Anda di halaman 1dari 36

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR‟AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Ihsani Nurmayanti Zain


NIM : E1A02041
Fakultas&Prodi : FKIP/Pendidikan biologi
Semester : 1 ( satu )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna
dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

gama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikajimelalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai Agama telah berkembang selama empat belas
abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti! Baik itu nomor ajaran dan
pemikiran keagamaan juga Realitas.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada pembaca supaya
menambah wawasan dan pengetahuan tentang beberapa artikel di atas,karna itu saya
sangat menyadari dengan adanya kekurangan dalam penulisan makalah, dari itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran supaya makalah ini menjadi lebih baik.

Penyusun, Mataram, 18 Oktober 2020

Nama : Ihsani Nurmayanti Zain


NIM : E1A020041

ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM
ISLAM ........................................................................................................................... 1
1.1 konsep ketuhanan dalam Islam ........................................................................... 1
1.2 FILSAFAT KETUHANAN ISLAM ........................................................................ 2
1.3 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan ......................................................... 4
1.4 Pemikiran Umat Islam ......................................................................................... 6
1.5 Dalil pembuktian Adanya Tuhan .......................................................................... 7
BAB II ......................................................................................................................... 12
SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR‟AN DAN AL-HADITS ..................................... 12
2.1 Pengertian Sains dan Teknologi ........................................................................ 12
2.2 SAINS MENURUT AL QURAN DAN HADITS ................................................... 12
2.3 Perkembangan Sains dan Teknologi ................................................................. 15
2.4 Dampak Sains dan Teknologi ............................................................................ 16
BAB III ........................................................................................................................ 17
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS ........................................................ 17
BAB IV ........................................................................................................................ 21
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS) ................ 21
4.1 Pengertian Salafussalih ........................................................................................ 21
4.2 Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih ...................... 22
4.3 Perhatian Para Ulama Terhadap „Aqidah Salafush Shalih. ................................... 24
BAB V ......................................................................................................................... 26
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA PENEGAKAN
HUKUM DALAM ISLAM. ............................................................................................. 26
5.1 Hakikat Keadilan ............................................................................................... 26
5.2 Perwujudan Keadilan Hukum Menurut Islam ..................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 33

iii
BAB I
TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM
ISLAM

1.1 konsep ketuhanan dalam Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia.Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِؕؕ ‫ّٰللا‬ ِ ّ ‫ّٰللا ا َ ۡندَادًا يُّحِ بُّ ۡونَ ُهمۡ َكح‬


ِ ِؕ ‫ُب ه‬ ِ ‫اس َم ۡن يَّتَّخِ ذُ مِ ۡن د ُۡو ِن ه‬
ِ َّ‫َومِ نَ الن‬

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Alquran di kalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid. Allah sebagai Tuhan mereka. hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang
mereka cetuskan baik dalam doa maupun acara-acara ritual. Abu Tholib ketika
memberikan khutbah nikah nabi Muhammad dengan Khadijah sekitar 15 tahun
sebelum turunnya Alquran Alquran iya mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah.
adanya nama Abdullah dalah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum
turunnya Alquran. Keyakinan akan adanya Allah kemahabesaran Allah kekuasaan
Allah dan lain-lain telahantap. dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah
konsep ketuhanan yang dibawakan nabi Muhammad? pertanyaan ini muncul karena
nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tentangan keras
dari kalangan masyarakat. jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 61 sebagai berikut:

ُ َّ ‫س َو ْٱلمَ َم َر لَيَمُولُ َّن‬


َ‫ٱَّلل ۖ فَأَنَّ َٰى يُْؤْ فَ ُُون‬ َّ ‫س َّخ َر ٱل‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ َّ ‫سأ َ ْلت َ ُهم َّم ْن َخلَكَ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ ‫َولَئِن‬

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan

1
menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar).

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berartiorang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhankepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu intikonsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah


sebagaimanadinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan
lain sebagai jawabanatas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut.
Ringkasnya jika Allah yang harusterbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan
Allah adalah disamping Allah sebagai zat, juga Al Qur'an sebagai ajaran serta
Rasulullah sebagai Uswah Hasanah.

1.2 FILSAFAT KETUHANAN ISLAM


Harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophosyang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap
ilmu atauhikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa
filsafat bukanlahhikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya,memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya iamenambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkansebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia. (AhmadHanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV,
Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat
telahmengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM),
yang dikenalsebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari
beberapa kutipan diatas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasan
atau semantik adalah cintaterhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan
demikian filsafat adalah suatu kegiatanatau aktivitas yang menempatkan pengetahuan
atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harusdilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas,kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus

2
ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek
pokok ajaran lain dalam islam.
Muslimlim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan
spiritual (QS.Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada
ranah emosi tetapididukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal
tersebut insya Allah menujudan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam
untuk menentukan tuhan, sebagai dasar kepercayaan umat muslim.
Perkataan ilah, yang diterjemahkan Tuhan dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS: ( Aljatsiiah ) ayat 23

‫ٱَّلل ۚ أَفَ ََل تَذَ َُّ ُرو َن‬ َ َٰ ‫ص ِرهِۦ ِغ‬


ِ َّ ‫ش َوة ً فَ َمن يَ ْهدِي ِه مِ ۢن بَعْ ِد‬ َ ‫َولَ ْلبِهِۦ َو َجعَ َل‬
َ َ‫علَ َٰى ب‬

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"

Dalam QS : 28 (Al-Qoshash) : 38, perkataan ilah di pake untuk Fir'aun untuk dirinya
sendiri.

َ ‫ط ِل ُع إِلَ َٰ َٰٓى إِ َٰلَ ِه ُمو‬


‫س َٰى‬ َّ َ ‫ِى أ‬
َٰٓ ّ‫ص ْر ًحا لَّعَل‬
َ ‫ين فَٱجْ عَل لِّى‬ ّ ِ ‫علَى‬
ِ ‫ٱلط‬ َ ‫عل ِْمتُ لَ ُُم ِ ّم ْن إِ َٰلَ ٍه‬
َ ‫غي ِْرى فَأ َ ْولِ ْد لِى َٰيَ َٰ َه َٰ َم ُن‬ َ ‫ع ْونُ َٰيََٰٓأَيُّ َها ْٱل َم ََل ُ َما‬
َ ‫َولَا َل ف ِْر‬
َ‫ظنُّهُۥ مِ نَ ْٱل ََُٰ ِذ ِبين‬ ُ َ ‫َو ِإنِّى َْل‬

"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya
aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandungarti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun
benda nyata(Fir„aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam
Al-Quran juga dipakai dalambentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama„: aalihatun).Derifasi makna dari kata ilah tersebut
mengandung makna bahwa bertuhan nol„ atauatheisme adalah tidak mungkin. Untuk

3
dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yangtepat, berdasarkan logika Al-
Quran sebagai berikut:
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusiasedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataandipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang
dipuja, dicintai,diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dantermasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya
atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut:.

Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diridi hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, memintaperlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan
di saat mengingatnya dan terpautcinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56)

Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yangpasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan
logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
begitu, orang-orangkomunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka
ialah ideologi atau angan angan mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat "laa ilaaha illaAllah". Susunan kalimat
tersebutdimulai dengan peniadaan, yaitu "tidak ada Tuhan", kemudian baru diikuti
dengan penegasan "melainkan Allah". Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari. segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu tuhan yaitu Allah SWT.

1.3 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses

4
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai
berikut:
a. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang
misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

b. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai
adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik,
mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai
kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut,
manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis
dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,


karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang
lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai
dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang
membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.
Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut

5
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan
tingkat Nasional).

e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme.
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan
oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-
orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat
yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang
lain.

