Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

KELOMPOK III

MOH. ANDRIYANTO S ABDUL 2120009


AYUDHIA NAHU 2120008
NURMILANDA ADAM 2120016
SITI RAHMATIYA YASIN 2120003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus kami
sampaikan terima kasih.
Dalam penyusunan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatau permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan seni penyampaiaan informasi (pesan, ide, sikap, atau
gagasan) dari komunikator atau penyampaian berita, untuk mengubah serta
membentuk perilaku komunikasi atau penerima berita (pola, sikap, pandangan, dan
pemahamannya), kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Menurut Taylor (1993) mengemukakan komunikasi adalah proses pertukaran
informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti
dalam komunikasi terjadi penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan
penerima informasi sehingga mendapatkan pengetahuan. Komunikasi harus
dilakukan secara efektif agar komunikasi itu dapat mudah di mengerti oleh
komunikan, komunikasi yang efektif dapat dilakukan apabila seseorang yang
berkomunikasi memahami tentang pengertian dari komunikasi efektif, proses
komunikasi efektif dan unsur-unsur komunikasi efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi


Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi/pesan. PPeran
komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia yang pada hakikatnya adalah
mahluk social. Manusia tidak hidup sendiri dengan pikirannya sendiri, seseorang
perlu melakukan interaksi dengan orang lain, mengkomunikasikan isi pikirannya
kepada orang lain. Dalam berkomunikasi, ada banyak faktor yang mempengaruhi
jalannya proses komuniksi itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi setiap unsur komunikasi baik
bersifat positif maupun negatif. Faktor tersebut yaitu :
1. Kredibilitas Pemberian Pesan
Kredibiilitas terdapat dan berpengaruh pada sumber (komunukator) dalam
keberhasilan proses komunikasi , karena hal ini mempengaruhi tingkat
kepercayaan sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
2. Isi Pesan
Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi
kebutuhan klien atau yang dapat memecahkan masalah klien.
3. Kesesuain Dengan Kepentingan Sasaran
Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.
Karena itu dalam berkomunikasi dengan klien perawat harus memahami terlebih
dahulu permasalahan klien.
4. Kejelasan Pesan
Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak
terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan yang diberikan oleh
perawat.
5. Kesinambungan dan Konsistensi
Agar pesan yang disampaikan bisa konsisten dan brkesinambungan,
seorang perawat perlu membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan
intervensi atau berkomunikasi dengan klien. Disamping itu perlu adanya
pemahaman yang sama antara tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim
agar informasi yang diberikan kepada klien sama atau konsisten agar terjadi
perubahan perilaku klien.
6. Saluran
Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus
disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan media yang tepat
dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga perubahan yang diharapkan
dapat tercapai.
7. Kapabilitas Sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam menyampaikan pesan,
komunikator harus memeperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima
pesan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya
dan sebagainya
Persepsi, nilai, latar belakang budaya, oengetahuan, peran dan lokasi
interaksi mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan.
Komunikasi interpersonal dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang
dipengaruhi secara berbeda oleh variable interpersonal. Variable interpersonal
membuat setiap komunikasi interpersonal menjadi unik. Setiap orang membuat
asosiasi berbeda dan menginterpretasikan pesan secara berbeda. Pemahaman
faktor ini membantu seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki
kesulitan berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu.

