Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang
telah memberikan arahan terkait tugas ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin
penulis tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Besar harapan penulis tugas ini akan memberi manfaat kepada semua pihak.
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan artikel untuk
kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................. 1
“KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM”......1
BAB II............................................................................................................................ 4
“SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS”...............................4
BAB III........................................................................................................................... 9
“GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS”.........................................................9
BAB IV......................................................................................................................... 13
“PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)”.......................................................13
BAB V.......................................................................................................................... 15
“ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM”........15
A. AJARAN TENTANG BERBAGI..............................................................................15
B. KEADILAN PENEGAKAN HUKUM........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iv
iii
BAB I
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal. Menurut Al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat
nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “jalan yang di ridhoi-Nya.”
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surah Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Artinya :
“Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.”
Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW Rasul terakhir.
Ajaran islam yang Allah SWT wahyukan kepada para utusannya adalah Tauhidullah
atau monotheisine murni. Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah
menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui
1
dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah
(sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata
Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah
lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan
akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah
mantap.
Artinya :
“Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.”
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dilihat dalam
kutipan di bawah ini :
2
Artinya :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”
Artinya :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah
ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun.”
Artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.“
Ayat – ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang mutlak
keesannya. Lafadz Allah SWT adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham
yang tidak dapat diterjemahkan, digantikan atau disejajarkan dengan yang lain.
Seseorang yang telah mengaku islam dan telah mengikrarkan kalimat Syahadat Laa
3
ilaha illa Allah (tidak ada tuhan selain Allah) berarti telah memiliki keyakinan yang
benar.
BAB II
Ilmu dalam pandangan Islam mempunyai peranan yang sangat besar, dan
memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan Islam identik dengan ilmu.
Ilmu Adalah Islam, dan Islam adalah ilmu. Islam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai
syarat dan tujuannya. Islam menyamakan pencarian ilmu pengetahuan dengan ibadah.
Islam memandang sains dan teknologi terkait dengan konsep tauhid, yaitu merupakan
satu kesatuan dengan cabang pengetahuan lainnya. Dalam islam, alam tidak dilihat
sebagai entitas terpisah, melainkan sebagai bagian integral dari pandangan holistic
Islam tentang Tuhan, manusia dan alam semesta. Keterkaitan ini menyiratkan
kesakralan mencari ilmu alam bagi umat Islam. Karena alam sendiri dalam al Quran
merupakan kumpulan ayat tanda-tanda keberadaan Tuhan.
Artinya :
4
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun
tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433)
Dalam al-Qur’an, kata ‘ilm dan kata jadiannya disebutkan kurang lebih
mencapai 800 kali. Al-Qardhawi dalam penelitiannya terhadap kitab Al-Mu’jam al-
Mufahras li al-fazh al-Qur’an al-Karim (lihat Fuad Abdul Baqi, tt.:469-481) melaporkan,
bahwa kata ‘ilm (ilmu) dalam al-Qur’an baik dalam bentuknya yang definitif (ma’rifat)
maupun indefinitif (nakirah) terdapat 80 kali, sedangkan kata yang berkait dengan itu
5
seperti kata ‘allama (mengajarkan), ya’lamun (mereka menegetahui), ‘alim (sangat
tahu) dan seterusnya, disebutkan beratus-ratus kali. Kata ‘aql (akal) tidak terdapat
dalam bentuk nomina, kata benda (mashdar), tetapi yang ada adalah kata al-albab
sebanyak 16 kali. Dan kata al-nuha sebanyak 2 kali. Adapun kata yang berasal dari
kata ‘aql itu sendiri berjumlah 49. Kata fiqh (paham) muncul sebanyak 2 kali, kata
hikmah (ilmu, filsafat) 20 kali, dan kata burhan (argumentasi) sebanyak 20 kali. Belum
termasuk kata-kata yang berkaitan dengan ‘ilm atau fikr seperti kata unzuru
(perhatikan, amatilah, lihatlah), yanzhurun (mereka memperhatikan, mereka
mengamati dan seterusnya) (Al-Qardhawi, 1986:1-2).
Selain itu, jika kita telaah kitab-kitab hadis, semuanya penuh dengan kata-kata
‘ilm tersebut. Dalam kitab al-Jami’ al-Shahih karya Al-Bukhari kita dapati 102 hadis.