1.4 Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, ilmuKalam, atau ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin
Abi Thalib dengan kelompok Mu‟awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat
liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antarakeduanya.Sebab timbulnya
aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-
Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat
tradisional.Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan
pendekatanantara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifatantara
liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu.?

a. Mu'tazilah
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian
akal pikiran dalam memahami segala ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam
menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika bangsa Yunani, satu
sistem teologi untuk mempertahankan kehidupan keimanan. Mu'tazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahandari Khawarij.
b. Qodariah

6
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakahia akan kafir atau mukmin dan hal
itu yang menyebabkan manusiaharus bertanggung jawab atas perbuatannya.

c. Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan
berbuat.Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini
merupakan pecahan dari Murji‟ah

d. Asy‟ariyah dan Maturidiyah


Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antaraaliran Qadariah dan
Jabariah.Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalamkalangan
umat Islam periode masa lalu.Pada prinsipnya aliran-alirantersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Olehkarena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya,
tidakmenyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlumengadakan koreksi ilmu berlandaskan Al-
Quran dan Sunnah Rasul,tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

1.5 Dalil pembuktian Adanya Tuhan

a. Dalil Fitrah
Manusia sejak masih berada dalam alam ruh (arwah) telah ditanamkan benih
iman, kepercayaan dan penyaksian (syahadah) terhadap keberadaan Allah swt. Dalam
QS al-A‟raf (7): 172 Allah menegaskan:
‫ش ِه ْدنَا أ َ ْن تَمُولُوا يَ ْو َم‬
َ ‫ور ِه ْم ذُ ِ ّريَّت َ ُه ْم َوأ َ ْش َه َدهُ ْم عَلَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَسْتُ بِ َربِّ ُُ ْم لَالُوا بَلَى‬ ُ ‫َو ِإ ْذ أ َ َخذَ َربُّنَ مِ ْن بَنِي َءادَ َم مِ ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬
‫ع ْن هَذَا غَافِلِي َن‬ َ ‫ْال ِميَا َم ِة إِنَّا ُُنَّا‬

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS al-A‟raf: 172)

Benih keyakinan terhadap eksistensi Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang
bersifat kodrati. Dan karena bertuhan itu merupakan fitrah manusia, maka tepatlah
kiranya kalau Mircea Eliade mensifatinya sebagai „homo religious atau naturalier

7
religiosa. Fitrah inilah yang menjadi daya pendorong pertama untuk mengenal dan
mendapatkan Allah swt.

Adapun yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah ciptaan Allah. Allah
menciptakan manusia disertai dengan berbagai macam naluri, termasuk di dalamnya
naluri bertuhan, naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia yang tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid karena
pengaruh lingkungan (Depag RI, al-Quran dan terjemahnya: 645). Ali Issa Othman
menjelaskan bahwa arti fitrah tidak lain adalah inti dari sifat alami manusia, yang
secara alami pula ingin mengetahui dan mengenal Allah swt (Ali Issa Othman, Manusia
Menurut al-Ghazali: 28). Sementara Yasien Muhammad menerangkan bahwa, karena
fitrah allah dimasukan dalam jiwa manusia maka manusia terlahir dalam keadaan
dimana tauhid menyatu dengan fitrah. Karena tauhid menyatu dengan fitrah manusia
maka para nabi datang untuk mengingatkan manusia pada fitrahnya dan untuk
membimbingnya kepada tauhid yang menyatu dengan sifat dasarnya (Yasien
Muhammad: 21). Ali bin Abi Thalib ra menyatakan bahwa para nabiyullah diutus untuk
mengingatkan manusia kepada perjanjian yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang
kelak mereka akan dituntut untuk memenuhi perjanjian tersebut. Perjanjian itu tidak
tercatat di atas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, melainkan terukir dengan pena
allah dipermukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, di atas permukaan hati nurani serta
di kedalaman perasaan batiniah.

b. Dalil Aqli
Fitrah bertuhan dalam arti keinginan untuk mengetahui dan mengenal Allah, yang
kemudian didukung oleh akal fikiran yang kritis dan radikal akan melahirkan
kegairahan yang luar biasa untuk menatap dan menguak ayat-ayat Allah yang tergelar
dalam jagad raya. (QS Fushilat (41): 53, al-Ghasyiah (88): 17-22, al-Waqi‟ah (56): 63-
65, 68-72, al-Mulk (67): 30, al-Anbiya (21): 30-33). Renungan manusia dengan
menggunakan akal fikiran yang kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus
dan tajam pasti akan membuahkan hasil semakin bertambah kuat keyakinannya
(belief) bahwa sesunggunya jagat raya beserta seluruh isinya ini adalah makhluk Allah,
yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta dengan penuh perencanaan dan bertujuan
(QS al-Mukminun (23): 115 dan Ali Imron (3): 191).
Mengikuti apa yang diperintahkan Allah dalam QS Muhammad (47): 19 agar
menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk membaca ayat-ayat Allah yang
berupa ayat kauniyah guna memperoleh „belief‟, keyakinan yang sudah tertanam

8
dalam lubuk hati manusia, para filosof mengemukakan ada enam argumentasi
pembuktian terhadap eksistensi Allah, yaitu:

1. Dalil Kosmologis

Dalil kosmologis adalah suatu pembuktian yang berhubungan dengan ide tentang
kausalitas, sebab musabab (causality).

Plato dalam bukunya Timaeus mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi
pasti dikarenakan dan didahului oleh suatu sebab. Kalau ada dua batang pohon yang
berdiri berdampingan , dan salah satunya ada yang mati,orang akan beranggapan
bahwa tentu ada sebab-sebab yang mengakibatkan adanya kejadian yang berlainan.
Pohon yang mati pasti disebabkan oleh adanya penyakit, dan penyakit itu sendiri juga
mempunyai sebab, dan begitulah seterusnya. Theo Huibers menyatakan bahwa tidak
mungkin adanya suatu rangkaian sebab yang tak terhingga, oleh karena jika demikian
halnya, memang tidak terdapat sebab yang pertama. Jika tidak terdapat sebab yang
pertama, maka sebab yang kedua tidak terdapat juga, oleh karena seluruhnya
tergantung dari sebab yang pertama. Jika tidak terdapat sebab yang kedua, maka tidak
terdapat sebab yang ketiga, dan seterusnya, sehingga akhirnya harus dikatakan : tidak
terdapat sebab yang pertama sama sekali. Dan ucapan ini memang salah (Theo
Huibers, II: 84)

Jadi benda-benda yang terbatas (finite) rangkaian sebab-musabab akan berjalan


secara terus menerus. Akan tetapi dalam logika rangkaian yang terus menerus seperti
itu mustahil. Jadi dibelakang sebab-sebab yang merupakan rangkaian yang sangat
komplek tentu ada sebab yang pertama, yang tidak disebabkan oleh sebab lain. Sebab
yang pertama inilah yang dinamakan Tuhan. (M Rasyidi, Filsafat Agama, 1970: 54-55).
Bandingkan dengan firman Allah dalam QS. At-Thur (52): 35, al-Waqiah (56): 58-59,
64-65, 68-69, dan 71-72, An-Nahl (16): 70-75, ar-rum (30): 20-25.

2. Dalil Ontologis

Tuhan ada karena ada bukti penciptaanny.

3. Dalil Teleologis

Dalil teleologis yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpedoman pada
konsep keterpolaan (desain) di dalam alam semesta yang membutuhkan „desainer‟.

9
4. Dalil Fenomenologis

Dalil fenomenologis yaitu pembuktian tentang keberadaan Tuhan dengan


mengacu pada rahasia-rahasia fenomena yang terjadi di alam semesta.

c. Dalil Naqli

Dalil naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk petunjuk
kitab suci. Dengan fitrah, manusia bisa mengakui adanya Tuhan, dan dengan akal
pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (al-Qur‟an
dan as-Sunnah) untuk membimbing manusia mengenal Tuhan yang sebenarnya
dengan segala asma dan sifat-Nya. Sebab fitrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa
Tuhan sebenarnya itu.

Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah,
hanya saja di sini dikemukakan beberapa point penting saja, yaitu:

a. Allah adalah al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya dan juga al-
Akhir, yaitu tidak ada akhir dari wujud-Nya.

ْ ‫الظاه ُِر َو ْالبَاطِ نُ َوه َُو بِ ُُ ِّل ش‬


`‫َيءٍ عَلِي ٌم‬ َّ ‫ه َُو ْاْل َ َّو ُل َو ْاْلخِ ُر َو‬

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS al-Hadid [57]: 3)"

ِ ْ ‫`ويَ ْبمَى َوجْ هُ َربِّنَ ذُو ْال َج ََل ِل َو‬


`‫اْل ُْ َر ِام‬ ٍ َ‫علَ ْي َها ف‬
َ ‫ان‬ َ ‫ُُ ُّل َم ْن‬

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS ar-Rahman [55]: 26-27)"

b. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya.

`‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ ‫سمِ ي ُع ْالب‬ ْ ‫ْس َُمِ ثْ ِل ِه ش‬
َّ ‫َي ٌء َوه َُو ال‬ َ ‫لَي‬

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS as-Syura [42]: 11)"

c. Allah swt adalah Maha Esa.

ٌ‫ْ`ولَ ْم يَ ُُ ْن لَهُ ُُفُ ًوا أ َ َحد‬


َ ‫ص َمدُ`ل َ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَد‬ ُ َّ ‫َّللا أ َ َحد‬
َّ ‫ٌ`َّللا ال‬ ُ َّ ‫لُلْ ه َُو‬

10
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS al-Ikhlas [112]:
1-4)"

11
BAB II
SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

2.1 Pengertian Sains dan Teknologi

Sains adalah serapan dari kata bahasa inggris sciense yang diambil dari kata
sciensia yang berarti pengetahuan. Selain pengertian di atas "sains" juga diartikan
sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diuji dan dibuktikan
kebenarannya. Sementara itu, teknologi diartikan sebagai ilmu atau studi tentang
praktis atau industri, ilmu terapan dan sebagainya.

Pengertian teknologi secara umum dapat dikatakan bahwa teknologi adalah


sesuatu yang dapat meninggikan harkat umat manusia. Selain itu, teknologi juga dapat
dikatakan sebagai penerapan ilmu pengetahuan.Makna Teknologi, menurut Capra
seperti makna „sains‟, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi,
berasal dari literatur Yunani, yaitu “technologia”, yang diperoleh dari asal kata “techne”,
bermakna wacana seni. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra
mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan
penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang
memungkinkan pengalaman lainnya.

2.2 SAINS MENURUT AL QURAN DAN HADITS

Definisi sains menurut tradisi Islam ialah sains yang bersumberkan daripada
tradisi sains tamadun awal terutamanya Tamadun Islam dan kaedah empirikal dan
matematikal ataupun logikal merupakan sebahagian sahaja kaedah yang digunakan
(Harun, 1992: 7). Metedologi sains Islam juga mengakui kaedah yang bukan empiris
seperti ilham dan kaedah gnostik atau kashf sebagai tergolong dalam metodolgi
saintifik. Kaedah ini pernah di amalkan oleh tokoh sains yang terkenal.

Islam amat menyeru kepada penganutnya yang mementingkan budaya ilmu dan
melakukan sesuatu proses pencarian ilmu pengetahuan dengan bersungguh-sungguh.
Islam amat menegaskan tentang kepentingan menimba ilmu dan dipraktikkan
dalam pengenalan ilmu sains dan teknologi. Perkara ini dapat dibuktikan secara
fakta bahawa wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW amat
menekankan kepada pembacaan sebagai perkara penting dalam menimba ilmu.

Ilmu adalah satu perkara wajib yang perlu dituntut oleh setiap umat manusia
terutama umat Islam baik laki laki maupun perempuan.Perkara ini dapat diterjemahkan

12
menurut sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA ( Ibn
Majah, 2009:224):

‫علَى ُُ ِّل ُم ْسل ٍِم‬ َ ْ‫طلَبُ اْلع ِْل ْم فَ ِرث‬


َ ٌ‫ضة‬ َ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."

Dalam karya Imam Al-Ghazali (1967) dan Jasmi (2018) pula, kewajipan
menuntu ilmu yang tersebut dalam hadis ini terbahagi kepada dua, iaitu wajib fardu ain
dan wajib fardu kifayah. Mendalami ilmu sains teknologi juga termasuk dalam
kelompok ilmu wajib fardu kifayah.

Selain daripada al-Quran yang banyak menceritakan tentang fenomena sains


yang wujud, terdapat beberapa hadis yang menggalakkan umat Islam mengkaji dan
mendalami tentang fenomena sains yang wujud (Jasmi, 2013a, 2013b, 2013d,
2013c). Antara hadis tersebut ialah peristiwa Nabi Muhammad SAW yang melarang
sahabat baginda daripada melakukan proses pendebungaan pokok kurma dengan
menabur debunga jantan ke atas debunga betina lalu menyebabkan buah kurma tidak
masak sepenuhnya. Nabi Muhammad SAW menerangkan bahawa pentingnya ilmu
perubatan dan keperluannya (Abidin, 2003), secara tuntasnya menyeru umat Islam
mengetahui dan mengkaji tentang Sains yang berkaitan. Firman Allah SWT:

َٰٓ
‫ب َو ْاْلَ ْسبَاطِ َو ِعيْسَٰ ى‬ َ ‫اِنَّا َٰٓ ا َ ْو َح ْينَا َٰٓ اِلَيْنَ َُ َما َٰٓ ا َ ْو َح ْينَا َٰٓ ا َِٰلى نُ ْوحٍ َّوالنَّبِ ّٖيّنَ مِ ۢ ْن بَ ْعد ّٖ ِۚه َوا َ ْو َح ْينَا َٰٓ ا َِٰلى اِب َْٰر ِهي َْم َواِسْمَٰ ِع ْي َل َواِسْحَٰ كَ َويَ ْعمُ ْو‬
‫سلَيْمَٰ نَ َۚو َٰات َ ْينَا دَ ٗاودَ زَ ب ُْو ًر ۚا‬
ُ ‫س َو َٰه ُر ْونَ َو‬َ ُ‫ب َوي ُْون‬َ ‫َواَي ُّْو‬

"Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah


mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan
(pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.( An-
nisa:163)

Peningkatan teknologi amat memberi galakkan dan dorongan umat Islam untuk
menceburi dan mendalami tentang keindahan sains-teknologi agar tidak ketinggalan
jauh daripada peredaran zaman. Umat Islam yang sejati akan menjadikan al-Quran
dan hadis sebagai panduan untuk memacu teknologi ke arah yang komprehensif dan
lebih teratur demi mewujudkan masyarakat Islam majmuk yang lebih berkualiti dan
berinnovasi berdasarkan keilmuan Islam. Allah SWT berfirman:

َ َٰ ‫صنَ ُُم ِ ّم ۢن بَأْ ِس ُُ ْم ۖ فَ َهلْ أَنت ُ ْم‬


‫شُ ُِرو َن‬ ِ ْ‫ُوس لَُُّ ْم ِلتُح‬ َ ُ‫علَّ ْم َٰنَه‬
ٍ ‫ص ْنعَةَ لَب‬ َ ‫َو‬

13
"Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah).(Al - Ambiya:80)

Dalam konteks sejarah Islam, sains Islam membuktikan bahawa perkembangan


yang pesat dan banyak memberikan informasi ke arah kemajuan teknologi manusia
meliputi berbagai bidang. Malah al-Quran meletakkan panduan dalam mencari sumber
serta maklumat tentang kajian yang akan atau dilakukan untuk menjadikan ilmu yang
diperolehi ampuh dan diyakini kesahihannya. Kemajuan teknologi ini tidak
menggalakkan sesuatu pembangunan yang akan mengakibatkan kerusakan atau
kemusnahan alam serta nilai akhlak manusia itu sendiri. Firman Allah dalam Al-Qur'an:

۟ ُ‫ض ٱلَّذِى عَمِ ل‬


َ‫وا لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ ِ َّ‫سبَتْ أ َ ْيدِى ٱلن‬
َ ْ‫اس ِليُذِيمَ ُهم بَع‬ ِ َ‫سا ُد فِى ْٱلبَ ِ ّر َو ْٱلب‬
َ َُ ‫حْر بِ َما‬ َ َ‫ظ َه َر ْٱلف‬
َ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( Ar-rum:41)

Ayat al-Quran memberi seruan kepada manusia agar mengkaji dan meneliti alam
untuk memahami dan mendalami ilmu supaya dapat membangunkan suatu
tamadun yang berkualiti. Allah SWT berfirman:

َّ ‫اس َمن يُ َٰ َج ِد ُل فِى‬


ِ‫ٱَّلل‬ َ َٰ ‫ض َوأ َ ْسبَ َغ عَلَ ْي ُُ ْم نِعَ َمهُۥ‬
ِ َّ‫ظ ِه َرة ً َوبَاطِ نَةً َومِ نَ ٱلن‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُُم َّما فِى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ َّ ‫أَل َ ْم ت ََر ْو ۟ا أ َ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
ٍ َ ‫ِبغَي ِْر ع ِْل ٍم َو َْل ُهدًى َو َْل ُِ َٰت‬
‫ب ُّمن ٍِير‬

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan.(al-luqman:20)

Kalamuallah ini menyatakan secara terperinci bahawa manusia ini diciptakan


daripada titisan air mani untuk meneruskan lagi zuriat dan keturunan dibumi ini sebagai
khalifah untuk mengembangkan tamadun manusia. Proses kejadian manusia ini
diceritan dari awal sehingga pengakhirannya yang dinyatakan dalam al-Quran
sebelum para saintis atau golongan cendikiawan yang mengkaji proses penciptaan
manusia.

14
‫ع ْن ُه َوافَ ْمتُ َر ِبّي‬
َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم ُر بْنُ ْالخ‬
ُ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِنٍ لَا َل لَا َل‬ َ ‫ع ْن ُح َم ْي ٍد‬ َ ‫ع ْو ٍن لَا َل َح َّدث َنَا ُه‬
َ ‫ش ْي ٌم‬ َ ُ‫ع ْم ُرو بْن‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
‫ب لُلْتُ يَا‬ ِ ‫}وآيَةُ ْالحِ َجا‬ َ ‫صلًّى‬ َ ‫ِيم ُم‬ َ ‫صلًّى فَنَزَ لَتْ { َواتَّخِ ذُوا مِ ْن َممَ ِام ِإب َْراه‬ َ ‫ِيم ُم‬ َ ‫َّللا لَ ْو ات َّ َخ ْذن َا مِ ْن َممَ ِام ِإب َْراه‬ ِ َّ ‫ث فَمُ ْلتُ يَا َرسُو َل‬ ٍ ‫فِي ث َ ََل‬
‫سل َّ َم‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا عَلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ِّ ِ‫سا ُء النَّب‬َ ِ‫ب َواجْ ت َ َم َع ن‬ ِ ‫َاج ُر فَنَزَ لَتْ آيَةُ ْالحِ َجا‬
ِ ‫سا َءنَ أ َ ْن يَحْ ت َِجبْنَ فَإِنَّهُ يُ َُ ِلّ ُم ُه َّن ْالبَ ُّر َو ْالف‬ َ ِ‫َّللا لَ ْو أ َ َم ْرتَ ن‬
ِ َّ ‫َرسُو َل‬
‫َّللا و َح َّدثَنَا ابْنُ أ َ ِبي‬ َ ‫طلَّمَ ُُ َّن أ َ ْن يُبَ ِ ّدلَهُ أ َ ْز َوا ًجا َخي ًْرا مِ ْن ُُ َّن }فَنَزَ لَتْ َه ِذ ِه ْاْليَةُلَا َل أَبُو‬
ِ َّ ‫عبْد‬ َ ‫سى َربُّهُ إِ ْن‬ َ {‫علَ ْي ِه فَمُ ْلتُ لَ ُه َّن‬
َ ‫ع‬ َ ِ‫فِي ْالغَي َْرة‬
)783 – IRAHKU ( ‫سمِ ْعتُ أَنَسًا ِب َه َذا‬ َ ‫َم ْريَ َم لَا َل أ َ ْخبَ َرنَا يَحْ يَى بْنُ أَي‬
َ ‫ُّوب لَا َل َح َّدثَنِي ُح َم ْي ٌد لَا َل‬

"Telah menceritakan kepada kami „Amru bin „Aun berkata, telah menceritakan kepada
kami Husyaim dari Humaid dari Anas bin Malik berkata, „Umar bin Al Khaththab, “Aku
memiliki pemikiran yang aku ingin jika itu dikabulkan oleh Rabbku dalam tiga
persoalan. Maka aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam,
„Wahai Rasulullah, seandainya Maqam Ibrahim kita jadikan sebagai tempat shalat?
Lalu turunlah ayat: „(Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim sebagai tempat
shalat) „ (Qs. Al Baqarah: 125). Yang kedua tentang hijab. Aku lalu berkata, „Wahai
Rasulullah, seandainya Tuan perintahkan isteri-isteri Tuan untuk berhijab karena yang
berkomunikasi dengan mereka ada orang yang shalih dan juga ada yang fajir (suka
bermaksiat).‟ Maka turunlah ayat hijab. Dan yang ketiga, saat isteri-isteri beliau
cemburu kepada beliau (sehingga banyak yang membangkang); aku katakan kepada
mereka, „Semoga bila Beliau menceraikan kalian Rabbnya akan menggantinya dengan
isteri-isteri yang lebih baik dari kalian.‟ Maka turunlah ayat tentang masalah ini.” Abu
Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam berkata, telah
mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata, telah menceritakan kepadaku
Humaid ia berkata, Aku mendengar Anas seperti hadits ini.”

2.3 Perkembangan Sains dan Teknologi


Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai tahun 638 M dari Iskandariah
(Alexanderia) menurut Dr. Draper dalam bukunya yang menulis: "Kegiatan kaum
muslimin mengembangkan ilmu pengetahuan dimulai sejak ditaklukannya Iskandariah
tahun 638 M". Belum sampai 2 abad sejak waktu itu, mereka sudah dapat menguasai
semua naskah ilmu Yunani dan menjelaskannya dengan cara yang benar.

Perkembangan pengetahuan pada masa itu meliputi ilmu kimia, fisika, astronomi,
matematika, kedokteran, dan farmasi. Ilmuwan muslim yang mempunyai sumbangan
dalam perkembangan ilmu kimia antara lain: Jabir Ibnu Hayyan, al-Kindi, dan al-Razi
,Sedangkan ahli matematika yang terkenal antara lain adalah al khawarizmi dan
Khimar khayyam.

15
Sejarah menunjukkan bahwa mula-mula teknologi berkembang tanpa adanya
hubungan dengan perkembangan sains. Namun kemudian, kenyataan bahwa
perkembangan sains itu mengakibatkan perkembangan teknologi dan sebaliknya,
merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri.

2.4 Dampak Sains dan Teknologi


Perkembangan sains dan teknologi pada dasarnya bertujuan untuk
mempermudah segala kegiatan yang dilakukan manusia. Hubungan antar manusia
yang berjauhan letaknya dapat dipermudah dengan adanya telephon dan e-mail.
Dengan adanya peralatan komunikasi yang semakin canggih dan modern, maka
beberapakelompok masyarakat dari beberapa negara dapat berinteraksi dengan
mudah dan tentunya hal ini akan membawa dampak yang satu terhadap yang lain.

Kalau orang berbicara mengenai dampak-dampak teknologi biasanya yang


dimaksud adalah dampak-dampak teknosistem pada lingkungannya, baik fisis,
biologis, maupun sosial budaya. Dampak-dampak itu bisa positif bisa pula negatif.
Dampak-dampak ini bisa disengaja sesuai dengan tujuan semula atau yang tidak
disengaja.
Misalnya saja perkembangan dari teknologi modern saat ini yang banyak diterapkan
untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dampak-dampak ini bisa langsung
dirasakan, tetapi kebanyakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
merasakannya.

Dalam ayat Alquran juga mengatakan yang artinya

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-rum: 41)

16
BAB III
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam.
Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi
berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin
Hushain radhiyallahu „anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda:

‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي لَ ْرنِي ث ُ َّم الَّ ِذيْنَ يَلُونَ ُه ْم ث ُ َّم الَّذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬

"Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah


mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-
Bukhari, no. 3650)"

Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui
dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan
yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).

Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam, dalam firman-Nya :

‫ب لَ َُانَ َخي ًْرا‬ ِ َ ‫ٱَّلل َول َ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل ْٱل ُِ َٰت‬ َ َ‫اس ت َأْ ُم ُرونَ بِ ْٱل َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬
ِ َّ ِ‫ع ِن ْٱل ُمنُ َِر َوتُْؤْ مِ نُونَ ب‬ ِ َّ‫ُُنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َجتْ لِلن‬
َ‫لَّ ُهم ۚ ِ ّم ْن ُه ُم ْٱل ُمْؤْ مِ نُونَ َوأ َ ُْث َ ُر ُه ُم ْٱل َٰفَ ِسمُون‬

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( Ali-imran: 110 )

Tetapi diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik,


sebagaimana beliau sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda:

kaab - baik aaaiaia asa)aa aasa beaekaaiki )rakai aaaabaa(a keaisiaa kaab- kiabeS“
kaab raab aeabikiabiara )rakai -b aeabikiabiara )rakai aabikia(a keaisiaa kaabraa
)beaekaai aabikia aabikia(.R )aiaaaaaik. AK. ikaaki saa raab )aiaara

 Generasi Terbaik Umat Islam

1. Sahabat

17
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat
Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan
sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia
menyertai Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi‟in

Tabi‟in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
para sahabat. Tabi‟in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi‟in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

3.Tabi‟ut Tabi‟in

Tabi‟ut tabi‟in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi‟in. tabi‟ut tabi‟in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi‟in.

 Beberapa orang yang termasuk 3 generasi terbaik yang di Sandakan


Rasulullah Saw:

18
a. Sahabat

1. Abu bakar Ash-Shiddiq

2. Umar bin Khattab

3. Ustman bin Affan

4. Ali bin Abi Thalib

5. Abdurrahman bin Auf

6. Sa'ad bin Abi waqqash

7. Bilal bin Rabah

8. Zaid bin Tsabit

9. Said bin Zaid

10. Abdurrahman bin Mas'ud

b. Tabi'in

1. Alqomah bin Qais

2. Sa'id bin Jubair

3. Salamah bin Dinar

4. Ubaidillah bin Abdullah

5. Hasan Al Basri

6. Urwah bin Zubair

7. Mujahid bin Jabir

8. Said bin Musayyab

9. Sulaiman bin Yasar

10. Abdullah bin Katsir

c. Tabi'ut tabi'in

19
1. Uwais al-Qarni

2. Urwah bin Az-zubair

3. Sufyan bin Sa'id

4. Anas bin Malik

5. Ahmad bin Hambal

6. Abdurrahman bin Mahdi

7. Ja'far Shadiq

8. Yahya bin Ma'in

9. Waki'

10. Yahya bin Ma'in

20
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)

4.1 Pengertian Salafussalih

Istirahat salafussalih terdiri dari dua kata yaitu shalat dan shaleh. Kata salaf
diambil dari kata katasalafa-yaslufu-salafun, artinya telah lalu. Kata salaf juga berarti
orang yang mendahului kita.

a. Secara Etimologi (secara bahasa)

Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa‟ adalah pokok yang menunjukkan
„makna terdahulu‟. Termasuk salaf dalam hal ini adalah „orang-orang yang telah
lampau‟, dan arti dari „al-qoumu as-salaafu‟ artinya mereka yang telah terdahulu.”

b. Secara Terminologi (secara istilah)

Ada beberapa pendapat ulama dalam mengartikan istilah salaf:

 Pertama, para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
 Kedua, di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi‟in (orang yang berguru kepada Sahabat).
 Ketiga di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi‟in, dan Tabi‟ut Tabi‟in. (Luzumul Jama‟ah (hal:
276-277).
 Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu „alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi‟in dan Tabi‟ut Tabi‟in.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

‫ ث ُ َّم الَّذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫ ث ُ َّم الَّذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫اس لَ ْرنِي‬


ِ َّ‫َخي ُْر الن‬

"Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))

21
4.2 Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur‟anul Karim

‫يرا‬
ً ‫ص‬ ْ ُ‫يل ْال ُمْؤْ مِ نِينَ نُ َو ِلّ ِه َما ت ََولَّ َٰى َون‬
َ ‫ص ِل ِه َج َهنَّ َم ۖ َو‬
ِ ‫سا َءتْ َم‬ ِ ِ‫سب‬ َ ‫الرسُو َل مِ ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْال ُه َد َٰى َويَتَّبِ ْع‬
َ ‫غي َْر‬ َّ ‫ك‬ِ ِ‫َو َم ْن يُشَال‬

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa : 115)

Ayat ini menunjukkan bahwa menyalahi jalannya kaum Mukminin sebagai sebab
seseorang terjatuh ke dalam jalan-jalan kesesatan dan diancam dengan masuk Neraka
Jahannam. Ayat ini juga menunjukkan bahwa mengikuti Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa sallam adalah sebesar-besar prinsip dalam Islam yang mempunyai konsekuensi
wajibnya umat Islam untuk mengikuti jalannya kaum Mukminin sedangkan jalannya
kaum Mukminin pada ayat ini adalah keyakinan, perkataan dan perbuatan para
Sahabat Radhiyallahu anhum.

‫َجْرى‬
ِ ‫تت‬ ٍ َّ‫ع َّد لَ ُه ْم َج َٰن‬ َ َ ‫ع ْنهُ َوأ‬
َ ‫ُوا‬۟ ‫ع ْن ُه ْم َو َرض‬ َ ‫ٱَّلل‬
ُ َّ ‫ى‬
َ ‫ض‬ َ َٰ ْ‫ص ِار َوٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِح‬
ِ ‫س ٍن َّر‬ َّ َٰ ‫َوٱل‬
َ ‫سبِمُونَ ْٱْل َ َّولُونَ مِ نَ ْٱل ُم َٰ َه ِج ِرينَ َو ْٱْلَن‬
‫تَحْ ت َ َها ْٱْل َ ْن َٰ َه ُر َٰ َخ ِلدِينَ فِي َها َٰٓ أَبَدًا ۚ َٰذَلِنَ ْٱلف َْو ُز ْٱلعَظِ ي ُم‬

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 100)

Ayat tersebut sebagai hujjah bahwa manhaj para Sahabat Radhiyallahu anhum
adalah benar. Orang yang mengikuti mereka akan mendapatkan keridhaan dari Allah
Subhanahu wa Ta‟ala dan disediakan bagi mereka Surga. Mengikuti manhaj mereka
adalah wajib atas setiap Mukmin. Kalau mereka tidak mau mengikuti maka mereka
akan mendapatkan hukuman dan tidak mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla.
Hal ini harus diperhatikan.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (Ali
„Imran: 110)

22
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menetapkan keutamaan atas
sekalian ummat-ummat yang ada dan hal ini menunjukkan keistiqamahan para
Sahabat dalam setiap keadaan karena mereka tidak menyimpang dari syari‟at yang
terang benderang, sehingga Allah Azza wa Jalla mempersaksikan bahwa mereka
memerintahkan setiap kema‟rufan (kebaikan) dan mencegah setiap kemungkaran. Hal
tersebut menunjukkan dengan pasti bahwa pemahaman mereka (Sahabat) adalah
hujjah atas orang-orang setelah mereka sampai Allah Azza wa Jalla mewariskan bumi
dan seisinya.

