Anda di halaman 1dari 15

1.

Perbandingan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Kerja

Setelah perkiraan kebutuhan tenaga kerja selesai dilakukan demikian pula perkiraan
penyediaan tenaga kerja, maka selanjutnya dilakukan perbandingan antara kedua perkiraan
tersebut. Dalam melakukan perbandingan antara perkiraan penyediaan tenaga kerja dengan
perkiraan kesempatan kerja pada umumnya dilakukan secara total. Hal ini disebabkan sangat
sukar untuk diperkirakan apakah seseorang yang masuk pasar kerja akan menawarkan tenaga
kerjanya di lapangan usaha mana, apalagi ditinjau dari jenis jabatannya. Yang mungkin untuk
dilakukan adalah melihat tingkat pengangguran menurut pendidikan yaitu dengan
membandingkan perkiraan persediaan tenaga kerja menurut pendidikan dengan perkiraan
kebutuhan tenaga kerja juga menurut pendidikan. Namun demikian dalam tulisan ini tidak
akan dibuat/dipraktekkan cara membuat perkiraan penyedian tenaga kerja menurut
pendidikan, tetapi akan dibahas hanya secara konseptual cara yang dapat dilakukan.

Dengan membandingkan kedua perkiraan tersebut akan dapat diketahui


ketidakseimbangannya. Pada umumnya akan didapatkan hasil perhitungan perkiraan
penyediaan tenaga kerja lebih banyak daripada perkiraan kebutuhan tenaga kerja. Dengan
demikian ketidakseimbangannya berupa pengangguran atau pencari kerja. Jumlah
penganggur/pencari kerja dapat dilihat/dihitung secara total ataupun diklasifikasikan
menurut katagori tertentu.

1. Penganggur Total. Adalah penganggur/pencari kerja yang dihitung dengan


mengurangi jumlah penyediaan tenaga kerja secara total dengan kebutuhan tenaga
kerja juga secara total. Demikian pula jika akan menghitung perkiraan penganggur
total, maka perkiraan penyediaan tenaga kerja dikurangi dengan perkiraan kebutuhan
tenaga kerja. Apabila dilihat daridata statistik yang dikumpulkan oleh BPS, untuk
menghitung jumlah penganggur/pencari kerja adalah dengan mengurangi jumlah
angkatan kerja dengan kesempatan kerja.
2. Penganggur akibat krisis ekonomi.
Penganggur jenis ini akan ada jika suatu negara mengalami krisis ekonomi yang
ditandai oleh pertumbuhan PDB atau PDRB yang negatif. Kondisi seperti ini pernah
dialami oleh Indonesia maupun Provinsi Bali pada tahun 1998. J ika pertumbuhan
PDB/PDRB negatif berarti pada tahun tersebut jumlah kesempatan kerja
berkurang/lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengurangan
kesempatan kerja inilah yang disebut sebagai penganggur akibat krisis ekonomi. Jadi
cara menghitung pengangguran seperti ini adalah dengan mengurangi jumlah
kesempatan kerja pada tahun sebelumnya dengan kesempatan kerja pada tahun krisis
tersebut terjadi .
3. Penganggur Kronis
Penganggur kronis adalah penganggur yang berasal dari tahun sebelumnya. Mereka
dikatakan sebagai penganggur kronis karena dari tahun sebelumnya mereka sudah
berusaha mencari kerja tetapi sampai tahun ini mereka juga belum memperolehnya.
Apalagi pada tahun ini terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan kesempatan kerja
berkurang maka mereka belum juga mendapatkan pekerjaan sampai tahun ini (tahun
krisis terjadi). Inilah yang menyebabkan mereka disebut sebagai penganggur kronis.
4. Penganggur karena kenaikan angkatan kerja baru
Jika angkatan kerja meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sedangkan
pada tahun ini kesempatan kerja berkurang akibat krisis ekonomi, maka jelas
penganggur .akan bertambah banyak. Penganggur yang bertambah ini ada yang
disebabkan oleh angkatan kerja yang mengalami kenaikan. Cara menghitung jenis
pengangguran ini adalah dengan mengurangi jumlah angkatan kerja yang sekarang
(pada saat krisis ekonomi) dengan angkatan kerja pada tahun sebelumnya.