Dalam Shahhih Muslim dan yang lain seperti al-Muwatha’, Sunan al-Tirmizi, Sunan
Abu Daud, al-Nasai, Ibn Majah terdapat pula bab ilmu. Belum lagi kitab-kitab yang lain,
misalnya Al-Faturrabbani yang memuat sebanyak 81 hadis tentang ilmu, Majma’ az-
Zawaid memuat 84 halaman, al-Mustadrak karya An-Naisaburi memuat 44 halaman,
al-Targhib wa ‘l-Tarhib karya Al-Wundziri memuat 130 hadis sedangkan kitab Jam’ al
Fawaid Min Jami’ al-Ushul wa Majma’ al-Zawaid karya Sulaiman memuat 154 hadis
tentang ilmu tersebut (Al-Qardhawi, 1986, lihat juga Weinsink, al-Mu’jam al-Mufahras li
alfazh al-Hadits al-Nabawi, Leiden, 1962: 312-339).
Berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan tentang menuntut ilmu dalam
islam :
1. Hadits tentang menuntut ilmu yang diriwayatkan Ibnu Majah, dan dishahihkan
oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha'if Sunan Ibnu Majah no. 224.
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."
2. Rasulullah SAW bersabda,
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-
gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR
Tabrani)
3. Dalam sabda Rasulullah SAW berikut,
"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka
Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
6
4. Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan ilmu yang bermanfaat, baik
semasa di dunia bahkan setelah manusia itu wafat. Seperti dalam hadits
tentang menuntut ilmu berikut, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda,
"Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali
dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak
shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)
Berikut beberapa ilmuwan yang telah meneliti beberapa kasus dan menemukan
bahwa ternyata Al-Qur’an dan Al-Hadits lebih dulu menyebutkan hal tersebut dan
bahkan membuat ilmuwan-ilmuwan ini sampai memeluk agama Islam :
2. Carner Nasa
Mantan pejabat Amerika Serikat ini juga masuk islam karena
menemukan fakta-fakta tentang malam Lailatul Qadar dan Ka'bah. Menurutnya,
7
bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (;) َب ْل َجةtingkat suhunya sedang),
tidak ada bintang atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi, dan pagi harinya
matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya. Hal ini sesuai dengan hadits
Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah SAW:
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada
awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada
malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At-Thabrani)
8
BAB III
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi
yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya. Akan
tetapi, diantara umat Rasulullah terdapat beberapa generasi terbaik sebagaimana
beliau sebutkan dalam sebuah hadits :
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada
kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu 'anhu
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Sebaik-baik manusia adalah
orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang
yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim
berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan
memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar
perjanjian dan persaksian) ".
9
1. Generasi Sahabat
Term sahabat berasal dari bahasa Arab yang berupa bentuk jamak dan bentuk
mufradnya adalah shahib. Makna etimologinya adalah ”yang empunya dan yang
menyertai”, sedangkan terminologinya dimaknai secara khusus yaitu sahabat Nabi
SAW, mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW,
membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Menurut Ibnu
Hajar bahwa maksud dari sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi
Muhammad SAW, beriman kepadanya serta meninggal dalam keadaan beragama
Islam. Sedangkan realitas sahabat Nabi SAW dalam pandangan kebanyakan ahli
hadis adalah: Orang yang bertemu Rasulullah SAW dengan pertemuan yang wajar
sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan Islam lagi beriman. Namun, pendapat
sebagian ahli Ushul Fiqh menetapkan bahwa yang disebut dengan sahabat adalah
orang yang bertemu dan hidup bersama Rasulullah SAW minimal setahun
lamanya.
