Anda di halaman 1dari 8

SOSIOLOGI EKONOMI

MASYARAKAT KONSUMEN

Oleh :

1. Lailatul Fajriyah. 17.60201.1.065, Semester 5, Kelas 02


2. Shintya Dewi S. 17.60201.1.098, Semester 5, Kelas 02
3. Tristiana Yunita Sari. 17.60201.1.107, Semester 5, Kelas 02
4. Widyawati Puspita R. 17.60201.1.115, Semester 5, Kelas 02

Dosen Pembimbing: ENDANG, S.E, M.M

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BOJONEGORO

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM...................................................................................... 1
B. RELEVANSI..................................................................................................... 1
C. TUJUAN INSTRUKTURAL KHUSUS........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. LOGIKA SOSIAL KONSUMSI....................................................................... 2


B. KONSUMSI, INDUSTRI BUDAYA DAN BUDAYA
POPULER.......................................................................................................... 2
C. OBJEK KONSUMSI MASYARAKAT............................................................ 3
D. KONSUMSI SINERGISTIK............................................................................. 4
E. FAKTOR DIBALIK KEMUNCULAN MASYARAKAT
KONSUMEN..................................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM
Isu-isu yang akan dibahas dalam bab ini adalah pengertian dan latar
belakang muculnya masyarakat konsumen, perilaku konsumsi sinergistik, serta
karakteristik sosio kultural yang menandai masyarakat konsumen. Teoretisi
utama yang banyak dibahas dalam bab ini adalah Jean P.Baudrillard, dan
teoretisi mazhab kritis, seperti Theodor W.Adorno dan Herbert Marcuse.

B. RELEVANSI
Apa yang dibahas dalam bab ini diharapkan bukan hanya memberikan
pngetahuan kepada mahasiswa tentang kemunculan masyarakat konsumen dan
berbagai situasi problematik yang timbul dalam perilaku konsumsi sinergistik
masyarakat, tetapi juga menumbuhkan kepekaan mahasiswa dalam menyikapi
perkembangan berbagai fasilitas perbelanjaan disekitarnya dan sikap konsumtif
masyarakat yang belakangan ini makin marak.
Bagi mahasiswa yang kelk akan berkecimpung di bidang usaha dan
industri, atau bekerja sebagai perencana pembangunan, pengetahuan tentang
berbagai isu yang dibahas dalam bab ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk
lebih memahami latar belakang dan dampak munculnya masyarakat konsumen
dinamika perkembangan kekuatan kapitalisme pada umumnya.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Tujuan instruksional khusus (TIK) bab ini adalah menjelaskan kepada
mahasiswa pengertian masyarakat konsumen, masalah yang dihadapi dan
kondisi-kondisi yang melatarbelakangi perkembangan masyarakat konsumen,
perilaku konsumsi sinergistik, dan implikasinyya bagi perkembangan gaya hidup
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LOGIKA SOSIAL KONSUMSI


Konsumsi pada dasarnya adalah mata rantai terakhir dalam rangkaian
aktivitas ekonomi tempat diubahnya modal, dalam bentuk uang menjadi
komoditas-komoditas melalui proses produksi material (Lee, 2006: 3). Dalam
pemikiran Adam Smith, masyarakat yang kapitalistik dan rasional umumnya
baru membeli dan mengonsumsi sesuatu ketika mereka membutuhkan, dan itu
pun dengan dasar pertimbangan yang serba rasional: mengalkulasi untung rugi
dan dibayangkan masyarakat senantiasa mencari komoditas dengan harga yang
terendah karena disitulah sifat rasional masyarakat bekerja (Skousen, 2006: 15-
54).
Tetapi, apa yang dipikirkan dan dikembangkan Jean P. Baudrillad
berbeda dengan apa yang dibayangkan Adam Smith. Dimata Baudrillad, logika
sosial konsumsi tidak akan berfokus pada pemanfaatan nilai guna barang dan
jasa oleh individu, namun terfokus pada produksi dan manipulasi sejumlah
penanda sosial (Ritzer, dalam Baudrillad, 2006: xxii). Yang dikonsumsi
masyarakat sesungguhnya adalah tanda (pesan, citra) ketimbang komoditas itu
sendiri. Artinya, komoditas tidak lagi didefinisikan berdasarkan kegunaanya,
melainkan berdasarkan atas apa yang dimaknai masyarakat itu sendiri. Dan, apa
yang dimaknai masyarakat bukan dalam pengertian apa yang merea lakukan,
namun lebih pada hubungan masyarakat dengan seluruh sistem komoditas dan
tanda.
Seseorang yang memutuskan mengganti handphone-nya dengan
Blackberry, misalnya benarkah karena didorong kebutuhan untuk memanfaatkan
kecanggihan Blackberry sebagai alat komunikasi yang lebih canggih, ataukah
semata karena didorong gengsi dan keinginan untuk tidak disebut sebagai orang
yang ketinggalan zaman? Alasan irasional yang melatarbelakangi perilaku
konsumsi masyarakat seperti inilah, yang menurut Baudrillad sebagai bukti
bahwa yang dikonsumsi sesungguhnya adalah tanda atau semata citra: bukan
kemanfaatan komoditas yang dibelinya itu.
Masyarakat konsumsi, dalam banyak hal tidak akan pernah terpuaskan
dan tidak akan mampu memuaskan kebutuhan konsumsi mereka, semata demi
satu perbedaan, sehingga kecenderungan semacam ini pelan namun pasti akan
melahirkan masyarakat konsumer yang rakus dan mengidap ketidakpuasan tanpa
henti atau tidak akan pernah berakhir.

B. KONSUMSI, INDUSTRI BUDAYA DAN BUDAYA POPULER


Di era masyarakat industrial yang didominasi kekuatan kapitalisme,
Mazhab Frankfurt meyakini bahwa masyarakat mengonsumsi produk-produk
budaya umumnya tidak didorong karena kebutuham, tetapi lebih disebabkan
oleh konstruksi dan logika hasrat yang dibentuk oleh daya tarik budaya populer.
Seperti yang dikatakan Adorno, kita hidup dalam suatu masyarakat komoditas,
yakni masyarakat yang didalamnya berlangsung produksi barang-barang, bukan
terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia, tetapi demi profit
atau keuntungan. Dalam pandangan Adorno, kebutuhan manusia terpuaskan
hanya secara insidental, namun hal itu tidak mudah dihindari karena batas dan
perbedaan antara realitas dan simulasi kenyataan yang dibentuk iklan dan media
massa menjadi makin baur.
Industri budaya, menurut Mazhab Frankfurt, membentuk selera dan
kecenderungan massa, sehingga mencetak kesadaran mereka dengan cara
menanamkan keingina mereka atas kebutuhan-kebutuhan palsu. Dua ciri utama
yang menandai industri budaya yaitu standardisasi dan individualisme semu. Di
era sekarang ini, boleh dikata tidak ada tahap kehidupan manusia yang terlepas
dari pengaruh kekuatan industri budaya. Apa yang dikenakan masyarakat, apa
yang dilihat, dan apa yang dikonsumsi, nyaris semua adalah konsekuensi dari
kuatnya pengaruh industri budaya dalam memasarkan dan memanipulasi selera
pasar.
Budaya populer adalah budaya massa, yang diproduksi industri budaya
untuk pasar massal (Strinati, 2007: 12). Tujuan produksi budaya massa, seperti
dikatakan Adorno (1991) sudah barang tentu adalah keuntungan. Siapa pun,
ketika menjadi sasaran iklan dan ditawari berbagai produk budaya populer,
maka ia cenderung tak kuasa untuk menolak. Dengan didukung teknologi
informasi dan kekuatan media massa, proses massalisasi produk budaya yang
ditawarkan kekuatan kapitalisme memang sulit ditolak.

C. OBJEK KONSUMSI MASYARAKAT


Meski nyaris seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadi sasaran
manipulasi selera dan target pasar kekuatan kapitalis dalam melempar berbagai
produk industri budaya. Tetapi, dimata Baudrillard, objek sasaran yang paling
banyak menjadi lahan bagi kekuatan kapitalis untuk menawarkan produk-produk
industri budaya yang mereka hasilkan, tak pelak ada dua hal.
Pertama, tubuh manusia, yakni seluruh inci demi inci bagian dari tubuh
manusia yang semuanya seolah tidak ada yang luput menjadi target sasaran
produk-produk budaya. Di mata Baudrillard, tubuh adalah bagian inheren dari
masyarakat komsumsi yang sering kali menjadi objek masyarakat menanamkan
investasi psikologis, atau yang dalam istilah Marxian masyarakat telah
memfetetisasikan tubuh mereka. Boleh dikata, sebagian besar uang yang
dimiliki masyarakat dikeluarkan untuk merawat,mempercantik, membentuk
tubuh ideal, membuat tubuh lebih halus, termasuk melakukan berbagai diet dan
minum obat, vitamin atau bahkan melakukan operasi untuk membentuk tubuh
yang dalam konstruksi berpikir masyarakat sebagai tubuh yang didambakan.
Kedua, seksualitas. Objek konsumsi yang berkaitan erat dengan tubuh,
khususnya kecantikan tubuh adalah seksualitas. Dalam pandangan baudrillard,
bukan hanya seksualitas telah mewarnai segala hal yang ditawarkan untuk
konsumsi, namun seksualitas itu sendirilah kerap kali yang ditawarkan untuk
dikonsumsi. Dalam masyarakat konsumsi, erotisme dalam bentuk yang
komerial cenderung mendominasi, mengontrol, dan menggoyahkan potensi
hasrat yang eksplosif.

