Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QURAN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFRENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGA, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstuktur Mata kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu
Dr . Taufiq Ramdani, S. Th.I., M.Sos

Disusun Oleh :
Nama : Muharrar Ahzami
NIM : E1S020048
Fakultas & Prodi : FKIP & Pendidikan Sosiologi
Semester : 1 (GANJIL)

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainnya
tugas ini ARTIKEL DENGAN TEMA KEISLAMAN Sholawat dan Salam semoga ALLAH
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas jasa beliau membawa agama
islam dari alam kegelapan menuju terang benderang yakni ADDINUL ISLAM.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,


S.Th.I. M. Sos sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Program Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Mataram.

Besar harapan Saya Tugas ini memberi manfaat Khususnya bagi saya sendiri
Dan Masyarakat umum serta ummat ke depannya.

Penyusun, Mataram 18 –Oktober -2020 / 1 – Rabbi’ul Awwal – 1442 Hijriah

Nama : Muharrar Ahzami

Nim : E1S020048

2
DAFTAR ISI

HALAMAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. Tauhid Keistimewaan & Kebenaran konsep Konsep Ketuhanan Dalam Islam 1

BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-quran dan Al-Hadits 2

BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al- Hadits 3

BAB IV. Pengertian dan jejak Salafussoleh ( Refrensi Al-Hadits) 4

BAB V. Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagai, Penegakan serta Keadilan Hukum
dalam Islam 5

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-quran digunakan kata illahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator sehingga, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya disebut abdun (hamba). Kata illah (tuhan) di dalam
Al-quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah dan selain Allah. Subjek (hawa
nafsu) dapat menjadi illah (tuhan). Benda –benda seperti: patung, pohon, bintang, dan
lain-lain dapat pula berperan sebagai illah, demikian seperti dikemukakan pada surah
Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

َ ِ‫ّللا أَن َدادِ يُ هحبُّونَ ُهمِ َك ُحب‬


ِ‫ّللاه‬ ِ‫اس َيتَ هخ ِذُ دُونه همنِ َه‬
ِ ‫َو همنَِ َمنِالنَ ه‬

Artinya:

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
tehadap Allah. Maka menintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah. (Qs,Al-
baqarah)

Sebelum turunnya Al-quran dikalangan masyarakat arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai tuhan mereka. Yang mereka cetuskan, baik dalam
doa maupun aara-aara ritual. Abu thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunnya Al-quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah .( liat Al-wasith hal 29), adanya nama
abdullah (hamba allah ) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat arab seblum
turunnya Al-quran. Keyakinan akan adanya Allah , kemaha besaran Allah, kekuasaan
Allah, dan lain-lain telah menetap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah
konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad ?.

Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep


ilahiyah mendapatkan tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep

4
ketuhanan yang dibawa muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuam mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-quran Surah Al- ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut :

َ‫َّللاُ فَأَنَّى يُؤْ فَ ُكون‬


َّ ‫س َو ْالقَ َم َر لَ َيقُولُ َّن‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ َّ ‫سأ َ ْلتَ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫َولَ ِئ ْن‬

Artinya :

Jikaِ kepadaِ merekaِ ditanyakanِ “Siapaِ yangِ menciptakanِ langitِ danِ bumi,ِ danِ
menundukanِ matahariِ danِ bulanِ ?”ِ Mereka pasti akan menjawab Allah (Qs Al-
ankabut-61).

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada Nya. Seseorang baru layak dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika dia memenuhi segala yang diinginkan oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan yang maha esa dalam islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar pencipta, melainkan juga mengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan kepada Allah


sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pertanyaan
lain sebagai jawaban atas perintah yang dijauhkan pada surah Al-ikhlas tersebut.
Ringkasannya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang
bertuhan kepada Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-quran sebagai
Pedoman/ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah Hasanah.

BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QURAN DAN AL-HADITS

Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Al-quranِbahkanِkataِ‘ilmِituِsendiriِdisebutِ dalam Al-quran sebanyak 150 kali, tetapi
dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002). Yang memang
merupakan salah satu kebutuhan agama islam, betapa tidak setiap kali umat islam

5
ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang
tepat, umpamanya melaksanakan shalat menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam menentukan waktu
yang tepat diperluukan ilmu astronomi. Maka dalam islam pada abad pertengahan
dikenal dengan istilah sains mengenai wakt-waktu tertentu ( turner,2004). Banyak lagi
ajaran agama yang pelaksanaannya sanggat terikat erat dengan sains ddan teknologi,
seperti menuunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan kendaraan
sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar ssains ddan ilmu
pengetahuan dalam Al-quran manusia yang tinggal menggali mengembangkan konsep
dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Qs. Ar- Rahman
ayat 33 dibawah ini :

َ ْ‫ض فَا ْنفُذُوا ۚ َل ت َ ْنفُذُو َن ِإ َّل بِسُل‬


‫طان‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا مِ ْن أ َ ْقطَ ِار ال‬
َ ‫س َم‬ ِ ْ ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِج ِن َو‬
َ َ ‫اْل ْن ِس ِإ ِن ا ْست‬

Artinyaِ :ِ Haiِ jama’ahِ jin dan manusia, jika sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintaslah, kamu tidak dapat menembusnya dengan kekuatan
kecualiِdengganِkekuatan”ِ(ِQs.ِAr-rahman ayat 33)

Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat
secara ilmiyah kepada bangsa jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di
persilahkan oleh Allah untuk menjelajah diangkasa luar asalkan saja mereka punya
kemampuan dan kekuatan (shulthan). Kekuatan yang dimaksud di sini sebagaimana
ditafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan dan sains dan teknologi, hal ini telah
terbukti di era moderen sekarang ini dengan ditemukannya alat transportasi yang
mampu menembus luar angkasa bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan
dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di bulan
,Planet Mars, Jupiter dan Planet-planet lainnya.

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat)
dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya
merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan
muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak
memberikan sumbangan pada ilmuan barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Yatim (1997) dalam bukunya sejarah peradaban islam: Kemajuan Barat pada mulanya
bersumberِdariِperadabanِislamِyangِmasukِkeِEropaِmelaluiِspanyol”(ِp.2).

6
Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik baik itu yang ditemukan
oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang yang akan
datang, semua itu bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam Al-quran
karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi, Al-quran telah
memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk bagian dari mukzizat Al-
quran, dimana kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu terbuuka untuk dikaji,
didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh siapapun.

Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah buku
induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan
(Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di dalamnya, baik yang berhubungan
dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum minannas) alam,
lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum
danِsebagainyaِ(dalamِQSِAlِAn’am:ِ38).

Lebih lanjut Baiquni (1997) mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang
diperlukan manusia itu tersedia di dalam Alquran (p. 17). Salah satu kemukjizatan
(keistimewaan) Alquran yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam Alquran.

BAB III

3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

AbdullahِbinِMas’udِradhiyallahuِ‘anhuِmengatakan,ِ“Barangsiapaِhendakِmengambilِ
teladan maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para
sahabatِ Muhammadِ shallallahuِ ‘alaihiِ waِ sallam.ِ Merekaِ adalahِ orang-orang yang
paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam serta paling tidak
suka membeban-bebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah
guna menemani Nabi-Nyaِ shallallahuِ ‘alaihiِ waِ sallamِ danِ untukِ menyampaikanِ
ajaran agama-Nya. Oleh karena itu tirulah akhlak mereka dan tempuhlah jalan-jalan

7
mereka,ِ karenaِ sesungguhnyaِ merekaِ beradaِ diِ atasِ jalanِ yangِ lurus.”ِ (Alِ Wajizِ fiِ
‘AqidatiِSalafishِshalih,ِhal.ِ198)

