonomi bagi setiap muslim. Kemandirian atau ketidak ketergantungan
kepada belas kasihan orang lain ini mengandung resiko, bahwa umat Islam wajib
bekerja keras. Dan syarat itu adalah memahami konsep dasar bahwa bekerja merupakan
ibadah. Dengan pemahaman ini, maka akan terbangun etos kerja yang tinggi.

Tujuan bekerja menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan
keluarga, dan memenuhi ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai
kerja, tetapi Islam juga memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan
haram.

B. Saran
Bekerja dengan sunguh-sunguh merupakan mencirikan seorang muslim yang taat
kepada Allah Swt. Allah tidak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu merubah
nasibnya sendiri, kehidupan kita tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan sandang dan
pangan. Untuk memperoleh itu semua kita harus bekerja untuk memperoleh kondisi
ekonomi yang baik, Islam sudah memberikan penjelasan bagaimana cara bekerja secara
sungguh-sungguh dan professional. Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh
untuk mendapatkan rahmat dan ridho Allah Swt dan memperoleh rezeki yang halal.
DAFTAR PUSTAKA

KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, Gema Insani Press, Jakarta,
2002, hlm. 2-26.
Prof. Dr. Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Jiwa dan Semangat Islam, Gema Insani
Press, Jakarta, 1992, hlm. 36-38.
Drs. M. Thalib, Pedoman Wiraswasta dan manajemen Islami, CV. Pustaka Mantiq,
Solo, 1992, hlm. 18-20
KH. Toto Tasmara, Ibid, hlm. 73-139.

Anda mungkin juga menyukai