B. Faktor Internal
a. Perkembangan
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas
untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan
kegagalan perkembangan seperti paralysis cerebral, autisme dan sindrom sown
akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan
secara langsung berhubungan dengan perkembangan neurology dan intelektual
(Whaley dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan
stimulasi untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang
tua memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat
menggunakan tehnik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari
berbagai tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat
harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. K
eduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana
perawat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka.
b. Persepsi
Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memehami kejadian
secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi.
Seorang perawat mungkin berkata :”Saya perhatikan anda menjadi diam sejak
keluarga anda pergi. Apakah anda mau membicarakannya?” Persepsi klien
terhadap maksud perawat akan mempengaruhi keinginannya untuk berbicara.
Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan dalam
persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam
komunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah
apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari
ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena
nilai adalah panduan umum tingkah laku, sangat penting bagi seorang perawat
untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai tersebut. Beberapa nilai mungkin
diketahui dengan mudah dan tanpa konflik (misalnya kerahasiaan atau
perawatan kulit bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi) sedangkan
yang lainnya mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit
untuk diartikulasikan (misalnya nilai tentang kematian dan hak untuk mati).
Memahami dan menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis
interaksi. Perawat sebaiknya tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi
hubungan professional. Gerakan tubuh yang memnghakimi akan
menghancurkan kepercayaan dan mengganggu komunikasi efektif.
d. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu.
Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi
oleh emosi. Klien yang marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas
perintah perawat dibandingkan mereka yang ketakutan. Emosi mempengaruhi
kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. Emosi juga dapat
menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan sesuatu atau tidak
mendengar pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya, seorang perawat tidak
boleh menganggapnya serius. Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan
mengamati interaksi mereka dengan keluarga, dokter atau perawat lainnya.
Ketika seorang perwat mengasuh klien, mereka harus mewaspadai emosi
mereka sendiri. Sangat sulit untuk menghindari emosi. Klien sangat peka dan
dapat merasakan rasa marah, frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk
mendiskusikan emosi pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial dari sejawat
akan membantu perawat mengekspresikan emosinya. Pemamfaatan program
asisten karyawan, pertemuan dengan teman sebaya dan penggunaan tim
interdisiplin seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral membuat perawat
dapat mengekspresikan perasaan dan emosinya pada tempat dan waktu yang
tepat. Hasil dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk
mencapai atau mengidentifikasi masalah dan apa yang menjadi perhatian
perawat.
e.Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan
wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling
mempengaruhi proses komunikasi secara unik. Tannen (1990) mendiskusikan
gaya komunikasi yang berbeda bagi pria dan wanita. Sejak berusia 3 tahun, anak
perempuan bermain dengan teman baiknya atau kelompok kecil dan
menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan
menetapkan atau menguatkan keintiman. Sebaliknya anak laki-laki,
menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasan dan menegosiasikan
aktivitas status dalam kelompok yang besar, meskipun ketika mereka ingin
berteman, mereka umumnya melakukannya dengan adu otot. Ketika dewasa,
pria dan wanita memiliki kesan yang sama sekali berbeda mengenai
perbincangan yang sama.
f. Pengetahuan
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata
dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. “insisi hampir
sembuh tanpa ada cairan abnormal” sama artinya dengan “insisi bersih dan akan
segera sembuh”. Dalam hal ini perkataan yang kedua akan lebih mudah
dipahami oleh pasien.
Perawat berkomunikasi dengan klien dan professional yang memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah essensial
ketika berkomunikasi dengan tingkat pengetahuan yang berbeda.