Pengertian Sahabat

SahabatِadalahِorangِyangِberjumpaِdenganِNabiِshallallahu’alaihi wa sallam
dalam keadaan muslim, meninggal dalam keadaan Islam, meskipun sebelum mati dia
pernahِ murtadِ sepertiِ Alِ Asy’atsِ binِ Qais.ِ Sedangkanِ yangِ dimaksudِ denganِ
berjumpa dalam pengertian ini lebih luas daripada sekedar duduk di hadapannya,
berjalan bersama, terjadi pertemuan walau tanpa bicara, dan termasuk dalam
pengertian ini pula apabila salah satunya (Nabi atau orang tersebut) pernah melihat
yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu Abdullah
bin Ummi Maktum radhiyallahu’anhuِ yangِ butaِ matanyaِ tetapِ disebutِ sahabatِ (lihatِ
Taisir Mushthalah Hadits, hal. 198, An Nukat, hal. 149-151)

Dalil- Dalil tentang keutamaan para sahabat

Allahِta’alaِberfirmanِ(yangِartinya),ِ“MuhammadِadalahِutusanِAllahِbesertaِ
orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir dan
salingِ menyayangiِ sesamaِ mereka.ِ Engkauِ lihatِ merekaِ ituِ ruku’ِ danِ sujudِ
senantiasa mengharapkan karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.”ِ(QS.ِAlِFath)

Rasulullahِ shallallahuِ ‘alaihiِ waِ sallamِ bersabda,ِ “Janganlahِ kalianِ mencelaِ


seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada
salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu
tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar
genggamanِtanganِatauِbahkanِsetengahnyaِsaja.”ِ(Muttafaqِ‘alaih)

Tabiin

Tabi’inِ adalahِ orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
paraِsahabat.ِTabi’inِmerupakanِorang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.

SalahِseorangِterbaikِdariِgenerasiِTabi’inِadalahِUwaisِAlِQarn,ِyangِpernahِ
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di

8
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orangِ yangِ tergolongِ generasiِ tabi’inِ lainnyaِ yakniِ


Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin
Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

Tab’iut tab’iin

Tabi’utِ tabi’inِ adalahِ orangِ berimanِ yangِ hidupِ padaِ masaِ sahabatِ atauِ
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasiِ tabi’in.ِ tabi’utِ tabi’inِ merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmuِ dariِ paraِtabi’in. Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah
Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri,ِ Alِ Auza’i,ِ Alِ Laitsِ binِ
Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.

BAB IV

PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH

Difinisi Salaf

Salaf berasal dari kata salafa-yaslufu-salafun, artinya telah lalu. Kata salaf juga
bermakna: seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman,
keutamaan, dan kebaikan. Karena itu generasi pertama dari umat ini dari kalangan
paraِtabi’inِdisebutِsebagaiِas-salafush-shalih.

Sedangkan definisi salaf menurut istilah, salaf adalah sifat yang khusus
dimutlakkan untuk para sahabat. Ketika yang disebutkan salaf maka yang dimaksud
pertama kali adalah para sahabat. Adapun selain mereka itu ikut serta dalam makna

9
salaf ini, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka. Artinya, bila mereka mengikuti para
sahabat maka disebut salafiyyin, yaitu orang-orang yang mengikuti salafush shalih.

Siapakah Salaf Yang Dimaksud

Allah SWT Berfirman Yang Artinya :

”Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin
dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya
selama-lamanya.ِItulahِkemenanganِyangِbesar.”ِ(At- Taubah: 100)

Sedangkan dalam sebuah hadis juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
salaf pertama kali adalah sahabat.ِNabiِshallallahuِ‘alaihiِwaِsallamِbersabda,ِSebaik-
baik manusia adalah pada masa ku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang
sesudahnyaِ (masaِ Tabi’in),ِ kemudianِ yangِ sesudahnyaِ (masaِ Tabi’utِ Tabi’in).ِ
Demikian juga yang dikatakan oleh para ulama bahwasannya yang dimaksud dengan
salaf adalah para sahabat.

Akan tetapi pembatasan secara waktu tidaklah mutlak tepat karena kita mengetahui
bahwaِ beberapaِ sekteِ bid’ahِ danِ sesatِ sudahِ munculِ padaِ masa-masa tersebut.
Karena itulah keberadaan mereka pada masa-masa itu (tiga kurun yang dimuliakan)
tidaklah cukup untuk menghukumi bahwa dirinya berada diatas Manhaj Salaf, selama
dirinyaِ tidakِ mengikutiِ sahabatِ radhiyallahuِ ‘anhumِ dalamِ memahamiِ Alِ Quranِ danِ
Assunnah. Karena itulah ulama memberi batasan As-Salaf Ash-Shalih (pendahulu
yang shalih).

