Anda di halaman 1dari 34

“HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

NURAININ MALIK (2120013)

ESTILIA DUA HALE (2120003)

YUSTINA MARIANA NGUNU (2120005)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Hipertensi”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Makassar, 21 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................................3
A. Konsep Dasar Medik..........................................................................................................3
1. Definisi hipertensi..........................................................................................................3
2. Etiologi dan klasifikasi dari penyakit hipertensi...........................................................3
3. Patofisiologi dari penyakit hipertensi............................................................................6
4. Manifestaasi klinik dari penyakit hipertensi..................................................................9
5. Pemeriksaan diagnostic dari penyakit hipertensi...........................................................9
6. Penatalaksanaan medic dari penyakit hipertensi..........................................................11
7. Komplikasi dari penyakit hipertensi............................................................................11
8. Patofisiologi dari penyakit hipertensi..........................................................................11
9. Patoflow diagram dari penyakit hipertensi .................................................................13
B. Asuhan Keperawatan.......................................................................................................14
1. Pengkajian terhadap pasien hipertensi.........................................................................14
2. Analisa data dan diagnosa dari pasien hipertensi.........................................................17
3. Intervensi pasien hipertensi..........................................................................................23
4. Discharge planning terhadap pasien hipertensi............................................................28
BAB III PENUTUP.................................................................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................................29
B. Saran..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal
ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern.
Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum
kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang
berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern
serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit
non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal
serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang
bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga
dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung, ginjal, aorta,
pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi
bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada
waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.

1
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7. Apa sajakah klasifikasi dari hipertensi ?
8. Bagaimana patofisiologi dari pasien hipertensi ?
9. Bagaimana pathway dari pasien hipertensi ?
10. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?
11. Bagaimana pengkajian terhadap pasien hipertensi ?
12. Apa analisa data dan diagnosa dari pasien hipertensi ?
13. Bagaimana intervensi pasien hipertensi?
14. Bagaimana discharge planning terhadap pasien hipertensi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisihi pertensi.
2. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
3. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
7. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari hipertensi.
8. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari pasien hipertensi
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
10. Mengetahui dan memahami pathway dari pasien hipertensi
11. Mengetahui dan memahami pengkajian terhadap pasien hipertensi
12. Mengetahui dan memahami diagnosa dari pasien hipertensi
13. Mengetahui dan memahami intervensi dan rasional pasien hipertensi
14. Mengetahui dan memahami discharge planning terhadap pasien hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar medic


1. Definisi hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal ataukronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi
merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg
saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau keatas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2. Etiologi dan klasifikasi hipertensi


Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi
primer, seperti bertambahnya umur, strespsikologis, dan hereditas (keturunan).
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder.

3
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara
lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjartiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperal dosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensi aesensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapacara:
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
 Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari
pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun
atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer,
didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan
pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembarmonozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran
didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh

4
terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi
dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya
Hipertensi dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas
dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu
hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan kondisi tekanan darah
tinggi yang tidak diketahui penyebab pastinya, sebaliknya hipertensi sekunder terjadi
karena ada penyakit lain yang mendasari.
Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah dikatakan normal apabila sistoliknya ≤ 120 mmHg dan diastolik ≤ 80
mmHg, atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg. Hipertensi memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
 Prahipertensi, di mana tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik
mencapai 80 – 89 mmHg. Jika Anda memiliki kondisi prahipertensi, Anda termasuk
ke dalam kelompok berisiko tinggi terkena hipertensi. Karenanya, Anda disarankan
untuk merubah gaya hidup untuk mengurangi risiko hipertensi di masa depan.
 Hipertensi tingkat 1, yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan diastolik 90
– 99 mmHg. Jika tekanan darah Anda berada pada rentang ini, kemungkinan Anda

5
sudah memerlukan pengobatan karena risiko terjadinya kerusakan pada organ
menjadi lebih tinggi.
 Hipertensi tingkat 2, yang ditandai dengan tekanan sistolik > 160 mmHg dan
diastolik > 100 mmHg. Penderita biasanya sudah mulai mengalami kerusakan organ
tubuh dan kelainan kardiovaskular.
 Hipertensi krisis, yakni tekanan darah yang telah melebihi 180/120 mmHg. Kalau
tekanan darah Anda mencapai angka ini, segera hubungi dokter. Apalagi jika disertai
tanda-tanda kerusakan organ seperti nyeri dada, sesak napas, sakit punggung, mati
rasa, perubahan pada penglihatan, atau kesulitan berbicara.

3. Patofisiologi penyakit hipertensi


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

6
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung.

7
Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas ↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan


mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi NaCl
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler di pembuluh darah

Volume darah ↑ Diencerkan dengan ↑ volume


ekstraseluler

↑ Tekanan darah
↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Patofisiologi hipertensi.

(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

8
4. Manifestasi klinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent
killer karena dua hal, yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
b. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah
7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
8) Sering buang air kecil terutama di malam hari
9) Telinga berdenging

5. Pemeriksaan diagnostic
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

9
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsiumserum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliseridaserum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plakat eromatosa (efek kardiofaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteronurin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositomabila hipertensi hilang timbul.
k. Asamurat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal dan ureter.
n. Fotodada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada
dan/ EKG atautakik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, polaregangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.

10
6. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan non farmakologis
 Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapa tmenurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunanan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadara dosteron dalam plasma.
 Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda
atau berenang.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbul aknin toleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.

7. Komplikasi penyakit hipertensi


Menurut Corwin (2007) komplikasi dari hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

11
b. Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah yang melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertropi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat
menjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional
ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang
sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat, cepat,
dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh
susunan saraf pusat. Neuron- neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
e. Kejang
Dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat
lahir kecil pada masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian
dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau
sebelum proses persalinan.

12
8. Patoflow diagram

13
B. Asuhan keperawatan penyakit hipertensi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Identitas klienMeliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit kepala
, pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun
seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

14
g. Sirkulasi
1) Gejala :
 Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan
penyakit serebrovaskuler
 Episode palpitasi
2) Tanda :
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
 Murmur stenosis vulvular
 Distensi vena jugularis
 Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
 Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
1) Gejala :
 Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol
 Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
 Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda :
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema
 Glikosuria

15
 Neurosensori
3) Gejala :
 Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
 Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
4) Tanda :
 Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses
piker
 Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala
l. Pernapasan
a) Gejala :
 Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea. Dispnea
 Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
 Riwayat merokok
b) Tanda :
 Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
 Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
 Sianosis
m. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
n. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
 Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
 Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB
atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
o. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi obat.

16
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif,
2015) dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia \
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
hipertensi (Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017) :
a. Nyeri akut ( D.0077 )
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
 Subjektif : mengeluh nyeri.

17
 Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada, posisi menghindar
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Kriteria Minor :
 Subjektif : tidak ada
 Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait :
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaukoma
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
Penyebab : peningkatan tekanan darah
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
 Subyektif : (tidak tersedia)
 Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
Kriteria Minor :
 Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
 Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial
Kondisi klinis terkait :
 Tromboflebitis
 Diabetes mellitus
 Anemia
 Gagal jantung kongestif
 Kelainan jantung congenital

18
 Thrombosis arteri
 Varises
 Thrombosis vena dalam
 Sindrom kompartemen
c. Hipervolemia (D.0022)
Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.
Penyebab: gangguan mekanisme regulasi
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
 Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
 Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam
waktu singkat, jugular venous pressure (JVP) dan/atau Central Venous pressure
(CVP) meningkat , refleks hepatojugular positif.
Kriteria Minor :
 Subyektif : (tidak tersedia)
 Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar
Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.
Batasan karakteristik :
Kondisi klinis terkait :
 Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
 Hipoalbuminemia
 Gagal jantung kongesif
 Kelainan hormone
 Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )
 Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)
 Imobilitas
d. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas seharihari
Penyebab : kelemahan.
Batasan karakteristik :

19
Kriteria Mayor :
 Subyektif : mengeluh lelah
 Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat
Kriteria Minor :
 Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas , merasa lelah.
 Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat , gambaran EKG
menunjukan aritmia
 Gambaran EKG menunjukan iskemia
 Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
 Anemia
 Gagal jantung kongesif
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit katup jantung
 Aritmia
 Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
 Gangguan metabolic
 Gangguan musculoskeletal
e. Defisit Pengetahuan ( D.0111)
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu. Penyebab : kurang minat dalam belajar
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
 Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
 Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran , menunjukan persepsi yang
keliru terhadap masalah.
Kriteria Minor :
 Subjektif : ( tidak tersedia )

