Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

( Tentang Gaya Hidup Masyarakat Konsumerisme )


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial budaya

Disusun Oleh :

1.Ria Kadriani
2.Hardika buana cacti
3.Nurjanna
4.Nurul Amni
5.Andira Rusman

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. Karena dengan
karunianya serta rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini,dan tak
lupa pula kita kirimkan salam serta shalawat kepada baginda rasulullah yang telah
membawa kita dari alam ke gelapan kea rah yang terang.
Kami harap dengan adanya makalah ini akan bermanfaat bagi orang
banyak,dan menambah pengetahuan kita semua.dalam pembuatan makalah ini tak
sedikit masalah yang kami dapat namun Alhamdulillah makalah ini selesai tepat
waktu.
Kami mengharapkan koreksi dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini,sekian dan terima kasih……..

Makassar 13 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………I
DAFTAR ISI…......................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang….....................................................................................................1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
Tujuan……………………………………………………………………………..2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian konsumerisme…....................................................................................3
Dampak
konsumerisme……………………………………………………………………..3
Factor-Faktor penyebab konsumerisme………………...…………………………4
Sejarah konsumerisme…………………………………………………………….5
Proses gaya hidup………………………………………………………………….6
Perilaku konsumerisme…………...……………………………………………….7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumerisme memposisikan kita sebagai objek atau lebih kasar lagi sebagai
korban untuk dihisap darah nya. Bagian-bagian tubuh yang seharusnya disyukuri
sebagai anugerah Tuhan seperti rambut, kulit, dsb. di citra kan sebagai sesuatu
yang harus disesali. Mau buktinya ?Pencitraan rambut yang indah adalah rambut
yang lurus, membuat pemilik rambut keriting alami gelisah. Pencitraan kulit putih
adalah cantik membuat pemilik kulit hitam manis menjadi menyesal.
Demikian pula dengan pencitraan high class jika kita menggunakan merek-
merek tertentu, mendorong Anda mengorek dompet lebih dalam. Disisi lain,
banyaknya model ataupun feature feature tambahan dari produk, mengaburkan
Anda terhadap kebutuhan akan fungsi produk, menjadi kebutuhan akan kepuasan.
Ditambah banyaknya fasilitas penunjang seperti kartu kredit serta leasing semakin
menyuburkan kebiasaan berhutang.
Hal itu semua tidak lepas dari peran media informasi. Posisi media informasi
saat ini telah bergeser posisinya menjadi media iklan. Kehausan manusia akan
informasi telah ditunggangi sebagai jebakan maut yang akan mengantarkan Anda
pada bentuk kecanduan lain yaitu konsumerisme.
Hemat energi tidak bisa lepas dengan lawan katanya, yakni hidup boros.
Ajakan untuk hemat energi secara nasional ini menandakan betapa borosnya
hidup kita selama ini. Boros diartikan sebagai volume konsumsi yang melebihi
kebutuhan yang sebenarnya. Katakanlah tidak adanya keseimbangan antara
produksi dan konsumsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Di Maksud Dengan Konsumerisme?
2. Apa Dampak Konsumerisme ?
3. Apa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konsumerisme ?
4. Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Konsumerisme Di Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan Dari Pembuatan Makalah Ini Adalah :
1. Menganalisis Tentang Konsumerisme
2. Mengkaji Dampak Positif Dan Negative Konsumerisme
3. Mencari Solusi Untuk Mengatasi Masalah Konsumerisme Di Indinesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang
atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu
produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk
dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa
yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.

B. Dampak Konsumerisme
Dampak dari konsumerisme dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak
positif dan dampak negatif.

Dampak positif:
1. 1.Kebutuhan pribadi dapat terpenuhi.
2. 2.Timbul rasa puas pada diri seseorang.
3. 3.Memberi rasa nyaman dan mempermudah kita dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Misalnya kita membeli mobil, maka dengan
mobil itu kita dapat dengan mudah berpergian tanpa harus naik
angkutan umum.
4. Memberi keuntungan kepada penjual atau produsen.
5. Menambah pengalaman, maksudnya jika seseorang membeli sesuatu
yang baru maka seseorang akan bisa merasakan setiap perubahan atau
pun model barang yang sebelumnya tidak pernah diketahui.