Dengan menggunakan contoh perhitungan perkiraan kesempatan kerja menurut


lapangan usaha/sektor yang telah dihitung dengan menggunakan metode elastisitas
kesempatan kerja pada tahun 1998 (pada saat krisis ekonomi dihadapi oleh Provinsi Bali)
akan dihitung jumlah ketidakseimbangannya/jumlah penganggurannya. Pada buku ini contoh
perhitungannya digunakan tahun 1998 karena pada saat itu Bali mengalami krisis ekonomi,
serta pada tahun 2000 ke atas konsep PUK dan klasifikasi lapangan usaha mengalami
perubahan dan perubahan klasifikasi lapangan usaha tersebut tidak diikuti pada klasifikai
untuk perhitungan PDRB. Dengan demikian akan terjadi kesulitan di dalam menghitung
elastisitas kesempatan kerja per sektor.

Jika angkatan kerja pada tahun 1998 diperkirakan berjumlah 1.740.319 orang di
Provinsi Bali, dan Angkatan Kerja (AK) pada tahun 1997 berjumlah 1.691.281 orang, maka
dapat dihitung ketidakseimbangannya dengan membandingkanya dengan perkiraan
kesempatan kerja pada tahun 1998 seperti yang telah dihitung. Dari hasil perhitungan jumlah
perkiraan kesempatan kerja total tahun 1998 di Provinsi Bali beljumlah 1.627.381 orang.
Dengan demikian akan dapat dihitung jumlah penganggurannya sebagai berikut.
1. Jumlah Penganggur total Tahun 1998.
Jumlah penganggur total pada tahun 1998 adalah sebanyak 1.740.319 1.627.381 =
112.938 orang. Ini dilakukan dengan mengurangkan Angkatan Kerja tahun 1998
dengan perkiraan Kesempatan Kerja tahun 1998 dari hasil perhitungan yang telah
dibuat.
2. Penganggur akibat krisis ekonomi tahun 1998.
Perkiraan kesempatan kerja tahun 1998 sebanyak 1.627.381 orang, sedangkan
kesempatan kelja tahun 1997 sebanyak 1.641.281 orang. Dengan demikian jumlah
penganggur akibat krisis ekonomi pada tahun 1998 adalah 1.641.281 1.627.381 =
13.900 orang.
3. Penganggur kronis pada tahun 1998.
Jumlah angkatan kerja (AK) tahun 1997 sebanyak 1.691.281 orang dan jumlah
kesempatan kerja pada tahun yang sama adalah 1.641.281 orang. Dengan denaikian
jumlah penganggur kronis pada tahun 1998 adalah 1.691.281 1.641.281 orang =
50.000 orang.
4. Penganggur karena kenaikan AK baru pada tahun 1998.
Jumlah AK tahun 1998 adalah 1.740.319 orang dan AK tahun 1997 1.691.281 orang,
maka jumlah penganggur akibat kenaikan AK baru tahun 1998 adalah 1.740.319
1.691.281 = 49.038 orang. Jika semua jenis penganggur tersebut dijumlahkan, maka
itu akan sama dengan jumlah penganggur secara total pada tahun 1998. Total
penganggur akibat krisis ekonomi, penganggur kronis dan menganggur akibat
kenaikan AK baru adalah 13.900 + 50.000 + 49.038 = 112.938 orang. Jumlah ini
adalah sama dengan jumlah penganggur total pada tahun 1998 seperti yang telah
dihitung sebelumnya.
Jika angkatan kerja pada tahun 2008 diperkirakan berjumlah 2.099.278 orang di Provinsi
Bali, dan Angkatan Kerja (AK) pada tahun 2007 berjumlah 2.059.711 orang, maka dapat
dihitung ketidakseimbangannya dengan membandingkanya dengan perkiraan kesempatan
kerja pada tahun 2008 seperti yang telah dihitung. Dari hasil perhitungan jumlah perkiraan
kesempatan kerja total tahun 2008 di Provinsi Bali berjumlah 2.029.730 orang. Dengan
demikian akan dapat dihitung jumlah penganggurannya sebagai berikut.

1. Jumlah Penganggur total Tahun 2008.


Jumlah penganggur total pada tahun 2008 adalah sebanyak 2.099.278 - 2.029.730 =
69.548 orang. Ini dilakukan dengan mengurangkan Angkatan Kerja tahun 2008
dengan perkiraan Kesempatan Kerja tahun 2008 dari hasil perhitungan yang telah
dibuat.
2. Penganggur akibat krisis ekonomi tahun 2008.
Perkiraan kesempatan kerja tahun 2008 sebanyak 2.029.730 orang, sedangkan
kesempatan kerja tahun 2007 sebanyak 1.982.134 orang. Dengan demikian jumlah
penganggur akibat krisis ekonomi pada tahun 2008 adalah 1.982.134 -2.029.730 = -
47.596 orang.
3. Penganggur kronis pada tahun 2008.
Jumlah angkatan kerja (AK) tahun 2007 sebanyak 2.059.711 orang dan jumlah
kesempatan kerja pada tahun yang sama adalah 1.982.134 orang. Dengan denaikian
jumlah penganggur kronis pada tahun 1998 adalah 2.059.711-1.982.134 orang =
77.577 orang.
4. Penganggur karena kenaikan AK baru pada tahun 2008.
Jumlah AK tahun 2008 adalah 2.099.278 orang dan AK tahun 2007 2.059.711 orang,
maka jumlah penganggur akibat kenaikan AK baru tahun 2008 adalah 2.099.278 -
2.059.711 = 39.567 orang. Jika semua jenis penganggur tersebut dijumlahkan, maka
itu akan sama dengan jumlah penganggur secara total pada tahun 2008. Total
penganggur akibat krisis ekonomi, penganggur kronis dan menganggur akibat
kenaikan AK baru adalah -47.596 + 77.577 + 39.567 = 69.548 orang. Jumlah ini
adalah sama dengan jumlah penganggur total pada tahun 1998 seperti yang telah
dihitung sebelumnya.
Jumlah Angkatan Kerja pada tahun 2007-2008 di Provinsi Bali
Kabupaten/Kota Angkatan Kerja Kabupaten/Kota
(Orang)
2007 2008
Kab. Jembrana 135 360 145 548
Kab. Tabanan 263 832 261 611
Kab. Badung 233 807 234 599
Kab. Gianyar 263 575 264 517
Kab. Klungkung 104 814 107 862
Kab. Bangli 140 997 141 438
Kab. Karangasem 227 881 242 347

Kab. Buleleng 360 857 362 954


Kota Denpasar 328 588 338 402
Provinsi Bali 2 059 711 2 099 278
Sumber BPS Provinsi Bali

Jumlah Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali


pada tahun 2007-2008
Kabupaten/Kota Jumlah Pengangguran
Kabupaten/Kota
2007 2008
Kab. Jembrana 5 254 5 988
Kab. Tabanan 5 570 7 335
Kab. Badung 10 699 7 508
Kab. Gianyar 7 370 7 525
Kab. Klungkung 7 165 4 295
Kab. Bangli 1 930 3 633
Kab. Karangasem 7 551 7 807

Kab. Buleleng 14 282 10 526


Kota Denpasar 17 756 14 931
Provinsi Bali 77 577 69 548
Sumber BPS Provinsi Bali
Jumlah Kesempatan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatandi Provinsi Bali
Tahun 2007-2008
Jenis 2007 2008
Pekerjaan/Jabatan Bekerja Menurut Jenis Bekerja Menurut Jenis
Pekerjaan/Jabatan (Orang) Pekerjaan/Jabatan (Orang)
Laki-laki Perempua Laki-Laki + Laki-laki Perempua Laki-Laki +
n Perempuan n Perempuan
Tenaga Profesional, 63 530 36 946 100 476 60 969 44 400 105 369
Teknisi, dan Tenaga
Lain ybdi
Tenaga Kepemimpinan 11 912 1 989 13 901 19 741 2 797 22 538
dan Ketatalaksanaan
Pejabat Pelaksana, 70 145 56 115 126 260 67 303 53 282 120 585
Tenaga Tata Usaha, dan
Tenaga ybdi
Tenaga Usaha 113 782 210 535 324 317 123 286 229 109 352 395
Penjualan
Tenaga Usaha Jasa 81 206 54 818 136 024 73 619 63 135 136 754
Tenaga Usaha 373 932 335 223 709 155 386 375 336 802 723 177
Pertanian, Kehutanan,
Perburuan, dan
Perikanan
Tenaga Produksi, 369 765 189 302 559 067 369 833 182 407 552 240
Operator Alat-alat
Angkutan, dan Pekerja
Kasar
Lainnya 12 724 210 12 934 15 474 1 198 16 672
Jumlah 1 096 996 885 138 1 982 134 1 116 600 913 130 2 029 730
Sumber : BPS Provinsi Bali
Jumlah Kesempatan Kerja Menurut Sektor di Provinsi Bali
Tahun 2007-2008
Lapangan Usaha 2007 2008
Bekerja Menurut Lapangan Usaha Bekerja Menurut Lapangan Usaha
(Orang) (Orang)
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Laki- Perempuan Laki-Laki +
Perempuan laki Perempuan
Pertanian, Perkebunan, 377 791 336 300 714 091 388 337 475 726 287
Kehutanan dan 812
Perikanan
Pertambangan & 6 677 1 867 8 544 7 332 4 848 12 180
Penggalian
Industri Pengolahan 144 778 144 330 289 108 137 126 090 263 331
241
Listrik, Gas dan Air 3 394 518 3 912 6 040 1 720 7 760
Bangunan 113 708 14 968 128 676 118 22 096 140 102
006
Perdagangan, Rumah 199 952 262 565 462 517 208 272 848 481 818
Makan dan Hotel 970
Angkutan, Pergudangan 67 654 9 719 77 373 74 18 076 92 742
dan Komunikasi 666
Keuangan, Asuransi & 34 980 17 956 52 936 26 19 128 45 454
Usaha Pesewaan 326
Bangunan
Jasa Kemasyarakatan, 148 062 96 915 244 977 149 110 849 260 056
Sosial dan Perorangan 207
Jumlah 1 096 996 885 138 1 982 134 1 116 913 130 2 029 730
600
Sumber : BPS Provinsi Bali 2018

2. Perencanaan Pendidikan Dan Pelatihan

Secara konseptual perencanaan pendidikan dan latihan sangat erat hubungannya


dengan perkiraan kebutuhan tenaga kerja menurut pendidikan. Perkiraan kebutuhan tenaga
kerja menurut pendidikan dan latihan tersebut dihubungkan dengan jumlah produksi/output
yang akan dihasilkan pada satu periode tertentu. Perencanaan pendidikan dan latihan akan
dapat dilakukan jika sudah diketahui perkiraan kebutuhan tenaga kelja menurut pendidikan
dan perkiraan persediaan tenaga kerja juga menurut pendidikan. Metode/cara yang dapat
digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja menurut pendidikan adalah sebagai
berikut.

1. Perkiraan kesempatan kerja menurut pendidikan seperti pendekatan MRP ' yang telah
dijelaskan sebelumnya. Pada metode ini diasumsikan bahwa proporsi kesempatan
kerja menurut pendidikan relatif sama untuk beberapa periode waktu, sehingga
proporsi kesempatan kerja menurut pendidikan dimasa yang lalu digunakan untuk
mendistribusikan kesempatan kerja yang diperoleh dari hasil proyeksi.
2. Perkiraan yang dilakukan dengan melihat rasio jumlah penduduk dengan tenaga-
tenaga tertentu yang dibutuhkan. Misalnya tenaga dokter, tenaga di bidang kepolisian
(Sudarwan Danim, 2003). Selanjutnya dinyatakan bahwa para perencanaan
berasumsi bahwa terdapat sedikit fleksibilitas dalam memperkirakan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan, misalnya jumlah insinyur dan ahli teknik, tamatan universitas
atau tamatan sekolah menengah yang harus dididik dan dihasilkan untuk mencapai
target produksi atau meningkatk an pertumbuhan ekonomi. Dengan fleksibilitas yang
rendah maka perkiraan harus dilakukan dengan cermat.

Untuk memperkirakan jumlah perkiraan persediaan tenaga kerja menurut pendidikan


pada waktu tertentu harus diperhitungkan hal-hal berikut ini.

1) Jumlah persediaan tenaga kerja sebelumnya (sebelum waktu/periode proyeksi).


2) Perkiraan tambahan persediaan tenaga kerja keluaran pendidikan pada periode
waktu tertentu. Di sini harus diperkirakan beberapa hal yaitu :
a) jumlah mereka yang dropout di tingkat SD
b) jumlah mereka yang tamat SD tetapi tidak melanjutkan sekolah ke tingkat
'SLTP
c) mereka yang dropout ditingkat SLTP
d) mereka yang tamat SLTP tetapi tidak melanj utkan ke tingkat SLTA (5).
mereka dropout di tingkat SLTA
e) mereka yang tamat SLTA tetapi tidak melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi
(PT)
f) mereka yang dropout di Perguruan Tinggi (PT)
g) Mereka yang tamat di Perguruan Tinggi (PT)

Mereka yang dropout baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan di PT pasti akan
masuk pasar kerja, demikian juga mereka yang tamat SD, SLTP, SLTA, yang tidak
melanjutkan sekolahnya juga akan .masuk pasar kerja. Demikian pula mereka yang
sudah tamat perguruan tinggi pasti juga akan masuk pasar kerja. Mereka-mereka itu
akan menambah persediaan tenaga kerja yang sebelumnya ada. Dengan
membandingkan perkiraan kebutuhan tenaga kerja menurut pendidikan dan perkiraan
persediaan tenaga kerja menurut pendidikan maka akan dapat dirancang perencanaan
pendidikan dan latihan di masa yang akan datang.

Para ahli menyadari bahwa menyusun perencanaan tenaga kerja memang tidak
mudah. Pada saat penduduk yang bersekolah/mengikuti pendidikan meningkat
dengan cepat di satu sisi, dan di sisi lain pertumbuhan ekonomi/pekerjaan tidak
mengalami kenaikan maka upaya untuk mengkaitkan antara kebutuhan dan
penyediaan tenaga kerja cenderung gagal dipadukan (Sudarwan Danim, 2003) .
Selanjutnya dikatakan bahwa hasil proyeksi para pakar tentang kebutuhan tenaga
kerja di masa yang akan datang memiliki potensi tidak selalu cocok dengan
kemampuan lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada dalam usaha memenuhi
kebutuhan jumlah tenaga kerja yang telah diproyeksikan oleh para pakar tersebut.
Ada beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebabnya yaitu :
1. Data dan informasi mengenai kebutuhan tenaga kerja tidak mudah didapat
dan kalaupun didapat seringkali reliabilitas dari data/informasi tersebut
rendah.
2. Lembaga penyedia kecil kemungkinannya untuk taat dalam memenuhi
pesanan kecuali kalau diorganisasikan dalam format pendidikan
kedinasan yang ketika lulus langsung dipekerjakan/memasuki sektor
produktif.
3. Asumsi-asumsi yang digunakan kecil kemungkinannya selalu cocok
dengan begitu banyaknya variabel yang berpengaruh pada proyeksi
kebutuhan tenaga kerja..
4. Ketika menjalani proses pendidikan dan latihan, ada kemungkinana
mereka berubah pikiran, sehingga pada saat telah selesai mengikuti
pendidikan dan latihan tersebut mereka mencari karir alternatif yang lain,
yang tidak sesuai dengan aspirasi awal. Misalnya bermigrasi,
berwirausaha, menjalankan usaha keluarga dan sebagainya.

Menurut Sudarwan Danim (2003), ada banyak hal yang dapat mempengaruhi
ketidakakuratan proyeksi/perkiraan kebutuhan dan perkiraan penyediaan tenaga
kerja. Jika banyak variabel tidak dapat diperkirakan secara valid maka akan rendah
maknanya (manfaatnya rendah) menyusun perkiraan kebutuhan tenaga kerja
dikaitkan dengan pendidikan dan pelatihan yang akan direncanakan. Beberapa hal
yang dapat mempengaruhi ketidakakuratan tersebut adalah sebagai berikut.

a) Dinamika kependudukan
b) Pemekaran wilayah
c) Perubahan struktur pemerintahan
d) Kestabilan politik
e) Runtuhnya kekuasaan (rezim)
f) Pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif
g) Dinamika pasar global
h) Pergeseran nilai-nilai masyarakat, termasuk perubahan persepsi masyarakat
terhadap pekerjaan.
i) Prioritas orientasi pembangunan oleh pemerintah
j) Kemampuan kuangan negara
k) Bencana alam atau krisis multidimensi

Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti juga Indonesia, banyak bukti yang
menunjukkan bahwa perencanaan pendidikan/latihan yang dibuat tidak tepat dengan
kebutuhan tenaga kerjanya. Hal ini antara lain

1. Meningkatnya output pendidikan dengan cepat mengakibatkan penawaran tenaga


berpendidikan juga meningkat cepat yang jauh melebihi daya serap pasar kerja;
2. Munculnya pencari keija dengan kualifikasi pendidikan tertentu dengan rata-rata
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada sebelumnya yang dapat
menimbulkan benturan-benturan psikologis dan lahirnya pengangguran intelektual;
3. Orang-orang yang telah lama bekeija memiliki pengalaman yang panjang yang tidak
dapat begitu saja diganti oleh mereka yang baru lulus.

Meskipun ada kesulitan-kesulitan yang sedemikian banyak dalam menyusun perkiraan


kesempatan kerja menurut pendidikan maupun persediaan tenaga kerja bukan berarti hal
tersebut mustahil untuk dilaksanakan. Hal yang terpenting adalah tetap mengusahakan data
yang valid sebagai dasar untuk membuat perencanaan dan memperhitungkan variabel-
variabel yang dapat mempengaruhi hasil proyeksi/perkiraan nantinya.
3. Pembahasan Hasil Perkiraan Kesempatan Kerja dan Penyediaan Tenaga Kerja

Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan usaha produksi


untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang dapat
berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja yang ada dari suatu
saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi permintaan
tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan
permintaan terhadap tenaga kerja.

Kesempatan kerja adalah jumlah yang menunjukan berapa orang yang telah atau dapat
tertampung dalam suatu perusahaan. Kesempatan kerja dapat diwujudkan dengan tersedianya
lapangan kerja yang memungkinkan dilaksanakannya bentuk aktivitas yang dinamakan
bekerja tesebut. Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas
tenaga kerja.

Penyediaan tenaga kerja mengandung pengertian jumlah penduduk yang sedang dan siap
untuk bekerja dan pengertian kualitas usaha kerja yang diberikan. Secara umum, penyediaan
tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah penduduk, tenaga kerja, jam
kerja, pendidikan, produktivitas, dan lain-lain. Penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh
jumlah penduduk dan struktur umur. Semakin banyak penduduk dalam umur anak-anak,
semakin kecil jumlah yang tergolong tenaga kerja.

Kenyataan juga menunjukkan bahwa tidak semua tenaga kerja atau penduduk dalam usia
kerja siap untuk bekerja, karena sebagian mereka masih bersekolah, mengurus rumah tangga
dan golongan lain-lain sebagai penerima pendapatan. Dengan kata lain, semakin besar jumlah
orang yang bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, semakin kecil penyediaan tenaga
kerja. Jumlah yang siap kerja dan yang belum bersedia untuk bekerja dipengaruhi oleh
kondisi masing-masing keluarga, kondisi ekonomi dan sosial secara umum, dan kondisi pasar
kerja itu sendiri.

Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lamanya orang bekerja setiap minggu.
Lamanya orang bekerja setiap minggu tidak sama. Ada orang yang bekerja penuh. Akan
tetapi banyak juga orang yang bekerja hanya beberapa jam seminggu atas keinginan dan
pilihan sendiri atau karena terpaksa berhubung terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh.
Oleh sebab itu, analisa penyediaan tenaga kerja tidak cukup hanya dengan memperhatikan
jumlah orang yang bekerja, akan tetapi perlu juga memperhatikan berapa jam setiap orang
itu bekerja dalam seminggu.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Provinsi Bali, 2006-2017
Kelompok 2016 2017
Usia yang
Bekerja Menurut Kelompok Usia (Orang) Bekerja Menurut Kelompok Usia
Bekerja
(Orang)
Laki-laki Perempuan Laki-Laki Laki- Perempuan Laki-Laki +
+ laki Perempuan
Perempuan

15 - 19 49 792 39 571 89 363 44 363 44 700 89 063


20 - 24 126 918 107 663 234 581 107 104 822 212 768
946
25 - 29 156 202 121 686 277 888 145 115 957 261 456
499
30 - 34 157 985 123 297 281 282 159 117 485 276 623
138
35 - 39 159 570 138 960 298 530 173 136 374 310 055
681
40 - 44 164 181 139 348 303 529 170 149 145 320 061
916
45 - 49 156 459 126 512 282 971 163 127 703 291 132
429
50 - 54 119 450 115 233 234 683 120 98 216 218 820
604
55 - 59 84 145 71 802 155 947 90 152 70 555 160 707
60+ 135 104 122 677 257 781 139 117 643 257 622
979
Jumlah 1 309 806 1 106 749 2 416 1 315 1 082 2 398 307
555 707 600
Sumber : BPS Provinsi Bali 2018
Penduduk Usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut jumlah jam kerja seluruhnya dan
jenis kelamin di provinsi Bali tahun 2016-2017
Jumlah 2016 2017
Jam
Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja
Kerja
(Orang) (Orang)
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Laki-laki Perempuan Laki-Laki +
Perempuan Perempuan
0 23 358 19 432 42 790 19 282 20 208 39 490
09-Jan 28 623 28 772 57 395 20 044 32 399 52 443
24-Okt 121 210 119 127 240 337 113 426 164 035 277 461
25 - 34 83 378 131 706 215 084 107 955 112 682 220 637
35 - 44 247 073 256 195 503 268 298 694 256 444 555 138
45 - 59 546 761 336 499 883 260 543 631 333 463 877 094
60+ 259 403 215 018 474 421 212 675 163 369 376 044
Jumlah 1 309 806 1 106 749 2 416 555 1 315 707 1 082 600 2 398 307

Sumber : BPS Provinsi Bali 2018

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis
Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2008-2018

2017

Pendidikan Tertinggi Angkatan Kerja (AK)


yang Ditamatkan
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK

Tidak/belum pernah
3 807 374 62 984 3 870 358 98,37
sekolah
Tidak/belum tamat SD 15 947 147 404 435 16 351 582 97,53
SD 31 223 380 904 561 32 127 941 97,18
SLTP 21 716 713 1 274 417 22 991 130 94,46
SLTA Umum/SMU 21 131 391 1 910 829 23 042 220 91,71
SLTA Kejuruan/SMK 12 587 547 1 621 402 14 208 949 88,59
Akademi/Diploma 3 286 551 242 937 3 529 488 93,12
Universitas 11 322 320 618 758 11 941 078 94,82
Tak Terjawab - - - -
Total 121 022 423 7 040 323 128 062 746 94,50
Pendidikan Tertinggi yang Bukan Angkatan Kerja (BAK) Jumlah Penduduk Usia Persentase Angkatan
Ditamatkan 15 tahun ke Atas Kerja Terhadap
Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Penduduk Usia Kerja
(TPAK)
Tidak/belum pernah sekolah - 1 781 150 1 037 253 2 818 403 6 688 761 57,86
Tidak/belum tamat SD 135 822 6 361 447 2 210 572 8 707 841 25 059 423 65,25
SD 1 908 077 10 869 000 1 689 539 14 466 616 46 594 557 68,95
SLTP 10 441 569 8 342 294 938 503 19 722 366 42 713 496 53,83
SLTA Umum/SMU 3 025 712 7 251 988 891 902 11 169 602 34 211 822 67,35
SLTA Kejuruan/SMK 809 054 3 059 529 424 878 4 293 461 18 502 410 76,80
Akademi/Diploma 62 425 883 590 132 594 1 078 609 4 608 097 76,59
Universitas 109 711 1 369 921 280 140 1 759 772 13 700 850 87,16
Tak Terjawab - - - - - -
Total 16 492 370 39 918 919 7 605 381 64 016 670 192 079 416 66,67

Sumber : BPS Provinsi Bali 2018


DAFTAR PUSTAKA

MARHAENI. DEWI, MANUATI. 2004. EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA.


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
https://bali.bps.go.id/
file:///D:/smtr%205/sdm/a.pdf
file:///D:/smtr%205/sdm/72665-ID-analisis-proyeksi-kesempatan-kerja-dan-p.pdf

Anda mungkin juga menyukai