20
 Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat , menunjukan perilaku
berlebihan ( mis . apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria )
Kondisi klinis terkait
 Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
 Penyakit akut
 Penyakit kronis
f. Ansietas ( D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi.
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
 Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi , sulit berkonsentrasi.
 Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur .
Kriteria Minor :
 Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa tidak berdaya.
 Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat , diaphoresis , tremor , muka tampak pucat , suara bergetar , kontak
mata buruk, sering berkemih , berorrientasi pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait :
 Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
 Penyakit akut
 Hospitalisasi
 Rencana operasi
 Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
 Penyakit neurologis
 Tahap tumbuh kembang
g. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)

21
Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Factor Risiko : Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait :
 Gagal jantung kongesif
 Sindrom koroner akut
 Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis, trikupidalis , atau
mitralis )
 Atrial/ventricular septal defect
 Aritmia
h. Resiko Jatuh ( D.0143)
Definisi : Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.
Faktor Risiko :
 Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
 Riwayat jatuh
 Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
 Penggunaan alat bantu berjalan
 Penurunan tingkat kesadaran
 Perubahan fungsi kognitif
 Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
 Kondisi pasca operasi
 Hipotensi ortostatik
 Perubahan kadar glukosa darah
 Anemia
 Kekuatan otot menurun
 Gangguan pendengaran
 Gangguan kesimbangan
 Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma, katarak,ablasio, retina, neuritis optikus)
 Neuropati
 Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)

22
Kondisi klinis terkait :
 Osteoporosis
 Kejang
 Penyakit sebrovaskuler
 Katarak
 Glaucoma
 Demensia
 Hipotensi
 Amputasi
 Intoksikasi
 Preeklampsi

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi
(PPNI, 2018)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
 Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
 Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)
 Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

23
 Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer
meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
 Nadi perifer teraba kuat
 Akral teraba hangat
 Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
 Memonitor tekanan darah
 Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
 Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
 Memonitor suhu tubuh
 Memonitor oksimetri nadi
 Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
 Terbebas dari edema
 Haluaran urin meningkat

24
 Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
 Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara nafas tambahan)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
 Batasi asupan cairan dan garam
 Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
 Ajarkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi pemberian diuretic
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
 Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
 Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
 pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan
meningkat

25
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
 Pasien melakukan sesuai anjuran
 Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
 Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
 sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan untuk bertanya
 jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
 Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
 Pasien tampak tenang
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
 identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
 informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan prognosis
g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
 Tanda vital dalam rentang normal

26
 Nadi teraba kuat
 Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung ( mis: peningkatan
berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keluhan nyeri dada
 Berikan diet jantung yang sesuai
 Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
 Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
 Risiko jatuh saat berjalan menurun
 Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
 Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
 Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
 Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis. Morse scale,
humpty dumpty)

27
 Pasang handrail tempat tidur
 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpidah.

4. Perencanaan Pulang Pada Pasien Hipertensi


a. penjelasan menganai hipertensi
b. pengobatan
c. batasan diet dan pengendalian berat badan
d. latihan
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita. Jumlah garam
dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam
hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi
garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam
lain diluar natrium.
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark
jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuhtinggi (otak, ginjal, paru, minyakkelapa, gajih).
2) Makanan yang diolahdenganmenggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanankering yang asin).
3) Makanan dan minumandalamkaleng (sarden, sosis, korned, sayuransertabuah-
buahandalamkaleng, dan soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinansayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udangkering, telurasin, selaikacang).

28
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, sertasumber protein hewani
yang tinggikolesterolsepertidagingmerah (sapi/kambing, kuningtelur, kulitayam).
6) Bumbu-bumbusepertikecap, maggi, terasi, saustomat, saus sambal,
taucosertabumbupenyedap lain yang pada umumnyamengandung garam natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandungalkoholseperti durian, tape.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak
faktorrisiko. Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari
langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami
hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi
sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup
sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

29
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta: Kanisius

Herdman, T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan NANDA : definisi dan klasifikasi 2009-
2011, alih bahasa : Made Sumarwati (et. al). Jakarta: EGC.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Laporan Provinsi. Sulawesi SelatanBadan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jurnal. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8.
Vol. 2. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9
Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Wijaya S. Andra & Putri M. Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta

Tim Dosen Keperawatan. 2015. Buku Panduan Keperawatan Medikal Bedah 3. Kupan

30
31

Anda mungkin juga menyukai