Dampak negatif:
1. Menimbulkan prilaku konsumtif.
2. Terjadi pemborosan karena pengeluaran tidak terkontrol.
3. Menimbulkan kesenjangan sosial.
4. Mendorong seseorang untuk berbuat sifat hedonis.
5. Memiliki sifat tidak puas, karena selalu ingin memiliki sesuatu yang
baru.

C. Faktor-Faktor Penyebab Konsumerisme


Banyaksekali faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berprilaku
konsumerisme, diantaranya :
 Faktor dari dalam diri individu seperti dinyatakan sebelumnya, setiap
orang memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk berprilaku
konsumerisme.
 Pengaruh individu lain salah satu sifat negatif yang dimiliki manusia yaitu
mudah sekali terpengaruh. Misalnya saja terpengaruh oleh iklan-iklan
yang berkembang di pasaran. Agar tidak dikatakan ketinggalan zaman,
mereka rela menghabiskan uang demi hal yang kurang penting.
 Jumlah materi (uang) yang dimiliki setiap orang memiliki tingkat
kekayaan yang berbeda-beda. Orang yang memiliki kekayaan lebih
seringkali memanfaatkan kekayaannya ke dalam hal-hal yang negatif.
Namun bukan berarti orang yang memiliki penghasilan rendah tidak
memiliki perilaku konsumtif hanya saja cenderung lebih sedikit
dibandingkan dengan mereka yang memilki materi lebih, karena
keterbatasan yang mereka miliki cukup besar.
 Pendidikan seseorang yang diberikan pengetahuan tentang manfaat suatu
barang atau kebutuhan akan mepertimbangkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengeluaran untuk memperoleh suatu barang. Apa manfaatnya
dan bagaimana cara memperoleh barang tersebut. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi perilaku konsumerisme. Dan dalam hal ini
yang paling berperan adalah keluarga. Orang tua seharusnya menjadi
orang pertama yang mengarahkan kebiasaan seorang anak, salah satunya
kebiasaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya.
D. Sejarah Konsumerisme
Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang
diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya
konsumen yang erupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di
dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud
komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan,
show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.
Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada
awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari
proses produksi. Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan
alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam
hubungan antarmanusia dengan kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan
dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi
yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme
bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan
mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh
dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang
tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang
diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah
menjadi komoditas.

E. Proses Gaya Hidup


Dalam masyarakat konsumer terdapat proses konsumsi dan pengembangan
gaya hidup (Feathersone, 2005). Pembelajaran melalui majalah, koran, televisi,
dan radio yang menekan peningkatan diri, transformasi personal, cara mengelola
kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta cara membangun gaya hidup. Maka,
mereka yang bekerja di media, desain, mode, dan periklanan serta para intelektual
informasi yang memberi pelayanan serta memproduksi, memasarkan dan
menyebarkan barang simbolik sebagai perantara budaya baru (Bordieu, 1984).
Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi pada akhirnya akan
didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya, berdasar hukum “kemajuan” dan
“kebaruan”. Dan karena dukungan media, realitas-realitas diproduksi mengikuti
model-model yang ditawarkan oleh media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal.
200).
Budaya konsumerisme muncul setelah masa industrialisasi ketika barang
mulai diproduksi massal sehingga butuh konsumen banyak. Media menempati
posisi strategis sekaligus menentukan calon konsumen. Jadi motivasi membeli
tidak lagi dari diri sendiri berdasar kebutuhan riil, namun karena otoritas lain
memaksa membeli. Semakin cantik acara disajikan akan semakin mengundang
banyak penonton. Selanjutnya, rating tinggi merangsang produsen untuk
memasang iklan yang merupakan proses persuasi efektif dalam pengaruhi
keputusan masyarakat dalam mengonsumsi.

F. Mengatasi Prilaku Konsumerisme


Untuk mengatasi masalah prilaku konsumtif tentunya membutuhkan kerja
keras dari semua pihak, yang terkecil adalah lingkup keluarga. Kebiasaan
memberi uang jajan pada anak merupakan tindakan yang salah, suatu tindakan
yang dapat menciptakan pola hidup boros bagi anak. Dalam hal ini sebaiknya
orang tua tidak memberikan anak uang jajan melainkan dengan membelikannya
apa yang dia inginkan dibawah kontrol dan kendali orang tua. Yang luput dari
perhatian adalah kebiasaan jajan di sekolah, bagi sekolah mungkin ini sangat
menguntungkan karena barang jualan di kantin sekolah bakal laku keras di jam-
jam istrahat, akan tetapi sebenarnya sekolah telah melakukan pembiaran terhadap
anak didik untuk hidup boros.
Tingginya perilaku konsumtif masyarakat Indonesia sudah tertanam sejak
usia dini, sehingga semakin lama semakin sulit untuk keluar dan terbebas dari
pola hidup konsumtif tersebut. Beberapa kebiasaan yang menjadi penyebab
tingginya perilaku konsumtif di Indonesia, antara lain:
1. Orang tua membiasakan anaknya sejak usia dini dengan uang jajan
2. Adanya pembiaran dari pihak sekolah terhadap peserta didiknya untuk jajan
secara berlebihan
3. Gaya hidup modern yang terlalu bebas dan tidak terkontrol

Ketiga sebab di atas telah melahirkan generasi konsumtif, generasi yang


akan membuat laju inflasi menjadi tidak terkontrol, generasi yang tidak dapat
mandiri, generasi yang selalu membutuhkan uluran tangan dari orang lain.
Olehnya itu, menyelamatkan generasi bangsa membutuhkan sebuah gerakan yang
dapat menyadarkan orang tua sebagai penentu perubahan gaya hidup anak dan
sekolah sebagai pijak dan pilar penanaman pemahaman dan penciptaan budaya
hidup hemat.
Jika tidak dilakukan dari sekarang maka kedepan negara ini khususnya
generasi mendatang menjadi generasi ketergantungan, generasi yang tidak
memiliki kompetensi untuk melahirkan karya dan produk-produk sebagai wujud
dari kemandirian.
Langkah-langkah untuk mengatasi prilaku konsumtif adalah dengan mengenali
sebab-sebabnya untuk melahirkan solusi misalnya kalau berdasarkan sebab-sebab
diatas dapat dilakukan:
1. Menyadarkan orang tua tentang bahaya pemberian uang jajan kepada anak
2. Memberlakukan batasan besaran jajanan per siswa di sekolah
3. Meningkatkan disiplin diri melalui berbagai pembiasaan hidup hemat yang
dipelopori oleh organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok kepemudaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsumerisme ialah gerakan menyeimbangkan kedudukan antara konsumen,
pelaku usaha dan negara, tidak hanya isu kehidupan sehari-hari, namun kualitas
produk, termasuk HAM dan dampaknya bagi konsumer. Dalam kosumerisme
terdapat berbagai unsur yang harus diperhatikan seperti masyarakat consumer,
proses gaya hidup, budaya consumer dan model dan penelitian terhadap perilaku
konsumen.
Seorang konsumen harus dilindungi hak serta kewajibannya, maka dibentuk
lembaga perlindungan konsumen, salah satunya ialah YLKI. Dalam perlindungan
konsumen ini terdapat beberapa asas diantaranya : asas manfaat, asas keadilan,
asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen, dan asas
kepastian hukum. Tujuan perlindungan ini adalah untuk tingkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemandirian; mengangkat harkat dan martabat; tingkatkan
pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut haknya;
menciptakan kepastian hukum dan keterbukaan informasi; dan meningkatkan
kualitas barang atau jasa.
Globalisasi menghilangkan batas negara guna mengonsumsi suatu produk atau
jasa. Teknologi informasi memudahkan konsumen mendapat informasi perilaku
konsumsi, produk, dan gaya hidup di negara lain dan pengaruhi perilaku konsumsi
itu sendiri. Perubahan perilaku konsumen ini dapat diketahui berdasarkan
beberapa alasan perubahan atas unsur – unsur sebagai berikut : perubahan
demokrafi, perubahan teknologi, masalah lingkungan, gaya hidup, dan perubahan
sikap.
DAFTAR PUSTAKA

http://psikologi-zone.blogspot.co.id/2015/02/konsumerisme.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_Konsumen
http://anisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perilaku-konsumen/
https://manajement.info/2012/05/14/konsumerisme-perlindungan-konsumen-
dan-perubahan-perilaku/
http://yulianaritongaug.blogspot.co.id/2015/06/bab-xii-perlindungan-
konsumen.html
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-inovasi.html
http://retnomayapada.blogspot.com/2012/11/sejarah-uang_1.html

Anda mungkin juga menyukai