10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela
seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila
seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar
Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara
mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya
saja.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela
para sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para
malaikat dan laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila disebutkan
tentang para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24)
2. Generasi Tabi’in
Tabi’in adalah bentuk jamak dari kata tabi’ atau tabi’un yang bermakna berjalan
di belakangnya. Tabi’in dalam konteks ini adalah orang Islam yang bertemu
dengan para sahabat Nabi SAW dan meninggal dunia beragama Islam. Orang-
orang yang berjumpa dengan sahabat dalam Islam dan mati dalam keadaan
Islam, baik berjumpanya lama atau sebentar. Ada yang membuat pengertian
bahwa tabi’in adalah orang yang berjumpa dengan sahabat dan meriwayatkan
periwayatan darinya. Sedangkan Hasbi as shidiqy membuat pengertian tabi’in
adalah orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru kepadanya,
tidak bertemu dengan Nabi dan tidak pula semasa dengan Nabi.
Realisasi masa tabi`in tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, dan kodifikasi
al-Qur’an sudah luas dan para sahabat banyak menyebar ke penjuru dunia Islam,
sehingga untuk mendapatkan informasi tentang ajaran Islam sangat mudah dan
wujud tabi’in menggali serta penyambung mulut sahabat.
11
3. Generasi Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in. Tabi’ut tabi’in adalah
orang Islam teman sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa
hidup Sahabat Nabi. Tabi’ut tabi’in disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak
literatur Hadis : Tabi’ut Tabi’in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu
atau berguru pada Tabi’in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga
yang menulis bahwa Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat
ingatannya.
Selain itu ada pula pengertian Tabi’ut Tabi’in Ialah orang-orang yang menyertai
dan mengambil haditsnya dari tabi’in sekalipun tidak lama menyertainya, menurut
pendapat yang shohih, diantaranya Imam Malik dan Imam Syafi’i.
12
BAB IV
Istilah Salafi atau Salafiyah menurut bahasa adalah telah lalu. Kata Salaf
juga bermakna seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman,
keutamaan dan kebaikan. Ibnu Manzhur mengatakan bahwa salaf berarti orang yang
mendahului anda, baik dari bapak maupun orang-orang terdekat (kerabat) yang
lebih tua umurnya dan lebih utama.(Yazid bin Abdul Qodir jawas2009 : 14)
Al-salaf yaitu mereka tiga generasi pertama dan paling utama dari umat islam,
yaitu para sahabat (mereka yang hidup sebagai muslim pada masa Nabi, pernah
bertemu dengan beliau, serta wafat sebagai muslim), Tabi’in (mereka yang hidup di
masa sahabat dan wafat sebagai muslim), dan Tabi’ut Tabi’in (mereka yang hidup di
masa tabi’in dan wafat dalam keadaan muslim). Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW:
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada
kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu 'anhu
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Sebaik-baik manusia adalah
orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang
13
yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim
berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan
memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar
perjanjian dan persaksian) ".
Penamaan mereka dengan nama ahlul sunnah wal jama’ah, ini disebabkan
karena mereka membedakan diri dengan dua pembeda yang utama, yaitu: pertama,
berpegang teguh dengan sunnah Rasul, hingga menjadi ahlinya. Berbeda dengan
golongan lain yang berpegang teguh dengan akal dan nafsunya serta pendapat para
tokohnya. Maka mereka ini tidak dinisbahkan kepada al-sunnah, tetapi kepada
kebid’ahannya. Kedua, mereka adalah ahlul jama’ah, karena bersatu di atas al-haq,
tidak terpecah belah. Berbeda dengan golongan lain, karena mereka tidak bersatu di
atas al-haq, tetapi hanya mengikuti hawa nafsunya.(Abdussalam : 49) Adapun makna
ahlul atsar, menurut al-Safarini adalah mereka yang hanya mengambil aqidah mereka
dari apa yang diriwayatkan dan dinukilkan dari Allah dalam kitab-Nya, sunnah Nabi,
sesuatu yang shahih dan tsabit dari salaful shalih dari kalangan para sahabat yang
mulia dan para tabi’in. (Abdussalam : 52)
Sebutan al-firqatun najiyah artinya golongan yang selamat, yaitu golongan yang
selamat dari api neraka. Nabi mengecualikan golongan ini ketika menyebutkan seluruh
golongan yang ada dengan sabda beliau “Seluruhnya masuk neraka, kecuali satu
golongan”, yaitu yang tidak masuk neraka. (Yazid : 20) Sedangkan penyebutan al-
thaifah almanshurah artinya, golongan yang mendapatkan pertolongan Allah.
