Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP ILMU


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Akhlak

Dosen Pengampu :
Dr. Eep Sopwana Nurdin, M.Ud

Disusun Oleh :
Alina Balqiya Rahma (1222030019)
Azka Ridho Fadhilah (1222030031)
Dody Alpayed (1222030040)
Kelompok 11
Kelas 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang akhlak terhadap ilmu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang akhlak terhadap ilmu ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandung, 4 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Akhlak ..................................................................................3
B. Akhlak Menuntut Ilmu ...........................................................................3
C. Akhlak Orang Yang Berilmu Dari Dahulu Sampai Sekarang ...............4
D. Kemuliaan Orang Berilmu .....................................................................4
E. Contoh Bagi Orang-Orang Yang Berilmu .............................................5
F. Hikmah Menuntut Ilmu ..........................................................................8
G. Adab Dalam Menuntut Ilmu ..................................................................9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................11


A. Kesimpulan ..........................................................................................11
B. Saran .....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup
manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan bila misi
utama kerasulan Muhammad SAW, adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau
itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini
dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan
akal dan kepintarannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan
berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang
tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidak seimbangannya ilmu dunia
dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi
dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak
tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena
bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia
dengan berbagai tindak kejahatan.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah
diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW, itu dijadikan
contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi
permintaan ini dijamin keselamtan hidupnya di dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian akhlak terhadap ilmu?
2. Menyebutkan contoh bagi orang-orang yang berilmu!
3. Menyebutkan adab menunntut ilmu!

1
2

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah atau menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar
celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah
urusan masing-masing” atau ungkapan,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang
baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka
diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan.
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu
orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang
mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah
SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan
lebih baik.
Inilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya
diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan
kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan
adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia
dan dimuliakan oleh Allah SWT.
B. Akhlak Menuntut Ilmu
Ilmu berasal dari kata al-ilm berasal dari bahasa arab yang berarti
pengetahuan. Dalam Alquran kata ilm dan kata jadinya disebutkan kurang
lebih mencapai 800 kali. Kata lain yang berkaitan dengan al-ilm adalah kata
allama (mengajarkan), ya’lamu (mereka mengetahui), alim (tahu) dan
sebagainya. Menurut syeikh Az-Zarnuji, ilmu adalah sebuah kondisi yang
sedemikian rupa, yang jika dimiliki sesorang maka menjadi jelas apa yang
diketahuinya.

3
4

Islam sebagaimana dijelaskan dalam puluhan ayat al-Qur’an


mendudukkan ilmu dan para ilmuwan di tempat yang terhormat. Ini tidak
terlepas dengan fungsi dan peran ilmu. Ilmu jelas merupakan modal dasar
bagi seseorang dalam memahami berbagai hal baik terkait urusan duniawi
maupun ukhrawi. Salah satu bukti nyata kemuliaan ilmu dalam Islam adalah
ayat yang pertama diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
berhubungan dengan ilmu. Allah swt, berfirman, “Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara qalam
(pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

C. Akhlak Orang Yang Berilmu Dari Dahulu Sampai Sekarang


1. Bersifat tawadhu’
2. Senantiasa mengamalkan ilmunya
3. Menyadari bahwa dia memiliki banyak kekurangan dan kelemahan
4. Ikhlas dalam mengajarkan ilmunya
5. Menjaga akhlak dalam majlis ilmu
6. Tidak bakhil dalam menyampaikan ilmu
7. Zuhud dalam perkara dunia

D. Kemuliaan Orang Berilmu


Menuntut ilmu merupakan aktivitas yang memiliki tantangan.
Tantangan itu dapat berupa biaya, waktu, kesehatan dan kesempatan. Orang
yang mampu menghadapi tantangan itu adalah orang yang memiliki
keikhlasan dan semangat rela berkorban. Bagi orang yang beriman
tantangan itu tidak menjadi hambatan, sebab selain tantangan ia juga
memiliki motivasi yang sangat besar. Orang-orang yang menuntut ilmu
dengan ikhlas akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya jalan
menuju surga. Rasulullah saw dalam hadis:
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, sesungguhnya
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa
5

menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan


baginya jalan ke surga." (H.R.Muslim)
Al-Qur’an juga banyak menyebutkan kedudukan dan keutamaan
para ilmuwan. Salah satunya firman Allah swt. berikut: “Katakanlah,
Adakah sama orang-orang yang mengetehui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” Juga dalam firman Allah SWT. yang lain, “Allah akan
meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.

E. Contoh Bagi Orang-Orang Yang Berilmu


1) Tidak Menyombongkan Diri
Seseorang yang menyombongkan diri karena keluasan
ilmunya adalah salah besar. Allah berfirman:
“Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan bisa menembus
bumi dan tidak akan mampu menjulang seperti gunung”. (Q.S. al-
Isra [17]: 37)
Allah memberikan sindiran kepada orang-orang yang
sombong. Sombong dalam harta, tahta, ataupun dalam hal memiliki
ilmu. Terbesit jelas apa yang tersirat dalam ayat tersebut, bahwa bagi
orang-orang yang sombong dengan hal yang dimilikinya pasti ada
yang lebih dari apa yang mereka sombongkan. Maka dari itu mereka
yang menyombongkan ilmu yang mereka miliki, mereka tidak akan
mampu menjulang seperti gunung.

2) Menjaga Ilmunya
Sungguh benar-benar merugi orang-orang yang tidak
menjaga ilmunya. Itu menjadi sebuah bencana bagi para penuntut
ilmu, mereka mencari ilmu dengan susah payah namun mereka lupa
6

akan ilmu-ilmunya. Ada beberapa kiat-kiat untuk menjaga ilmunya,


yaitu:
Pertama: Menulis, ilmu yang tidak ditulis bagaikan unta di
padang pasir, unta tersebut jika sudah lepas sangat mudah untuk
hilang. Itulah ilmu yang diibaratkan dengan unta lepas. Dia akan
mudah lupa jika tidak diikat dengan tulisan, dan setelah lupa tidak
ada lagi yang harus di ingat karena tidak ada lagi yang membekas
baik di fikiran maupun di tulisan. Maka sangat penting ilmu itu
ditulis, sebagai bahan muroja’ah ataupun sebagai bahan untuk
mengajarkannya kepada orang lain.
Kedua: Muroja’ah, muroja’ah menjadi sangat penting
sebagai kiat untuk menjadikan terjaganya ilmu yang dihafal.
Muroja’ah juga bisa sebagai metode untuk mengkoreksi jika ada hal
yang kurang dalam ilmu-ilmu yang didapat. Sedikit kisah tentang
Imam Bukhari, ia seorang imam besar perawi hadist-hadist yang
sahih. Setiap setelah beliau belajar dengan seorang guru, beliau
selalu mencatat dan me-muroja’ah ilmunya di rumah. Ini adalah
tanda keteladanan seorang yang berilmu. Dia giat dan selalu
bersemangat dalam menuntut ilmu.

3) Mengamalkan
Semaksimal tingkatan seorang yang berilmu adalah
mengamalkannya. Sungguh orang yang mengamalkan ilmunya dia
sungguh telah benar-benar menjaga ilmunya. Menjaga ilmunya dari
kepunahan, karena akan dikaji oleh murid-muridnya. Sekaligus
amal jariyah bagi yang mengamalkan ilmunya. Sebagaimana yang
dikatakan dalam Hadist:
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga perkara yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang
diamalkan dan anak yang sholeh”. (H.R. Muslim no. 1631)
7

4) Amanah Dalam Menyampaikan


Seorang yang berilmu dilihat dari cara menyampaikan
ilmunya dia harus amanah. Sesuai dengan redaksi yang diterima dari
guru-gurunya yang terdahulu. Bukan hanya dengan kepentingan
hawa nafsunya saja. Dia menafsirkan sendiri dengan keterbatasan
ilmunya dalam bidang tertentu.
Sifat amanah dalam menyampaikan ini menjadi tolak ukur
para ulama dalam menentukan bahwa dia berilmu atau tidak
berilmu. Sebagai contoh adalah bagaimana terciptanya hadist-hadist
yang muttawatir dan sahih. Di mana para perawi hadist tersebut
adalah orang-orang yang kesehariannya sangat amanah dan zuhud,
maka terciptalah hadist yang bisa dijadikan hukum. Dan jika salah
seorang dari perawi hadist tersebut tidak amanah maka bisa
disimpulkan bahwa hadist yang redaksinya dari perawi tersebut
tidak bisa dijadikan hujjah untuk menentukan hukum.

5) Lemah Lembut Dalam Menyampaikan


Dalam tafsir ibnu katsir menjelaskan bahwa Allah telah
merahmatkan kepada Rasul-Nya hati yang lemah lembut sehingga
umatnya menerima dengan apa yang dikatakan oleh Rasul-Nya.
Maka umatnya tersebut menaatinya menjauhi yang mungkar dan
mendekati yang ma’ruf. Allah juga menjadikan tutur kata Nabi
Muhammad terasa sejuk dan lembut sehingga umatnya betah
berlama-lama dengan Nabi Muhammad.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu”.
(Q.S. Ali Imrân [3]: 159)
8

Apa yang disebutkan barusan adalah contoh bagi orang-


orang yang berilmu jika ingin mengamalkan ilmunya dengan cara
lemah-lembut. Itu sangat menentukan kualitas ilmu seseorang.
Karena orang yang berilmu tahu lemah-lembut adalah cara
bagaimana sampainya ilmu kepada penuntut ilmunya.

F. Hikmah Menuntut Ilmu


1) Mendapatkan Pahala Yang Mengalir Terus Menerus
Menuntut ilmu memang bukan hal yang mudah, kadang
banyak cobaan yang Allah SWT berikan saat menuntut ilmu.
Namun, semua cobaan tersebut akan dibalas oleh Allah SWT
dengan pahala yang besar. Karena, semakin besar cobaan, maka
semakin besar pula pahalanya. Bahkan, sampai mati pun pahalanya
akan terus mengalir.

2) Ditinggikan Derajatnya
Hikmah yang selanjutnya ialah, orang-orang yang menuntut
ilmu akan di tinggikan derajatnya di sisi Allah SWT dengan
beberapa derajat. Hal itu disebutkan dalam (QS.Al-Mujadalah ayat
11):

‫لم َد َر َجات‬ِ‫ي رفَ ِع ٱ َّلل ٱلَ ِذين ءامنهو۟ا ِمن هكم وٱلَ ِذين أهوتهو۟ا ٱلْع‬
َ َ َْ َ َ َ ‫َْ ه‬
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

3) Dimudahkan Jalan Menuju Surga


Di dalam kitab Tankihul Qoul, menyebutkan:

‫اّلل لَهه بِه طَ ِريْ ًقا إِ َل اجلَن َِة‬ ِ ِِ ِ


ٰ‫ك طَ ِريْ ًقا يَلْتَم هز فْيه علْ ًما َس َه َل ه‬
َ َ‫َم ْن َسل‬
“Barang siapa yg menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka akan
Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
9

Dalam keterangan hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa


orang yang menuntut ilmu, akan dimudahkan jalannya menuju
surga.

4) Diluaskan Pengetahuannya
Seseorang yang menuntut ilmu lalu mengamalkan ilmunya,
maka Allah SWT akan memberi pengetahuan yang belum di
ketahuinya (Ilmu Laduni).
Rasulullah SAW bersabda:

‫َم ْن َع ِم َل ِِبا َعلِ َم أ َْوَرثَهه هللا عِ ْل هم ما ََلْ يَ ْعلَ ْم ومن َل يعمل ِبا علم أوشك هللا أن يسلبه‬

‫ما علم‬
“Barang siapa yang mengamalkan ilmunya maka Allah Ta’ala akan
menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya dan
barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka dikhawatirkan
Allah Ta’ala akan menghapus semua ilmunya.”

5) Agar Tidak Dimurkai Allah SWT


“Dunia dan seisinya dimurkai Allah, kecuali yang
memanfaatkannya demi kepentingan dzikrullah dan yang serupa
dengan itu, para ulama dan orang-orang yang menuntut ilmu.” (H.R.
Turmudzi).

G. Adab Dalam Menuntut Ilmu


Berikut ini adalah beberapa adab dalam menuntut ilmu yang harus dimiliki
oleh kaum muslimin, yakni:
1. Beri salam terlebih dulu saat berpapasan dengan guru.
2. Tidak banyak berkata-kata di hadapan guru.
3. Tidak berkata sesuatu yang tidak ditanyakan oleh guru.
4. Sebelum bertanya, hendaklah meminta izin kepada guru.
10

5. Tidak menyangkal perkataan guru.


6. Tidak menyalahi pendapat guru karena merasa lebih benar atau lebih
mengetahui daripada guru. Ini termasuk dalam perkara kurangnya
adab akan dan membuat ilmu kurang berkah.
7. Tidak berbisik-bisik dengan orang lain di hadapan guru.
8. Tidak memalingkan muka ke kiri atau ke kanan saat berada di
hadapan guru.
9. Hendaknya duduk dengan tenang dan beradab di hadapan guru.
10. Apabila guru berdiri, maka hendaklah ikut berdiri juga untuk
menghormati guru.
11. Tidak berburuk sangka terhadap guru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dengan maksud untuk
dipelajari dan diamalkan. Sejak manusia lahir, manusia tidak terlepas dari
aturan atau hukum, Allah pun telah menjelaskan aturan-aturan atau hukum
tersebut bagi para hamba-Nya di dalam Al-Qur’an. Dari sekian aturan
tersebut salah satunya adalah aturan tentang akhlaq dalam menuntut ilmu.
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh semua manusia untuk mencapai
kebahagian hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu,
Allah SWT mewajibkan kepada Adam dan seluruh keturunannya untuk
menuntut dan mengamalkan ilmu.
Ilmu pengetahuan mendukung terwujudnya akhlak atau adab yang
baik. Oleh karena itu, seorang yang berilmu dapat tercermin dari akhlak atau
perilakunya sehari-hari. Para ulama pun banyak yang memberikan ilmunya
untuk menuntun bagaimana seharusnya sikap yang dimiliki oleh para
penuntut ilmu. Beberapa keutamaan dan akhlak dalam menuntut ilmu yang
telah dijelaskan diatas diharapkan membuat penuntut ilmu dapat
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari agar penuntut ilmu
senantiasa mendapatkan keberkahan dari ilmu yang dimilikinya

B. Saran
Makalah ini jauh dari sempurna, akan tetapi paling tidak konsep
pendidikan yang diawarkan untuk mengatasi masalah akhlak atau moral
dalam pendidikan. Maka diharapakan adanya perbaikan dalam penelitian
selanjutnya.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

http://azwirbchaniago.blogspot.com/2015/11/akhlak-orang-berilmu.html?m=1
https://dppai.uii.ac.id/adab-orang-berilmu/
https://mediapakuan-pikiran--rakyat-com.cdn.ampproject.org/v/s/mediapakuan
https://www.orami.co.id/magazine/keutamaan-menuntut-ilmu
Az-Zarnuji, (2007), “Terjemah Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut
Ilmu”, Terjemahan Bahasa Arab Oleh Aliy As’ad, Yogyakarta: Menara
Kudus, Hal 14.
Muhammad Nasiruddin Al-Bani, (2012), “Ringkasan Shahih Bukhhari”, Jakarta:
Pustaka Azzam, hal 64.
Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika Dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar Vol. 1
No. 4 Oktober 2015, Hal 73.

12

Anda mungkin juga menyukai