Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDI AKIDAH AKHLAK

Dosen Pembimbing

FAJRI CHAIRAWATI,S.PD.M.A

Disusun oleh:

Kelompok 5

DIAS FIKRA IKRAMI (210701029)

RIFA FAHRUR RAJI (210701026)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin,Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas selesainya MAKALAH studi Aqidah Akhlak . Penulisan makalah ini adalah salah satu
tugas mata kuliah kajian islam. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami
miliki. Serta kami mengucapkan terima kasih untuk pihak - pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun _tidak langsung, Amin yaa Rabbal
'Alamin.

Aceh Besar, 07 Juni 2022

Penyusun,

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................3

DAFTAR ISI...................................................................................4

BAB I.............................................................................................5

A.Latar Belakang ...................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................6

A. Pengertian Akidah Akhlak.......................................................6

B. Prinsip prinsip akidah dalam islam..........................................7

C. Metode metode pendidikan akhlak..........................................9

BAB III PENUTUP........................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................12
Bab l

A. Latar belakang

Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya akhlak dan akidah. Keduanya adalah hal yang sangat penting karena telah
mencakup segala pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk.

Timbulnya kesadaran serta pendirian Akhlak, akidah dan moral merupakan pola tindakan
yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup yang selalu berpegang teguh pada akhlak,
akidah dan moral adalah tindakan yang tepat dalam mewujudkan terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak sesuai dengan akhlak dan akidah yang baik merupakan tindakan
yang menentang kesadaran tersebut. Sebagai generasi penerus kita harus selalu berakhlak
yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya kehidupan yang rukun dan damai.

Untuk itu pada makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai pengertian, sumber-sumber
serta macam-macam akhlak, akidah
Bab ll pembahasan

A. Pengertian Akidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah

Kata ‘aqidah berasal dari kata bahasa arab. Secara bahasa, aqidah berarti sesuatu yang mengikat. Kata
ini, sering juga disebut dengan ’aqa’id, yaitu kata plural (jama’) dari ’aqidah yang artinya simpulan. Kata
lain yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai arti kepercayaan. Menurut Sayyid Sabiq, seperti dikutip
Nurcholis Madjid (baca: Cak Nur), tauhid atau al-‘aqidah al-islamiyyah adalah suatu sistem kepercayaan
Islam yang mencakup didalamnya keyakinan kepada Allah dengan jalan memahami nama-nama dan
sifat-sifatNya, keyakinan terhadap malaikat, ruh, setan, iblis dan makhluk-makhluk gaib lainnya,
kepercayaan terhadap Nabi-nabi, Kitab-kitab Suci serta hal-hal eskatologis lainnya, seperti Hari
Kebangkitan (al-ba’ts), hari kiamat/hari akhir (yaum al-qiyamah/yaum al-akhir), surga, neraka, syafa’at,
jembatan gaib (al-shirath al-mustaqim), dan sebagainya.[1]

Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Atau dengan kata lain
Aqidah adalah suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan
mantap serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan bahwa apa yang menjadi
rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini keberadaannya.

2. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, al-khuluqu atau al-khuluq yang berarti watak, tabiat, keberanian atau
agama. Sedangkan secara istilah Muuhammad Rabbi Muhammad Jauhari mengutip pendapat Ibnu
Maskawaih bahwa Akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-
tindakan dari keadaan itu tanpa melalui fikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua: ada yang
berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulan-ulang. Boleh jadi, pada
mulanya tindakan-tindakan itu melalui fikiran dan pertimbangan, dan dilakukan terus-menerus, maka
jadilah suatu bakat dan akhlak.[2]

Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang penghayatan akan
hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang menghadap dan berada di depan
Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu pendidikan atau latihan untuk mencapai
kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaffah), sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari
keislaman seseorang. Ihsan ini baru tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan
islam. Orang yang mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan
tercermin dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi utama
diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Tugas yang amat berat dan sangat mulia itu
dapat dilaksanakan dengan baik oleh Nabi berkat bimbingan langsung dari Allah Swt. dan juga didukung
oleh kepribadian beliau yang sangat agung. Terkait dengan ini Allah Swt. berfirman:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam : 4)[3]

Jadi konsep dasar mempelajari aqidah akhlak di madrasah adalah suatu pernyataan sekaligus gambaran
dasar dalam mempelajari suatu ikatan dan keyakinan dasar dalam kehidupan beragama sehingga
diharapkan dapat melahirkan budi pekerti dan akhlakul karimah pada peserta didik.

B. Prinsip-prinsip akidah dalam Islam


1. Iman kepada Allah

Pengertian iman kepada Allah ialah:

· Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah

· Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam,makhluk


seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.

· Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat
kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).

Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan
beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui
bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan,
kekuasaan, dan kesempurnaan Allah.

2. Iman Kepada Malaikat

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai
“malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya
malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya,yang membawa wahyu kepada
rasul-rasul-Nya.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu
Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab
kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan
syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara
individu maupun masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan
oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun
berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan
hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul
terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang
berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.

5. Iman kepada hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam
rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan
orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.

6. Iman kepada qada dan qadar

Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat.
Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi.
Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.Makna
qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri.
[4]

C. Metode-metode pendidikan akhlak


a. Metode Teladan
Ada pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Apa yang dilakukan oleh guru atau orang
tua akan ditiru oleh anak-anak. Tingkah laku orang muda dimulai dari meniru (imitation). Pembinaan
akhlak melalui keteladanan memang cukup representatif untuk diterapkan. Menurut Abdullah Nasih
Ulwan, keteladanan merupakan kunci dari pendidikan akhlak seorang anak. Dengan keteladanan yang
diperolehnya di lingkungan rumah dan sekolah, seorang anak akan mendapatkan kesempurnaan dan
kedalaman akidah, keluhuran moral, kekuatan fisik serta kematangan mental pengetahuan.

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengaplikasikan perilaku-perilaku yang


belum pernah atau jarang dilaksanakan menjadi sering dilakukan hingga akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan. Kebiasaan yang seperti beribadah kepada Allah yang selalu dilakukan dalam keluarga akan
menjadi kebiasaan bagi seorang anak.

c. Metode Nasehat

Metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik
secara moral, emosional, maupun sosial adalah pendidikan anak dengan memberikan nasehat
kepadanya. Nasehat ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak
kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasi
dengan akhlak serta membekalinya dengan prinsip yang Islami.

d. Metode Targ}ib (motivasi)

Memberi semangat terhadap anak untuk berbuat baik dengan memujinya, memberikan reward maka
anak akan termotivasi untuk melakukan kebaikan dan keluhuran. Targib adalah metode membuat
senang. Dalam al-Quran cukup banyak memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang mengerjakan
kebajikan dan amal saleh

BAB III
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebagai berikut:

Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Atau dengan kata lain
Aqidah adalah suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan
mantap serta tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan bahwa apa yang menjadi
rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini keberadaannya. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pikiran terlebih
dahulu.

Prinsip-prinsip akidah dalam Islam

1. Iman kepada Allah

2. Iman Kepada Malaikat

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

4. Iman kepada Nabi dan Rasul

5. Iman kepada hari Akhir

6. Iman kepada qada dan qadar


Daftar pustaka

[1] Mahrus, modul Akidah, (Jakarta : 2012) hal: 9

[2] Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami (Bandung: Pustaka
Setia, 2006 ) hlm.85

[3] Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Yogyakarta: Wahana Press, 2009)hlm.9

[4] Prof. Dr. Amir Syarifuddin,garis-garis besarAkidah Akhlak, jakarta: kencana, 2001

Anda mungkin juga menyukai