Disusun oleh:
Murni Herlina
Rizky Putrifathia Nietarahmani
Zahratul Hayah
Puji syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
berkat anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “DII / TII”
ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, juga kepada segenap
keluarga dan para sahabatnya serta kepada kita seluruh umatnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ust. Hafidz Nur Muhammad, S.
Ud, M. Ag. yang berperan sebagai dosen pembimbing mata kuliah Studi Al-Qur’an
Kontemporer di semester 5 ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karenanya kami
memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Kami harap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Khususnya semoga bisa
menambah wawasan mengenai DII/TII.
Kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini selanjutnya, kami buka
tangan selebar-lebarnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan
terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Salah satu peristiwa penting yang meninggalkan bekas dalam catatan sejarah
negeri ini adalah berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di awal masa kemerdekaan.
Topik ini memang selalu dan akan tetap menarik untuk diperbincangkan, lengkap
dengan segala pendapat para ahli maupun saksi-saksi sejarah. Fakta kalau memang
benar-benar fakta yang diungkapkan dalam buku pelajaran sejarah di bangku sekolah
maupun yang tersimpan di dalam arsip nasional Pemerintah Indonesia dianggap sebagai
kebohongan oleh sebagian pihak, termasuk di antaranya komunitas yang mengaku
sebagai Warga Negara Islam Indonesia dan para simpatisannya. Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo adalah nama yang tak dapat dilepaskan dari pembahasan masalah yang
berkaitan dengan Negara Islam Indonesia.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa “Negara
berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits”.
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
membuat undang-undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Al-Qur’an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan
“hukum kafir”, sesuai dalam Firman Allah SWT :
Artinya : “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)” (Q.S.
Al-Maidah : 50)
4
Dalam konsep ketuhanan, DII/TII mempunyai sudut pandang sendiri. Selain
mereka menginginkan Indonesia menjadi negara Islam, tetapi mereka juga
menginginkan konsep Islam yang di tegakkannya itu mengacu pada pandangan Islam
yang mereka jadikan pedoman.
Konsep ketuhanan yang mereka anut itu sedikit berbeda dari yang sebenarnya.
Ternyata mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Tidak hanya satu
pandangan, tapi dari berbagai masalah mereka mempunyai aturannya sendiri.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana hubungan antara Islam dan Negara menurut DII/TII?
2. Bagaimana pemikiran-pemikiran DII/TII tentang konsep Ketuhanan?
C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dan Negara menurut DII/TII.
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran DII/TII tentang konsep Ketuhanan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Tauhid.
Menurut DII/TII Allah menciptakan tiga ciptaan utamanya : bumi, al-qur’an dan
manusia. Bumi ini di ciptakan oleh Allah bagi kebahagiaan manusia yang harus benar-
benar di kelola sehingga menjadi sumber kesejahteraan bagi manusia. Jadi, kewajiban
manusia adalah mengelola bumi ini. Itulah sebabnya manusia di sebut khalifah fi al-ard
(penguasa dan pengelola bumi)
6
3. Konsep Syajarah Thoyyibah
Dalam pandangan dan interpretasi DII/TII, Indonesia tidak bisa di ubah bagian
demi bagian, tetapi harus di ubah secara total utuh dan revolusioner. Inilah yang
menjadi dasar konsep revolusi Isalm DII/TII. Jadi, mereka tidak mengubah subsistem
atau mengubah bagian demi bagian, melainkan sistem secara totaliter.
Menurut DII/TII , Al-Qur’an berasal dari akar kata qa-ra-a yang berarti bacaan.
Sebagai bacaan, Al-Qur’an memiliki tiga fungsi utama: petunjuk, penjelasan, dan
pembeda.
Dalam pandangan DII/TII, anatomi Al-Qur’an yang terdiri dari 114 surat dan
6.666 ayat dibagi menjadi tiga bagian utama: pembukaan (Surat Al-Fatihah), uraian inti
(Surat Al-Hadid), penutup (Surat An-Naas).
Bagi mereka Al-Qur’an memiliki dua dimensi: fisik dan aturan. Dalam dimensi
aturan mereka sangat menghormatinya namun, karena ayat-ayat hukum telah ditetapkan
7
melalui qoror-qoror yang dikeluarkan oleh pimpinan DII/TII sehingga mereka tidak
perlu repot-repot lagi untuk menggali sendiri. Menurut mereka, dalam dimensi fisik Al-
Qur’an “hanyalah” berupa kertas dan tulisan sehingga bukanlah sesuatu yang dianggap
sakral. Karena sikap ini, anggota DII/TII kurang menghargai Al-Qur’an dalam bentuk
fisik. Karena itu tidak heran jika diantara mereka (terutama ketika sedang stress)
melakukan pelecehan terhadap Al-Qur’an seperti melempar Al-Qur’an, menduduki Al-
Qur’an, dan pelecehan-pelecehan lainnya.
Menurut mereka, dalam ber-Al Qur’an ada konsekuensinya, Jika kita mengkaji
dan membaca Al-Qur’an maka kita harus melaksanakannya. Dan jika kita tidak
melaksanakannya, resikonya di benci dan di adzab Allah (termasuk Ahli neraka).
2. Iman.
Menurut DII/TII iman secara umum adalah padangan dan sikap hidup dengan
ajaran Allah yakni Al-Qur’an menurut sunnah Rasul dan atau dengan selain Al-Qur’an
menurut sunnah Rasul. Sedangkan Iman secara khusus menurut mereka adalah
pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yakni Al-Qur’an menurut sunnah
Rasul, dinamakan iman yang hak dan orang-orang yang demikian dinamakan orang
mukmin. Dan pandangan dan sikap hidup dengan selain Al-Qur’an menurut sunnah
rasul, dinamakan iman batil dan orang yang demikian dinamakan kufur.
8
3. Din Al-Islam.
9
Sebuah tatanan hidup akan berjalan secara utuh dan integratif bila memenuhi
tiga unsur; pertama, adanya peraturan (regulasi). Kedua, adanya tempat untuk
melaksanakan peraturan itu. Ketiga, ada manusia yang berkumpul dan berkomunikasi
yang membutuhkan peraturan-peraturan itu. Supaya Islam sebagai sebuah tatanan hidup
bisa terlaksana secara kaffah, perlu orang-orang yang berada di sebuah wilayah tertentu
yang ikhlas diatur oleh hukum Islam. Jadi, sangat mustahil Islam dapat diberlakukan
secara utuh dan integratif-komprehensif sebagai sebuah tatanan hidup di suatu wilayah
yang tidak menghendendaki hukum Islam itu diberlakukan.
4. Ibadah.
Cara ibadah yang benar menurut mereka harus mengikuti cara ibadahnya Nabi
Muhammad SAW., sesuai dengan firman Allah SWT :
ً ِسنَةٌ ِل َم ْن كَانَ يَ ْر ُجو اللَّهَ َوا ْليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَك ََر اللَّهَ َكث
يرا ْ ُ سو ِل اللَّ ِه أ
َ س َوةٌ َح ُ لَقَ ْد كَانَ لَ ُك ْم فِي َر
Artinya :“sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik,
yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamatv
dan dia banyak menyebut nama Allah.” ( Qs. Al-Ahzab:21)
Jadi, menurut mereka ibadah kepada Allah dikatakan benar jika mempola ibadah
yang di praktekan langsung oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pelaksana Al-Qur’an
yang sempurna.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Konsep Tauhid.
2. Konsep “Kesatuan Penciptaan”.
3. Konsep syajarah thoyyibah.
B. Saran
Kami tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Diningrat, Budi Rahayu. (2021). Potret Gerakan Sosial Keagamaan Negara Islam
Indonesia Fillah Di Kabupaten Garut. Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 4,
Nomor 1: 42–58. 10.15575/jt.v4i1.11536.
12