Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Konsep Bertauhid Dalam Islam”

Dosen Pengampu : Drs. Imam Suyanto, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Rifda Aulia Rahmawati (K7120223)


2. Rifki Anggriawan (K7120224)
3. Rika Prima Santi (K7120225)
4. Rimba Nadi Putantri (K7120226)
5. Rina Resiana Dewi (K7120228)
6. Rizal Talentiano (K7120230)

KELAS 1C

PGSD KEBUMEN FKIP UNS

SEMESTER 1 TAHUN AKADEMIK 2020/2021


ii

Kata Pengantar

‫بِس ِْم ه‬
ِ ‫َّللاِ الرهحْ َم ِن الر‬
‫هحيم‬

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat islam, satu-
satunya agama yang benar di sisi-Nya. Dan segala puji bagi Allah yang telah
mengutus seorang Rasul kepada kita untuk mengajarkan risalah-Nya yang putih
bersih dan terang benderang.

Alhamdulillaah, dengan taufiq, dan rahmat dari Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah “Konsep Bertauhid dalam Islam” tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “Konsep Bertauhid dalam Islam” ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kebumen.

Kami selaku penulis mengucapkan Syukron Wa Jazakallahu khayran kepada


Bapak Drs. Imam Suyanto, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dan pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga melalui makalah singkat ini, kita akan lebih mengetahui dan
meyakini akan pentingnya tauhid dalam kehidupan kaum muslimin, baik individu
maupun masyarakat. Dan semoga Allah ‫ تَ َعالَى‬senantiasa membimbing kita untuk
selalu bertauhid kepada-Nya dan terhindar dari perbuatan syirik, Allaahumma aamiin.
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..……………………………………………………….......................ii

Daftar Isi ………………………………………………...………………...…………iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6

A. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Sosiologis, Filosofis, Teologis, dan


Historis ............................................................................................................... 6

B. Pembagian Tauhid Dalam Agama Islam.......................................................... 10

C. Implementasi Tauhid dalam Beragama Islam .................................................. 13

D. Esensi nilai-nilai bertauhid dalam membangun bangsa yang berkarakter ....... 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak orang yang mengaku islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka,
apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang bisa
menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan
artis atau pemain sepakbola begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan
keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah
namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-
sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah
yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya ia tidak mentauhidkan Allah dengan
benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyyadzubillah. Maka sangat
penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari konsep bertauhid yang benar
dalam islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan


masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep ketuhanan ditinjau dari sisi sosiologis, filosofis, teologis,
dan historis ?
2. Bagaimana pembagian tauhid dalam agama islam?
3. Bagaimana mengimplementasikan tauhid dalam beragama islam ?
4. Apa saja esensi nilia-nilai bertauhid dalam membangun bangsa yang
berkarakter?
5

C. Tujuan

Adapun penulis membuat makalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, selain itu juga bertujuan :
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep ketuhanan ditinjau dari
sisi sosiologis, filosofis, teologis, dan historis.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami pembagian tauhid dalam agama
islam.
3. Pembaca dapat memahami sekaligus mengimplementasikan tauhid dalam
beragama islam.
4. Pembaca dapat memahami esensi nilia-nilai bertauhid dalam membangun
bangsa yang berkarakter
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Sosiologis, Filosofis, Teologis, dan Historis

Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan,


yaitu Allah, dan selain Allah.Dalam surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

َّ ‫َّللاِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح ِّب‬


‫َّللا‬ َّ ‫س َمنْ يَتَّ ِخ ُذ ِمنْ دُو ِن‬
ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬

Artinya : Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai
Allah.

Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan
lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi
Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras
dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ‫َّللاُ فَأ َنَّى يُؤْ فَ ُكون‬


َّ َّ‫س َوا ْلقَ َم َر لَيَقُولُن‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
َ ‫ض َو‬ ِ ‫س َم َوا‬ َ َ‫سأَ ْلتَ ُه ْم َمنْ َخل‬
َّ ‫ق ال‬ َ ْ‫َولَئِن‬

Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapa yang
menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka
pasti akan menjawab Allah, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari
jalan yang benar).
7

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya.

1. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Sosiologis


Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari sekumpulan individu dalam
hal ini kita sebut sebagai ”Masyarakat”. Objek dari penelitian sosiologi
agama adalah masyarakat beragama yang memiliki kelompok-kelompok
keagamaan.Manusia memiliki ketidakmapuan atau keterbatasan.Untuk itu,
manusia melakukan usaha.Tuhan dalam perspektif sosiologis digambarkan
sebagai sumber kebenaran dan kebijakan universal yang diyakini dan
dipahami oleh umat manusia.Sebagai sumber kebenaran dan
kebajiakan,Tuhan memberikan spirit kepada umat manusia untuk
membingkai kehidupannya dengan etika Tuhan tersebut.Dalam perspektif
sosiologi, sebenarnya agama adalah ciptaan manusia. Lebih jauh lagi
sebetulnya manusia menciptakan Tuhan bagi kepentingannya sendiri, yaitu
untuk mengatasi ketidakpastiannya, ketidakmampuannya dan
keterbatasannya.
2. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Filosofis
Pemaparan pertama mengenai konsep Tuhan dari filsafat teisme
disampaikan oleh Samuel Vincenzo.Teisme adalah kepercayaan terhadap
Tuhan. permasalahan ketuhanan secara filosofis sudah muncul sejak filsafat
itu sendiri ada. Sehingga, teisme sendiri, bukanlah suatu hal yang aneh.
Sedangkan ateisme diyakini muncul sebagai respons dari gereja.Ateis
adalah tidak adanya kepercayaan kepada Tuhan. Perbedaan teis dan ateis
terjadi karena perbedaan pandangan mengenai konsep ketuhanan. Pada
dasarnya, pembicaraan akan Tuhan akan terus diperdebatkan. Apakah Ia
benar-benar ada atau tidak. Pemikiran-pemikiran ini lah yang pada akhirnya
memengaruhi kehidupan manusia. Bagaimanapun, keputusan seseorang
dalam memersepsikan Tuhan, kembali lagi pada masing-masing individu.
8

Tidak ada seorang pun yang dapat memaksakan kehendak mereka terhadap
keputusan yang diambil. Pada akhirnya pun, penjelasan mengenai konsep
Tuhan akan berbeda-beda. Hal ini bergantung dari pendekatan yang
digunakan.
3. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Teologis
Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan keyakinan beragama. Dalam perspektif teologi agama dipandang
sebagai sesuatu yang dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-
Nya). Manusia beragama karena Tuhan yang menanamkan kesadaran ini.
Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui berbagai
penyataan baik yang dikenal sebagai penyataan umum, seperti penciptaan
alam semesta, pemeliharaan alam, penciptaan semua makhluk dan
sebagainya maupun penyataan khusus, seperti yang kita kenal melalui
firman-Nya dalam kitab suci, penampakan diri kepada nabi-nabi. Dapat
disimpulkan bahwa agama ditinjau dari teologi tidak terjadi atas prakarsa
manusia, tetapi atas dasar wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui
wahyu-Nya, manusia tidak mampu menjadi makhluk religius yang beriman
dan beribadah kepada Tuhan.
4. Konsep Ketuhanan ditinjau dari Historis
Konsep Ketuhanan ditinjau dari historis yaitu konsep yang didasarkan pada
hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah,baik
yang bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batiniyah.Dalam
sejarah agama ada teori yang dikenal dengan Teori evolusionisme yaitu
teori yang menyatakan adanya proses kepercayaan yang sederhana.
Proses pengembangan pemikiran tentang Tuhan menurut evolusionisme
adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Dinamisme adalah suatu kepercayaan kepada benda-benda
gaib.Dalam ajaran ini manusia zaman primitif telah mengakui adanya
9

kekuatan yang berpengaruh terhadap kehidupan.Ditujukan kepada


suatu benda.Mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi
manusia.Kekuatan ada pada pengaruh tersebut dengan nama yang
berbeda-beda, seperti mana (Malaysia),tuah (Melayu),sakti (india).
b. Animisme
Animisme adalah suatu kepercayaan kepada roh-roh nenek
moyang.Masyarakat primitif juga mempercayai adanya roh dalam
hidupnya.Roh dianggap sebagai segala sesuatu yang hidup,
mempunyai rasa senamg,rasa tidak senang serta mempunyai
kebutuhan.Roh akan senang apabila kebutuhannya terpenuhi.
c. Politeisme
Politeisme adalah suatu bentuk kepercayaan yang mengakui adanya
lebih dari satu Tuhan atau menyembah dewa(banyak dewa).
Kepercayaan tentang animisme dan dinamisme lama-kelamaan
semakin hilang dan digantikan dengan roh yang lebih dari yang lain
disebut Dewa.Dewa ini mempunyai tugas dan kekuasaan.Ada dewa
yang bertanggungjawab terhadap air, bertanggungjawab terhadap
cahaya,ada dewa yang menguasai masalah angin.
d. Henoteisme
Henoteisme adalah suatu pemahaman bahwa hanya ada satu dewa
yang berkuasa di dalam dunia tanpa memungkiri akan keberadaan
dewa-dewa lainnya.Politesme tidak memberikan kepuasan terutama
pada kaum cendekiawan.Oleh karena itu, kepercayaan manusia
meningkat menjadi lebih definitif(tertentu). Mengakui bahwa ada satu
dewa yaitu Tuhan,tetapi masih mengakui Tuhan bangsa lain.
e. Monoteisme
Monoteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu ada satu dan
berkuasa penuh atas segala sesuatu.Alam monoteisme hanya
mengakui satu Tuhan untuh seluruh bangsa dan bersifat
10

internasional.Sejak adanya pendapat Andrew Lag tentang orang-orang


berbudaya rendah juga sama dengan monoteisme dengan orang
Kristen,maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda
dan sebaliknya sarjana-sarjana eropa mulai menentang evolusionisme.

B. Pembagian Tauhid Dalam Agama Islam

Terdapat banyak dalil baik dari Al-Qur’an dan Hadits tentang pembagian
tauhid menjadi 3 macam. Bagi orang orang yang menghafal Al-Fatihah dan An-
Nass saja akan menemukan penjelasan mengenai pembagian tauhid ini.
Pembagian ini terkumpul dalam surah Maryam ayat 65,

َ ُ‫طبِ ْر لِ ِع َٰبَ َدتِ ِۦه ۚ َه ْل تَ ْعلَ ُم لَ ۥه‬


‫س ِميًا‬ َ ‫ٱص‬ ِ ‫ت َو ْٱْلَ ْر‬
ْ ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما فَٱ ْعبُ ْدهُ َو‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
َّ ‫َّر ُّب ٱل‬

Artinya : Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang
patut disembah)?” [QS. Maryam: 65]

Perhatikan ayat di atas:


1) Dalam firman-Nya (‫ت َر ُّب‬
ِ ‫س َما َوا‬ ِ ‫)و ْاْلَ ْر‬
َّ ‫ض ال‬ َ (Rabb (yang menguasai) langit dan
bumi) merupakan penetapan TAUHID RUBUBIYAH.

2) Dalam firman-Nya (ُ‫اصطَبِ ْر فَا ْعبُ ْده‬


ْ ‫( )لِ ِعبَا َدتِ ِه َو‬maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan TAUHID
ULUHIYAH.
11

3) Dan dalam firman-Nya (‫س ِميا ً لَهُ تَ ْعلَ ُم َه ْل‬


َ ) (Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan TAUHID ASMA
WA SHIFAT.

Sedangkan pengertian lebih lanjut dari ketiga tauhid tersebut adalah:

1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal
penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Sedangkan dalam kitab Aj-Jadid
Syarh Kirab Tauhid halaman 17, tauhid rububiyah artinya menauhidkan
Allah dalam kejadian kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta
menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja pencipta
semua makhluk dan Allah lah yang mengatur dan mengubah keadaan
mereka. Dalil yang menunjukan hal ini adalah :

ُ ‫ق أَالَلَه‬
ُ ‫ا ْل َعالَ ِمينَ َر ُّب َّللاُ تَبَا َركَ َو ْاْلَ ْم ُر ا ْل َخ ْل‬

Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah.”


[QS. Al- A’raf: 54]
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah disbeut juga tauhid ibadah Disebut Tauhid Uluhiyah
karena penisbatanya kepada Allah dan disebut Tauhid Ibadah karena
penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah
pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya
yang berhak diibadahi.
Taudih uluhiyah adalah menauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan, biak yang zahir maupun batin (Aj-Jadid Syarh Kirab
Tauhid:17)

Allah Ta’ala berfirman :


12

َ‫ق ُه َو َّللاَ بِأَنَّ َذلِك‬


ُّ ‫اط ُل دُونِ ِه ِمن َمايَ ْدعُونَ َوأَنَّ ا ْل َح‬
ِ َ‫ا ْلب‬

Artinya : Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan


sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” [QS. Luqman:
30]
3. Tauhid Al Asma’wa Sifat
Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan
sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu
Penetapan dan Penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan
sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-
Nya atau Sunnah Nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal
dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi
Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif.
Aj-Jadid Syarh Kirab Tauhid halaman 17 menyebutkan bahwa Tauhid Al
Asma’wa Sifat adalah menauhidkan Allah Ta’ala dengan penetapan nama
dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang ia tetap kan bagi diri-Nya dalam
Al-Qu’an dan Hadist, cara bertauhid asma’wa sifat Allah ialah dengan
menetapkan nama dan sifat Allah sesuai dengan tetapan bagi-Nya dan
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya dengan tanpa
tahrif, ta’thil, dan tanpa takyif.

Hal ini di tegaskan Allah dalam firmannya :


َ ‫َيء َك ِم ْثلِ ِه لَ ْي‬
‫س‬ ْ ‫س ِمي ُع َو ُه َو ش‬
َّ ‫صي ُر ال‬
ِ َ‫الب‬

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” [QS. Asy-Syuura: 11]
13

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu Tauhid dalam
Ma’rifat Wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) dan Tauhid Fii Thalab Wal
Qasd (Tauhid dalam Tujuan Ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini,
maka Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma wa Shifat termasuk golongan
yang pertama, sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah golongan yang kedua.
[Lihat Fathul Majid 18].
Perlu di tekankan bahwa pembagian tauhid dengan pembagian seperti di
atas merupakan hasil penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil
Alquran dan As-Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk
bidah, karena memiliki landasan dalil dari Alquran dan As-Sunnah.

C. Implementasi Tauhid dalam Beragama Islam

Seorang Muslim yang meyakini tauhid maka ia akan memiliki loyalitas


(wala’) tunggal dalam penyembahan hanya kepada Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬. Dengan
kata lain hanya Allah yang berhak disembah dan diibadati. Keyakinan ini disebut
dengan Ulūhiyyah. Kedua ajaran tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah)
harus dijadikan bagian dari hidup dan kehidupan, dalam menghadapi berbagai
keadaan, baik dalam menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena
memperoleh nikmat atau dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan, karena
ditimpa oleh musibah.
Ketauhidan yang terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah
ketauhidan yang mempertautkan kehidupan keseharian manusia dengan
kekuasaan Allah (trensendensi kehidupan) atau mentarnsformasikan
ketauhidan/keimanan kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari atau yang
disebut dengan tauhid sosial.
14

1. Transformasi ketauhidan
Tarnsformasi ketauhidan adalah mewujudkan ketauhdian kepada Allah
dalam bentuk amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena kita
menyadari betul bahwa Allah senantiasa bersama kita, maka senantiasa
menjaga perilaku kita dari hal-hal buruk misalnya kesombongan, berbuat
zalim, menyakiti orang lain, merugikan orang lain, dan setersunya Intinya
kehadiran kita di tengah masyarakat membawa manfaat bagi orang lain.
2. Transendensi kehidupan
Transendensi kehidupan adalah upaya mengaitkan semua dinamika
kehidupan ini dengan Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬. Allah hadir sebagai pengawas
kehidupan kita, sebagai tempat bersandar, meminta, bersyukur dan hal lain
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga misalnya kita
menerima musibah. Musibah menyadarkan bahwa itu adalah ujian,
peringatan, atau bahkan azab dari Allah. Pada intinya semua perilaku
kehidupan ini, kecuali ada ikhtiar lahiriah dan jawaban rasional yang tak
boleh ketinggalan harus dihubungkan dengan Allah. Jika kita membutuhkan
pertolongan,maka Allah-lah pihak pertama yang kita jadikan tempat
berbagi, tempat memohon, dan tempat melabuhkan perasaan. Karena Dia-
lah Yang Maha Mendengar. Dia-lah Yang Maha Peduli.
Tauhid sosial sebagai sebuah konsep umum merupakan sebuah kajian
dalam bidang ilmu akidah dan juga ilmu sosial dan berusaha
mengkomunikasikan antara dua bidang kajian tersebut. Tauhid sosial
bukanlah sebuah kajian yang murni berbicara tentang pendidikan.
Pemahaman konsep tauhid sosial melalui kacamata pendidikan diperlukan
untuk memudahkan dalam pengimplementasian konsep tersebut dalam
beragama islam di lingkungan pendidikan.
15

Beberapa prinsip dasar yang dimaksud antara lain:

1) Religiusitas Islam adalah sebuah agama yang memiliki dasar


kepercayaan yang kuat.
2) Kepercayaan yang tinggi kepada Allah akan melahirkan kepercayaan
yang tinggi pula kepada sesama manusia.
3) Keseimbangan merupakan suatu hukum alam yang pasti ada dan
harus dijaga, jika tidak maka dapat menimbulkan kekacauan bahkan
kerusakan.
4) Persaudaraan Perdamaian dalam hidup dapat diciptakan dengan
menjalin persaudaran antar umat manusia, yaitu dengan menggalang
persatuan dan mengabaikan perbedaan.
5) Toleransi Umat manusia, meski secara substansi adalah makhluk yang
sama namun memiliki berbagai atribut yang berbeda-beda.
6) Berpedoman Allah telah memberikan wahyu kepada umat manusia
melalui Nabi Muhammad ‫صلهى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم‬
َ . Pemberian wahyu oleh
Allah kepada manusia mengajarkan kepada manusia untuk memiliki
pedoman dalam berpikir maupun bertindak.
7) Pengabdian Manusia sebagai makhluk Allah memiliki kewajiban
untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian ini dapat berbentuk ibadah,
amaliyah, maupun akhlak yang mencerminkan manifestasi ilahiyah
dalam diri seseorang.

D. Esensi nilai-nilai bertauhid dalam membangun bangsa yang berkarakter

Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang memiliki keperibadian yang


baik, bangsa yang menjunjung tinggi nilai, norma dan etika serta menghargai
budaya yang di miliki. Dengan menghargai nilai, norma dan budaya tersebut
tentunya akan membangun keberadaban bangsa yang baik. Untuk membentuk
16

karakter bangsa sendiri melalui pendidikan karakter. Salah satu pendidikan


karakter bisa dengan pembelajaran tauhid.
Pembelajaran Tauhid adalah pembelajaran yang membahas mengenai
Ketuhanan, Keesaan Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى‬dimana pembelajaran tersebut terjadi
suatu proses pengajaran yang melibatkan interaksi antara seorang pengajar
dengan peserta didik. Pengajar bertugas untuk mengembangkan potensi
intelegensi peserta didik dalam memahami apa yang diajarkan serta menanamkan
nilai-nilai karakter di dalam pembelajaran. Pengajar harus pandai dalam mengatur
strategi dan memahami peserta didik untuk bisa menanamkan karakter-karakter
dalam pembelajaran supaya bisa tertanam dan mengakar dalam kepribadian
peserta didik. Pembelajaran Tauhid berbasis karakter ialah pembelajaran yang
mengajarkan ilmu tentang tauhid kepada peserta didik dengan memasukkan nilai-
nilai karakter yang ditanamkan kepada peserta didik dengan menyisipkan melalui
strategi, metode atau media dalam pembelajaran. Ada 18 nilai dalam pendidikan
karakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Ada sebuah ayat Al-qur’an yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah
berfirman didalam Al Quran surah al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi:

َ َ‫سنًا َوبِٱ ْل َٰ َولِ َد ْي ِن إِيَّاهُ إِ َّ ٓال تَ ْعبُد ُٓوا أَ َّال َربُّكَ َوق‬
‫ض َٰى‬ َ َٰ ‫تَقُل فَ ََل ِك ََل ُه َما أَ ْو أَ َح ُد ُه َمآ ٱ ْل ِكبَ َر ِعندَكَ يَ ْبلُ َغنَّ إِ َّما ۚۚ إِ ْح‬
ٓ‫َك ِري ًما قَ ْو ًال لَّ ُه َما َوقُل تَ ْن َه ْر ُه َما َو َال أُف لَّ ُه َما‬

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
17

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak


mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan terutama
karakter tauhid dimana diharapkan tidak ada lagi tercipta orang-orang yang pintar
tapi tidak didukung dengan akhlak karena pada dasarnya akhlak sangat penting
untuk manusia dan model pendidikan ini dibentuk oleh pengondisian dan
pembiasaan sehingga terbentuklah kebiasaan. Berikut ada sebuah hadis tentang
pendidikan akhlak :

‫َّللاِ َع ْب ُد َح َّدثَنَا ا ْل َع ََل ِء بْنُ ُم َح َّم ُد ُك َر ْيب أَبُو َح َّدثَنَا‬ َ ‫قَا َل ُه َر ْي َرةَ أَبِي عَنْ َجدِّي عَنْ أَبِي َح َّدثَنِي إِ ْد ِر‬
َّ ُ‫يس بْن‬
‫سئِ َل‬
ُ ‫سو ُل‬ ُ ‫َّللا َر‬ِ َّ ‫صلَّى‬َ ُ‫َّللا‬ َ ‫اس يُد ِْخ ُل َما أَ ْكثَ ِر عَنْ َو‬
َّ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه‬ َ َّ‫َّللاِ تَ ْق َوى فَقَا َل ا ْل َجنَّةَ الن‬
َّ ُ‫ق َو ُحسْن‬ ِ ُ‫سئِ َل ا ْل ُخل‬
ُ ‫عَنْ َو‬
‫اس يُ ْد ِخ ُل َما أَ ْكثَ ِر‬ َ َّ‫سى أَبُو قَا َل َوا ْلفَ ْر ُج ا ْلفَ ُم فَقَا َل الن‬
َ َّ‫ار الن‬ َ ‫ص ِحيح َح ِديث َه َذا ِعي‬ َ ‫َّللاِ َو َع ْب ُد َغ ِريب‬
َّ ُ‫يس بْن‬ َ ‫ه َُو إِ ْد ِر‬
ُّ ‫ْاْلَ ْو ِد‬
ُ‫ي ال َّر ْح َم ِن َع ْب ِد ْب ِن يَ ِزي َد ابْن‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al


Ala`, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, telah menceritakan
kepadaku bapakku dari kakekku dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: “Takwa
kepada Allah dan akhlak yang mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab:
“Mulut dan kemaluan.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadis shahih gharib. Abdullah
bin Idris adalah Ibnu Yazid bin Abdurrahman Al Audi.(H.R Tirmidzi)
Selain itu ada faktor yang sangat mempengaruhi karakter manusia dapat
dilihat dari faktor yang bersifat primer dan sekunder, yaitu: Faktor Primer
(Utama). Faktor utama dalam membentuk karakter manusia adalah keimanan.
Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬Faktor
18

Sekunder (Faktor Tidak Utama). Faktor sekunder adalah faktor kedua dalam
mempengaruhi karakter manusia atau bisa disebut sebagai faktor yang tidak
utama. Adapun faktor yang bersifat sekunder dalam mempengaruhi karakter
manusia yaitu politik, sosial, budaya, pendidikan, kepercayaan dan hal-hal selain
faktor primer. Akan tetapi faktor ini tetaplah memiliki pengaruh dalam
membentuk karakter manusia Qur’ani. Tujuan pendidikan karakter Qur’ani adalah
untuk menghasilkan anak didik yang berkarakter Qur’ani. Untuk menjadikan
manusia yang berkarakter terutama dalam hal bertauhid, maka anak didik mau
tidak mau harus diarahkan sejak dini untuk memahami Al-Qur’an dengan
membaca, mengkaji, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-
harinya demi membentuk bangsa yang berkarakter.
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada makalah yang berjudul “Konsep Bertauhid Dalam Islam” ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
 Seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu
beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
 Tauhid dalam Islam terbagi menjadi tiga yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid
Ululiyah, dan Tauhid Al Asma’ wa Sifat.
 Ketauhidan yang terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari disebut
dengan tauhid sosial.
 Membentuk karakter bangsa dapat melalui pendidikan karakter dengan
menerapkan pembelajaran tauhid.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep bertauhid dalam islam sangat
penting.
20

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2019. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Politeisme, diakses pada tanggal 11


Oktober 2020.

Wikipedia. 2018. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Henoteisme, diakses pada tanggal


11 Oktober 2020.

Wikipedia. 2020. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Monoteisme, diakses pada tanggal


11 Oktober 2020.

Kalam. 2018. Pembagian Tauhid dalam Al Quran: Rububiyah, Uluhiyah dan Asma
Wa Shifat, https://umma.id/post/pembagian-tauhid-dalam-al-quran-rububiyah-
uluhiyah-dan-asma-wa-shifat-333976?lang=id. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2020.
Sanmiharja, Tohirin. 2013. Tauhid dan Implementasinya. https://www.uin-
antasari.ac.id/realisasi-tauhid-dalam-kehidupan. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2020.

Azmi, Nurazmi. 2019. Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Menurut Al-qur’an.


https://uin-suska.ac.id/2019/03/25/membangun-pendidikan-karakter-bangsa-menurut-
al-quran/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2020.

Ramadhan, Hafiizh Muhammad. 2017. Hadist-Hadist tentang Pendidikan Akhlak dan


Pendidikan Sosial. https://hafiizhramadan.wordpress.com/2017/12/28/hadis-hadis-
tentang-pendidikan-akhlak-dan-pendidikan-sosial/. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2020.

Yazid. 2014. Tauhid Kebahagiaan, Keselamatan, dan Keberkahan Dunia-Akhirat.


Bogor: Media Tarbiyah.

Anda mungkin juga menyukai