Anda di halaman 1dari 51

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN :

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (RESUME AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUTAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Agustina
NIM : E1Q020002
Fakultas&Prodi : FKIP & Pendidikan Fisika
Semester : 1 ( Satu )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TA. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas


selesainya tugas ini yang disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan
Agama Islam

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah


Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang
telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi saya dan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Penyusun, Mataram 23 Oktober 2020

Nama : Agustina
NIM : E1Q020002

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam. . . 1
BAB II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits ..................................... 8
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits...................................................... 21
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh ( Resume Al-Hadits) ........................ 32
BAB V. Ajaran dan Tuntutan tentang Berbagi, Penegakan serta.......................... 38
Keadilan Hukum dalam Islam
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 47
LAMPIRAN............................................................................................................. 48

iii
BAB I
Tauhid: Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam secara garis besar


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan)
di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain
Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:

Cِ ‫ ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬C‫ُون هَّللا ِ أَ ْن َدا ًدا‬


ِ ‫ِذ مِنْ د‬Cُ ‫اس َمنْ َي َّتخ‬
Cِ ‫َوم َِن ال َّن‬

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep
tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do ’a maupun acara-
acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad
dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29).

Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat
Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad?

Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep


ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang
mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

1
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan
dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

Cُ ‫ْس َو ْال َق َم َر لَ َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف‬


‫ك‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ Cِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui
oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam
adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam
semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain
sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut.
Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang
bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran
serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

B. Konsep Ketuhanan dalam Al Quran


Dalam Al-qur’an konsep Tuhan yang kita kenal dengan nama asmaul husna atau
99 nama Allah, yang memiliki makna berbeda-beda.
Di dalam al-quranpun terdapat ayat-ayat yang menjelaskan istilah yang
menyebutkan Allah, diantaranya :

a. Surat Al-Fatihah

ِ ‫ِك َي ْو ِم ال ِّد‬Cِ ‫ِيم َمال‬


‫ين‬ َ ‫د هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم‬Cُ ْ‫ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح ِِيم ْال َحم‬Cِ ‫ِبسْ ِم هَّللا‬
ِ ‫ِين الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح‬

Artinya :

2
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan(rabbi) semesta alam. Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan.[3]

Dalam surat Al-fatihah, Tuhan disebut dengan Arrahman dan Arrahim yang
artinya adalah Maha pemurah dan penyayang, dalam hal ini arti kata
pemurah maksudnya adalah Allah bersifat welas asih sehingga melimpahkan
karunianya kepada seluruh hambanya.

b. Surat Fathir ayat 30

َ ‫لِي َُو ِّف َي ُه ْم أُج‬


‫م مِنْ َفضْ لِ ِه إِ َّن ُه غَ فُو ٌر َش ُكو ٌر‬Cْ ‫م َو َي ِزي َد ُه‬Cْ ‫ُور ُه‬

Artinya :
Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri[4]

c. Surat Al-An’aam ayat 83

Cَ ‫ت َمنْ َن َشا ُء إِنَّ َر َّب‬


C‫ك َحكِي ٌم َعلِي ٌم‬ َ ‫َوت ِْل‬
Cٍ ‫ إِب َْراهِي َم َعلَى َق ْو ِم ِه َنرْ َف ُع َد َر َجا‬C‫ك حُجَّ ُت َنا آ َت ْي َنا َها‬

Artinya :
Dan Itulah keterangan kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya. kami tinggikan derajad siapa yang kami kehendaki.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana Maha Mengetahui.[5]

d. Al-Hadid ayat 1-3

‫ ِّل‬C‫و َعلَى ُك‬Cَ C‫ِيت َو ُه‬ُ ‫ض يُحْ ِيي َو ُيم‬ ِ ْ‫ت َواألر‬Cِ ‫ َم َاوا‬C‫الس‬
َّ ‫ك‬Cُ ‫ض َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم َل ُه م ُْل‬ Cِ ‫ فِي ال َّس َم َاوا‬C‫َسب ََّح هَّلِل ِ َما‬
ِ ْ‫ت َواألر‬
َّ ‫َشيْ ٍء َقدِي ٌر ه َُو األوَّ ُل َواآلخِرُ َو‬
‫م‬Cٌ ‫الظا ِه ُر َو ْالبَاطِ نُ َوه َُو ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي‬

Artinya :
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia
menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan dia Maha
mengetahui segala sesuatu.[6]

e. Surat Al-Ikhlas
‫د‬Cٌ ‫ِد َولَ ْم يُولَ ْد َولَ ْم َي ُكنْ لَ ُه ُكفُ ًوا أَ َح‬Cْ‫م َيل‬Cْ َ‫د ل‬Cُ ‫ص َم‬
َّ ‫ ال‬Cُ ‫قُ ْل ه َُو هَّللا ُ أَ َحد هَّللا‬

Artinya :
Katakanlah (Muhammad), "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu. (Allah) tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.[7]

Agama Islam adalah agama yang mengenalkan Tuhan dengan melalui isi
kandungan ayat-ayat al-Qur'an. Kata "Allah " dalam al-Qur'an terulang sebanyak
2698 kali[8]. Belum lagi kata-kata semacam wahid, ahad,ar-Rabb, Al-Ilah atau
kalimat yang menafikan adanya sekutu bagi-Nya dalam perbuatan atau
wewenang menetapkan hukum atatu kewajaran beribadah kepada selain-Nya
serta penegasian lain yang semuanya mengarah kepada penjelesan tentang
tauhid.[9]
Dari kata-kata tersebut yang kembali pada Tuhan kemudian dikenal dengan
istilah"Al-Asma’ Al-Husna".

Cِ ْ‫ت َواألَر‬
)24( ‫ض َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬ Cِ ‫ فِي ال َّس َم َاوا‬C‫ ْالحُسْ َنى ي َُس ِّب ُح لَ ُه َما‬C‫صوِّ ُر لَ ُه األَسْ َماء‬ ِ ‫ِق ْال َب‬Cُ ‫ه َُو هَّللا ُ ْال َخال‬
َ ‫ارئُ ْال ُم‬

"Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, Dia
memiliki nama-nama yang indah.Apa yang di langit dan bumi bertasbih kepada-
Nya. dan Dialah yang Maha Perkasa Maha Bijaksana."

Menurut jumhur ulama jumlahnya ada 99. Ini berdasarkan hadits:

َ ‫ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل هَّلِل ِ تِسْ َع ٌة َوتِسْ ع‬C‫صلَّى‬


‫ُون‬ َ ِّ‫د َعنْ اأْل َعْ َر ِج َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َعنْ ال َّن ِبي‬Cِ ‫الز َنا‬
ِّ ‫ ُس ْف َيانُ بْنُ ُع َي ْي َن َة َعنْ أَ ِبي‬C‫َح َّد َث َنا‬
‫ ِو ْت ٌر ُيحِبُّ ْال ِو ْت َر‬Cَ ‫ د ََخ َل ْال َج َّن َة َوإِنَّ هَّللا‬C‫ َمنْ َحف َِظ َها‬C‫اسْ ًما‬

4
"Rasulullah bersabda: Allah mempunyai 99 nama, bagi siapa yang menjaganya
maka dia masuk surga, dan sesungguhnya Allah itu ganjil, maka Allah menyukai
sesuatu yang ganjil."(HR. Muslim)[10]

Dan perincian jumlah tersebut sebagaimana yang ada di Kitab Sunan Ibnu Majah.
[11]

ً C‫مًا مِا َئ‬C‫اس‬


‫ة إِاَّل‬C ْ ‫ِين‬ َ ِ ‫َح َّد َثنِي َع ْب ُد الرَّ حْ َم ِن اأْل َعْ َر ُج َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫م َقا َل إِنَّ هَّلِل ِ تِسْ َع ًة َوتِسْ ع‬Cَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
َّ ‫ ُر‬Cِ‫د اأْل َوَّ ُل اآْل خ‬Cُ ‫ص َم‬ َّ ‫د ال‬Cُ ‫ِي هَّللا ُ ْال َوا ِح‬
‫ئ‬ ُ ‫ار‬C ِ C‫ِق ْال َب‬Cُ ‫ ال‬C‫ن ْال َخ‬Cُ ِ‫اط‬CC‫الظا ِه ُر ْال َب‬ َ ‫دَخ َل ْال َج َّن َة َوه‬
َ C‫ إِ َّن ُه ِو ْت ٌر ُيحِبُّ ْال ِو ْت َر َمنْ َح ِف َظ َها‬C‫َوا ِح ًدا‬
‫ي ُر‬C‫ص‬ ِ ‫مِي ُع ْال َب‬C‫الس‬ َّ ‫ي ُر‬C‫فُ ْال َخ ِب‬C‫رَّ حِي ُم اللَّطِ ي‬C‫رَّ حْ َمنُ ال‬C‫ز ْال َجبَّا ُر ْال ُم َت َكبِّرُ ال‬C‫ي‬ ُ ‫ك ْال َح ُّق ال َّساَل ُم ْالم ُْؤمِنُ ْال ُم َه ْيمِنُ ْال َع ِز‬
ُ ِ‫صوِّ ُر ْال َمل‬َ ‫ْال ُم‬
Cُ ‫يب ْال َغنِيُّ ْال َوه‬
‫َّاب‬ Cُ ‫ريبُ ْال ُم ِج‬CC ِ ‫م ْال َق‬Cُ ‫ا ِه ُر ْال َعلِيُّ ْال َحكِي‬CC‫ا ِد ُر ْال َق‬CC‫م ْال َق‬Cُ ‫ ُل ْال َحيُّ ْال َقيُّو‬CC‫ ُل ْال َجمِي‬CC‫ال ْال َجلِي‬CC
ِ ‫ارُّ ْال ُم ْت َع‬CCَ‫م ْالب‬Cُ ‫م ْال َعظِ ي‬Cُ ‫ْال َعلِي‬
ُ‫ ِهي ُد ْالم ُِبين‬C‫الش‬
َّ ُّ‫ولِي‬Cَ ‫ ُد ْال‬C‫رَّ بُّ ْال َم ِجي‬C‫م ال َّتوَّ ابُ ال‬Cُ ‫ري‬C ِ ‫م ْال َك‬Cُ ‫و ُر ْال َحلِي‬Cُ‫وُّ ْال َغف‬Cُ‫د ْال َعف‬Cُ C‫اش‬ِ َّ‫ الر‬C‫والِي‬Cَ ‫د ْال‬Cُ C‫د ْال َوا ِج‬Cُ ‫د ال َّش ُكو ُر ْال َما ِج‬Cُ ‫ْال َودُو‬
‫ع‬Cُ Cِ‫ِض الرَّ اف‬ Cُ ‫ اف‬C‫واقِي ْال َخ‬Cَ C‫اقِي ْال‬CC‫ع ْال َب‬Cُ ِ‫ارُّ ال َّناف‬C‫الض‬ َّ ‫د‬Cُ ‫دِي‬C‫الش‬ َّ ُّ‫وي‬C ِ C‫ث ْال َق‬
Cُ ‫ار‬ ِ ‫و‬Cَ C‫ث ْال‬
Cُ ِ‫اع‬CC‫د ْال َب‬Cُ ‫ِئ ْال ُمعِي‬Cُ ‫م ْال ُم ْبد‬Cُ ‫ْالبُرْ َهانُ الرَّ ءُوفُ الرَّ حِي‬
‫ ْالمُحْ ِيي‬C‫ع ْالمُعْ طِ ي‬Cُ ‫ِظ ْال َوكِي ُل ْال َفاطِ ُر السَّا ِم‬ Cُ ‫ ْال َحاف‬C‫ ال َّدا ِئ ُم‬C‫ة ْال َمتِينُ ْال َقا ِئ ُم‬Cِ َّ‫اق ُذو ْالقُو‬ Cُ ‫ط الرَّ َّز‬ ُ ِ‫ط ْال ُمع ُِّز ْال ُم ِذ ُّل ْال ُم ْقس‬
ُ ِ‫ض ْالبَاس‬
Cُ ‫ْال َق ِاب‬
َّ ‫ ُد‬C‫ِق ال ُّنو ُر ْال ُمنِي ُر ال َّتا ُّم ْال َقدِي ُم ْال ِو ْت ُر اأْل َ َح‬
‫م‬Cْ َ‫د َول‬Cْ Cِ‫ لَ ْم َيل‬C‫ َم ُد الَّ ِذي‬C ‫الص‬ Cُ ‫ الصَّاد‬C‫د ْال َعالِ ُم‬Cُ ‫ع ْال َهادِي ْال َكافِي اأْل َ َب‬Cُ ‫ع ْال َجا ِم‬Cُ ‫ِيت ْال َما ِن‬
ُ ‫ْال ُمم‬
‫د‬Cٌ ‫د َو َل ْم َي ُكنْ لَ ُه ُكفُ ًوا أَ َح‬Cَْ‫يُول‬

Sebenarnya dalam masalah jumlah "Al-Asma'ul Al-Husna" ini ada perbedaan,.


Itu dikuatkan dengan adanya pendapat yang diambil oleh Ibnu Al-'Arabi dari
sebagian ahli sufi dalam kitab Syarah Al-Tirmidzi, bahwa Allah mempunyai seribu
nama dan Rasul-Nya juga mempunyai seribu nama. [12]
Ini berbeda dengan pendapat yang disebutkan oleh Fakhruddin Al-Razi dalam
tafsirnya dari sebagian golongan, menyatakan bahwa Allah mempunyai 5000
(lima ribu) Nama: Seribu di terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadits Shahih,
Seribu di kitab Taurat, Seribu di Kitab Injil, Seribu di kitab Zabur dan Seribu di Al-
Lauh Al-Mahfudz. [13]

Uraian al-Qur’an tentang Tuhan kepada umat Nabi Muhammad Saw dimulai
dengan pengenalan tentang dan sifat-Nya. Ini terlihat secara jelas ketika wahyu
pertama turun.[14]

َ ‫) ا ْق َر ْأ َو َرب‬2( ‫ان مِنْ َعلَ ٍق‬


َ ‫م اإْل ِ ْن َس‬Cَ َّ‫) َعل‬4( ‫م‬Cِ َ‫م ِب ْال َقل‬Cَ َّ‫) الَّذِي َعل‬3( ‫م‬Cُ ‫ُّك اأْل َ ْك َر‬
C‫ ا‬CC‫ان َم‬ َ ‫م َرب‬Cِ ْ‫ا ْق َر ْأ ِباس‬
َ ‫) َخلَقَ اإْل ِ ْن َس‬1( َ‫ َخلَق‬C‫ِّك الَّ ِذي‬
)5( ‫م‬Cْ ‫م َيعْ َل‬Cْ ‫َل‬

5
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."(QS. Al-'Alaq: 1-5)[15]
Dalam rangkaian ayat-ayat yang terdapat di dalam wahyu pertama kali turun
menunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kata Rabbuka (Tuhanmu),
bukan kata "Allah". Hal ini menggarisbawahi bahwa wujud Tuhan Yang Maha Esa
dapat dibuktikan melalui ciptaan atau perbuatan-Nya. Dari satu sisi memang
dikenal satu ungkapan yang oleh sementara pakar dinilai sebagai Hadis Qudsi
yang berbunyi:[16]

"Aku adalah sesuatu yang tersembunyi, Aku berkehendak untuk dikenal, maka
Ku ciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku".Di sisi lain, tidak digunakannya
kata" Allah" pada wahyu-wahyu awal itu adalah dalam rangka meluruskan
keyakinan kaum musyrik, karena mereka juga menggunakan kata "Allah" untuk
menunjuk kepada Tuhan, namun keyakinan mereka tentang Allah berbeda
dengan keyakinan yang diajarkan oleh Islam.[17]

Dari kekeliuran-kekeliuran tersebut, al-Qur'an melakukan pelurusan-pelurusan


yang dipaparkannya dengan berbagai gaya bahasa, cara dan bukti. Sekali
dengan pernyataan yang didahului dengan sumpah, misalnya:

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


C‫ ا‬C‫ض َو َم‬ َّ ُّ‫) َرب‬4( ‫ ٌد‬C‫م لَ َوا ِح‬Cْ ‫) إِنَّ إِلَ َه ُك‬3( ‫ رً ا‬C‫ت ِذ ْك‬
Cِ ‫ َم َاوا‬C‫الس‬ Cِ ‫ا‬CC‫) َفال َّتا ِل َي‬2( ‫ رً ا‬Cْ‫ت َزج‬ َّ C‫) َف‬1( ‫ًًّفا‬Cž ‫ص‬
Cِ ‫الزا ِج َرا‬C Cِ ‫َوالصَّا َّفا‬
َ ‫ت‬
)5( ‫ق‬Cِ ‫ار‬ ِ ‫ َو َربُّ ْال َم َش‬C‫َب ْي َن ُه َما‬

"Demi (rombongan) yang berbaris bershaf-shaf, demi (rombongan) yang


mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan
pelajaran, Sesungguh Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan
apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbitnya
matahari."(QS. As-Shaffat: 1-5).[18]
Dalam ayat lain diajukan pertanyaan yang mengandung kecaman, seperti:

)39( ‫د ْال َقهَّا ُر‬Cُ ‫ ْال َوا ِح‬Cُ ‫ون َخ ْي ٌر أَ ِم هَّللا‬ Cٌ ‫صا ِح َبيِ السِّجْ ِن أَأَرْ َب‬
َ ُ‫اب ُم َت َفرِّ ق‬ َ ‫َيا‬

6
"Wahai kedua penghuni penjara! manakah yang baik, tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa, Maha Perkasa?", (QS.
Yusuf: 39)[19]
Dan juga al-Qur'an menggunakan perumpamaan, seperti:

Cِ ‫ْت ْال َع ْن َكبُو‬


َ C‫ َيعْ لَ ُم‬C‫ا ُنوا‬CC‫ت لَ ْو َك‬
( ‫ون‬C ِ ‫ َوإِنَّ أَ ْو َه َن ْال ُبيُو‬C‫ت َب ْي ًتا‬
ُ ‫ت لَ َبي‬ ِ ‫ أَ ْولِ َيا َء َك َم َث ِل ْال َع ْن َكبُو‬Cِ ‫ُون هَّللا‬
Cْ ‫ت ا َّت َخ َذ‬ ِ ‫ مِنْ د‬C‫ِين ا َّت َخ ُذوا‬
َ ‫َم َث ُل الَّذ‬
)41

"Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah


seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling
lemah adalah rumah laba-laba sekiranya mereka Mengetahui." (QS Al-'Ankabut:
41)[20]

Ayat ini memberi perumpamaan mengenai orang-orang yang meminta


perlindungan kepada selain Allah, sebagai serangga yang berlindung ke sarang
laba-laba. Serangga itu tentu akan terjerat menjadi mangsa laba-laba, dan
bukannya terlindungi olehnya. Bahkan jangankan serangga yang berlainan
jenisnya, yang satu jenis pun seperti jantan laba-laba, berusaha diterkam oleh
laba-laba betina begitu mereka selesai berhubungan seks. Kemudian telur-telur
laba-laba yang baru saja menetas, saling tindih-metindih sehingga yang menjadi
korban adalah yang tertindih.

7
BAB II
Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits

A. Peran besar Islam dalam Sains dan Teknologi


Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangatlah maju, sudah banyak
dikembangkan teknologi-teknologi modern disemua aspek kehidupan. Namun
dibalik semua itu ternyata Islam memiliki peran besar didalamnya. Sebelum ilmu
pengetahuan tersebut di temukan, di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang
ilmu-ilmu tersebut.

Dapat diambil contoh dari disiplin ilmiah yang dihasilkan oleh para ilmuwan
muslim di bidang astronomi, yaitu bidang yang berhubungan dengan peredaran
benda-benda langit, para ilmuan melakukan penelitian hingga begitu lama dan
mendapatkan jawaban tentang benda-benda langit, mereka mengatakan bahwa
semua peredaran benda-benda langit dapat dihitung dengan rumus-rumus.
Sedangkan hal ini telah diterangkan oleh Allah S.W.T dalam Al-Qur ’an sebelum
mereka lahir.

“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, ” (Q.S Ar-Rahman 55 : 5)

Kemudian fungsi langit sebagai atap yang dituliskan dalam Al-Qur ’an
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan)dari langit, lalu Dia hasilkan dengan
(hujan)itu buah-buahan sebagai rezeki untukmn. Karena itu janganlah kamu
mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. ” (Q.S
Al-Baqarah 2 : 22).

Allah S.W.T telah menjelaskan di dalam ayat diatas tentang langit. Hal ini
kemudian diteliti selama bertahun-tahu oleh ilmuwan dan mereka mendapatkan
jawaban serta kesimpulan bahwa langit melindungi manusia dari terpaan angin
matahari (melalui medan magnet bumi), dari sinar ultraviolet (melalui atmosfer),
dari kejatuhan benda angkasa seperti meteor dan batu angkasa (melalui
atmosfer), menahan gas-gas yang diperlukan bagi kehidupan (melalui gravitasi
bumi), serta mempertahankan suhu bumi tetap hangat (melalui efek rumah kaca).

8
B. 10 ilmuwan Masuk Islam
Berikut ini beberapa ilmuwan yang masuk Islam karena takjub dengan
keistimewaan Al- Quran :

1. Jacques Yves Costeau

Gambar 1.1 Jacques Yves Costeau

Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-
Yves Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut. Tiba-tiba ia menemukan
beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut.
Seolah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.Lalu, suatu hari
ia bertemu dengan seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu.
Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada
surat Ar Rahman Ayat 19-20.

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.


Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing," (QS Ar
Rahman Ayat 19-20).

Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan dikatakan ia memeluk


Islam. Sekadar informasi, Jacques-Yves Cousteau lahir di Prancis pada 11 Juni
1910 dan meninggal dunia di Paris pada 25 Juni 1997.

9
2. Maurice Bucaille

Gambar 1.2 Maurice Bucaille

Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir'aun. Ia


merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920. Maurice
Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab
utama dalam penelitian tentang mumi. Hasil penelitian menemukan hal yang
mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah
petunjuk bahwa Fir'aun meninggal karena tenggelam.

Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk
diawetkan. Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor. Bagaimana
jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik
kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?
Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Fir'aun di Alquran
bahwa dia mati karena ditelan ombak. Bucaille kemudian merilis laporannya
yang berjudul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir'aun;
Sebuah Penelitian Medis Modern). Ia lalu mendengar bahwa Alquran
sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Fir'aun. Kabarnya, setelah
mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke
Islam. Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai
salah satu ayat Alquran.
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami," (QS.
Yunus Ayat 92).
Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.

10
3. Prof William Brown

Gambar 1.3 Prof William Brown

Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkap hasil penelitian


yang dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat. Tim meneliti suara halus yang tidak
bisa didengar oleh telinga manusia. Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti
merekamnya dengan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran
ultrasonik diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat dipantau di
monitor. Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka ke
hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.
Mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam
menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah. Ilmuwan lalu kagum
dengan apa yang mereka saksikan.
"Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha
Penyantun Lagi Maha Pengampun," (QS Al-Isra:44).

Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan


terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.
Pada suatu kesempatan, sang profesor mengatakan bahwa dalam hidupnya, ia
belum pernah menemukan fenomena semacam ini.

"Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian
yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak
pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-
satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak

11
memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," ungkap
William

4. Fidelma O'leary

Gambar 1.4 Fidelma O'leary

Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Negeri Paman Sam, Amerika
Serikat. Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia. Saat ia
melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia
tidak dimasuki oleh darah. Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai
darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.
Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak,
kecuali ketika seseorang melakukan gerakan sujud dalam salat seperti yang
dilakukan umat Muslim. Ini menunjukkan bahwa bila seseorang tidak melakukan
salat, maka otak tidak dapat menerima darah yang cukup untuk bisa berfungsi
secara normal.

5. Leopold Werner Von Ehrenfels

Gambar 1.5 Leopold Werner Von Ehrenfels

12
Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels merupakan seorang psikiater serta
sekaligus neurology berkebangsaan Austria, serta agama saat sebelum Islam
yaitu Kristen. Dari remaja dia sudah banyak mendapatkan kejanggalan dalam
agama kristen. Pada akhirnya ia mempelajari Islam. Satu di antara yang ia
cermati yaitu mengenai kewajiban wudhu saat sebelum lakukan solat serta ia juga
mempelajari mengenai kewajiban mandi sesudah jima’ dengan istri, serta dalam
agama Kristen tidak ada ketentuan bersuci seperti ini.

Bahkan juga orang Kristen, tuturnya, walaupun dalam kondisi junub (habis
bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk menyembah
Tuhan. Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukannya sesuatu yang
mengagumkan pada wudhu. Ia menyampaikan satu kenyataan yang amat
mengagetkan. Kalau pusat-pusat syaraf yang paling sensitif dari tubuh manusia
nyatanya ada di bagian dahi, tangan, serta kaki. Pusat-pusat syaraf itu amat peka
pada air segar. Dari sini ia temukan hikmah di balik wudhu yang membersihkan
pusat-pusat syaraf itu.

Ia bahkan juga menganjurkan supaya wudhu bukan sekedar milik serta rutinitas
umat Islam, namun untuk umat manusia secara keseluruhan. Dengan selalu
membersihkan air segar pada pusat-pusat syaraf itu, memiliki arti orang bakal
memelihara kesehatan serta kesesuaian pusat syarafnya. Selanjutnya Leopold
memeluk agama Islam serta merubah nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Tiap perintah Allah SWT jelas mempunyai hikmah kebaikan di baliknya.


Renungkan kalau wudhu yaitu ritual pengkondisian semua segi hidup, dari mulai
psikologis & fisiologis. lima panca indera, harus terkena seluruh tanpa kecuali
disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & semua kulit tubuh. Ini benar-benar
mengagumkan.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan

13
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur" (QS Al-Maidah ayat 6).

6. Keith Moore

Gambar 1.6 Keith Moore

Keith Moore adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi )


antara tahun 1989 dan 1991. Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata
pelajaran Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar
kehormatan dalam bidang sains. Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II,
Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris paling
populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia.

Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh
dunia. Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunjukkan
referensi Alquran tentang ‘Penciptaan Manusia ’ kepada Profesor Keith L Moore,
lalu sang Profesor melihatnya dan berkata : “Tidak mungkin ayat ini ditulis pada
tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta
ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin,
Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang
berasal dari tanah. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan

14
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." ( QS A;-Mu'Minum 13-14).

Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam
dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Alquran ternyata telah menjawab
beberapa bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar. Ia merasa
materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari
perkembangan embrio yang kurang.

7. Masaru Emoto

Gambar 1.7 Masaru Emoto

Masaru Emoto adalah seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang. Pada
tahun 2003 Peneliti Masaru Emoto melakukan penelitian dan mengungkapkan
adanya suatu keanehan terhadap suatu sifat air. Ia menemukan bahwa partikel
molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung perasaan manusia di
sekelilingnya yang secara tidak langsung mengisyaratkan pengaruh perasaan
terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen.

Emoto juga menemukan bahwa partikel kristal air terlihat menjadi “indah ” dan
“mengagumkan” apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan
kegembiraan dan kebahagiaan. Namun partikel kristal air terlihat menjadi “buruk ”
dan “tidak sedap dipandang mata” apabila mendapat efek negatif disekitarnya,
seperti kesedihan dan bencana.

Lebih dari dua ribu buah foto kristal air terdapat di dalam buku Message from
Water (Pesan dari Air) yang dikarangnya sebagai pembuktian kesimpulan nya
sehingga hal ini berpeluang menjadi suatu terobosan dalam meyakini keajaiban
alam. Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suara
musik, doa-doa dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke dalam air tersebut.

15
Sampai sekarang Emoto dan karyanya masih dianggap kontroversial. Ernst Braun
dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya metoda
pembuatan foto kristal seperti yang diungkapan oleh Emoto, sayangnya hasil
tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan
yang sama. Dalam kajian Masaru Emoto dengan tekun melakukan penyelidikan
tentang perubahan molekul air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan mengikut tradisi agama Shinto,
lalu didinginkan sehingga -5°C kemudian ia diambil gambar dengan mikroskop
elektron dengan kamera kwalitas tinggi. Ternyata molekul air tersebut membentuk
kristal segi enam yang indah.

Ujicoba Air diulangi dengan membacakan kata arigato (terima kasih dalam
bahasa Jepang) di depan botol air tadi.
Kristal yang terbentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan
huruf Jepang arigato, kristal membentuk dengan keindahan yang sama.
Selanjutnya ditunjukkan kata “syaitan”, maka molekul air berbentuk buruk.
Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika
musik heavy metal diperdengarkan, molekul kristal air itu terus hancur. Ketika 500
orang berkonsentrasi memusatkan pesanan peace di depan sebotol air, kristal air
tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya.

Dan ketika diuji dengan dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima
cabang daun muncul berkilauan. Maha Suci Allah yang telah mencipta makhluk
yang bernama air ini. Sesungguhnya ia adalah makhluk yang paling setia dan
amat peka sekali dalam menjalankan perintah Tuhannya.

Firman Allah Swt: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-
Anbiya: 30)

Dari hasil penelitiannya, Masaru Emoto membuktikan air zamzam memiliki


struktur unik dan kemampuan penyembuhan yang luar biasa. Sejarah telah

16
membuktikan khasiat dan keistimewaan air zamzam dari zaman ke zaman.
Karena keistimewaan dan keunikan air zamzam ini, ia pun kemudian memeluk
agama Islam.

8. Tegatat Tejasen

Gambar 1.8 Tegatet Tejasen

Tegatat Tejasen adalah ilmuan Thailand dari bidang anatomi. Tegatat Tejasen
masuk islam saat peneliatan Tagatat Tejasen masuk islam dalam penelitian
dermatologi dalam tinjauan anatomi. Lapisan Kulit terdiri atas 3 lapisan yakni,
Epidermis, Dermis dan Cut Cutis.

Pada lapisan terakhir ini terdapat ujung ujung pembuluh darah dan saraf.
Penemuan modern dibidang anatomi membuktikan bahwa luka bakar yang terlalu
dalam bisa mati saraf pengatur sensasi. Saat terjadi luka bakar hingga lapisan
terakhir ini orang tersebut tidak akan merasa nyeri karena tidak berfungsinya
ujung saraf eferen dan eferen yang rusak akibat luka bakar tersebuut.

Penelitian ini ternyata sudah ada dalam ayat Al-Quran. "Allah akan memasukkan
orang-orang kafir ke dalam neraka dan mengganti kulit mereka yang baru setiap
kali kulit itu habis terbakat" (QS An-Nisa:56).

Tanggal 3 November 1983 adalah hal bersejaranh bagi Tagatat karena pada hari
itu dia mengucap kalimat syahadat dihadapan peserta konferensi dan
memberitahukan hal layak umum bahwa ia masuk Islam.

9. Carner Nasa

17
Gambar 1.9 Carner Nasa

Mantan pejabat Amerika Serikat ini juga masuk islam karena menemukan fakta-
fakta tentang malam Lailatul Qadar dan Ka'bah. Setelah masuk Islam, Carnar
kemudian meneliti fenomena mencium Hajar Aswad.
Nasa menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam)
Lailatul Qadar. Ia menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian
dengan masalah ini sehingga dunia tidak mengetahuinya.

Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah
“baljah” (‫;) َب ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.

Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah
“baljah” (‫;) َب ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.
”Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap hari (hari-hari biasa)
ada 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, kecuali malam
Lailatul dimana tidak ada radiasi cahaya sekalipun.

Hal ini sudah pernah ditemukan Badan Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun
mereka enggan mempublikasikannya. Statemen ini mengutip ucapan seorang
pakar di NASA Carner , seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir. Abdul
Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr
Abdul Basith As-Sayyid dalam sebuah program di TV Mesir Sayyid juga
menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan
jabatannya di NASA. Ini bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari
pakar Islam.

Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah meremove
satu halaman di situs resminya yang pernah dipublish selama 21 hari. Halaman

18
itu tentang hasil ilmiah yakni cahaya aneh yang tidak terbatas dari Ka ’bah di
Baitullah ke Baitul Makmur di langit. Sayyid menegaskan, “jendela ” yang berada
di langit itu mirip yang disebutkan dalam Al-Quran.

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-
pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka
berkata: “Sesungguhnya panda ngan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami
adalah orang orang yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 14)

Saat itu Carner dengan bukti jelas bahwa jagat raya saat itu gelap setelah
“jendela” itu tersibak. Karenanya, setelah itu Carner mendeklarasikan
keislamannya.

10. Jon Dean

Gambar 1.10 Jon Dean

Kisah Jon Dean kembali pada Islam bermula ketika ia memutuskan bekerja di
Riyadh, Arab Saudi. Ia bekerja di industri kesehatan dan nutrisi. Bidang itu
kebetulan sedang membutuhkan individu seperti dirinya. "Mereka membutuhkan
saya guna membangun industri mereka. Saya tahu, negara ini begitu kaya,
banyak uang di sini," kenang pria asal Amerika Serikat itu seperti dinukil
onislam.net.
Ketika tiba di Riyadh, Jon sebelumnya tidak tahu banyak tentang Islam. Yang ia
tahu, Saudi seperti negara Arab lainnya, kaya minyak, terlibat perang dan
pertikaian. Ia sempat khawatir apakah pilihan ini yang terbaik baginya atau tidak.
Dengan berbekal keyakinan tinggi, dan bermodalkan pemahaman tentang Islam,
Jon memulai petualangnya di Jazirah Arab dengan satu tujuan, tidak terlibat
dalam hal buruk, seperti dipenjara. Setiap hari Jon membaca buku tentang Islam.

19
Baginya, Islam merupakan hal yang asing meski ia berteman dengan penganut
Hindu, Buddha, Ateis atau Yahudi.
Sekelebat membaca ada ketertarikan. Maklum, ia seorang peneliti biologi yang
haus akan rasa ingin tahu. Memang, ketertarikan itu lebih kepada ilmu
pengetahuan belum sampai menyentuh aspek spiritual. "Saya memang pribadi
yang gemar membaca hal yang menarik, semisal saja, Muhammad Ali, Bruce
Lee," kata dia. Dean mendapati Alquran begitu sederhana bahasanya sehingga
mudah dipahami. Ayat-ayatnya sangat mudah untuk diintegrasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Ini sangat mengejutkannya. Sangat bertolak belakang
dengan asumsinya bahwa Alquran sangat kaku dalam mengatur kehidupan umat
muslim. Dean mendapat penjelasan dari seorang rekannya yang lain bahwa
agama Islam juga berfungsi seperti panduan hidup. Yang paling menyenangkan
dalam Islam, menurut Dean, adalah perintah agama tersebut untuk membuktikan
semua ayat-ayat Alquran jika mampu. Agama Islam juga menyarankan untuk
terus belajar kepada pemeluknya.
Dean bersyukur bisa bertemu orang-orang yang mampu membuka matanya
bahwa yang dipercayainya selama ini tentang Islam ternyata salah. Dan ketika dia
mulai mempelajarinya, agama tersebut ternyata mudah dipahami dan masuk akal.
Setelah menyadari hal tersebut, Dean mengungkapkan keinginannya untuk
menjadi mualaf. Ditemani dua rekannya, Dean mengucapkan dua kalimat
syahadat.

Dari beberapa kasus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya


dalam Al-Qur’an telah banyak tanda-tanda keilmuan yang dapat digali oleh
manusia. Begitu istimewanya Al-Qur'an. Keistimewaan Al Qur ’an adalah sebagai
mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW.
Isinya mencakup seluruh aspek agama Islam, mengatur hubungan sesama
manusia, sesama makhluk ciptaan-Nya dan juga antara makhluk dengan Sang
Pencipta. Memiliki banyak keajaiban yang terkadang sulit dicerna oleh akal
manusia, sebagai hamba yang lemah.

20
BAB III
3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits

Berdasarkan hadits dari nabi, bahwa generasi terbaik dari umat Islam adalah para
sahabat, tabi’in dan tabiu’t tabi’in.

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi


berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya (tabiu’t tabi’in) ” (Hadits shahih
Muttafaq'alaih Bukhari & Muslim)

“Aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu)  (Hadist riwayat Muslim no. 2450 (98))

A. Pengertian Sahabat , Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in

1. Pengertian Sahabat
Kata sahabat menurut lughah jamak dari sahib artinya yang menyertai.
Menurut para ulama yang disebut "sahabat" adalah orang yang bertemu
dengan Nabi SAW dalam keadaan beriman dan meninggal dunia sebagai
pemeluk Islam. Maka, orang yang bertemu dengan Nabi sedang dia belum
memeluk agama Islam, maka tidaklah dipandang sahabat. Orang yang
menemui masa Nabi dan beriman kepadanya tetapi tidak menjumpainya,
seperti Najasi, atau menjumpai Nabi setelah Nabi wafat, seperti Abu Dzu'aib,
yang pergi dari rumahnya setelah ia beriman untuk menjumpai Nabi di
Madinah. Setiba di Madinah, Nabi telah wafat. Maka, baik Najasi dan Abu
Dzu'aib, mereka berdua termasuk sahabat Nabi.

2.Pengertian Tabi’in
Tabi’in menurut bahasa adalah jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut.
Menurut istilah, tabi’in adalah orang yang pernah bertemu dengan sahabat,
iman kepada Nabi saw dan meninggal dalam keadaan Islam. Tentang hal ini al-
Khatib al-Baghdadi mensyaratkan adanya persahabatan dengan sahabat, jadi
bukan hanya bertemu.

21
Menurut Ibnu Katsir, yang dinamakan tabi’in tidak cukup hanya pernah melihat
sahabat, sebagaimana yang dinamakan sahabat cukup pernah melihat Nabi
saw saja.
Yang membedakan adalah keagungan dan kebesaran dari melihat Nabi saw.
Namun menurut kebanyakan ahli hadis, yang dinamakan tabi’in ialah orang
yang pernah bertemu sahabat dalam keadaan beriman dan meninggal dunia
dalam keadaan beriman meskipun tidak pernah bersahabat dengan sahabat
dan tidak pula pernah meriwayatkan hadits dari sahabat.

3.Pengertian Tabi'ut tabi'in


Tabi'ut tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ابعين‬CC‫ابع الت‬CC‫ )ت‬adalah generasi
setelah Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan
dengan para Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut
tabi'in adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah
Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak
literatur Hadits : Tab'ut Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah
bertemu atau berguru pada Tabi'in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan
ada juga yang menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus masih dalam keadaan
sehat ingatannya. Karena Tabi'in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah

B. Dalil tentang Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut tabi'in

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
‫م‬Cْ ‫ِين َيلُو َن ُه‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah


mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka. ” (Shahih
Al-Bukhari, no. 3650)

Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling
mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang
memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).Karenanya, sudah
merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam
yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih).

22
Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ت‬ ٍ ‫م َج َّنا‬Cْ ‫ َّد لَ ُه‬C‫ ُه َوأَ َع‬C‫ َع ْن‬C‫ان َرضِ َي هللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬َ ‫ين َواأْل َ ْن‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫م‬Cُ ‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي‬ َ ‫َتجْ ِري َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬
Cَ ِ‫ َذل‬C‫ أَ َب ًدا‬C‫ِين فِي َها‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara


orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar.” (At-Taubah: 100)

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikuti para


sahabat. Berjalan di atas jalan yang mereka tempuh. Berperilaku selaras apa
yang telah mereka perbuat. Menapaki manhaj (cara pandang hidup) sesuai
manhaj mereka. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Cَ ‫َوا َّت ِبعْ َس ِبي َل َمنْ أَ َن‬


َّ‫اب إِلَي‬

“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)

Menukil ucapan Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam I ’lam Al-Muwaqqi ’in, terkait
ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah orang yang kembali
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, wajib mengikuti jalannya, perkataan-
perkataannya, dan keyakinan-keyakinan (i’tiqad) mereka.

Dalil bahwa mereka adalah orang-orang yang kembali kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, (dikuatkan lagi) dengan firman-Nya yang menunjukkan mereka
adalah orang-orang yang telah diberi Allah Subhanahu wa Ta’ala petunjuk.

Firman-Nya:

ُ‫َو َي ْهدِي إِلَ ْي ِه َمنْ ُينِيب‬

23
“Dan (Allah) memberi petunjuk kepada (agama)-Nya, orang yang kembali
(kepada-Nya).” (Asy-Syura: 13) (Lihat Kun Salafiyan ‘alal Jaddah, Abdussalam
bin Salim bin Raja’ As-Suhaimi, hal. 14)

Maka, istilah as-salafu ash-shalih secara mutlak dilekatkan kepada tiga kurun
yang utama. Yaitu para sahabat, at-tabi’un, dan atba ’u tabi’in (para pengikut
tabi’in). Siapapun yang mengikuti mereka dari aspek pemahaman, i ’tiqad,
perkataan maupun amal, maka dia berada di atas manhaj as-salaf. Adanya
ancaman yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang-orang
yang memilih jalan-jalan selain jalan yang ditempuh as-salafu ash-shalih,
menunjukkan wajibnya setiap muslim berpegang dengan manhaj as-salaf. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


Cْ ‫ َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن َم َو َسا َء‬C‫ِين ُن َولِّ ِه َما‬
‫ت‬ ِ ‫ َو َي َّت ِبعْ غَ ي َْر َس ِب‬C‫ َت َبي ََّن لَ ُه ْالهُدَ ى‬C‫د َما‬Cِ ْ‫ِق الرَّ سُو َل مِنْ َبع‬Cِ ‫َو َمنْ ُي َشاق‬
‫مَصِ يرً ا‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,


dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia
ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. ” (An-
Nisa’: 115)

Disebutkan oleh Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al-Jabiri


hafizhahullah, bahwa tidaklah orang yang berpemahaman khalaf (lawan dari
salaf), termasuk orang-orang yang tergabung dalam jamaah-jamaah dakwah
sekarang ini, kecuali dia akan membenci (dakwah) as-salafiyah. Karena, as-
salafiyah tidak semata pada hal yang terkait penisbahan (pengakuan).

Tetapi as-salafiyah memurnikan keikhlasan karena Allah Subhanahu wa Ta ’ala


dan memurnikan mutaba’ah (ikutan) terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Manusia itu terbagi dalam dua kelompok (salah satunya) yaitu hizbu Ar-
Rahman, mereka adalah orang-orang Islam yang keimanan mereka terpelihara,
tidak menjadikan mereka keluar secara sempurna dari agama. Jadi, hizbu Ar-
Rahman adalah orang-orang yang tidak sesat dan menyesatkan serta tidak

24
mengabaikan al-huda (petunjuk) dan al-haq (kebenaran) di setiap tempat dan
zaman. (Ushul wa Qawa’id fi al-Manhaj As-Salafi, hal. 12-13)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasar hadits dari Al-Mughirah bin


Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, berkata:

َ ‫م أَ ْم ُر هللاِ َو ُه ْم َظا ِهر‬Cْ ‫الَ َي َزا ُل َطا ِئ َف ٌة مِنْ أ ُ َّمتِـي َظاه ِِري َْن َح َّتى َيأْ ِت َي ُه‬
‫ُون‬

“Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang unggul/menang hingga
tiba pada mereka keputusan Allah, sedang mereka adalah orang-orang yang
unggul/menang.” (Shahih Al-Bukhari, no. 7311)

Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu, bahwa


yang dimaksud hadits tersebut adalah adanya sekelompok orang yang
berpegang teguh dengan apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabat berada di atasnya. Mereka adalah orang-orang yang unggul/menang,
tak akan termudaratkan oleh orang-orang yang menelantarkannya dan orang-
orang yang menyelisihinya. (Syarhu Ash-Shahih Al-Bukhari, 10/104)

Bila menatap langit zaman, di setiap kurun, waktu, senantiasa didapati para
pembela al-haq. Mereka adalah bintang gemilang yang memberi petunjuk arah
dalam kehidupan umat. Mereka memancarkan berkas cahaya yang memandu
umat di tengah gelap gulita. Kala muncul bid’ah Khawarij dan Syi ’ah, Allah
Subhanahu wa Ta’ala merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Begitupun saat Al-Qadariyah hadir, maka Abdullah bin Umar, Abdullah bin
Abbas, dan Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhum dari kalangan sahabat yang
utama melawan pemahaman sesat tersebut. Washil bin ‘Atha’ dengan paham
Mu’tazilahnya dipatahkan Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya dari
kalangan utama tabi’in.
Merebak Syi’ah Rafidhah, maka Al-Imam Asy-Sya ’bi, Al-Imam Syafi’i, dan para
imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan Syi ’ah
Rafidhah. Jahm bin Shafwan yang mengusung Jahmiyah juga diruntuhkan Al-
Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya. Demikian pula tatkala
menyebar pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan

25
Kalamullah. Maka, Al-Imam Ahmad bin Hanbal tampil memerangi pemahaman
dan keyakinan sesat tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memunculkan para pembela risalah-


Nya. Mereka terus berupaya menjaga as-sunnah, agar tidak redup diempas
para ahli bid’ah. Bermunculan para imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-
Imam Ibnu Khuzaimah, Al-Imam Ibnu Baththah, Al-Imam Al-Lalika ’i, Al-Imam
Ibnu Mandah, dan lainnya dari kalangan imam Ahlus Sunnah. Lantas pada
kurun berikutnya, ketika muncul bid’ah sufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir di
tengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-Syathibi, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu Abdilhadi, Ibnu
Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.

Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri bagi sebagian umat Islam bukan
lagi sosok yang asing. Kiprah dakwahnya begitu agung. Pengaruhnya sangat
luas. Kokoh dalam memegang sunnah. Sebab, menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, sesungguhnya tidak ada kebahagiaan bagi para hamba, tidak ada
pula keselamatan di hari kembali nanti (hari kiamat) kecuali dengan ittiba’
(mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ْ‫ َو َمن‬.‫و ُز ْال َعظِ ي ُم‬Cْ C‫ك ْال َف‬ َ ‫د‬Cِ‫ا ُر َخال‬CC‫ اأْل َ ْن َه‬C‫ ا‬C‫ت َتجْ ِري مِنْ َتحْ ِت َه‬
َ Cِ‫ َو َذل‬C‫ ا‬C‫ِين فِي َه‬ ٍ ‫ َو َرسُولَ ُه ي ُْدخ ِْل ُه َج َّنا‬Cَ ‫د هللاِ َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا‬Cُ ‫ك حُ دُو‬
َ ‫ت ِْل‬
ٌ‫اب م ُِهين‬ Cٌ ‫ َولَ ُه َع َذ‬C‫ فِي َها‬C‫ ي ُْدخ ِْل ُه َنارً ا َخالِ ًدا‬Cُ‫ َو َرسُولَ ُه َو َي َت َع َّد ُحدُو َده‬Cَ‫ص هللا‬
Cِ ْ‫َيع‬

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.


Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya
ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,
niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di
dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-Nisa’: 13-14)

Maka, ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan poros


kebahagiaan yang seseorang berupaya mengitarinya, juga merupakan tempat
kembali yang selamat yang seseorang tak akan merasa bingung darinya.

26
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan makhluk dalam rangka
untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:

‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬


ِ ‫س إِاَّل لِ َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Sesungguhnya peribadahan mereka dengan menaati-Nya dan taat terhadap


Rasul-Nya. Tidak ada ibadah kecuali atas sesuatu yang telah Dia (Allah
Subhanahu wa Ta’ala) wajibkan dan sunnahkan dalam agama Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Selain dari itu, maka yang ada hanyalah kesesatan dari
jalan-Nya. Untuk hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ْس َعلَ ْي ِه أَ ْمرُنا َ َفه َُو َر ٌّد‬


َ ‫َمنْ َع ِم َل َع َمالً لَي‬

“Barangsiapa melakukan satu amal yang tidak ada dasar perintah kami, maka
tertolak.” (Shahih Al-Bukhari no. 2697 dan Shahih Muslim, 1718)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula dalam hadits Al-Irbadh


bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan Ahlu Sunan dan dishahihkan
At-Tirmidzi rahimahullahu:

َ ‫ِين ْالـ َم ْه ِدي‬


‫ ِب َها‬C‫ِّين مِنْ َبعْ دِي َت َم َّس ُكوا‬ َ ‫ء الرَّ اشِ د‬Cِ ‫ َكثِيرً ا َف َع َل ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِـي َو ُس َّن ِة ْالـ ُخلَ َفا‬C‫اخ ِتاَل ًفا‬
ْ ‫م َبعْ دِي َف َس َي َرى‬Cْ ‫إِ َّن ُه َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك‬
‫ة‬Cٌ َ‫ضاَل ل‬ ُ Cِ ‫م َومُحْ َد َثا‬Cْ ‫ َوإيَّا ُك‬C،‫َو َعضُّوا َعلَي َها بال َّن َواج ِذ‬
ِ ‫ت اأْل م‬
َ ‫ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬ ِ ِ ِ

“Sesungguhnya kalian akan hidup setelahku, kalian akan mendapati banyak


perselisihan. Maka, pegang teguh sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin
yang mendapat petunjuk setelahku. Pegang teguh sunnah dan gigit dengan
gerahammu. Dan hati-hatilah dari perkara yang diada-adakan, karena setiap
bid’ah itu sesat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2676)
Itulah manhaj (cara pandang) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu
dalam menetapi Islam. Cara pandang inilah yang telah hilang dari sebagian
kaum muslimin sehingga terjatuh pada perkara-perkara yang diada-adakan,
yang perkara tersebut tidak dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Perkara tersebut mereka ada-adakan dengan mengatasnamakan Islam.

27
Padahal Islam sendiri tak mengajarkan semacam itu. Mereka terbelenggu
bid’ah nan menyesatkan.

Kekokohan memegang teguh prinsip beragama oleh Syaikhul Islam Ibnu


Taimiyah rahimahullahu digambarkan oleh Al-Hafizh Al-Mizzi rahimahullahu.
Kata Al-Hafizh Al-Mizzi rahimahullahu, “Aku tak pernah melihat orang yang
seperti beliau. Tidak pula dia melihat orang yang seperti dirinya. Aku melihat,
tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui dan sangat kuat mengikuti Al-
Kitab dan sunnah Rasul-Nya dibanding beliau. Pantaslah bila sosok Syaikhul
Islam senantiasa membuat susah para ahlu bid’ah. Disebutkan Al-Hafizh Ibnu
Abdilhadi rahimahullahu, bahwa beliau rahimahullahu adalah pedang terhunus
bagi orang-orang yang menyelisihi (Al-Kitab dan As-Sunnah). Menyusahkan
orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, yang suka mengada-adakan ajaran
(baru) dalam agama. (Al-Ushul Al-Fikriyah Lil-Manahij As-Salafiyah ‘inda
Syaikhil Islam, Asy-Syaikh Khalid bin Abdirrahman Al-‘Ik)

Demikianlah kehidupan seorang alim. Keberadaannya senantiasa memberi


manfaat kepada umat. Dia menebar ilmu, menebar cahaya di tengah
keterpurukan manusia. Dia laksana rembulan purnama di tengah bertaburnya
bintang gemilang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
perumpamaan keutamaan antara seorang alim dengan seorang abid (ahli
ibadah). Dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ارً ا‬C‫وا ِد ْي َن‬C‫م ي َُورِّ ُث‬Cْ ‫ا َء لَـ‬C‫ إِنَّ اأْل َ ْن ِب َي‬C،‫ء َو َر َث ُة اأْل َ ْن ِب َيا َء‬Cَ ‫ إِنَّ ْال ُعلَ َما‬C،‫ب‬
ِ ‫د َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َعلَى َسائ ِِر ْال َك َوا ِك‬Cِ ‫ِم َعلَى ْال َع ِاب‬Cِ ‫َو َفضْ ُل ْال َعال‬
‫ذ ِب َح ٍّظ َواف ٍِر‬Cَ ‫ أَ َخ‬Cُ‫م َف َمنْ أَ َخ َذه‬Cَ ‫ إِ َّن َما َورَّ ُثوا ْالع ِْل‬C،‫َوالَ دِرْ َهمًا‬

“Dan keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah, bagai rembulan
atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi.
Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi)
mereka mewariskan ilmu.

Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil


keberuntungan yang banyak.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2682, Sunan Abi Dawud
no. 3641, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu
menshahihkan hadits ini)

28
Begitulah seorang alim. Dia laksana rembulan di langit zaman. Wallahu a’lam.

C. Generasi Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut tabi'in

1) Generasi Sahabat
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (wafat 13 H)
2. ’Umar bin Khoththob (wafat 23 H)
3. ’Utsman bin ‘Affan (wafat 34 H)
4. ‘Ali bin Abi Tholib (wafat 40 H)
5. Tholhah bin ‘Ubaidillah (wafat 36 H)
6. Zubair bin ‘Awwam (wafat 36 H)
7. ’Abdurohman bin ‘Auf (wafat 36 H)
8. Sa’ed bin Abi Waqqosh (wafat 55 H)
9. Sa’ed bin Zaid (wafat 55 H)
10. Abu ‘Ubaidah ibnul Jarroh (wafat 18 H)
11. Hamzah bin ‘Abdul Muththolib (wafat 3 H saat perang Uhud)
12. Zaid bin Haritsah (wafat 6 H)
13. Salim Maula Abi Hudzaifah (wafat 106 H)
14. ‘Abdulloh bin Jahsy (wafat 3 H saat perang Uhud)
15. Mush’ab bin ‘Umair (wafat 3 H saat perang Uhud)
16. ‘Uthbah bin Ghozwan (wafat 2 H saat perang Badar)
17. ‘Abdulloh bin Mas’ud (wafat 32 H)
18. Miqdad bin ‘Amr (wafat 33 H)
19. Khobab bin Arott (wafat 38)
20. Shuhaib bin Sinan (wafat 38)
21. ‘Amir bin Fuhairoh (wafat 4 H saat peristiwa Bi’ru Ma’unah)
22. Bilal bin Robah (wafat 20 H)
23. Abu Salamah (wafat 3 H)
24. Al-Arqom bin Abil Arqom (wafat 13 H)
25. ‘Amar bin Yasir (wafat 37 H saat perang Hunain)
26. Zaid bin Khothob (wafat saat perang Yamamah)
27. ‘Amir bin Robi’ah (wafat 35 H)
28. ‘Utsman bin Madh’un (wafat sekitar 3 bulan dari Hijroh)
29. ‘Abdulloh bin Suhail bin ‘Amru (wafat saat perang Yamamah)

29
30. Sa’ad bin Mu’adz (wafat 5 H)
31. Ubay bin Ka’ab (wafat 32 H)

2) Generasi Tabi'in
1. Uwais bin Amir Al Qarani
2. Al-Qomah bin Qois bin ‘Abdulloh bin Malik (wafat 61 H)
3. Masruq bin Ajda’ Al-Hamdani (wafat 62 H)
4. ‘Ubaidah bin ‘Amru (wafat 72 H)
5. Aslam maula ‘Umar bin Khoththob (wafat 80 H)
6. Ummu Darda’ (wafat 80-an H)
7. Sa’id bin Musayyib (wafat 94 H)
8. ‘Urwah bin Zubair (wafat 91 H)
9. Abu Salamah bin ‘Abdurrohman bin ‘Auf (wafat 94 H)
10. Abu Bakar Al-Mahzumi (wafat 93 H)
11. Muthorrif bin ‘Abdillah (wafat 95 H)
12. Malik bin Aus (wafat 92 H)
13. Al-Aswad bin Yazid bin Qois An-Nakhoi (wafat 74 H)
14. Syuroih bin Hani’ bin Yazid (wafat 78 H)
15. Abu Idris Al-Khoulani (wafat 80 H)
16. ‘Abdurrohman bin Abi Laila (wafat 83 H)
17. Abul ‘Aliyah Rufa’I bin Mihron (wafat 92 H)
18. ‘Amru bin Maimun (wafat 74 H)
19. Abu ‘Utsman An-Nahdi (wafat 95 H)
20. Abu Roja’ Al-‘Uthoridi (wafat 106 H)
21. Zaid bin Wahab Al-Juhani (wafat 96 H)
22. ‘Abdulloh bin Muhairiz (wafat 99 H)
23. Ibrohim At-Taimi (wafat 92 H)
24. Ibrohim An-Nakhoi (wafat 96 H)
25. ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib (wafat 42 H)
26. Sa’id bin Jubair (wafat 92 H)
27. Muhammad bin Sirin (wafat 110 H)
28. Asy-Sya’bi ‘Amir bin Syurohil (wafat 103 H)
29. Salim bin ‘Abdulloh bin ‘Umar bin Khoththob (wafat 106 H)
30. Thowus bin Kaisan (wafat 101 H)

3) Generasi Tabi’it Tabi’in

30
1. Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (wafat 150 H)
2. Muqotil bin Hisyam
3. ‘Abdurrohman Al-uza’I bin ‘Amru (wafat 157 H)
4. Malik bin Anas bin Malik (wafat 179 H)
5. Nafi’ bin ‘Umar bin ‘Abdulloh (waft 169 H)
6. Fudhoil bin Iyadh (wafat 187 H)
7. Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 148 H)
8. Abu Bakar bin ‘Ayyash (wafat 193 H)
9. ‘Abdulloh bin Mubarok (wafat 181 H)
10. Abu Yusuf Al-Qodhi (wafat 182 H)
12. Syu’bah bin Hajjaj (wafat 160 H)
13. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdulloh bin Abi Salamah Al-Majishun (wafat 164 H)
14. Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrohman (wafat 175 H)
15. ‘Abdulloh bin Luhai’ah bin ‘Uqbah Al-Mishri (wafat 174 H)
16. ‘Ubaidulloh bin ‘Amru bin Abil Walid Al-Asadi (wafat 180 H)
17. Hammad bin Salamah bin Dinar Al-Bashri (wafat 167 H)
18. Zaidah bin Qudamah Ats-Tsaqofi (wafat 161 H)
19. Hasan bin Sholih bin Hayyi Al-Hamdani (wafat 169 H)
20. Marwan bin Mu’awiyah (wafat 193 H)
21. Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
22. Ahmad bin Hanbal
23. Ja'far al-Sadiq
24. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (Wafat 108 H)
25. Sufyan al-Tsauri (97–161 H)

31
BAB IV
Pengertian dan Jejak Salafussoleh ( Resume Al-Hadits)

A.Definisi Salaf ( ُ‫)ال َّسلَف‬


Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ‫لَف‬CCC‫لس‬
َّ َ‫ ) ا‬artinya yang terdahulu (nenek
moyang), yang lebih tua dan lebih utama. Salaf berarti para pendahulu. Jika
ِ ‫)سلَفُ الرَّ ج‬
dikatakan (‫ل‬Cُ َ salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah
mendahuluinya.

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi ’ut Tabi ’in dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang
dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫م‬Cْ ‫اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه‬
Cِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬.
َ

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat),
kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa
Tabi’ut Tabi’in). Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama
dari ummat ini yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjaga Sunnahnya.

Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan


menegak-kan agama-Nya…” Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam
kitabnya, al-‘Aqiidatul Islamiyyah bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan
istilah Salaf tidak cukup dengan hanya dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai
dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (tentang
‘aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-pent.).

Barang siapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah


mengenai ‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia
disebut Salafi meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya,
barangsiapa pendapatnya menyalahi Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan

32
seorang Salafi meskipun ia hidup pada zaman Sahabat, Ta-bi’in dan Tabi ’ut
Tabi’in.

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid ’ah,
akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar ’i karena menisbatkan diri
kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi ’in dan Tabi ’ut
Tabi’in. Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka
mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in.

Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan
manhaj mereka -di sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena
dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan kelompok atau golongan seperti yang
difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam
ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti
oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang
menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum
sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata: “Bukanlah
merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan
dirinya kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj
Salaf tidak lain kecuali kebenaran.”

B. Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah


Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah Mereka yang menempuh seperti apa yang
pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya
(mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. As-Sunnah menurut bahasa
(etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau buruk. Sedangkan
menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk yang telah
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, baik
tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah
As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan orang
yang menyalahinya akan dicela.

33
Pengertian As-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat 795
H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang
teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan), perkataan dan
perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi Salaf
terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup
ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashri (wafat th.
110 H), Imam al-Auza’i (wafat th. 157 H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat th.
187 H). Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau
berpecah-belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para
Imam (yang berpegang kepada) al-haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari
jama’ah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful
Ummah. Jama’ah menurut ulama ‘aqidah (terminologi) adalah generasi pertama
dari ummat ini, yaitu kalangan Sahabat, Tabi’ut Tabi’in serta orang-orang yang
mengikuti dalam kebaikan hingga hari Kiamat, karena berkumpul di atas
kebenaran Imam Abu Syammah asy-Syafi’i rahimahullah (wafat th. 665 H)
berkata: “Perintah untuk berpegang kepada jama’ah, maksudnya adalah
berpegang kepada kebenaran dan mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan
Sunnah itu sedikit dan yang menyalahinya banyak. Karena kebenaran itu apa
yang dilaksanakan oleh jama’ah yang pertama, yaitu yang dilaksanakan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya tanpa melihat
kepada orang-orang yang menyimpang (melakukan kebathilan) sesudah mereka.

” Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu:

Cَ ‫ق ْال َح َّق َوإِنْ ُك ْنتَ َوحْ َد‬Cَ ‫اَ ْل َج َما َع ُة َما َوا َف‬
‫ك‬

"Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian.”

Jadi Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-
perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti Atsar (jejak Salaful
Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba ’. Di
samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul Manshuurah

34
(golongan yang mendapatkan per-tolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan
yang selamat), Ghurabaa’ (orang asing).
Tentang ath-Thaa-ifatul Manshuurah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ber-sabda:

Cَ ‫م أَ ْم ُر هللاِ َو ُه ْم َعلَى َذ ِل‬Cْ ‫م َح َّتى َيأْ ِت َي ُه‬Cْ ‫م َمنْ َخ َذلَ ُه ْم َوالَ َمنْ َخالَ َف ُه‬Cْ ‫ الَ َيضُرُّ ُه‬Cِ‫الَ َت َزا ُل مِنْ أ ُ َّمتِيْ أُم ٌَّة َقا ِئ َم ٌة ِبأ َ ْم ِر هللا‬.
‫ك‬

“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu menegakkan perintah


Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka dan
orang yang menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di
atas yang demikian itu.”

Tentang al-Ghurabaa’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫ َف‬،ً‫ غَ ريْبا‬Cَ‫ َب َدأ‬C‫د َك َما‬Cُ ‫ َو َس َيع ُْو‬C،ً‫ غَريْبا‬C‫ ْاإلسْ الَ ُم‬Cَ‫ َبدَ أ‬.
‫ء‬Cِ ‫ط ْو َبى ل ِْل ُغ َر َبا‬ ِ ِ ِ

“Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka
beruntunglah bagi al-Ghurabaa’ (orang-orang asing).”

Sedangkan makna al-Ghurabaa’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh


‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu ketika suatu hari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang makna dari al-Ghurabaa’,
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Cِ ‫صالِح ُْو َن فِيْ أ ُ َن‬


‫م‬Cْ ‫اس س ُْو ٍء َك ِثي ٍْر َمنْ َيعْ صِ ي ِْه ْم أَ ْك َث ُر ِممَّنْ يُطِ ْي ُع ُه‬ َ ٌ‫أ ُ َناس‬.

“Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang


jelek, orang yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati
mereka.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai makna al-


Ghurabaa’:

Cِ ‫د ال َّن‬Cِ ‫اَلَّ ِذي َْن يُصْ لِح ُْو َن عِ ْن َد َف َسا‬


‫اس‬

35
“Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki (ummat) di tengah-tengah
rusaknya manusia.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

Cُ ‫د ال َّن‬Cَ ‫ أَ ْف َس‬C‫الَّ ِذي َْن يُصْ لِح ُْو َن َما‬.


…‫اس مِنْ َبعْ دِي مِنْ ُس َّنتِي‬

“Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia.”

Ahlus Sunnah, ath-Tha-ifah al- Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya


disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, ath-Thaifah al-Manshurah
dan al-Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadits suatu hal yang masyhur dan dikenal
sejak generasi Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai
dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad yang
shahih dari para Imam seperti: ‘Abdullah Ibnul Mubarak: ‘Ali Ibnul Madini, Ahmad
bin Hanbal, al-Bukhari, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, ]21 [‫رحمهم هللا‬.

Imam asy-Syafi’i (wafat th. 204 H) rahimahullah berkata:

“Apabila aku melihat seorang ahli hadits, seolah-olah aku melihat seorang dari
Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mudah-mudahan Allah memberikan
ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok
agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka. ”

Imam Ibnu Hazm azh-Zhahiri (wafat th. 456 H) rahimahullah menjelaskan


mengenai Ahlus Sunnah:

“Ahlus Sunnah yang kami sebutkan itu adalah ahlul haqq, sedangkan selain
mereka adalah Ahlul Bid’ah.

Karena sesungguhnya Ahlus Sunnah itu adalah para Sahabat Radhiyallahu


anhum dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi’in yang
terpilih, kemudian ashhaabul hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari
setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang
mengikuti mereka baik di timur maupun di barat.

36
BAB V
Ajaran dan Tuntutan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum
dalam Islam

A. Ajaran tentang Berbagi dalam Islam


Dalam Islam sedekah atau berbagi kepada sesama adalah salah satu bukti
bahwa hambanya bertakwa kepada Allah SWT. Karena Rasulullah dalam Hadis
HR. Tirmidzi dan Hadis Hasan Shahih bersabda, “bertakwalah kepada Allah SWT
di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia
dengan akhlak yang mulia.” Hadis tersebut mengandung tiga wasiat Nabi yang
sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan secara vertikal manusia kepada
Allah (habluminallah) dan hubungan secara horizontal sesama manusia
(habluminannas).

Tidak menunda melakukan amal soleh adalah wasiat Nabi yang kedua. Dosa
kecil dapat terhapuskan dengan perbuatan baik, yakni bersedekah. Ketika kamu
terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib bagimu untuk segera bertaubat.
Dengan cara tidak melakukannya lagi dan salah satunya dengan bersedekah
kepada orang lain yang membutuhkan.

Wasiat Nabi yang ketiga adalah memiliki akhlak mulia. Akhlak mulia dalam arti
hubungan antar sesama manusia (habluminannas). Cara yang paling mudah
adalah dengan tersenyum diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan
orang lain dan bertegur sapa. Karena itu, Rasulullah mengaitkan antara akhlak
mulia dengan iman yang sempurna.

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya, ”
HR. Tirmidzi dan hadis Shahih. Dengan memiliki akhlak yang mulia, otomatis
akan dicintai oleh manusia lainnya, terlebih lagi Allah dan Rasulullah.

Bukhari juga menyebutkan Rasulullah bersabda, “menyingkirkan batu, duri dan


tulang dari tengah jalan adalah sedekah bagimu. ” Lalu, Rasulullah bersabda
dalam HR Ibnu Majah, “tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia dilakukan
oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan

37
tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan
pembantunya melainkan akan menjadi sedekah.”

 Pahala atau Balasan dari Allah SWT dengan Cara Bersedekah

1) Menghapus dosa-dosa.
“Sedekah dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api, ”
HR Tirmidzi, shahih Al Albani, 614.

2) Mendapat perlindungan oleh Allah SWT dihari akhir.


Rasulullah menceritakan tentang tujuh jenis manusia yang mendapat
perlindungan atau naungan dari Allah SWT pada hari akhir. Salah satu
manusia yang mendapatkannya adalah “seseorang yang bersedekah dengan
tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa saja yang disedekahkan oleh tangankanannya.”
(HR Bukhari no. 1421)

3) Keberkahan hidup dan Harta tidak berkurang.


Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan dua hal, yakni hartanya
diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi
impas tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan
kebiasaan.

4) Dilipatgandakan pahalanya.
Secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut impas
tertutupi pahala yang didapat dan pahala ini akan dilipat-gandakan. Allah
berfirman “sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik niscaya akan
dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang
banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

5) Dimasukkan ke dalam surga khusus untuk hamba yang bersedekah.


Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan
dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan
dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah
akan dipanggil dari pintu sedekah. (HR. Bukhari no. 3666)

38
6) Membebaskan dari siksa kubur dan api neraka.
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan
dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita dari api nereka.
“Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika
kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah. ” (HR. Bukhari 6539,
Muslim 1016). Rasulullah juga bersabda “sedekah akan memadamkan api
siksaan di dalam kubur.” (HR. Tabrani, Shahih At Targhib, 873).

7) Hati yang bahagia.


Rasulullah menjelaskan perumpaan antara orang yang pelit dan dermawan
atau bersedekah. “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang
bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai
menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah,
dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya.
Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak
meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan
pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia
berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

8) Amalan yang tak terputus hingga akhir hayat.


Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda “apabila anak
cucu adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara,
yakni amal jariyah, anak yang soleh yang memohonkan ampunan untuknya
(ibu dan bapaknya) dan ilmu yang berguna setelahnya.”

9) Dapat memanjangkan umur.


Nabi SAW bersabda “sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat
menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su ’ul khotimah),
Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga
pada diri sendiri.” (HR. Tabrani)

10) Menghindarkan dari segala marabahaya.


Sedekah itu merupakan penolak bala, penyubur pahala, menahan musibah,
dan kejahatan serta rezeki yang dilipat-gandakan oleh Allah SWT.

39
B. Keadilan Penegakan Hukum dalam Islam
Penegakan Hukum dalam Islam
Islam telah menggariskan sejumlah aturan untuk menjamin keberhasilan
penegakkan hukum antara lain:

1) Semua produk hukum harus bersumber dari wahyu.


Seluruh konstitusi dan perundang-undangan yang diberlakukan dalam Daulah
Islamiyah bersumber dari wahyu. Ini bisa dipahami karena netralitas hukum
hanya bisa diwujudkan tatkala hak penetapan hukum tidak berada di tangan
manusia, tetapi di tangan Zat Yang menciptakan manusia. Menyerahkan hak ini
kepada manusia—seperti yang terjadi dalam sistem demokrasi-sekular —sama
artinya telah memberangus “netralitas hukum”.

Dalam sistem Islam, sekuat apapun upaya untuk mengintervensi hukum pasti
akan gagal. Pasalnya, hukum Allah SWT tidak berubah, tidak akan pernah
berubah, dan tidak boleh diubah. Khalifah dan aparat negara hanya bertugas
menjalankan hukum, dan tidak berwenang membuat atau mengubah hukum.
Mereka hanya diberi hak untuk melakukan ijtihad serta menggali hukum syariah
dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw.

2) Kesetaraan di depan hukum.


Di mata hukum Islam, semua orang memiliki kedudukan setara; baik ia Muslim,
non-Muslim, pria maupun wanita. Tidak ada diskriminasi, kekebalan hukum,
atau hak istimewa. Siapa saja yang melakukan tindakan kriminal (jarimah)
dihukum sesuai dengan jenis pelanggarannya. Dituturkan dalam riwayat sahih,
bahwa pernah seorang wanita bangsawan dari Makhzum melakukan pencurian.
Para pembesar mereka meminta kepada Usamah bin Zaid agar membujuk
Rasulullah saw. agar memperingan hukuman. Rasulullah saw. murka seraya
bersabda:

‫م هللاِ لَ ْو‬Cُ ‫ َع َل ْي ِه ْال َح َّد َوا ْي‬C‫ضعِيفُ أَ َقامُوا‬ ِ ‫ َس َرقَ ف‬C‫م َكا ُنوا إِ َذا‬Cْ ‫م أَ َّن ُه‬Cْ ‫ِين َق ْبلَ ُك‬
ِ ‫ َس َرقَ ف‬C‫ِيه ُم ال َّش ِريفُ َت َر ُكوهُ َوإِ َذا‬
َّ ‫ِيه ُم ال‬ Cَ َ‫إِ َّن َما أَهْ ل‬
َ ‫ك الَّذ‬
Cُ ْ‫ت لَ َق َطع‬
C‫ت َي َد َها‬ ْ ‫ة ِب ْنتَ م َُح َّم ٍد َس َر َق‬Cَ ‫أَنَّ َفاطِ َم‬

Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah tatkala


ada orang yang terhormat mencuri, mereka biarkan;

40
jika orang lemah yang mencuri, mereka menegakkan had atas dirinya. Demi Zat
Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya Fatimah putri
Muhammad mencuri niscaya akan aku potong tangannya (HR al-Bukhari).

Imam al-Bukhari juga menuturkan sebuah riwayat dari Rafi’ bin Khudaij, yang
berkata, “Serombongan orang Anshar pergi ke Khaibar. Sesampainya di sana,
mereka berpisah-pisah. Lalu mereka mendapati salah satu anggota rombongan
terbunuh. Mereka berkata kepada orang yang mereka jumpai (Orang-orang
Yahudi), ’Sungguh kalian telah membunuh sahabat kami. ’ Orang-orang Yahudi
Khaibar itu menjawab, ’Kami tidak mengetahuai pembunuhnya. ’ Orang-orang
Anshar itu pun menghadap menghadap Nabi saw., seraya berkata, “Ya
Rasulullah, kami telah pergi ke Khaibar, dan kami mendapati salah satu
anggota rombongan kami terbunuh. ’ Nabi saw. bersabda, ’Al-Kubra al-kubra
(Sungguh sangat besar).’ Kemudian Nabi saw bersabda kepada mereka agar
mereka menghadirkan dua orang saksi yang menyaksikan orang yang
membunuh anggota rombongannya. Mereka berkata, ’Kami tidak mempunyai
bukti.’ Rasulullah saw. bersabda, ’Mereka (orang-orang Yahudi Khaibar) harus
bersumpah.’ Orang-orang Anshar itu berkata, ’Kami tidak ridha dengan
sumpahnya orang Yahudi.’ Rasulullah saw. menolak untuk membatalkan
darahnya. Lalu Rasulullah saw. membayarkan diyat 100 ekor unta sedekah.”
(HR al-Bukhari).

Saat itu Khaibar menjadi bagian Negara Islam. Penduduknya didominasi orang
Yahudi. Ketika orang Yahudi bersumpah tidak terlibat dalam pembunuhan,
Rasulullah saw. pun tidak menjatuhkan vonis kepada mereka karena ketiadaan
bukti dari kaum Muslim. Bahkan beliau membayarkan diyat atas peristiwa
pembunuhan tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa semua orang memiliki
kedudukan setara di mata hukum, tanpa memandang perbedaan agama, ras,
dan suku.

3) Mekanisme pengadilan efektif dan efisien.


Mekanisme pengadilan dalam sistem hukum Islam efektif dan efisien. Ini bisa
dilihat dari beberapa hal berikut ini. Pertama: keputusan hakim di majelis
pengadilan bersifat mengikat dan tidak bisa dianulir oleh keputusan pengadilan
manapun. Kaedah ushul fikih menyatakan:

41
C‫ض ِبااْل ِجْ ِت َهاد‬
Cُ ‫د الَ ُي ْن َق‬Cُ ‫اَاْل ِجْ ِت َها‬

Sebuah ijtihad tidak bisa dianulir dengan ijtihad yang lain.

Keputusan hakim hanya bisa dianulir jika keputusan tersebut menyalahi nas
syariah atau bertentangan dengan fakta. Keputusan hakim adalah hukum
syariah yang harus diterima dengan kerelaan. Oleh karena itu, pengadilan
Islam tidak mengenal adanya keberatan (i’tiradh), naik banding (al-istinaf) dan
kasasi (at- tamyiiz). Dengan begitu penanganan perkara tidak berlarut-larut dan
bertele-tele. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar ra. pernah memutuskan hukum
musyarakah karena tidak adanya saudara sepupu. Lalu ia menetapkan bagian
di antara saudara tersebut dengan musyarakah. Khalifah Umar lalu berkata,
“Yang itu sesuai dengan keputusanku, sedangkan yang ini juga sesuai dengan
keputusanku.”

Beliau menerapkan dua hukum tersebut sekalipun keduanya bertentangan.


Khalifah Umar juga pernah memutuskan bagian kakek dengan ketentuan yang
berbeda-beda, namun dia tidak mencabut keputusannya yang pertama (Abdul
Qadim Zallum, Nizham al-Hukmi fi al-Islam, ed. IV, 1996, Daar al-Ummah,
Beirut, Libanon, hlm. 1920).

Para Sahabat ra. menetapkan hukum atas suatu persoalan yang berbeda
dengan keputusan Khalifah sebelumnya, namun mereka tidak menghapus
keputusan-keputusan yang lain.

Kedua: Mekanisme pengadilan dalam majelis pengadilan mudah dan efisien.


Jika seorang pendakwa tidak memiliki cukup bukti atas sangkaannya, maka
qadhi akan meminta terdakwa untuk bersumpah. Jika terdakwa bersumpah,
maka ia dibebaskan dari tuntutan dan dakwaan pendakwa. Namun, jika ia tidak
mau bersumpah maka terdakwa akan dihukum berdasarkan tuntutan dan
dakwaan pendakwa. Sebab, sumpah (qasam) bisa dijadikan sebagai alat bukti
untuk menyelesaikan sengketa. Penghapusan sumpah sebagai salah satu alat
bukti (bayyinah) dalam sistem hukum sekuler menjadikan proses pengadilan
menjadi rumit dan bertele-tele.

42
Ketiga: Kasus-kasus yang sudah kadaluwarsa dipetieskan, dan tidak diungkit
kembali, kecuali yang berkaitan dengan hak-hak harta. Pasalnya, kasus lama
yang diajukan ke sidang pengadilan ditengarai bermotifkan balas dendam.

Keempat: Ketentuan persaksian yang memudahkan qadhi memutuskan


sengketa di antaranya adalah:

a) Seorang baru absah bersaksi atas suatu perkara jika ia menyaksikan


sendiri, bukan karena pemberitahuan orang lain;

b) Syariah menetapkan orang tertentu yang tidak boleh bersaksi, yakni,


orang yang tidak adil, orang yang dikenai had dalam kasus qadzaf, laki-
laki maupun wanita pengkhianat, kesaksian dari orang yang memiliki rasa
permusuhan, pelayan yang setia pada tuannya, kesaksian anak terhadap
bapaknya, atau kesaksian bapak terhadap anaknya, kesaksian seorang
wanita terhadap suaminya, atau kesaksian suami terhadap isterinya;

c) Adanya batas atas nishab kesaksian, yang memudahkan seorang qadhi


dalam menangani perkara.
Kelima: dalam kasus ta’zir, seorang qadhi diberi hak memutuskan berdasarkan
ijtihadnya.

4) Hukum merupakan bagian integral dari keyakinan.


Seorang Muslim wajib hidup sejalan dengan syariah. Kewajiban ini hanya bisa
diwujudkan tatkala ia sadar syariah. Penegakkan hukum menjadi lebih mudah,
karena setiap Muslim, baik penguasa maupun rakyat, dituntut oleh agamanya
untuk memahami syariah sebagai wujud keimanan dan ketaatannya kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya.

Seorang Muslim menyadari penuh bahwa ia wajib hidup sejalan dengan


syariah. Kesadaran ini mendorong setiap Muslim untuk memahami hukum
syariah. Sebab, hukum syariah menjadi bagian tak terpisahkan dari keyakinan
dan peribadahan mereka kepada Allah SWT. Penegakan hukum menjadi lebih
mudah karena ia menjadi bagian tak terpisahkan dari keyakinan kaum Muslim.

43
Berbeda dengan sistem hukum sekular; hukum yang diterapkan berasal dari
manusia yang terus berubah, bahkan acapkali bertentangan dengan keyakinan
penduduknya. Penegakkan hukum sekular justru mendapat penolakan dari
warga negaranya, khususnya kaum Muslim.

5) Lembaga Peradilan Tidak Tumpang Tindih.


Qadhi diangkat oleh Khalifah atau struktur yang diberi kewenangan Khalifah.
Qadhi secara umum dibagi menjadi tiga; yakni qadhi khushumat, qadhi hisbah
dan qadhi mazhalim. Qadhi khushumat bertugas menyelesaikan persengketaan
yang menyangkut kasus ’uqubat dan mu’amalah. Qadhi hisbah bertugas
menyelesaikan penyimpangan yang merugikan kepentingan umum. Qadhi
mazhalim bertugas menyelesaikan persengketaan rakyat dengan negara, baik
pegawai, pejabat pemerintahan, maupun Khalifah. Lembaga-lembaga tersebut
memiliki kewenangan dan diskripsi tugas yang tidak memungkinkan terjadinya
tumpang tindih.

Mahkamah peradilan bisa dibentuk berdasarkan teritorial; bisa tingkat pusat,


wilayah, maupun imarah. Di tiap wilayah atau imarah bisa dibentuk beberapa
mahkamah peradilan. Rasulullah saw. pernah mengangkat ‘Ali bin Abi Thalib
dan Muadz bin Jabal sebagai qadhi di Yaman. Jika ada tarik ulur antara
penuntut dan pihak tertuntut, yang dimenangkan adalah pihak penuntut. Jika
penuntut meminta diadili di Yaman, sedangkan tertuntut minta di Mesir, maka
permintaan penuntut yang dimenangkan. Alasannya, penuntut adalah pihak
yang menuntut haknya, sehingga lebih kuat.

Mahkamah peradilan bisa dibentuk berdasarkan kasus yang ditangani.


Misalnya, Mahkamah A untuk menangani kasus hudud dan jinayat saja, tidak
berwenang menangani kasus ta’zir, dan lain sebagainya. Nabi saw.
mengangkat Hudzaifah al-Yaman, Saad bin Muadz, Abu Bakar, ‘Umar, Amr bin
al-‘Ash dan lain-lain untuk memutuskan perkara tertentu, untuk masa tertentu.
Ketetapan semacam ini juga pernah terjadi pada masa Kekhilafahan Islam. Abu
‘Abdillah az-Zubair berkata, “Beberapa waktu yang lalu, para pemimpin di
Bashrah pernah mengangkat qadhi yang bertugas menyelesaikan
permasalahan hukum diMasjid Jami’. Mereka menamakannya sebagai qadhi
masjid.

44
Ia berwenang menyelesaikan perkara harta yang nilainya dua ratus dirham dan
dua puluh dinar atau lebih sedikit darinya. Ia juga berwenang menentukan
besarnya nafkah yang harus diberikan (seperti nafkah suami kepada istri).
Qadhi ini tidak boleh menjalankan tugasnya di tempat lain, juga tidak boleh
menangani kasus keuangan yang lebih besar dari apa yang telah ditetapkan
tadi, serta kasus lain yang tidak menjadi wewenangnya. ” (Imam al-Mawardi,
Ahkam as-Sulthaniyah). Ketentuan ini bisa diberlakukan di pusat, wilayah,
maupun imarah.
Dengan ketetapan seperti ini, tumpang-tindih kewenangan bisa dianulir.

6) Setiap keputusan hukum ditetapkan di majelis peradilan.


Keputusan qadhi bersifat mengikat jika dijatuhkan di dalam majelis
persidangan. Pembuktian baru diakui jika diajukan di depan majelis
persidangan. Atas dasar itu, keberadaan majelis persidangan merupakan salah
satu syarat absahnya keputusan seorang qadhi. Yang dimaksud qadhi di sini
adalah qadhi khushumat.

Adapun qadhi hisbah dan qadhi mazhalim tidak membutuhkan majelis


persidangan khusus. Qadhi hisbahdan mazhalim bisa memutuskan perkara
saat berada di tempat, atau tatkala terjadi tindak pelanggaran terhadap hak-hak
masyarakat, atau ketika terjadi tindak kezaliman yang dilakukan oleh penguasa.
Sebab, perkara-perkara yang ditangani oleh qadhi hisbah dan qadhi mazhalim
tidak mensyaratkan adanya pihak penuntut maupun tertuduh. Qadhi hisbah
maupun mazhalim bisa menjatuhkan sanksi begitu terbukti ada pelanggaran.

7) Tidak Saling Menyandera


Sistem politik Islam menjamin penegakan hukum berjalan efektif dan efisien.
Sebab, semua kebijakan hukum dan politik yang dikeluarkan Khalifah harus
berdasarkan wahyu sehingga bebas kepentingan.

Selain itu sistem politik Islam tidak mengenal adanya pembagian atau
pemisahan kekuasaan seperti dalam sistem pemerintahan demokrasi (trias
politika) sehingga menutup celah adanya konflik kelembagaan. Adapun dalam
sistem pemerintahan demokrasi, pembagian atau pemisahan kekuasaan telah
membuka ruang konflik antar lembaga negara.

45
Lembaga legislatif acapkali menyandera kebijakan eksekutif, atau sebaliknya.
Pasalnya, setiap lembaga memiliki klaim kewenangan dan kekuasaan atas
lembaganya.Akibatnya,elit,kekuasaan—eksekutif,legislatifdanyudikatif —disibuk
kan dengan konflik kelembagaan hingga kepentingan rakyat dikorbankan.
Bahkan tidak jarang, masing-masing lembaga melakukan manuver ke bawah.
Konflik pun tidak hanya terjadi di level elit kekuasaan, tetapi menyebar ke ranah
horisontal. Kekacauan sosial akibat konflik vertikal tidak bisa dielakkan lagi.

Adapun dalam sistem politik Islam, Khalifah adalah pemegang kewenangan


tertinggi dalam mengatur urusan rakyat. Khalifah atau orang yang dilimpahi
mandat oleh Khalifah berwenang menyelesaikan sengketa rakyat dengan
rakyat, rakyat dengan negara, maupun sengketa antar lembaga negara. Setiap
sengketa pasti bisa diselesaikan dengan mudah karena kepemimpinan Islam
bersifat tunggal. Pengangkatan dan pencopotan pejabat negara juga menjadi
kewenangan Khalifah. Keputusan Khalifah wajib ditaati. Siapa saja yang
membangkang dikenai sanksi berat.

Islam pun mewajibkan kaum Muslim untuk melaksanakan amar makruf nahi
mungkar, baik dilaksanakan secara individu, kelompok (partai politik), maupun
kelembagaan negara (mahkamah mazhalim). Kontrol atas penegakan hukum
bukan sekadar menjadi isu politik dan yuridis, namun juga menjadi isu sosial
yang mampu memberi “tekanan” kuat bagi siapa saja yang berusaha
merobohkan sendi-sendi hukum.

46
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)
https://www.google.com/amp/s/agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-
ketuhanan-dalam-islam/amp/
http://blog-nuwonokromo.blogspot.com/2014/08/konsep-tuhan-dalam-islam.html?m=1
https://chasaanteter.blogspot.com/2017/03/makalah-konsep-ketuhanan-dalam-al-
quran.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/palembang.tribunnews.com/amp/2020/02/22/10-
ilmuwan-ini-langsung-bersyahadat-masuk-islam-jadi-mualaf-saat-penelitiannya-
terjawab-di-alquran
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salaf
https://binbaz.or.id/defini-salaf/
https://blog.kitabisa.com/cara-bersedekah-sederhana-membawa-berkah/
https://www.google.com/amp/s/ervanavrian.wordpress.com/2015/04/07/penegakanhu
kumislam/amp/
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/oh6pth313
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/1779
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/IQTISAD/article/view/1996

47
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Jacques Yves Costeau....................................................... Halaman 8


Gambar 1.2 Maurice Bucaille.................................................................. Halaman 8
Gambar 1.3 Prof William Brown.............................................................. Halaman 9
Gambar 1.4 Fidelma O'leary......................................................................Halaman 10
Gambar 1.5 Leopold Werner Com Ehrenfels.......................................... Halaman 11
Gambar 1.6 Keith Moore........................................................................... Halaman 12
Gambar 1.7 Masaru Emoto.......................................................................Halaman 13
Gambar 1.8 Tegatet Tejasen.................................................................... Halaman 14
Gambar 1.9 Carner Nasa...........................................................................Halaman 15
Gambar 1.10 Jon Dean.............................................................................. Halaman 16

48

Anda mungkin juga menyukai