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti
jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya
bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah

 Hadits Dari Abdullah bin Mas‟ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu „alaihi


wasallam telah bersabda:
َ‫ َويَ ُخونُونَ َوْل‬، َ‫ ث ُ َّم ِإ َّن بَ ْع َد ُُ ْم لَ ْو ًما يَ ْش َهدُونَ َوْلَ يُ ْست َ ْش َهدُون‬،‫ ث ُ َّم الَّذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫ ث ُ َّم الَّذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫َخي ُْر أ ُ َّمتِي لَ ْرنِي‬
‫س َم ُن‬ ْ َ‫ َوي‬،َ‫ َويَ ْنذُ ُرونَ َوْلَ يَفُون‬، َ‫يُْؤْ ت َ َمنُون‬
ّ ِ ‫ظ َه ُر فِي ِه ُم ال‬
"Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia
yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa
berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari
mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”
(HR Bukhari (3650), Muslim (2533))
 Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:
‫ ثنتان‬،‫ وإن هذه الملة ستفترق على ثَلث وسبعين‬،‫أْل إن من لبلُم من أهل الُتاب افترلوا على ثنتين وسبعين ملة‬
‫ وهي الجماعة‬،‫ وواحدة في الجنة‬،‫وسبعون في النار‬
"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat)
agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh
puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di
dalam Surga, yaitu al-Jama‟ah.” (HR. Abu Dawud (no.4597))
 Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu „anhu, Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

23
‫علَ ْي َها‬
َ ‫عضُّوا‬ ُ َ‫الرا ِشدِينَ ا ْل َم ْه ِد ِيّين‬
َّ ِ‫سنَّ ِة ْال ُخلَفَاء‬ ُ ‫سنَّتِي َو‬ ُ ‫ فَعَلَ ْي ُُ ْم ِب‬،‫ِيرا‬
ً ‫اخت ََِلفًا َُث‬ َ َ‫ِش مِ ْن ُُ ْم ف‬
ْ ‫سيَ َرى‬ ْ ‫فَإِنَّهُ َم ْن يَع‬
ٌ ‫ض ََللَة‬ َ ‫ور فَإِ َّن ُُ َّل بِ ْد‬
َ ‫ع ٍة‬ ِ ‫ت ْاْل ُ ُم‬
ِ ‫ َو ِإيَّاُُ ْم َو ُمحْ َدثَا‬،ِ‫اجذ‬ِ ‫بِالنَّ َو‬
"Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan
melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian
berpegang dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para
khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah
itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-
hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap
perkara baru adalah bid‟ah dan setiap bid‟ah adalah sesat” [Shahih, HR.
Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam
Shahihul Jami‟ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu „alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti


sunnah beliau Shallallahu „alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang
hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

4.3 Perhatian Para Ulama Terhadap ‘Aqidah Salafush Shalih.

-untuk mengetahui „aqidah dan manhaj Salaf ini, maka kita bisa melihat:

 Pertama, penyebutan lafazh-lafazh tentang „aqidah dan manhaj Salaf yang


diriwayatkan oleh para Imam Ahlul Hadits dengan sanad-sanad yang shahih.
 Kedua, yang meriwayatkan „aqidah dan manhaj Salaf adalah seluruh ulama
kaum Muslimin dari berbagai macam disiplin ilmu: Ahlul Ushul, Ahlul Fiqh,
Ahlul Hadits, Ahlut Tafsir, dan yang lainnya.

-Pentingnya „aqidah Salaf ini di antara „aqidah-„aqidah yang lainnya, yaitu antara
lain:

1. Bahwa dengan „aqidah Salaf ini, seorang Muslim akan meng-agungkan Al-Qur-
an dan As-Sunnah, adapun „aqidah yang lain karena mashdarnya (sumbernya) hawa
nafsu, maka mereka akan mempermainkan dalil, sedang dalil dan tafsirnya mengikuti
hawa nafsu.

2. Bahwa dengan „aqidah Salaf ini akan mengikat seorang Muslim dengan
generasi yang pertama, yaitu para Sahabat Radhiyallahu anhum yang mereka itu
adalah sebaik-baik manusia dan ummat.

24
3. Bahwa dengan „aqidah Salaf ini, kaum Muslimin dan da‟i-da‟inya akan bersatu,
sehingga dapat mencapai kemuliaan serta menjadi sebaik-baik ummat. Hal ini karena
„aqidah Salaf ini berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman para
Sahabat. Adapun „aqidah selain „aqidah Salaf ini, maka dengannya tidak akan tercapai
persatuan bahkan yang akan terjadi adalah perpecahan dan kehancuran.

Imam Malik rahimahullah berkata:

ْ َ ‫ص ِل َح آخِ َر هَ ِذ ِه اْْل ُ َّم ِة إِْلَّ َما أ‬


.‫صلَ َح أ َ َّولَ َها‬ ْ ُ‫لَ ْن ي‬

"Tidak akan dapat memperbaiki ummat ini melainkan dengan apa yang telah membuat
baik generasi pertama ummat ini (Sahabat)”

4. „Aqidah Salaf ini jelas, mudah dan jauh dari ta‟wil, ta‟thil dan tasybih.[24] Oleh
karena itu, dengan kemudahan ini setiap Muslim akan mengagungkan Allah
Subhanahu wa Ta‟ala dan akan merasa tenang dengan qadha‟ dan qadar Allah
Subhanahu wa Ta‟ala.

5. „Aqidah Salaf ini adalah aqidah yang selamat, karena Salafus Shalih lebih
selamat, lebih tahu dan lebih bijaksana (aslam, a‟lam, ahkam). Dengan „aqidah Salaf
ini akan membawa kepada keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu
berpegang pada „aqidah Salaf ini hukumnya wajib.

25
BAB V
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA PENEGAKAN
HUKUM DALAM ISLAM.

5.1 Hakikat Keadilan


Kata “adil” dalam Bahasa Indonesia, berarti ”tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran, sepatutnya,
dan tidak sewenang-wenang (Depdikbud, 1990: 6-7). Dalam bahasa Arab, keadilan
berarti kesamaan, berasal dari kata kerja (fi‟il) „adala dan mashdarnya adalah al-„adl
dan al-idl. Al-„adl untuk menunjukkan sesuatu yang hanya ditangkap oleh bashirah
(akal fikiran), dan al-„idl untuk menunjukkan keadilan yang bisa ditangkap oleh
panca indera. Contoh yang pertama adalah keadilan di bidang hukum, dan contoh
yang kedua antara lain: keadilan dalam timbangan, ukuran dan hitungan.

M. Quraisy Shihab (1996: 111) mengatakan bahwa keadilan yang berarti


kesamaan memberi kesan adanya dua pihak atau lebih, karena kalau hanya satu
pihak, tidak akan terjadi adanya persamaan. Makanya kata al-„adl, diungkapkan
oleh Al-Qur`an antara lain dengan kata al-„adl, al-qisth, dan al-mizan. Sementara
itu, Majid Khadduri (1999: 8) menyebutkan, sinonim kata al-„adl; al-qisth, al-
qashd, al-istiqamah, al-wasath, al-nashib, dan al-hishsha. Kata adil itu
mengandung arti: pertama; meluruskan atau duduk lurus, mengamandemen atau
mengubah, kedua; melarikan diri, berangkat atau mengelak dari satu jalan yang
keliru menuju jalan lain yang benar, ketiga sama atau sepadan atau menyamakan,
dan keempat; menyeimbangkan atau menyatakan, dan keempat: menyampaikan
atau mengimbangi, sebanding atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang.

Para pakar agama Islam, umumnya, merumuskan keadilan menjadi empat


makna (M. Quraisy Shihab, 1996: 114-116)

 Pertama, adil dalam arti sama. Dengan pengertian, adil, artinya


memperlakukan sama antara orang yang satu dengan orang lain. Maksud
persamaan di sini adalah persamaan dalam hak. Dalam surat An nisa ayat
58 dinyatakan:
۟ ‫اس أَن تَحْ ُُ ُم‬
ۚ ‫وا بِ ْٱلعَد ِْل‬ ِ َّ‫َوإِذَا َحُ َْمتُم بَيْنَ ٱلن‬
"apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil" (QS. An-nisa:58)

26
Al-adl pada ayat ini, menurut Quraisy Shihab (1996: 114), berarti persamaan,
dalam arti bahwa seorang hakim harus memperlakukan sama antara orang-orang
yang berperkara, karena perlakuan sama antara para pihak yang berperkara itu
merupakan hak mereka. Murtadha Muthahari (1992: 56), dalam pengertian yang
sama, mengatakan bahwa keadilan dalam arti persamaan ini bukan berarti
menafikan keragaman kalau dikaitkan dengan hak kepemilikan. Persamaan itu
harus diberikan kepada orang-orang yang mempunyai hak kepemilikan yang
sama. Jika persamaan itu diberikan kepada orang-orang yang mempunyai hak
kepemilikan yang berbeda, yang terjadi bukan persamaan tapi kezaliman. Al-
Qur`an mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Dawud AS
untuk mencari keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor
kambing betina, sedangkan orang kedua memiliki seekor. Orang pertama mendesak
agar dia diberika pula yang seekor itu supaya genap menjadi satu ekor. Keputusan
Nabi Dawud AS, bukan membagi kambing itu dengan jumlah yang sama, tapi
menyatakan bahwa pihak pertama telah berlaku aniaya terhadap pihak yang
kedua.

 Kedua, adil dalam arti seimbang yang identik dengan kesesuaian/


proporsional. Keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar dan
sarat bagi semua bagian unit agar seimbang. Petunjuk Al-Qur`an yang
membedakan antara yang satu dengan yang lain, seperti pembedaan laki-laki
dan perempuan pada beberapa hak warisan dan persaksian–apabila
ditinjau dari sudut pandang keadilan-harus dipahami dalam arti
keseimbangan, bukan persamaan.
Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang
Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui menciptakan dan mengelola
segala sesuatu dengan ukuran, kadar dan waktu tertentu guna mencapai
tujuan. Keyakinan itu akan mengantarkan kepada keadilan Ilahi. (M. Quraisy
Shihab, 1996: 118). Firman Allah swt, surat al-Rahman ayat 7 menyatakan:
‫ض َع ْٱلمِ يزَ ا َن‬
َ ‫س َما َٰٓ َء َرفَعَ َها َو َو‬
َّ ‫َوٱل‬
"Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan)".(QS. Ar-rahma:7)
 Ketiga, adil dalam arti “perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak itu kepada para pemiliknya”. Lawan keadilan dalam
pengertian ini adalah kezaliman. Murtadha Muthahhari (1992: 56)
menamakan keadilan ini dengan keadilan sosial. Agar Individu-individu

27
dalam masyarakat dapat meraih kebahagian dalam bentuk yang lebih baik,
maka hak-hak dan preferensi-preferensi individu itu, mesti dipelihara dan
diwujudkan. Keadilan, dalam hal ini, bukan berarti mempersamakan semua
anggota masyarakat, melainkan mempersamakan mereka dalam kesempatan
mengukir prestasi.
 Keempat, adil yang dinisbahkan kepada Ilahi. Adil di sini berarti
memelihara kewajiban atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah
kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak
kemungkinan untuk itu. Keadilan Allah swt pada dasarnya merupakan
rahmat dan kebaikannya. Firman Allah swt yang terdapat pada surat Hut
ayat 6 menegaskan.
‫ٱَّلل ِر ْزلُ َها‬
ِ َّ ‫علَى‬ ِ ‫َو َما مِ ن َدآَٰبَّ ٍة فِى ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ض إِ َّْل‬
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya...." (QS.hud:6)

Menurut Murtadha Muttahari (1992: 63), keadilan ilahi, merupakan persoalan yang
menarik semua orang, melibatkan orang-orang desa yang buta aksara dan para
filosuf yang pemikir. Oleh karena itu, keadilan Tuhan memiliki urgensi khusus, dan
merupakan persoalan yang tiada taranya. Para teolog muslim tidak kunjung
selesai memperbincangkan masalah tersebut. Syi‟ah dan Mu‟tazilah memandang
keadilan sebagai prinsip ke dua di dalam ushuluddin (pokok-pokok agama).

5.2 Perwujudan Keadilan Hukum Menurut Islam


Sebagai hasil dari bahasan ini bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam sesuatu
masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan,
oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan
dari pihak pemerintah masyarakat itu. (E. Utrecht 1966: 13). Menurut (Siti Musdah
Mulia, 2005: 302), hukum adalah aturan-aturan normatif yang mengatur pola
perilaku manusia. Hukum tidak tumbuh di ruang vakum (kosong), melainkan
tumbuh dari kesadaran masyarakat yang membutuhkan adanya suatu aturan
bersama. Hukum Islam oleh TM. Hasbi Ash Shiddieqy sebagaimana dikutip oleh
Ismail Muhammad Syah (1992: 19) dirumuskan sebagai koleksi daya upaya para
ahli hukum untuk menerapkan syariat atas kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya
dengan aspek hukum Islam bersumber dari Tuhan yang Maha Adil. karena pada
hakikatnya Allah-lah yang menegakkan keadilan (qaiman bilqisth). Karenanya,

28
harus diyakini bahwa Allah tidak berlaku aniaya (zalim) kepada hamba-hambaNya
(Q.S. 10/Yunus: 449), setiap perbuatan manusia akan dipertanggung-jawabkan
kepada-Nya pada hari keadilan (Q.S. 4/al-nisa:110).

Adil secara hukum dalam pengertian persamaan (equality), yaitu persamaan


dalam hak, tanpa membedakan siapa; dari mana orang yang akan diberikan sesuatu
keputusan oleh orang yang diserahkan menegakkan keadilan, sebagaimana
dimaksud firman Allah QS.An-nisa:58).

ُ ‫ٱَّلل نِ ِع َّما يَ ِع‬


َ َّ ‫ظ ُُم بِ ِهۦَٰٓ إِ َّن‬
‫ٱَّلل َُا َن‬ ۟ ‫اس أَن تَحْ ُُ ُم‬
َ َّ ‫وا بِ ْٱلعَد ِْل ۚ إِ َّن‬ ِ َّ‫ت إِلَ َٰ َٰٓى أ َ ْه ِل َها َوإِذَا َحُ َْمتُم بَيْنَ ٱلن‬ ۟ ‫ٱَّلل يَأْ ُم ُر ُُ ْم أَن ت ُ َْؤد‬
ِ َ‫ُّوا ْٱْل َ َٰ َم َٰن‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ َ‫سمِ ي ۢعًا ب‬
َ

" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat."(QS. An-nisa:58).

Dalam prinsip keadilan hukum, Nabi SAW menegaskan adanya persamaan


mutlak (egalitarisme absolut, al-musawah al-muthlaqah) di hadapan hukum-hukum
syariat, tidak membedakan status sosial seseorang, apakah ia kaya atau miskin,
pejabat atau rakyat jelata, dan tidak pula karena perbedaan warna kulit serta
perbedaan bangsa dan agama. Di hadapan hukum semuanya sama. Konsep pe r sa
m aa n ya ng t e rk a nd u ng da l am kea d il a n ti da k pu l a me n u t up
kemungkinan adanya pengakuan tentang kelebihan dalam beberapa aspek, yang
dapat melebihkan seseorang karena prestasi yang dimilikinya. Akan tetapi
kelebihan tersebut tidaklah akan membawa perbedaan perlakuan hukum atas
dirinya.

Pengakuan adanya persamaan, bahkan dalam Al-Qur`an dinyatakan sebagai


"pemberian" Allah yang mempunyai implikasi terhadap tingkah laku manusia,
adalah bagian dari sifat kemuliaan manusia (al-karamah al-insaniyah), yang juga
bagian dari ketetapan Tuhan (Q.S. 17/al-Isra:70) yang berbunyi.

ً ‫ض‬
‫يَل‬ ٍ ‫ت َوفَض َّْل َٰنَ ُه ْم عَلَ َٰى َُث‬
ِ ‫ِير ِ ّم َّم ْن َخلَ ْمنَا ت َ ْف‬ َّ َ‫حْر َو َرزَ ْل َٰنَ ُهم ِ ّمن‬
ِ َ‫ٱلط ِيّ َٰب‬ ِ َ‫َولَمَ ْد ُ ََّر ْمنَا بَن َِٰٓى َءا َد َم َو َح َم ْل َٰنَ ُه ْم فِى ْٱلبَ ِ ّر َو ْٱلب‬

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan

29
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan."(QS. Al-isra:70)

Dalam praktek ajaran Islam, suatu peristiwa setelah penaklukan kota Mekah,
ada seorang perempuan keturunan suku Quraisy dari Bani Makhzum melakukan
pencurian. Menurut ketentuan Islam, hukuman yang harus dijatuhkan terhadap
pencuri adalah potong tangan (Q.S. 5/al-Maidah: 38). Mengetahui betapa beratnya
hukuman tersebut, maka salah seorang pemuka Quraisy menemui Usamah bin
Zaid meminta agar Usamah menemui Nabi SAW untuk menyampaikan
permohonan suku Makhzum ini kepada Nabi agar wanita tersebut diberi
dispensasi, dibebaskan dari hukuman pidana tersebut. Mendengar permintaan
Usamah ini, Nabi SAW. balik bertanya kepada Usamah, apakah mereka ini
meminta syafa'at bagi seseorang dalam kejahatan yang telah jelas hukumannya
dari Allah. Kemudian serta merta Nabi SAW. berdiri seraya memberikan
penjelasan singkat: “Sesungguhnya kebinasaan umat sebelummu bahwa jika
terjadi pencurian yang dilakukan orang dari golongan bangsawan, mereka
dibebaskan tidak dihukum, tetapi jika pencurian dilakukan oleh orang lemah
(rakyat biasa) mereka melaksanakan hukumannya, maka Nabi SAW mengucapkan
sumpah, Demi Allah jika Fatimah anak Muhammad mencuri, niscaya aku potong
tangannya.

Keadilan hukum dalam Islam tidak menyamakan hukuman di antara orang


kuat dan orang lemah, tetapi memiliki persepsi lain yang belum pernah ada
sebelumnya, dan tidak dapat disamakan dengan sistem hukum manapun sekarang
ini, bahwa hukuman bisa menjadi lebih berat bila pelakunya orang besar, dan
hukumannya sesuai dengan tindak pidana, maka haruslah hukuman itu menjadi lebih
berat sesuai dengan kelas pelaku tindak pidana tersebut. Keadilan dalam hukum
Islam membawa suatu prinsip yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sebagian
negara-negara di dunia sekarang tidak memberikan hukuman terhadap tindakan
pidana yang dilakukan seorang kepala negara, karena hukum itu tidak
mengandaikan terjadinya tindakan pidana dari seorang kepala negara. Para pembuat
undang-undang menganggap pribadi kepala negara sebagai orang yang dilindungi
dan tidak dapat disentuh oleh hukum. (Abdurrachman Qadir: 131 – 133). Para
fuqaha telah sepakat bahwa para penguasa dan pemimpin tertinggi negara tetap
bisa dikenakan hukum seperti halnya kebanyakan orang, tanpa perbedaan
apapun. Jadi, tidak ada perbedaan antara pimpinan besar yang menjadi kepala

30
negara dan orang biasa dalam perlakuan hukum. Kedudukannya sebagai kepala
negara tidak dapat menyelamatkan dari ancaman hukuman bila terbukti salah.

Ilustrasi berikut dapat diungkap sebagai konsep/model konstitusi Islam ideal


yang mengatur hak dan kewajiban berdasarkan keadilan. Di antara isi konsep
institusi itu adalah (1) setiap orang berhak mendapat perlindungan bagi kebebasan
pribadinya. (2) setiap orang berhak memperoleh makanan, perumahan, pakaian
pendidikan dan perawatan medis. Negara harus mengambil semua langkah yang
diperlukan untuk menyediakan fasilitas untuk itu sesuai dengan kemampuan. (3)
setiap orang berhak mempunyai pikiran, mengemukakan pendapat dan
kepercayaan selama ia masih berada Tuntutan Keadilan Persepektif Hukum Islam
║145 dalam batas-batas yang ditetapkan oleh hu k um . ( 4 ) s em ua or a ng
sa m a kedudukannya dalam hukum. (5) semua orang dengan kemampuan yang
sama berhak atas kesempatan yang sama, dan penghasilan yang sama atas
pekerjaan yang sama, tanpa membedakan agama, etnis, asal-usul dan
sebagainya (6) setiap orang dianggap tidak bersalah sampai akhirnya dinyatakan
bersalah oleh pengadilan, dan beberapa hak dan kewajiban yang menyangkut
beberapa aspek sosial, politik, ekonomi, pertahanan ke a ma n an da n s eb a ga i ny
a . (Abdurrachman Qadir: 131 – 133).

Keadilan hukum menempatkan secara formal semua orang sama di hadapan


hukum. Martabat dan kehormatan manusia dalam pandangan Al-Qur`an adalah
anugerah Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada satu kekuatan pun yang dapat
merusakkan dan menghancurkannya, kecuali sesuai dengan ketentuan yang telah
diberikan Allah.

Dalam materi hukum, keadilan yang diterapkan adalah keadilan berimbang.


Dalam bidang hukum pidana Islam, asas keberimbangan terlihat pada sanksi
yang diberikan kepada pelaku kejahatan. Semakin tinggi kualitas kejahatan,
semakin tinggi sanksi yang diberikan, dan semakin tinggi status sosial dan
kedudukan seseorang dalam masyarakat, semakin berat hukuman yang dijatuhkan.
Dalam bidang perdata juga berlaku prinsip keadilan berimbang. Perbandingan dan
perbedaan porsi bagi ahli waris sebagaimana yang telah ditentukan oleh Al-
Qur`an, adalah disesuaikan dengan perimbangan tanggung jawab yang dibebankan
antara laki-laki dan perempuan. Sangat kelihatan, bahwa keadilan diterapkan
dalam upaya menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Termasuk
keadilan, adalah pengenaan denda atau hukuman atas orang-orang yang

31
melanggar ketentuan-ketentuan agama, seperti seorang suami yang menzihar
istrinya atau suami isteri yang melakukan hubungan seksual pada siang hari bulan
Ramadhan. Kepada mereka dikenakan kifarat (semacam hukuman), yaitu memberi
makan 60 orang fakir miskin, sedangkan bagi orang yang mengambil haji
tamattu'; kepadanya dikenakan denda, yaitu dalam bentuk memotong seekor
kambing.

32
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/37425086/Contoh_Makalah_Konsep_Ketuhanan_D
alam_Islam
2. http://agusnotes.blogspot.com/2008/09/bab-v-marifatul-mabda-
pengetahuan.html?m=1
3. https://www.researchgate.net/publication/327112100_Sains-
Teknologi_dan_Ilmu_Agama_Menurut_Bahasa_al-Quran_dan_Hadis
4. https://ratumaratun-wordpress
com.cdn.ampproject.org/v/s/ratumaratun.wordpress.com/2015/06/01/10-hadist-
tentang-sains-dan
teknologi/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#
aoh=16032933576696&amp_ct=1603293584353&referrer=https%3A%2F%2F
www.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fr
atumaratun.wordpress.com%2F2015%2F06%2F01%2F10-hadist-tentang-
sains-dan-teknologi%2F
5. https://umma.id/article/share/id/1002/272772
6. https://qurandansunnah-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-
generasi-terbaik-umat-
manusia/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#a
oh=16032948364172&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=D
ari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fqurandansunnah.wordpress.
com%2F2009%2F07%2F29%2Ftiga-generasi-terbaik-umat-manusia%2F
7. https://www.researchgate.net/publication/330820601_METODE_SALAFUSH_S
HALIH_DALAM_BERINTERAKSI_DENGANAL-QURAN
8. http://islamypersona.blogspot.com/2014/10/apa-itu-salaf-salafusshalih-dan-
salafi.html?m=1
9. https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html
10. https://almanhaj.or.id/3422-kewajiban-ittiba-mengikuti-jejak-salafush-shalih-dan-
menetapkan-manhajnya.html
11. https://www.researchgate.net/publication/330709174_TUNTUTAN_KEADILAN_
PERSPEKTIF_HUKUM_ISLAM
12. https://tafsirweb.com/10355-quran-surat-ar-rahman-ayat-7.html

33

Anda mungkin juga menyukai