Berdasarkan sabda Nabi “Senantiasa ada di antara umatku yang selalu dalam
kebenaran menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang
14
melecehkan mereka dan orang yang menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah
dan mereka tetap di atas yang demikian itu.” (Yazid : 36)
BAB V
“Menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu bukanlah suatu kesempurnaan,
tapi sesungguhnya yang sempurna adalah orang yang beriman kepada Allah dan
kepada Nabi-Nya, serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak
yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang meminta-minta dan membebaskan hamba
sahaya, dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat.” (QS. Al-Baqarah : 177)
“Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah : 195)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
15
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah :
245)
“Wahai orang yang beriman, berinfaklah kamu atas sebagian rizki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang tidak ada jual beli lagi dan tidak ada lagi
persahabatan serta syafa’at kecuali atas izin Allah.” (QS. Al-Baqarah : 254)
Dengan melakukan sedekah diiringi dengan hati yang ikhlas, akan membuat
harta kita menjadi lebih berkah. Jangan takut miskin karena bersedekah. Justru Allah
menjanjikan kepada para umatnya balasan yang lebih atas sedekah yang mereka
keluarkan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Jika kita bersedekah dengan hati yang ikhlas karena mengharap ridho dari
Allah, maka Allah akan memberikan pahala bagi kita. Hal ini dijelaskan dalam Al-
Qur’an sebagai berikut :
"Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu
infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". (QS. Al-Imran : 93)
16
“Dan orang-orang yang memberikan sebagian hartanya sementara hati mereka takut
maka sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. Orang inilah yang
bersegera kepada kebaikan dan merekalah yang mendapatkannya lebih dulu.” (QS. Al
Mu’minum : 60-61)
17
Keadilan merupakan harapan dan dambaan setiap orang dalam tatanan
kehidupan sosial. Setiap negara maupun lembaga-lembaga dan organisasi di
manapun mempunyai visi dan misi yang sama terhadap keadilan, walaupun persepsi
dan konsepsi mereka bisa saja berbeda. Karena dalam pemahaman mereka keadilan
sebagai konsep yang relatif dan tolok ukur yang sangat beragam antara satu negara
dengan negara lain, dan masing-masing ukuran keadilan itu didefinisikan dan
ditetapkan oleh masyarakat sesuai dengan tatanan sosial masyarakat yang
bersangkutan.
18
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S. Al-Maidah [5]: 8 dan 9).
"… Dan apabila kalian berkata, maka berkatalah dengan adil walaupun terhadap
kerabat". (Q.S. Al-An’am [6]: 152).
Pada ayat itu juga Allah Swt memerintahkan agar mengelola harta anak yatim
dengan baik, dan agar menyempurnakan takaran dan timbangan dengan adil.
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang bermanfaat -
adil hingga sampai dewasa. Dan sempurnakan takaran dan timbangan dengan
adil…"(Q.S. Al-An’am [6]: 152).
19
perbedaan bangsa dan agama. Di hadapan hukum semuanya sama. Konsep
persamaan yang terkandung dalam keadilan tidak pula menutup kemungkinan adanya
pengakuan tentang kelebihan dalam beberapa aspek, yang dapat melebihkan
seseorang karena prestasi yang dimilikinya. Akan tetapi kelebihan tersebut tidaklah
akan membawa perbedaan perlakuan hukum atas dirinya. Pengakuan adanya
persamaan, bahkan dalam Al-Qur`an dinyatakan sebagai "pemberian" Allah yang
mempunyai implikasi terhadap tingkah laku manusia, adalah bagian dari sifat
kemuliaan manusia (al-karamah alinsaniyah), yang juga bagian dari ketetapan Tuhan
(Q.S. 17/al-Isra: 70), yang berbunyi:
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”. (Q.S. Al-Isra [17]:70).
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya”. (Q.S. An-Nisa [4]: 135).
20
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menjadi hakim lalu
menghukumi dengan adil, niscaya ia akan dijauhkan dari keburukan." (HR
Tirmidzi).
2. Tipologi hakim.
Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua di neraka dan satu di
surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak benar, padahal ia
mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka. Seorang hakim yang
bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka ia masuk neraka. Dan,
seorang hakim yang menghukumi dengan benar maka ia masuk surga." (HR
Tirmidzi).