C. Faktor Eksternal
a. Budaya
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berpikir dan
merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya
melalui tingkah laku. Bahasa, pembawaaan, nilai dan gerakan tubuh
merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara klien dan perawat
melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi. Perawat belajar
untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi. Pengaruh
kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan
berkomunikasi.
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala atau
perasaan menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan
diri atau ketika keinginan untuk menunjukkan emosi dan informasi psikologis
pada orang lain. Misalnya orang Amerika dan eropa lebih terbuka dan ingin
mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi sedangkan orang Amerika Latin,
Afrika dan Asia enggan untuk mengemukakan informasi pribadi atau keluarga
pada orang asing seperti perawat atau dokter.
b. Peran dan Hubungan
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan
peran mereka. Pelajar menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka
bicara dengan teman atau dengan instruktur, dokter atau rohaniawan. Kata-kata,
ekspresi wajah, nada suara dan gerakan tubuh bergantung pada bagaimana
orang tersebut menerima komunikasi.
Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan
sejawat, bercanda mengenai kejadian sehari-hari dan berbagi cerita yang
menyenangkan. Namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk
pertama kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Dengan mengantisipasi
keprihatinan, perawat menunjukkan rasa hormat dengan menggunakan nama
kelurga klien dan menghindari humor sampai mereka dapat menentukan reaksi
pasien terhadapnya. Klien mungkin lebih mencari dukungan daripada cerita lucu.
c. Lingkungan
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam lingkungan
yang nyaman. Ruangan yang hangat, bebas dari kebisingan dan gangguan
adalah yang terbaik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat
mengakibatkan kebingungan, ketegangan atau ketidaknyamanan. Misalnya ,
klien yang takut pada siagnosa kanker akan keberatan untuk mendiskusikan
penyakitnya dalam ruangan tunggu yang sibuk dan penuh sesak. Gangguan
lingkungan mengganggu pesan dikirimkan antara dua orang.
Perawat memiliki semacam kontral ketika memilih lingkungan untuk
melakukan komunikasi dengan klien. Kantor atau ruang duduk yang tenang
sangat ideal. Ketika klien dikunjungi di rumah, kamar tidur atau ruang baca
mungkin yang terbaik.
d. Ruang dan Teritorial
Territorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya. Territorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki
identitas, keamanan dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam
ketika orang lain memasuki teritorialnya karena hal tersebut mengganggu
homeostasis psikologis, menimbulkan kecemasan dan menyebabkan munculnya
perasaan kehilangan kontrol.
Dalam interaksi sosial orang secara sadar mempertahankan jarak antar-
mereka sendiri. Perawat seringkali bekerja dengan klien dalam situasi dimana
ruang dan teritorialnya sangat penting. Dengan sentuhan, jarak yang
memisahkan perawat dengan klien harus dibatasi oleh situasi dan budaya.
Pengikatan pasien secara fisik sangat berbahaya dan melukai diri, resusitasi dari
mulut ke mulut, menggendong bayi yang sedang menangis dan memperbaiki
fungsi ekskresi pada pasien inkontinensia membutuhkan tindakan invasif yang
membutuhkan ruangan yang intim.
e. Media
Media pengiriman pesan dapat berupa :
 Komunikasi verbal/oral yang terdiri dari komunikasi tatap muka, melalui
telepon, rapat/pertemuan dan presentasi.
 Komunikasi tertulis, dapat berupa surat, pengiriman email, SMS, leaflet,
brosur dan lain sebagainya
 Komunikasi non verbal, yang berupa ekspresi wajah, gerakan dan
posisi tubuh, cara berbicara, penampilan.
Media yang digunakan juga mempengaruhi dalam proses komunikasi. Seperti
penggunaan bahasa atau symbol, ekspresi wajah yang tidak tepat akan
menimbulkan persepsi yang berbeda juga bagi komunikan.
f. Bahasa
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa (Misalnya bahasa Inggris, bahasa
Indonesia, dan lainnya) (Ellis dan Nowlis, 1994).
Dalam penggunaan bahasa juga memerlukan :
 Kejelasan , yaitu memilih kata yang jelas dan tidak mempunyai arti yang
salah.
 Keringkasan, menunjukkan pesan anda singkat dan tanpa penyimpangan
untuk menghindari kebingungan tentang apa yang penting dan apa yang
kurang penting.
 Sederhana , memilih bahasa yang sederhana dan biasa digunakan.
Sebuah bahasa yang telah berkembang adalah keberhasilan besar dari
tubuh dan pikiran manusia dan merupakan perkembangan dari saluran-saluran
komunikasi yang lebih primitif. Bahasa diperlukan untuk mengungkapkan ide-ide
yang kompleks dan abstraks yang ada di dalam kebudayaan dan organisasi
sosial. Isi leksikal dari sebuah pesan yaitu kata-kata itu sendiri, hanya dapat
menyampaikan arti jika penerima mengerti kata-kata itu. Hal ini sering diabaikan
oleh pengirim pesan. Setelah kunjungan dokter, kadang-kadang perawat diminta
untuk menjelaskan kepada pasien apa yang dikatakan dokter, misalnya
menerjemahkan bahasa teknis ke bahasa yang bisa dimengerti oleh mereka.
Sebagian dari pendidikan perawat adalah mengenal ide-ide dan konsep
pengetahuan kedokteran serta mampu menggunakan bahasa tersebut untuk
berkomunikasi secara efektif dengan para professional lain. Tetapi yang juga
penting adalah kemampuan untuk menyampaikannya dalam bahasa yang
umum.
Beberapa orang secara sadar (dan tidak sadar) menggunakan bahasa
untuk membingungkan, menciptakan kesan, mendominasi, merendahkan dan
memberi nilai pada kedudukan sosial mereka. Penggunaan bahasa seperti ini
adalah sebuah contoh dari pengiriman pesan majemuk di mana arti yang ada
dipermukaan tidak terlalu penting (Sekunder) dibandingkan arti yang
terselubung. Seringkali kita mengalami berada di tengah orang-orang yang
menggunakan bahasa teknis untuk merumuskan batasan kelompok dan
mengucilkan orang lain. Pada pertemuan sosial profesi sering kita melihat
adanya dorongan untuk menyatukan kelompok-kelompok yang menggunakan
bahasa yang sama dan mengucilkan orang lain. Kelompok remaja sering
menggunakan bahasa khusus untuk kelompoknya.
Karena pendengaran adalah indera yang menerima isi leksikal dalam
percakapan, maka tuli merupakan kerusakan berat dalam komunikasi tatap
muka. Bahasa isyarat tuna runggu mengganti saluran pendengaran dengan
saluran penglihatan, tetapi bahasa ini tidak dapat terlalu kaya akan symbol.
Konselor para tunarunggu melaporkan betapa sulitnya terlibat nuansa dan
kesamaran perasaan klien mereka dibandingkan dengan mereka yang bisa
mendengar. Selain itu, suara juga mempunyai ruang tiga dimensi, kita dapat
mendengar pesan-pesan dari segala arah, sementara mata hanya menerima
pesan dari arah depan. Tetapi isi leksikal hanya merupakan sebagian dari pesan
yang dikirim dan kemudian diterima oleh pendengaran, selain itu juga terdapat
komunikasi non verbal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi/pesan. PPeran
komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia yang pada hakikatnya adalah
mahluk social. Manusia tidak hidup sendiri dengan pikirannya sendiri, seseorang
perlu melakukan interaksi dengan orang lain, mengkomunikasikan isi pikirannya
kepada orang lain. Dalam berkomunikasi, ada banyak faktor yang mempengaruhi
jalannya proses komuniksi itu sendiri.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada.
Kami banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
berguna, bagi kami khususnya dan juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai