KONSUMERISME
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
BAB 1 : PENDAHULUAN
BAB 2 : PEMBAHASAN
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................3
3.2 Saran...................................................................................................3
3.3 Daftar Pustaka...................................................................................3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai KONSUMERISME tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari pelajaran kehidupan sehari-hari yang diterapkan
dalam masyarakat yaitu Sosiologi. Semoga makalah ini dapat membantu beberapa informasi
maupun dasar pengetahuan mengenai kehidupan dalam era globalisasi.
Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada guru Sosiologi kami yang memberikan
kesempatan membuat makalah ini dan teman-teman kami yang mendukung beberapa
pertanyaan dibuatnya makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
BAB 1
PENDAHULUAN
Konsumerisme memposisikan kita sebagai objek atau lebih kasar lagi sebagai korban
untuk dihisap darah nya. Bagian-bagian tubuh yang seharusnya disyukuri sebagai anugerah
Tuhan seperti rambut, kulit, dsb. Dicitra kan sebagai sesuatu yang harus disesali. Mau
buktinya ? Pencitraan rambut yang indah adalah rambut yang lurus, membuat pemilik rambut
keriting alami gelisah. Pencitraan kulit putih adalah cantik membuat pemilik kulit hitam
manis menjadi menyesal. Demikian pula dengan pencitraan high class jika kita menggunakan
merek-merek tertentu, mendorong Anda mengorek dompet lebih dalam. Disisi lain,
banyaknya model ataupun feature feature tambahan dari produk, mengaburkan Anda
terhadap kebutuhan akan fungsi produk, menjadi kebutuhanakan kepuasan. Ditambah
banyaknya fasilitas penunjang seperti kartu kredit serta leasing semakin menyuburkan
kebiasaan berhutang.
Hal itu semua tidak lepas dari peran media informasi. Posisi media informasi saat ini
telah bergeser posisinya menjadi media iklan. Kehausan manusia akan informasi telah
ditunggangi sebagai jebakan maut yang akan mengantarkan Anda pada bentuk kecanduan
lain yaitu konsumerisme. Hemat energi tidak bisa lepas dengan lawan katanya, yakni hidup
boros. Ajakan untuk hemat energi secara nasional ini menandakan betapa borosnya hidup kita
selama ini. Boros diartikan sebagai volume konsumsi yang melebihi kebutuhan yang
sebenarnya. Katakanlah tidak adanya keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Konsumerisme
1.4 MANFAAT
1. Untuk kami makalah ini merupakan sarana mendapat nilai dalam mata pelajaran
Sosiologi.
2. Untuk orang lain makalah ini dapat menjadi sumber referensi untuk menjadi bahan
penulisan lebih lanjut.
3. Untuk ilmu pengetahuan makalah ini dapat memperkaya informasi terkait dengan
Komsumerisme.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dampak dari konsumerisme dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak
positif dan dampak negatif.
Dampak positif :
1. Kebutuhan pribadi dapat terpenuhi.
2. Timbul rasa puas pada diri seseorang.
3. Memberi rasa nyaman dan mempermudah kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Misalnya kita membeli mobil, maka dengan mobil itu kita dapat dengan mudah berpergian
tanpa harus naik angkutan umum.
4. Memberi keuntungan kepada penjual atau produsen.
5. Menambah pengalaman, maksudnya jika seseorang membeli sesuatu yang baru maka
seseorang akan bisa merasakan setiap perubahan atau pun model barang yang sebelumnya
tidak pernah diketahui.
Dampak negatif :
1. Faktor dari dalam diri individu seperti dinyatakan sebelumnya, setiap orang memiliki
motivasi dari dalam dirinya untuk berprilaku konsumerisme.
2. Pengaruh individu lain salah satu sifat negatif yang dimiliki manusia yaitu mudah sekali
terpengaruh. Misalnya saja terpengaruh oleh iklan-iklan yang berkembang di pasaran.
Agar tidak dikatakan ketinggalan zaman, mereka rela menghabiskan uang demi hal yang
kurang penting.
3. Jumlah materi (uang) yang dimiliki setiap orang memiliki tingkat kekayaan yang berbeda-
beda. Orang yang memiliki kekayaan lebih seringkali memanfaatkan kekayaannya ke
dalam hal-hal yang negatif. Namun bukan berarti orang yang memiliki penghasilan rendah
tidak memiliki perilaku konsumtif hanya saja cenderung lebih sedikit dibandingkan
dengan mereka yang memilki materi lebih, karena keterbatasan yang mereka miliki cukup
besar.
4. Pendidikan seseorang yang diberikan pengetahuan tentang manfaat suatu barang atau
kebutuhan akan mepertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengeluaran untuk
memperoleh suatu barang. Apa manfaatnya dan bagaimana cara memperoleh barang
tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku konsumerisme. Dan
dalam hal ini yang paling berperan adalah keluarga. Orang tua seharusnya menjadi orang
pertama yang mengarahkan kebiasaan seorang anak, salah satunya kebiasaan dalam
mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya.
Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-
19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi.
Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas
ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan
kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi yang
dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai
surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas
adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses
yang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi
komoditas.
Untuk mengatasi masalah prilaku konsumtif tentunya membutuhkan kerja keras dari semua
pihak, yang terkecil adalah lingkup keluarga. Kebiasaan memberi uang jajan pada anak
merupakan tindakan yang salah, suatu tindakan yang dapat menciptakan pola hidup boros
bagi anak. Dalam hal ini sebaiknya orang tua tidak memberikan anak uang jajan melainkan
dengan membelikannya apa yang dia inginkan dibawah kontrol dan kendali orang tua. Yang
luput dari perhatian adalah kebiasaan jajan di sekolah, bagi sekolah mungkin ini sangat
menguntungkan karena barang jualan di kantin sekolah bakal laku keras di jam-jam istrahat,
akan tetapi sebenarnya sekolah telah melakukan pembiaran terhadap anak didik untuk hidup
boros.
Tingginya perilaku konsumtif masyarakat Indonesia sudah tertanam sejak usia dini, sehingga
semakin lama semakin sulit untuk keluar dan terbebas dari pola hidup konsumtif tersebut.
Beberapa kebiasaan yang menjadi penyebab tingginya perilaku konsumtif di Indonesia,
antara lain:
1. Orang tua membiasakan anaknya sejak usia dini dengan uang jajan.
2. Adanya pembiaran dari pihak sekolah terhadap peserta didiknya untuk jajan secara
berlebihan.
Ketiga sebab di atas telah melahirkan generasi konsumtif, generasi yang akan
membuat laju inflasi menjadi tidak terkontrol, generasi yang tidak dapat mandiri, generasi
yang selalu membutuhkan uluran tangan dari orang lain.
1. Menyadarkan orang tua tentang bahaya pemberian uang jajan kepada anak.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN