Anda di halaman 1dari 12

DII / TII KONSEP KETUHANAN

Makalah ini disusun untuk pembelajaran Studi Al-Qur’an Kontemporer


Dosen Pengampu : Ust. Hafidz Nur Muhammad, S.Ud, M. Ag.

Disusun oleh:
Murni Herlina
Rizky Putrifathia Nietarahmani
Zahratul Hayah

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN AL MULTAZAM


PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
berkat anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “DII / TII”
ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, juga kepada segenap
keluarga dan para sahabatnya serta kepada kita seluruh umatnya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menunjang pembelajaran mata kuliah


Studi Al-Qur’an Kontemporer, pada Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STIQ Al
Multazam.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ust. Hafidz Nur Muhammad, S.
Ud, M. Ag. yang berperan sebagai dosen pembimbing mata kuliah Studi Al-Qur’an
Kontemporer di semester 5 ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karenanya kami
memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Kami harap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Khususnya semoga bisa
menambah wawasan mengenai DII/TII.

Kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini selanjutnya, kami buka
tangan selebar-lebarnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan
terima kasih.

Kuningan, 24 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Islam dan Negara menurut DII/TII........................................................ 6


B. Pemikiran DII/TII……………………………………………………………........ 7
1. Al-Qur’an…………………………………………………………………. 7
2. Iman………………………………………………………………………. 8
3. Din Al Haq………………………………………………………………... 9
4. Ibadah…………………………………………………………………...... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Salah satu peristiwa penting yang meninggalkan bekas dalam catatan sejarah
negeri ini adalah berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di awal masa kemerdekaan.
Topik ini memang selalu dan akan tetap menarik untuk diperbincangkan, lengkap
dengan segala pendapat para ahli maupun saksi-saksi sejarah. Fakta kalau memang
benar-benar fakta yang diungkapkan dalam buku pelajaran sejarah di bangku sekolah
maupun yang tersimpan di dalam arsip nasional Pemerintah Indonesia dianggap sebagai
kebohongan oleh sebagian pihak, termasuk di antaranya komunitas yang mengaku
sebagai Warga Negara Islam Indonesia dan para simpatisannya. Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo adalah nama yang tak dapat dilepaskan dari pembahasan masalah yang
berkaitan dengan Negara Islam Indonesia.

Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa “Negara
berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits”.
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
membuat undang-undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Al-Qur’an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan
“hukum kafir”, sesuai dalam Firman Allah SWT :

َ ‫اَفَ ُح ْك َما ْل َجا ِه ِليَّ ِة َي ْبغُ ْو َۗنَ َو َم ْنا َ ْح‬


‫سنُ ِم َناللّٰ ِه ُح ْك ًما ِ ِّلقَ ْومٍ ُّي ْوقِنُ ْون‬

Artinya : “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)” (Q.S.
Al-Maidah : 50)

4
Dalam konsep ketuhanan, DII/TII mempunyai sudut pandang sendiri. Selain
mereka menginginkan Indonesia menjadi negara Islam, tetapi mereka juga
menginginkan konsep Islam yang di tegakkannya itu mengacu pada pandangan Islam
yang mereka jadikan pedoman.

Konsep ketuhanan yang mereka anut itu sedikit berbeda dari yang sebenarnya.
Ternyata mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Tidak hanya satu
pandangan, tapi dari berbagai masalah mereka mempunyai aturannya sendiri.

B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana hubungan antara Islam dan Negara menurut DII/TII?
2. Bagaimana pemikiran-pemikiran DII/TII tentang konsep Ketuhanan?

C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dan Negara menurut DII/TII.
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran DII/TII tentang konsep Ketuhanan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Islam dan Negara menurut DII/TII.

Pembahasan tentang hubungan antara Islam dan Negara, DII/TII mengemukakan


3 konsep utama negara.

1. Konsep Tauhid.

Mereka menyadari bahwa akidah merupakan fundamen dalam din al islam.


Akidah merupakan ajaran universal yang abadi. Ia tidak mengalami perubahan
sepanjang masa, sejak misi risalah Nabi Adam a.s. hingga kerasulan Muhammad SAW.
Jadi semua nabi membawa misi akidah yang sama, yaitu monotoisme atau tauhid.

Menurut DII/TII, surat Al-Fatihah yang merupakan umm Al-Qur’an berisi


statement yang maha penting. Begitu juga dalam surat An-Naas. Kedua surat ini
memuat konklusi pengesaan Allah SWT yang luar biasa. Ia mengandung konsep tauhid
yang lengkap dan kokoh. Jadi Al-Qur’an dibingkai oleh 2 surat yang memuat pesan
tauhid yang sangat kuat. Munasabah kedua surat itu menggambarkan secara jelas
adanya 3 macam refleksi ketauhidan : Tauhid Rububiyyah, Mulkiyah dan Uluhiyyah.

2. Konsep “Kesatuan Penciptaan”.

Menurut DII/TII Allah menciptakan tiga ciptaan utamanya : bumi, al-qur’an dan
manusia. Bumi ini di ciptakan oleh Allah bagi kebahagiaan manusia yang harus benar-
benar di kelola sehingga menjadi sumber kesejahteraan bagi manusia. Jadi, kewajiban
manusia adalah mengelola bumi ini. Itulah sebabnya manusia di sebut khalifah fi al-ard
(penguasa dan pengelola bumi)

Berdasarkan konsep kesatuan penciptaan itu sampailah pada konklusi bahwa


untuk mengelola bumi harus mangacu pada undang-undang Allah, Al-Qur’an. Kelak di
bumi ini akan lahir insan-insan yang benar-benar melakukan pengabdian kepada Allah
secara benar dan kaffah. Jadi, konsep kesatuan penciptaan bermuara pada tauhid
DII/TII.

6
3. Konsep Syajarah Thoyyibah

Dalam pandangan dan interpretasi DII/TII, Indonesia tidak bisa di ubah bagian
demi bagian, tetapi harus di ubah secara total utuh dan revolusioner. Inilah yang
menjadi dasar konsep revolusi Isalm DII/TII. Jadi, mereka tidak mengubah subsistem
atau mengubah bagian demi bagian, melainkan sistem secara totaliter.

Menurut firman Allah SWT:

‫س َما ِء‬ ُ ‫صلُ َها ثَا ِبتٌ َوفَ ْر‬


َّ ‫ع َها ِفى ٱل‬ َ ‫ف ض ََر َب ٱللَّهُ َمث َ ًًل َك ِل َمةً َط ِِّيبَةً َك‬
ْ َ‫ش َج َر ٍة َط ِيِّبَ ٍة أ‬ َ ‫أَلَ ْم ت َ َر َك ْي‬

ِ ‫ب ٱللَّهُ ْٱْل َ ْمثَا َل ِلل َّن‬


َ‫اس لَعَلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُرون‬ ْ َ‫ين بِ ِإ ْذ ِن َربِِّ َها َۗ َوي‬
ُ ‫ض ِر‬ ٍ ٍۭ ‫ت ُ ْؤتِى أ ُ ُكلَ َها ُك َّل ِح‬

Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke
langit. Pohon-pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Rabbnya,
Allah membuat perumpaan-perumpaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
(Qs. Ibrahim :24-25)

Penafsiran ayat ini bersifat pragmatis-rasionalis. Dikatakan demikian karena


penafsirannya untuk menjadi pembenar dan mengkokohkan pendirian DII/TII, terutama
tentang kewajiban mendirikan negara Islam.

B. Pemikiran-pemikiran DII/TII tentang konsep Ketuhanan.


1. Al-Qur’an.

Menurut DII/TII , Al-Qur’an berasal dari akar kata qa-ra-a yang berarti bacaan.
Sebagai bacaan, Al-Qur’an memiliki tiga fungsi utama: petunjuk, penjelasan, dan
pembeda.

Dalam pandangan DII/TII, anatomi Al-Qur’an yang terdiri dari 114 surat dan
6.666 ayat dibagi menjadi tiga bagian utama: pembukaan (Surat Al-Fatihah), uraian inti
(Surat Al-Hadid), penutup (Surat An-Naas).

Bagi mereka Al-Qur’an memiliki dua dimensi: fisik dan aturan. Dalam dimensi
aturan mereka sangat menghormatinya namun, karena ayat-ayat hukum telah ditetapkan

7
melalui qoror-qoror yang dikeluarkan oleh pimpinan DII/TII sehingga mereka tidak
perlu repot-repot lagi untuk menggali sendiri. Menurut mereka, dalam dimensi fisik Al-
Qur’an “hanyalah” berupa kertas dan tulisan sehingga bukanlah sesuatu yang dianggap
sakral. Karena sikap ini, anggota DII/TII kurang menghargai Al-Qur’an dalam bentuk
fisik. Karena itu tidak heran jika diantara mereka (terutama ketika sedang stress)
melakukan pelecehan terhadap Al-Qur’an seperti melempar Al-Qur’an, menduduki Al-
Qur’an, dan pelecehan-pelecehan lainnya.

Fungsi Al-Qur’an menurut pandangan DII/TII :

1) Al-Qur’an sebagai undang-undang manusia.


2) Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi setiap mukmin.
3) Al-Qur’an berfungsi untuk mengeluarkan manusia dari kebiasaan dzolim
(mekah, jahiliyah, dzulumat, dan mengingkari Qur’an) kepada kebiasaan Nur
(Madinah).

Menurut mereka, dalam ber-Al Qur’an ada konsekuensinya, Jika kita mengkaji
dan membaca Al-Qur’an maka kita harus melaksanakannya. Dan jika kita tidak
melaksanakannya, resikonya di benci dan di adzab Allah (termasuk Ahli neraka).

2. Iman.

Menurut DII/TII iman secara umum adalah padangan dan sikap hidup dengan
ajaran Allah yakni Al-Qur’an menurut sunnah Rasul dan atau dengan selain Al-Qur’an
menurut sunnah Rasul. Sedangkan Iman secara khusus menurut mereka adalah
pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yakni Al-Qur’an menurut sunnah
Rasul, dinamakan iman yang hak dan orang-orang yang demikian dinamakan orang
mukmin. Dan pandangan dan sikap hidup dengan selain Al-Qur’an menurut sunnah
rasul, dinamakan iman batil dan orang yang demikian dinamakan kufur.

Demikianlah iman yang sebenarnya menurut Al-Qur’an dengan pembuktian


sunnah rasul. Hal ini bertolak belakang dengan pengertian iman pada zaman sekarang
ini adalah produk sejarah selama berabad-abad oleh tangan-tangan kotor manusia.

8
3. Din Al-Islam.

Terkait konsepsi din al-Islam menurut kelompok DII/TII, mereka mengatakan


bahwa yang dimaksud dengan kata ini bukanlah agama Islam dalam pengertian religion
seperti yang dipahami oleh mayoritas umat Islam. Akan tetapi, yang dimaksud dengan
din al-Islam adalah tata cara hidup (way of life) yang dilandasi oleh ajaran Islam.
Konsekuensi dari pemahaman itu adalah bahwa untuk terwujudnya Islam sebagai tata
cara hidup dalam tubuh umat Islam maka jalan satu-satunya adalah dengan mendirikan
negara Islam. Hanya dengan kekuatan potiklah Islam sebagai norma bisa diterapkan
dalam kehidupan secara total (Ausop, 2009). Mereka tidak menerjemahkan Islam
sebagai agama, tetapi sebagai sistem aturan atau tatacara hidup.

Jika Islam diterjemahkan hanya sebagai agama (religion, religie), ia hanya


merupakan alih bahasa yang tidak mengandung makna substantive-esensial. Lagi pula,
bila Islam diterjemahkan sebatas makna agama yang memiliki Nabi dan Kitab Suci akan
menjadi sempit maknanya. Di Indonesia, misalnya, agama yang diakui hanya enam:
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu padahal di Indonesia terdapat
ratusan, bahkan mungkin ribuan tatacara hidup.

Seseorang yang mengaku bahwa ia muslim, konsekuensinya ia harus mengikuti


tatanan hidup Islam secara kaffah, meskipun berat resikonya. Bila ia menolaknya, ia
pasti akan terpental di akhirat seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an:
“Sesungguhnya, agama yang di ridhoi Allah adalah Islam. Barang siapa mencari
agama selain Islam, sesekali tidaklah akan diterima agama itu darinya, dan di akhirat
ia termasuk orang-orang yang rugi” (QS Al-Imran, 3:19). Jadi, Islam itu adalah ad-din,
bukan agama. Ia bukan yayasan, pula bukan organisasi atau golongan (menurut Hasil
wawancara dengan Gimgim Bakar Misbah pada tanggal 05 Juni 2016 di Babakan Cipari
pada pukul 13.00 WIB). Orang-orang yang beriman atau muslim pasti berdinul Islam,
sedangkan orang-orang kafir berdin-ghair al-Islam, ad-din non Islam. Sebagai sebuah
tatanan hidup, Islam meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan dari mulai masalah
ritual sampai masalah muamalah, termasuk masalah sosial, budaya, ekonomi, politik,
bahkan persoalan kenegaranaan.

9
Sebuah tatanan hidup akan berjalan secara utuh dan integratif bila memenuhi
tiga unsur; pertama, adanya peraturan (regulasi). Kedua, adanya tempat untuk
melaksanakan peraturan itu. Ketiga, ada manusia yang berkumpul dan berkomunikasi
yang membutuhkan peraturan-peraturan itu. Supaya Islam sebagai sebuah tatanan hidup
bisa terlaksana secara kaffah, perlu orang-orang yang berada di sebuah wilayah tertentu
yang ikhlas diatur oleh hukum Islam. Jadi, sangat mustahil Islam dapat diberlakukan
secara utuh dan integratif-komprehensif sebagai sebuah tatanan hidup di suatu wilayah
yang tidak menghendendaki hukum Islam itu diberlakukan.

4. Ibadah.

Sebagaimana diketahui bahwa ujung tombak aqidah DII/TII bertumpuk pada


konsep tauhid sehingga pengembangan syariat ibadah pun bersandar pada konsep tauhid
itu. Ibadah menurut DII/TII merupakan penjabaran nyata dari tauhid rubbubiyah,
mulkiyah, dan uluhiyah.

Cara ibadah yang benar menurut mereka harus mengikuti cara ibadahnya Nabi
Muhammad SAW., sesuai dengan firman Allah SWT :

ً ِ‫سنَةٌ ِل َم ْن كَانَ يَ ْر ُجو اللَّهَ َوا ْليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَك ََر اللَّهَ َكث‬
‫يرا‬ ْ ُ ‫سو ِل اللَّ ِه أ‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد كَانَ لَ ُك ْم فِي َر‬

Artinya :“sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik,
yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamatv
dan dia banyak menyebut nama Allah.” ( Qs. Al-Ahzab:21)

Jadi, menurut mereka ibadah kepada Allah dikatakan benar jika mempola ibadah
yang di praktekan langsung oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pelaksana Al-Qur’an
yang sempurna.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Pembahasan tentang hubungan antara Islam dan Negara, DII/TII mengemukakan


3 konsep utama negara.

1. Konsep Tauhid.
2. Konsep “Kesatuan Penciptaan”.
3. Konsep syajarah thoyyibah.

Beberapa dari pemikiran-pemikiran mereka mengenai konsep ketuhanan, antara lain :

1. Pemikiran mengenai Al-Qur’an.


2. Pemikiran mengenai Iman.
3. Pemikiran mengenai Din Al-Islam.
4. Pemikiran mengenai Ibadah.

B. Saran

Kami tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia Bahasa Indonesia.

Diningrat, Budi Rahayu. (2021). Potret Gerakan Sosial Keagamaan Negara Islam
Indonesia Fillah Di Kabupaten Garut. Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 4,
Nomor 1: 42–58. 10.15575/jt.v4i1.11536.

Abu Toto/Panji Gumilang. Pedoman NII KW IX.

12

Anda mungkin juga menyukai