ImamِalِAuza’iِrahimahullahِ(wafatِth.157ِH)ِseorangِImamِAhluِSunnahِdariِ
Syamِ berkata,ِ “Bersabarlahِ dirimuِ diatasِ sunnah,ِ tetaplahِ tegakِ sebagaimanaِ paraِ
sahabat tegak diatasnya. Katakanlah sebagai mana yang mereka katakan, tahanlah
dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan salafush
shalihِkarenaِakanِmencukupimuِapaِsajaِyangِmencukupiِmereka.”

Berdasarkan keterangan diatas, menjadi jelaslah bahwa kata salaf muthlak


ditujukanِuntukِparaِsahabatِNabiِshallallahuِ‘alaihiِwaِsallamِdanِorang-orang yang
mengikutiِ merekaِ denganِ baik,ِ semogaِ Allahِ Ta’alaِ meridhaiِ merekaِ semua.ِ Makaِ

10
barang siapa yang mengikuti mereka semua dalam agama yang haq ini, maka ia
adalah generasi penerus dari sebaik-baik pendahulu yang mulia.

Adakah Dalil Yang Menunjukan Kewajiban Mengikuti Mereka

Terdapat banyak dalil yang dikemukakan oleh al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
dalam bukunya Mulia dengan Manhaj Salaf, namun dalam tulisan yang singkat ini kami
hanya mengambil beberapa dalil yang mewakili dan dapat digunakan sebagai hujjah.
Dalil-dalil dari Al Quranul Karim dan As Sunnah yang menunjukkan bahwa Manhaj
Salaf adalah hujjah yang wajib diikuti oleh kaum muslimin:

FirmanِAllahِTa’ala,ِyangِartinya,”Kamuِ(umatِIslam)ِadalahِumatِterbaikِyangِ
dilahirkanِ untukِ manusiaِ (karenaِ kamuِ menyuruh)ِ berbuatِ yangِ ma’ruf,ِ danِ
mencegahِdariِyangِmungkarِdanِberimanِkepadaِAllah…”ِ(Aliِ‘Imranِ:ِ10ِ)Syaikhulِ
Islam IbnuTaimiyah rahimahullah dalam kitabnya Naqdul Mantiq menjelaskan: kaum
muslimin telah sepakat bahwa umat ini adalah sebaik-baik umat dan paling sempurna,
dan umat yang paling sempurna dan utama adalah generasi yang terdahulu yaitu
generasi para Sahabat.

FirmanِAllahِJallaِJalaaluhu,ِyangِartinya,ِ”Danِbarangsiapaِyangِmenentangِ
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan-jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang Telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia kedalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-
burukِ tempatِ kembali.”ِ (Anِ Nisaa:ِ 115ِ )Imamِ Ibnuِ Abiِ Jamrahِ rahimahullahِ
mengatakan,ِ ”Paraِ ulamaِ telahِ berkataِ mengenaiِ maknaِ dalamِ firmanِ Allah,ِ ”Danِ
mengikuti jalan yang bukan jalan-jalanِ orangِ yangِ beriman”ِ yangِ dimaksudِ adalahِ
(jalan) para Sahabat generasi pertama

Diriwayatkan dari Sahabat al- ‘Irbadhِ binِ sariyahِ radhiyallahuِ ‘anhu,ِ iaِ
berkata,”SuatuِhariِRasulullahِshalallahِ‘alaihiِwasallamِpernahِshalatِbersamaِkami
kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada kami
dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka
seseorangِ berkata,ِ ‘Wahaiِ Rasulullah,ِ nasehatِ iniِ seakan-akan nasehat dari orang
yang akan berpisah, makaِ apaِ yangِ engkauِ wasiatkanِ kepadaِ kami?’ِ Makaِ
Rasulullahِshalallahuِ‘alaihiِwasallamِbersabda,‘Akuِwasiatkanِkepadaِkalianِsupayaِ
tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang
memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh orang yang hidup
diantara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib

11
atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang
mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan
jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena
sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakanِ ituِadalahِbid’ah,ِdanِ setiapِbid’ahِ
ituِ adalahِ sesat.”ِ HRِ Ahmadِ (IV/126-127), Abu Dawud (no.4607), at-Tirmidzi
(no.2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205), al Hakim
(I/95)Sabdaِ Rasulullahِ shallallahuِ ‘alaihiِ waِ sallamِ diatasِ terdapatِ perintahِ untukِ
berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin
sepeninggal beliau.

BAB V

AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG PENEGAKAN HUKUM ISLAM

Adil, salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka
menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun akan
merugikan dirinya sendiri.1 Secara etimologis al-adl berarti tidak berat sebelah,
tidak memihak; atau menyampaikan yang satu dengan yang lain (al-musawah).
Istilah lain dari al-adl adalah al-qist al-misl (sama bagian atauu semisal). Secara
terminologisِِadilِberartiِ“mempersamakan”ِsesuatuِdenganِyangِlain,ِbaikِdariِ
segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat
sebelahِ danِ tidakِ berbedaِ satuِ samaِ lain.ِ Adilِ jugaِ berartiِ “berpihakِ atauِ
berpegangِ kepadaِ kebenaran”2Keadilan lebih dititik beratkan pada pengertian
meletakkan sesuatu pada tempatnya jika keadilan telah dicapai, maka itu
merupakan pada tempatnya jika keadilan telah dicapai, maka itu merupakan
dalil kuat dalam islam selama belum ada dalili lain yang menentangnya.

perlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban, hak yang dimiliki oleh
seseorang, termaasuk hak asasi, wajib diperlakukan secara adil. Hak dan
kewajiban terkait diberikan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu
hukum berdasarkan amanah harus ditetapkan secara adil tanpa dibarengi rasa
kebencian dan sifat negative lainnya, (QS.4:58).

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

12
Allahِ SWTِ disebutِ sebagaiِ “Yangِ Mahaِ Adilِ danِ Bijaksanaِ terhadapِ
semua hamba-Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai kepentingan apa-apa
dari perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya jika manusia berbuat kebaikan,
maka tidak akan mempengaruhi Kemaha adilan-Nuya tidak akan mengurangi
kemaha adilannya itu. Apa yang diperbuat oleh manusia, apakah kebaikan atau
kezaliman, hasilnya akan diterima oleh manusia itu sendiri.
. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya
hamba-hambanya. (QS-41,48)

Hukum Dan Keadilan Dalam Islam

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah


suatu penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata- nyata
berlaku dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya
dapat berkembang maju dalam berjama’ahِ(Society).

Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat


berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus
berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah
tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar
agama dan sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya
amat luas. Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang
memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.

Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M.


Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan
keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan
hukum yang ditegakkan. Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di
hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat
yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam Negara .

s“Danِ janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan


kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa.

13
Dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat
mengetahuiِapaِyangِkamuِkerjakan”(QS.5:8).

Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum


atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama
dijalankannyaِhukumِAllahِSwt”.ِ(H.R.BuchoriِdariِAnas)

Dalam beberapa tafsir, termasuk tafsir yang diterbitkan oleh Departeman


Agama, ayat tersebut dalam bidang pemerintahan. Hal ini didasarkan pada ayat
selanjutnya yang menyangkut soal pemerintahan yang menekankan agar taat
kepada Allah, taat kepada rasul dan kepada yang memegang kekuasaan di
antara kamu. Focus dari ayat ini adalah perintah Allah kepada hambanya agar
hamba-Nya itu taat kepada mereka yang telah diberikan amanat untuk
memegang kekuasaan sebagaimana tersebut dalam surat An Nisa ayat 5,.
Menurutِ Maulanaِ MuhammadِAliِdalamِ Theِ Holyِ Qur’anِ sebagaimanaِdikutipِ
dikemukakan bahwa yangِ dimaksudِ denganِ “amanat”ِ segalaِ sesuatuِ yangِ
berhalangan dengan urusan Negara dengan segala aspeknya.
HukumِIslamِdikemukakanِbahwaِsecaraِetimoligiِastiِ“adil”ِ(al-adl) berarti tidak berat
sebelah tidak memihak atau menyamakan sesuatu dengan yang lain. Istilah lain dari
al-adl adalah al-qist, al-misl; yang berarti sama dengan bagian atau semisal.
Sedangkan pengertian adil secara terminology adalah mempersamakan sesuatu pada
tempatnya. Menurut Ibnu Qudamah bahwa yang dimaksud dengan keadilan adalah
sesuatu yang tersembunyikan, motivasinya semata-mata karena takut kepada Allah
Swt. Berlaku adil itu sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki oleh
seseorang termasuk hak asasi wajib diperlakukan secara adil.

Keadilan itu adalah kehendak yang ejeg dan tetap untuk memberikan kepada
masing-masing bagiannya (Iuatitia est constans et perpetua voluntas lud suum euique
tribuendi). Aristoteles juga telah menulis panjang lebar tentang keadilan. Ia
menyatakan bahwa keadilan itu adalah kebijakan yang berkaitan dengan hubungan
antarِ manusia.ِ Lebihِ lanjutِ iaِ mengatakanِ bahwaِ kataِ “adil”ِ mengandungِ lebihِ dariِ
satu arti. Adil itu dapat berarti menurut hukum dan apa yang sebanding, yaitu yang
semestinya. Disini ditunjukkan bahwa seorang dikatakan berlaku adil apabila orang itu
mengambil lebih dari bagian yang semestinya Aristotles sudah membuat formulasi
tentang apa yang disebut keadilan. Ia membedakan dalam dua jenis keadilan. 22 yaitu
keadilan korektif yang sama artinya dengan keadilan komutatif dan keadilan distributive
yang membutuhkan distribusi atas penghargaan. Keadilan korektif ini berbeda.

14
Keadilan terakhir ini didasarkan pada transaksi baik yang suka rela maupun yang tidak
dan hal ini biasanya terjadi dilapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar
menukar. Istilahِ “adil”ِ danِ “keadilan”ِ berasalِ dariِ bahasaِ arab,ِ dibawaِ olehِ agamaِ
Islam ke seluruh penjuru dunia dengan datangnya agama Islam kenegara-negara
tersebut.

15
REFRENSI

1. Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari


Insan, 1989), h. 16-21, 54-56.

2. Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu


Semesta, 2001), h. 28-39.

3. Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.

4. Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari


Insan, 1989), h. 16-21, 54-56.

5. Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu


Semesta, 2001), h. 28-39.

6. Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.

7. AhmadِtohaputraِH.Drs.,ِ“Al-Qu’anِDanِTerjemahnya”ِPenerbitِCV.ِAsِSyifa,ِ
Semarang, 2000

8. https://muslimah.or.id/1185-mengenal-manhaj-salaf.html

9. Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, 2005.

10. Abqary, R. (2010). 101 info tentang ilmuan muslim. Bandung: DAR! Mizan.

11. https://islam.nu.or.id/post/read/89177/mengenal-generasi-tabiin-dan-
urgensinya- dalam-kajian-hadits

12. mertokusumo sukdikno, mengenal hukum ( suatu pengantar ) edisi ke tiga,


liberty, yogyakarta, 1991

13. Rahardjo, sajiipto,ilmu hukum, alumni Bandung, 1996

16
Lampiran

1. Naqdul Mantiq adalah kitab karangan Ahmad ibn, abd al-Halim ibn
taimyyah
2. Illahun berasal dairi bahasa arab yang berarti setiap yang jadi
penggerak atau motifator sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia.
3. Hablum minallah artinya hubungan dengan tuhan
4. Hablum minannas hubungan dengan manusia
5. Salafa yaslufu salaffun dalam bahasa arab yang berarti telah lalu
6. Attaqwa yang berarti patuh, dan taat

Taliq alkitab ala kitab Naqda Al-mantiq lil-syekh Al- islam ibnu
taymiyah .

17

Anda mungkin juga menyukai