3. Tidak meminta jabatan hakim.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa mengharap menjadi seorang hakim
maka (tugas dan tanggung jawab) akan dibebankan kepada dirinya. Dan
barang siapa tidak menginginkannya maka Allah akan menurunkan malaikat
untuk menolong dan membimbingnya dalam kebenaran." (HR Tirmidzi).
4. Jangan silau menjadi hakim.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang diberi jabatan hakim atau diberi
kewenangan untuk memutuskan suatu hukum di antara manusia, sungguh ia
telah dibunuh tanpa menggunakan pisau." (HR Tirmidzi).
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalil-detikNews. 2019. Inilah Hadits-hadits Tentang Menuntut Ilmu itu Wajib.
[dikutip 2020 Okt 18]. Tersedia pada: https://news.detik.com/berita/d-
4738905/inilah-hadits-hadits-tentang-menuntut-ilmu-itu-wajib/2
Abu Mushlih Ari Wahyudi. 2010. Inilah Generasi Terbaik dalam Sejarah. [dikutip 2020
Okt 19]. Tersedia pada : https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-
dalam-sejarah.html
Dr. HM. Zainuddin,MA.2013. Al-Qur’an dan Sains Modern.[dikutip 2020 Okt 18].
Tersedia pada: https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/al-qu-an-dan-sains-
modern.html
Helmi Basri. 2018. Relevansi Antara Hadits dan Sains Kaedah dan Aplikasinya Dalam
Bingkai I’jaz Ilmi. Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni,
2018:hlm.130
Imam Nur Suharno. 2016. 4 Pesan Rasulullah untuk Penegak Hukum. [dikutip 2020
Okt 21]. Tersedia pada : https://republika.co.id/berita/dunia-
islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-4-pesan-rasulullah-untuk-penegak-hukum
Ismail Nasution dan M. Ridwan Hasbi. 2018. Hadis “Khair Al-Qurun” dan Perubahan
Sosial Dalam Dinamika Hukum. Jurnal ushuluddin Vol. 26 No.1, Januari-Juni
2018:hlm.74-77
Iswandi, Lalu. 2004. Dimensi Generasi Terbaik Pada Masa Awal Islam. [skripsi].
Yogyakarta(ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Jamal Fakhri. 2010. Sains dan Teknologi Dalam Al-Qur’an dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran. TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010:hlm.124-125
iv
Konsep Ketuhanan dalam Islam. Dikutip dari :
https://www.slideshare.net/Hamida97ID/01konsep-ketuhanan-dalam-islam?
from_m_app=android
Maulidina Ramadhani. 2018. 5 Keutamaan Sedekah dalam Islam yang Perlu Kita
Ketahui. [dikutip 2020 Okt 20]. Tersedia pada : https://zakat.or.id/5-keutamaan-
sedekah-dalam-islam/
Redaksi Dalamislam. Keutamaan Sedekah Dalam Islam dan Manfaatnya. [dikutip 2020
Okt 20]. Tersedia pada : https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-
shaleh/sedekah-dalam-islam
Umi Septia. 2017. Bersedekah dalam Islam, Sebaiknya Seperti Apa?. [dikutip 2020 Okt
20].Tersedia pada : :
https://www.liputan6.com/ramadan/read/2969131/bersedekah-dalam-islam-
sebaiknya-seperti-apa
Zulkifli. 2018. Tuntutan Keadilan Perspektif Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Syari‘ah,
Volume 17, Nomor 1, Januari-Juni 2018:hlm.137-139, 142-144
6 Ciri Malam Lailatul Qodar Menurut Hadits Nabi Saw. Dikutip dari :
https://umma.id/post/6-ciri-malam-lailatul-qodar-menurut-hadits-nabi-saw-
326998?lang=id
10 Ilmuwan Ini Langsung Bersyahadat Masuk Islam Jadi Mualaf Saat Penelitiannya
Terjawab di Alquran. Dikutip dari :
v
https://palembang.tribunnews.com/2020/02/22/10-ilmuwan-ini-langsung-
bersyahadat-masuk-islam-jadi-mualaf-saat-penelitiannya-terjawab-di-alquran?
page=all
vi