D. KONSUMSI SINERGISTIK
Ketika produk industri budaya mengalami proses komodifikasi dan
diproduksi secara massal untuk membidik target pasar yang seluas-luasnya,
salah satu konsekuensi yang tidak terhindarkan adalah munculnya perilaku
konsumsi yang sinergistik (synergistic consumption). Yang dimaksud dengan
konsumsi sinergistik di sini adalah gabungan dari sekian banyak aktivitas
leisure, hobi, dan perilaku keranjingan, seperti menonton filmnya, membeli
mainanya, membeli novelnya, memakai kostum, membeli dan bermain vidio
game, dan menelusuri web interaktif (Erni,2006).
Bagi kekuatan kapitalisme yang memproduksi budaya dalam skala
massal, perilaku konsumsi yang sinergistik biasanya memang sengaja didorong
perkembangannya, bukan saja untuk mendongkrak omzet penjualan, tetapi juga
dalam rangka merangsang tumbuhnya perilaku konsumen yang makin loyal,
adiktif, dan juga terdiferensiasi ke berbagai macam produk budaya yang makin
renik, saling berkaitan, dan mempengaruhi.

E. FAKTOR DIBALIK KEMUNCULAN MASYARAKAT KONSUMEN


Apa yang telah dipaparkan memperlihatkan bahwa yang namanya
masyarakat konsumsi sesungguhnya adalah sebuah fenomena baru yang muncul
bersamaan dengan perubahan sosial masyarakat menuju masyarakat industri dan
post industrial. Lebih dari sekedar implikasi dari perkembangan dunia industri
yang makin pasif, perkembangan dan munculnya masyarakat konsumsi dalam
banyak hal berkaitan dengan perubahan budaya, gaya hidup, dan konstruksi
sosial atau cara berpikir masyarakat yang terhegemoni oleh tanda dan produk
budaya yang dihasilkan kekuatan kapitalisme. Secara garis besar, faktor yang
melatarbelakangi kemunculan masyarakat konsumen sebagaimana telah
berhasil diidentifikasi.
Masyarakat konsumen muncul dan mengalami proses perkembangan
yang pesat seiring dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat dan
meningkatnya performance kondisi perekonomian. Ketika kehidupan dan
kesejahteraan sosial membaik, dan masyarakat memiliki uang yang cukup,
bahkan berlebih, maka mereka bukan saja memiliki waktu senggang untuk
melakukan berbagai aktivitas pleasure, tetapi juga dukungan dana untuk liburan
dan membeli berbagai barang konsumsi.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat Konsumen adalah sebuah masyarakat yang diorganisasikan
di seputar konsumsi ketimbang produksi barang dan jasa.
Faktor yang melatarbelakangi kemunculan masyarakat konsumen adalah
meningkatnya kemakmuran masyarakat dan meningkatnya performance kondisi
perekonomian, ketika jam kerja masyarakat diberbagai sektor perekonomian
mulai mengalami penurunan, kebutuhan masyarakat untuk memperlihatkan
identitas sosialnya, estetisasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan
masyarakat, perkembangan gaya hidup dan pembelian berbagi barang tertentu,
dalam banyak hal dipahami sebagai penanda posisi sisial masyarakat, posisi
ekonomi konsumen dalam banyak hal telah menggantikan posisi sosial warga
negara, di era masyarakat konsumsi apa yang diperdagangkan tidak hanya
menyangkut barang dan jasa yang makin meningkatkan jumlahnya tetapi
pengalaman manusia dan aspek kehidupan sehari-hari manusia pun telah
terkomodifikasi dan ditawarkan layaknya barang dan jasa.
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Dr. Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi: Kajian tentang Kapitalisme dan
Konsumsi di Era Masyarakat Post Industrial. Edisi Pertama. Penerbit Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.

Widyawati Kusumo. Masyarakat Konsumen Gaya Hidup dan Budaya


Konsumen. <https://slideplayer.info/slide/12511858/> di akses 2 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai