MAKALAH
MACAM-MACAM AKHLAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyaan yang
diampu oleh Izzul Islam Alwi, S.Sos.
Alhamdulillahirobbillalamin, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Macam-macam Akhlak”.
Kami berterimah kasih kepada Bapak Izzul Islam Alwi, S.Sos Selaku dosen mata kuliah
Al-islam dan Kemuhammadiyaan dan teman-teman sekalian yang telah ikut membantu
selesainya makalah ini.
Dengan selesainya makalah yang kami buat diharapkan dapat memberikan masukan
yang menambah pengetahuan pembaca. Semoga pembaca dapat memanfaatkan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Karena makalah ini jauh dari kata sempurna, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki penyusunan makalah yang berikutnya. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun
Kelompok I
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Akhlak.......................................................................................................6
B. Macam – macam Akhlak..............................................................................................6
1. Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah........................................................................6
2. Akhlak terhadap Individual dan Sosial.....................................................................11
3. Akhlak terhadap Lingkungan..................................................................................15
4. Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.................................................17
BAB III...............................................................................................................................23
PENUTUP...........................................................................................................................23
Daftar Pustaka....................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad
SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa
faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak
dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di
berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya
di dunia dan akhirat.
Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya etika, moral dan Akhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk. Ajaran-ajaran Akhlak sebagaimana yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat dalam
beberapa ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam Q.S Al-Ahzab : 21 yang artinya “
Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang bagimu
” . Dan juga dalam hadits Nabi Muhammad SAW. ” sesungguhnya hamba yang
paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya ”.
B. Rumusan Masalah
Tujuan pokok ajaran Islam adalah untuk membentuk Akhlakul Karimah (Akhlak yang
mulia). Kata Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu “Akhlaku” bentuk jamak dari
kata “Khalaqa” yang berarti perangai, Tingkah laku, Budi Pekerti atau Tabiat yang
terbentuk melalui keyakinan atau ajaran tertentu.
Didalam Al-Qur’an makna perangai yang demikian dapat dipahami dari Q.S Al-
Qolam :4, yang artinya “sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti
yang agung.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan sebagian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang
tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa
merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Akhlak
yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat
manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan
yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau
perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia
dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk.
Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7,sebagai
berikut :
Artinya :
5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia
tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang
dada. (QS. At-Tariq:5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati, di samping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl: 78
Artinya:
"Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati,
agar kamu bersyukur. ( Q.S An-Nahl : 78).
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-
Jatsiyah:12-13.
Artinya :
(12) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari
karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk
kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari
pada Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kamu yang berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat al-Israa':70.
Artinya:
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut
mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan. (Q.S Al-Israa : 70).
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak"
bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah ﷺ, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak
baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang
tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung
sebagaimana para sahabat telah melakukannya. Di sini akan dijelaskan akhlak kepada
Rasul, di antaranya yaitu :
a. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul ﷺmerupakan salah satu bagian dari rukun iman.
Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam
keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi
kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan
bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha
dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana
hadits Nabi ﷺ:
‘Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul.’ (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih
mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau
mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:
‘Maka demi Zat yang jiwaku di tanagn-Nya, tidaklah beriman seseorang dari kaian
hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya.’ (HR. Bukhari,
Muslim dan Nasa’i).
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang
yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisaa:69).
Di samping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul ﷺ,
Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan
dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman dalam al-Qur’an
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah ﷺdiutus memang
untuk ditaati, Allah Swt berfirman :
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati
dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS An-Nisaa : 64)
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab : 56)
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu akan membawa keberuntungan
bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul ﷺ:
‘Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah
akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.’ (HR. Ahmad)
‘Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.’ (HR. Hakim)
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah ﷺ.
‘Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil
tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka
hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.’ (HR. Ahmad, Bukhari dan
Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah. (QS. An Nahl:114).
c. Menjaga Kesehatan
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih
dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan.
Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan
kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka
katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa
yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim)
Allah SWT berfirman yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-
mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh
Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan
kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan,
dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.Firman Allah SWT :
َرقِي ًبا َعلَ ْي ُك ْم َهللا َّاِن
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu
untuk menghitung-hitung amal hariannya. Firman Allah SWT yang Artinya : “Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu.
Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam
nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan
penderitaan.Firman Allah SWT yang Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
“Wahai Rasulullah saya memiliki dua tetangga lalu kepada siapa dari keduanya aku
memberi hadiah? Beliau menjawab: kepada yang pintunya paling dekat kepadamu.”
َ َج ُي ْؤ ِذ فَاَل اآْل خ ِِر َوا ْل َي ْو ِم ِ ِباهَّلل ُ ُي ْؤمِن َ َكان َْمن
ُاره
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu
tetangganya.”
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan
penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan
orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas
dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
ص َد َق ٌة َ َك إِاَّل َب ِهي َم ٌة أَ ْو ٌإِ ْن َسان أَ ْو َط ْي ٌر ِم ْن ُه َف َيأْ ُك ُل َزرْ عًا َي ْز َر ُع أَ ْو َغرْ ًسا ُ َي ْغ ِرس مُسْ ل ٍِم ْمِن َما …
َ ِب ِه لَ ُه ان
Artinya :
“…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian
tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan
tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
ُم َت َرا ِكبًا ًًّبا67 َح ُه66 ِم ْن ُن ْخ ِر ُج َخضِ رً ا ِم ْن ُه َفأ َ ْخ َرجْ َنا َشيْ ٍء ُك ِّل اتَ َن َب ِب ِه َفأ َ ْخ َرجْ َنا َما ًء ال َّس َما ِء م َِن أَ ْن َز َل الذي َوه َُو
ُ
َإِل رُوا6ا ْنظ ِاب ٍه6 ُم َت َش َو َغي َْر ُم ْش َت ِبهًا َّانَ َوالرُّ م ون َ الز ْي ُت
َّ َو ب ٍ أَعْ َنا ْمِن ت ٍ َو َج َّنا دَا ِن َي ٌة ٌقِ ْن َوان َط ْل ِع َها ْمِن ال َّن ْخ ِل َوم َِن
)99(ون ُ َ
َ ي ُْؤ ِمن لِق ْو ٍم ت ٍ آَل َيا َذلِ ُك ْم فِي َّإِن َو َي ْن ِع ِه أَ ْث َم َر إِ َذا َث َم ِر ِه ى
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau
itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan
tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):
َ ُ َيأْ ُكل َف ِم ْن ُه ًًّبا67 َح ِم ْن َها َوأَ ْخ َرجْ َنا أَحْ َي ْي َنا َها ْال َم ْي َت ُة ُاأْل َرْ ض لَ ُه ُم َو َءا َي ٌة
ون
Artinya : “Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari
padanya mereka makan”.
Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :
Artinya : ”Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah
yang hak dan sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti
kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air.
Rasululullah saw bersabda :
ِّ َو يق
الظ ِّل َّ َو َقار َع ِة ْال َم َوار ِد فِي از
ِ الط ِر َّ ْال َماَل عِ َن ا َّتقُوا …
َ ْال َب َر الثاَل َث َة
ِ ِ
Artinya : ”Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber
air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga bersabda : فِي ِه َي ْغ َتسِ ُل ُث َّم َيجْ ِري اَل الَّذِي الدَّائ ِِم ْال َما ِء فِي أَ َح ُد ُك ْم َّ َيبُولَن اَل (Janganlah
salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian
mandi disana. HR. Al-Bukhari)
ور
ٍ طُ ُف ْمِن َت َرى َه ْل ص َر
َ ْال َب َفارْ ِج ِع ت
ٍ ُ َت َفاو ْمِن الرَّ حْ َم ِن َخ ْل ِق فِي َت َرى َما طِ َبا ًقا ت
ٍ َس َم َوا َسب َْع َخلَ َق الَّذِي
Artinya: “Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.”
Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan
moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun
meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia
cenderung menyimpang, lalai serta merusak.
Tetapi menurut al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh
perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan
hal tersebut adalah QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
4. Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
1) Musyawarah
Kata ( ورىOOش ) Syûrâ terambil dari kata ( اورةOO إستش-اورةOO مش-اورةOO )شmenjadi
( شورى ) Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang
terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain.Dalam Lisanul
‘Arab berarti memetik dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini terambil dari kalimat (شرت
)العسلsaya mengeluarkan madu dari wadahnya.
Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah
adalah surah Al-Syura ayat 38:
َِ KL َوالَّ ِذينَ ا ْستَ َجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوأَقَا ُموا الصَّالةَ َوأَ ْم ُرهُ ْم ُشو َرى بَ ْينَهُ ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُ ْن
ِف
1. Menegakkan Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara
lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai
membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau
kelompok. Dengan status yang sama.
Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak
seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum
(QS. An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan konflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil
terhadap musuh (QS. Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan
129); dan adil dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).
b. Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan
sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status
sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’4:58).
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka
ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9:71).
Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar
tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada kaum perempuan,
walaupun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kodrat dan fungsi masing-masing.
Jika umat Islam ingin mendapatkan kedudukan yang kokoh di atas permukaan
bumi, disamping mendirikan shalat dan membayar zakat mereka harus melakukan amar
ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.”(QS. Al-Haji 22:41)
Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala bentuk
kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Atau dalam bahasa sekarang azh-
zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang bertentangan dengan
ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme,
hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan,
keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya.
At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah SWT
dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Menurut Sayyid Qutub, Thaghut
adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah
digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup,
peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya(Q.S. An-Nisa :59)
2. Mengoreksi dan mengevaluasi perjalanan Negara seperti hal nya dalam al-
quran Surah al-ashr (1-3).
Isi kandungan ayat di atas bahwasanya islam perlu saling nasihat-menasihati
agar tercipta kehidupan negar yang dinamis.Budaya kritis ini menjadi parameter
keberuntungan umat islam.karena dalam islam yang salah ya salah tidak ada
penyelewengan dalam kebenaran.
Disamping itu ada kewajiban lain yang terkait dengan akhlak terhadap Negara
bahwa setiap warga Negara bis menggunakan dan menuntut haknya ,Hak tersebut
adalah :
a) Hak dalam berpolitik
Hak memilih
Hak musyawarah
Hak control rakyat
Hak memecat
Hak pencalon
Hak menjadi aparat Negara
b) Hak Asasi
Mendapatkan persamaan didepan hukum dan peradilan
Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih serta hak kesenangan yang bersifat
pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun warga Negara berhak untuk menjaga
kemaslahatan negaranya.Dengan memegang dan mencerminkan akhlak- akhlak yang menjadi
jalan menuju keberhasilan serta hiasan sdan pondasi membangun kebagiaan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu “Akhlaku” bentuk jamak dari kata
“Khalaqa” yang berarti perangai, Tingkah laku, Budi Pekerti atau Tabiat yang terbentuk
melalui keyakinan atau ajaran tertentu.
Macam-macam Akhlak :
https://www.bloggerkalteng.id/p/berkenaan-dengan-akhlak-kepada
allah.html
https://atriulfa716ryani.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-akhlak-
terhadap.html?m=1